Zanna Kirania wanita berusia 25 tahun mempunyai paras cantik, dan lemah lembut berambut panjang lurus berwarna hitam pekat dan kulit putih mulus.
Zanna memakai dres pendek berwarna hijau botol tengah duduk di ruang tengah, bersama Ibunya yang sama-sama berpakaian rapi sepertinya mereka akan menyambut kedatangan seseorang.
Ruang tengah itu tampak terlihat sedikit sempit hanya ada 2 sofa dan satu meja kaca panjang di depan sofa.
Zanna yang bingung ada apa dengan hari ini, bertanya pada ibunya kenapa dia menyuruhnya berpakaian seperti ini.
"Kenapa ibu menyuruhku berpakaian seperti ini, memangnya kita mau bertemu dengan siapa? " Ucapnya dengan lembut.
"Anakku sebentar lagi kamu pasti tau, kamu tidak perlu banyak bertanya." Ucapnya sambil tersenyum.
Wajah Ibu Zanna terlihat berseri-seri seperti akan ada kabar bahagia yang menghampiri mereka.
Tiba-tiba ada satu mobil mewah yang berhenti didepan rumah kecil mereka.
Dari mobil itu turun 2 orang wanita, satu wanita yang seumuran dengan Ibu Zanna dan satunya lagi wanita tua.
Dari pakaian yang mereka kenakan sudah menggambarkan kalau mereka bukanlah golongan status sosial yang sama seperti Zanna.
Wanita tua itu terlihat bahagia saat keluar dari mobilnya melihat rumah Zanna tapi tidak bagi menantu dari almarhum anaknya.
Wanita itu terlihat tidak senang mengerutkan dahinya saat turun dari mobil.
"Ibu, apa yang kita lakukan di tempat kumuh seperti ini." Ucapnya dengan raut wajah jijik melihat lingkungan rumah Zanna.
"Suut, diam kamu. Jangan sampe aku menampar mulutmu itu!" Ucapnya marah.
Wanita tua itu berjalan masuk ke dalam halaman rumah Zanna meninggalkan menantunya di depan pintu pagar.
Menatunya itu ikut mengejar mertuanya, kalau bukan karena mertuanya yang memintanya ikut dia tidak mungkin akan menginjakkan kakinya di tempat kumuh seperti ini.
Pintu rumah Zanna sudah terbuka lebar sebelum kedatangan mereka.
Ibu Zanna yang melihat kedatangan mereka, langsung berdiri menyambutnya.
"Silahkan masuk Nyonya." Ucapnya menjemput mereka di depan pintu dengan senyuman ramah.
Wanita tua itu membalas senyuman ibu Zanna sedang menantu wanita itu tampak cuek, dia langsung duduk di sofa dengan raut wajah sombongnya.
Wanita tua itu duduk di samping menantunya.
Wanita tua itu tiba-tiba tersenyum ke arah Zanna. Zanna membalas senyumnya dengan ramah.
Saat Ibu Zanna mau duduk tiba-tiba Wanita tua itu memuji kecantikan yang dimiliki Zanna.
"Aku tidak salah memilih calon menantu, putrimu memang sangat cantik." Ucapnya sambil tersenyum.
Mendengar hal itu, menantunya terkejut setengah mati.
"Calon menantu ibu bilang? Hahaha Ibu pasti bercanda kan." Ucapnya tertawa tidak percaya dengan ucapan mertuanya.
"Aku tidak bercanda, Zanna wanita paling cocok untuk mendampingi Arga." Ucapnya dengan nada serius.
"Ibu jangan bercanda, aku tidak setuju ibu menikahkan anakku dengan gadis kampung seperti dia." Ucapnya marah berdiri menunjuk Zanna.
Zanna yang tidak tau apa-apa menundukkan kepalanya dengan raut wajah yang takut.
"Aku tidak perlu persetujuanmu untuk menikahkan cucuku."
"Aku ibunya! Jelas aku punya hak untuk bicara disini. Aku tidak menyetujui pernikahan ini." Ucapnya marah keluar dari rumah Zanna.
Wanita tua itu berdiri menghampiri Zanna duduk disampingnya.
"Zanna, kau bersediakan menjadi menantu omah?" Ucapnya sambil memegang tangan Zanna.
Zanna yang bingung harus menjawab apa, menoleh ke arah ibunya yang duduk di sebelahnya.
Ibu Zanna menganggukkan kepalanya memberikan tanda bawa dia setuju akan pernikahan Zanna dan Arga.
Karena Ibunya memberikan isyarat itu akhirnya dia mengatakan "Iya, aku mau."
Wanita tua itu langsung memeluk Zanna dengan raut wajah gembira akhirnya dia bisa menepati janjinya pada putranya.
Sebelum putranya meninggal, Ayah Arga meminta pada ibunya untuk menjadikan Zanna sebagai menantunya kelak karena dia ingin membalas budi ke temannya yaitu Ayah Zanna yang sudah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan Ayah Arga dalam kecelakaan yang menimpah mereka 22 tahun yang lalu.
Sebagai tanda persetujuan pernikahan Nenek Arga memberikan kotak cincin yang isinya adalah cincin berlian warna merah delima.
"Ini adalah cincin turun-temurun dari keluarga kami." Ucapnya sambil memasangkan cincin itu ke jari manis Zanna.
Zanna tampak tak enak mendapat pemberian cincin mewah dari nenek Arga.
"Wah cincinnya terlihat lebih cantik saat ada dijarimu." Ucapnya tersenyum lebar.
Zanna dan Ibunya juga ikut tersenyum.
"Apa aku pantas menerimanya?" Ucapnya merasa dirinya tidak pantas memakai cincin turun-temurun dari keluarga Arga.
"Kamu pantas memakainya karena kamu calon yang Oma pilih."
Zanna hanya mengangguk sambil tersenyum terpaksa.
Setelah mengobrol cukup lama Nenek Arga pun izin pamit pada Zanna dan Ibunya.
"Omah permisi dulu yah, jangan lupa jam 8 supir omah akan datang menjemput kamu."
"Iya Omah."
Nenek Arga pun pergi meninggalkan rumah Zanna bersama Ibu Arga yang duduk di dalam mobil menunggu.
Malam pun tiba di rumah kediaman besar keluarga Arga.
Tampak para pelayan yang sedang sibuk menyiapkan hidangan makan malam di meja makan.
Di ruangan tamu ada Nenek Arga yang sedang duduk santai.
Tiba-tiba ada seorang wanita cantik berambut panjang pirang mengenakan celana jeans pendek di atas lutut dan baju kaos putih lengan panjang di atas perut datang duduk di samping Nenek Arga.
"Omah ngapain disini ?"
"Omah lagi nungguin kakakmu."
"Kakak! Memangnya kakak mau kesini."
"Iya kakakmu mau datang makan malam berasama kita. Omah yang panggil."
Wanita yang duduk bersama Nenek Arga adalah anak ketiga dari putranya.
Wanita ini dikenal dengan sebutan Sherlyn Lioni Tomo mempunyai sifat yang sama seperti ibunya arogan dan sombong selalu merendahkan orang yang berbeda status dengan dirinya.
Pintu yang setengah terbuka, tiba-tiba muncul sosok pria tinggi bertubuh kekar mengenakan jas abu-abu casual dipadukan dengan kemeja hitam.
Pria yang datang itu adalah Arga Yuanda Tomo, pria ini dikenal dengan sifatnya tertutup, cuek terhadap lingkungnya dan mempunyai sifat dingin.
Arga Yuanda Tomo adalah direktur utama perusahaan Ernomous yang bergerak dibidang properti, sebelumnya dijalankan oleh Ayahnya tapi setelah kepergiaan Ayahnya 10 tahun yang lalu neneknya mempercayakan perusahaan itu pada Arga.
Arga langsung masuk menghampiri neneknya sudah menunggu dari tadi.
"Malam oma." Ucapnya salim mencium tangan neneknya.
Arga duduk di sofa yang terpisah dari Nenek dan Adiknya.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" Ucap nenek Arga.
"Lancar kok Omah, kemarin lalu perusahaan baru saja berhasil memenangkan tender proyek besar."
"Wah hebat, tidak sia-sia omah mempercayakan perusahaan itu padamu."
"Iya Omah." Ucapnya tersenyum.
Sherlyn tiba-tiba menyenlah pembicaraan Omah dan Kakaknya.
"Yuk kita makan Omah aku sudah lapar, Lagi pula Kakak sudah datang!" Ucapnya sambil berdiri Arga pun beranjak berdiri.
"Tunggu sebentar, Omah masih menunggu seseorang."
"Emangnya Omah nunggu siapa lagi?"
"Sudah, duduk saja dulu. Nanti juga kalian tau."
Sherlyn dan Arga kembali duduk.
Sementara menunggu kedatangan tamu omah, Arga menanyakan ibunya yang tidak muncul pada Sherlyn.
"Ibu ke mana?" Ucapnya menatap adiknya.
"Ibu ada di kamar, semenjak pulang bersama omah tadi siang Ibu belum keluar dari kamar."
"Omah bertengkar lagi sama Ibu?" Tanya Arga.
"Biasalah, Ibumu selalu saja tidak pernah bersependapat dengan Omah." Ucapnya kesal.
Arka yang sudah sering mendengar pertengkaran Ibu dan Omahnya, hanya bisa mengerutkan dahinya.
Arka tidak mungkin membela salah satunya, karena dia sangat menyayangi ibu dan Omahnya.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya Zanna datang mengenakan dress putih brokat lebar di atas lutut dengan sepatu datar berwarna hitam dan rambut lurus yang terurai ke belakang.
Zanna datang bersama supir pribadi Nenek Arga.
"Assalamualaikum." Ucap Zanna berdiri didepan pintu.
"Waalaikumsalam, Akhirnya kamu datang juga." Ucap Nenek Arga beranjak berdiri menghampiri Zanna.
Arga dan Sherlyn tampak bingung melihat Zanna, karena ini adalah pertemuan pertama mereka.
Bersambung.
Nenek Arga membawa Zanna masuk ke dalam rumah.
"Ayo masuk, jangan malu-malu anggap saja seperti rumah sendiri." Ucapnya sambil menarik tangan Zanna.
Sherlyn tampak terlihat tidak menyukai Zanna karena dress yang dikenakan Zanna terlihat sangat murahan dimatanya
"Omah, siapa wanita ini. Kenapa wanita kumuh seperti dia bisa menginjakkan kaki di rumah keluarga besar Tomo."
Mendengar ucapan Sherlyn, Zanna tampak sedih karena Ibu sudah mempersiapkan yang terbaik untuk malam ini, mulai dari baju sampai sepatu yang dia kenakan Zanna, padahal baru saja sore tadi ibunya membelikannya.
"Diam kamu, siapa yang menyuruhmu berbicara seperti itu. Ini rumah Omah, terserah Omah mau mengundang siapa. Kamu dan mamamu tidak berhak melarang Omah." Ucapnya marah melototi Sherlyn.
Sherlyn seketika terdiam dengan raut wajah yang menahan amarah.
Arga tampak tidak peduli dengan kehadiran Zanna karena sifatnya tidak peduli dengan sekitarnya.
Nenek Arga merangkul bahu Zanna berjalan bersama pergi ke ruang makan, sedangkan Arga dan Sherlyn berjalan dibelakang neneknya.
Mereka semua duduk di meja makan bersama, hanya Ibu Arga yang tidak ikut makan malam.
"Bi Asri…" Ucap Nenek Arga memanggil pembantunya.
Bi Asri yang sedang bersih-bersih di dapur langsung melepaskan pekerjaan pergi menemui Nenek Arga.
"Iya Nyonya." Ucapnya berjalan cepat ke meja makan.
"Ada apa Nyonya."
"Panggilkan Ibu Arga kesini, katakan aku yang memanggilnya."
"Baik Nyonya."
Bi Arsi pun pergi ke kamar Ibu Arka yang ada lantai satu.
Bi Arsi mengetuk-ngetuk pintu pintu kamar ibu Arga.
Tok…
Tok…
Tok…
"Permisi Nyonya, Nyonya besar memanggil Nyonya untuk makan malam bersama."
Ibu Arga yang berbaring ditempat tidur sambil menyenderkan badannya di headboard tampak kesal.
Bi Asri kembali mengetuk-ngetuk pintu.
Tok…
Tok…
Tok…
"Nyonya …."
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Ibu Arga berdiri didepan pintu dengan raut wajah yang marah.
"Aku tidak tuli, kamu tidak perlu mengetuk pintu saya berulang-ulang!" Ucapnya marah-marah.
"Iya, Nyonya." Ucapnya menunduk.
Ibu Arga berjalan melewati Bi Asri menabrak bahunya sampai Bi asri hampir terpental ke tembok.
"Astagfirullah, sabar Asri." Ucapnya mengelus dadanya.
Saat Ibu Arga masuk ke ruangan makan, dia terkejut melihat Zanna yang sudah bergabung makan bersama anak-anaknya.
"Kamu!"
Semua orang yang sedang makan tiba-tiba berhenti menyendok makanannya melihat Ibu Arga yang menarik tangan Zanna sampai Zanna berdiri dari kursinya.
Semua orang berdiri kecuali Arga dia terus melanjutkan makannya.
"Dasar wanita tidak tau malu, ngapain kamu kesini!"
"A-K-U …" Ucapnya menundukkan kepalanya.
Nenek Arga langsung melepaskan tangan Ibu Arga dari Zanna.
"Kenapa wanita kampung ini bisa ada di rumah kita!" Ucapnya marah.
Nenek Arga menampar wajah menantu.
Plak !!!
Sherlyn yang melihat Neneknya menampar Ibunya, menganga dengan raut yang terkejut.
"Omah…"
"Aku sudah bilang padamu, jangan berkata seperti pada Zanna."
Zanna mencoba menenangkan Nenek Arga.
"Omah jangan marah, Ini salah aku, seharusnya aku tidak datang kesini." Ucapnya sedih.
"Kamu tidak salah Zanna."
"Terus saja Ibu membela calon menantu Ibu yang kampungan ini!"
"Calon mantu? Jangan bilang omah mau menikahkan wanita ini dengan kakak Arga." Ucapnya terkejut.
"Kalau iya, memangnya kenapa!"
Arga sedang menikmati makan tersedak mendengar ucapan Neneknya.
Uhuck….
Arga langsung mengambil gelas air putih di samping piringnya, di menghabiskan air di gelas itu sekalih teguk.
Arga beranjak berdiri dengan raut tidak percaya kalau Omahya sudah mencarikan dia seorang wanita.
"Omah bercandakan! Omah tidak pernah membicarakan masalah ini padaku."
"Omah tidak bercanda Arga, Omah sudah milih Zanna sebagai calon istrimu."
"Aku tidak setuju Omah." Ucapnya dengan tatapan tajam.
"Omah dengar sendiri kan, Arga saja tidak setuju dengan Omah. Kita semua tidak ada yang setuju dengan Omah."
"Omah tidak perlu meminta persetujuan kalian, Omah tetap akan menikahkan Arga dengan Zanna."
"Omah tidak bisa memaksakan kehendak Omah. Omah harus pikirkan juga bagaimana perasaan Arga. Apapun yang terjadi aku tidak akan menikah dengan gadis kampung ini!" Ucapnya pergi.
Semua orang pergi meninggalkan Omah kecuali Zanna yang terus berdiri di sampingnya, tiba-tiba Omah merasa dadanya sesak, dia terus memegang dadanya.
Zanna yang panik melihat Omah kesakitan berteriak memanggil nama Omah.
"Omah…."
Semua orang yang mendengar teriakan Zanna langsung berbalik arah.
Arga dengan cepat berlari kembali ke meja makan mengambil ahli neneknya dari pelukan Zanna.
Nenek Arga memegang tangan Zanna tidak membiarkan dia pergi dari sisinya.
"Omah, Maaf aku. Aku tidak bermaksud berkata seperti itu." Ucapnya sedih.
Tiba-tiba Omah pingsan
Zanna yang panik menarik tangan Arga.
"Ayo kita bawa Omah ke rumah sakit sekarang juga."
Arga yang tidak suka disentuh dengan Zanna menepis tangan Zanna dengan kasar.
"Jangan sok peduli kamu!"
"Lepaskan tanganmu dari Omah."
"Sherlyn! Cepat bantu kakak, kita harus membawa Omah ke rumah sakit."
Sherlyn langsung lari menghampiri kakaknya menggeser posisi Zanna.
Arga menggendong neneknya keluar dari rumah mereka menuju ke mobil Arga.
Ibu Arka ikut bersama anak-anaknya ke rumah sakit, sedangkan Zanna ditinggal seorang diri.
Di rumah sakit.
Arga, Sherlyn dan ibunya tampak berdiri di depan ruangan UGD.
Dia terlihat sangat khawatir dengan keadaan Neneknya sedangkan Sherly dan ibunya tampak biasa saja.
Seorang dokter yang usianya lebih tua dari Arga menghampirinya.
"Kamu yang bernama Arga?"
"Iya Dok, ada apa?"
"Pasien memanggil anda, dia ingin mengatakan sesuatu."
Arga berjalan dengan cepat masuk ke dalam menemui neneknya, dia berdiri di samping brankar sambil memegang tangan neneknya.
Di luar ruang UGD Zanna tiba-tiba muncul bersama supir Nenek Arga sekaligus orang kepercayaannya.
Melihat kedatangan Zanna Ibu Arga berniat mengusir Zanna dari sana.
"Wanita tidak tahu malu, untuk apa kamu datang ke sini!" Ucapnya membentak Zanna.
"Aku hanya mau melihat bagaimana kondisi Omah. Tolong izinkan aku melihat Omah sekalih saja setelah itu aku akan pergi."
"Tidak perlu, pergi kamu dari sini!" Teriaknya marah mengusir Zanna.
"Maaf Nyonya, Nyonya besar berpesan pada saya agar Nona Zanna terus ada disisinya apapun yang terjadi!" Ucapnya nada tegas.
Mendengar hal itu, Ibu Arga tidak bisa berkutik. Karena sudah ada perintah dari mertuanya.
Tiba-tiba Arga keluar menghampiri mereka.
Wajah Ibu Arga tampak senang melihat putranya akan mengusir wanita benalu seperti Zanna.
Ternyata dugaannya salah, Arga bukan ingin mengusir Zanna melainkan mengajak Zanna masuk ke dalam UGD bersamanya.
"Ayo ikut aku" Ucapnya menarik tangan Zanna masuk ke dalam ruangan.
Di dalam ruangan Zanna terlihat sedih dengan penuh penyesalan, karena dirinya Nenek Arga masuk ke rumah sakit. Seandainya dia tidak datang, pasti ini tidak akan terjadi.
Nenek Arga tampak lemas dengan bantuan alat oksigen.
"Zanna anakku kesini." Ucapnya dengan suara yang pelan sambil menaikkan tangannya memanggil Zana.
Arga langsung menarik tangan Zanna yang berdiri jauh dari brankar.
"Iya Omah, aku disini."
"Kamu mau kan menikah dengan Arga malam ini juga."
Zanna tampak terkejut mendengar ucapan Omah.
"Sekarang?"
"Iya sekarang. Kamu tidak perlu khawatir Arga sudah setuju, iya kan Arga."
Arga hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Kamu mau kan." Ucapnya sambil memegang dadanya terasa sesak.
Setelah berpikir cukup lama Zanna setuju, demi kebahagiaan Omah dan Ibunya.
Dia tidak memikirkan bagaimana perasaannya, dia selalu saja mengutamakan kebahagiaan orang lain dari kebahagiaannya sendiri.
Setelah semua persiapan pernikahan yang mendadak, Akhirnya orang kepercayaan Arga bernama Niko yang diutus untuk membawa penghulu dan 4 saksi ke rumah sakit telah tiba.
Dengan bersamaan Ibu Zanna yang dijemput oleh supir pribadi Nenek Arga juga tiba.
Mereka semua masuk bersamaan di dalam ruang UGD.
Semua orang sudah berada di dalam ruang UGD, termasuk ibu dan adik Arga, mereka berdua berdiri di pojok dengan raut wajah kesal tidak terima Arga akan menikah dengan Zanna.
Arga dan Zanna berdiri depan brangkar Nenek dan disebelah bragkarnya ada pak penguhulu yang sudah siap menikahkan mereka berdua.
Dengan perasaan gugup Arga memajukan tangan nya akan segera melakukan ijab kabul.
Dengan satu tarikan nafas Arga menyelesaikan ijab kabulnya dengan mahar berupa uang sebesar 50.000 Dollar, rumah mewah beserta mobil mewah dan sepasang satu set perhiasaan berlian.
Arka dan Zanna resmi menjadi sepasang suami istri dihadapan Neneknya.
Bersambung.
Semenjak pernikahan yang mendadak di rumah sakit satu bulan yang lalu.
Zanna tinggal dirumah Arga yang terpisah dari keluarga suaminya.
Walaupun mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka berdua tidak tinggal sekamar.
Hal itu dikarena atas permintaan Arga, dimalam itu Arga meminta Zanna untuk tidak bersikap seperti layaknya istri pada umumnya karena dia tidak menganggap pernikahan mereka itu serius.
Dimatanya, Zanna tetaplah wanita asing didalam hidupnya.
Walaupun sikap Arga yang selalu dingin dan acuh terhadapnya, dia selalu bersikap baik pada Arga.
Dia berusaha menjadi sosok istri yang mengerti dengan kondisi suami tidak mencintainya.
Walaupun pernikahan ini tidak didasari dengan cinta bukan berarti Zanna akan bersikap acuh seperti Arga.
Karena sudah adanya ikatan antara mereka, Zanna terus berusaha semaksimal mungkin untuk membuat suaminya senang.
Mulai dari menyiapkan pakaian kantor, sarapan pagi, membersihkan rumah sampai menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.
Arga sering sekali tidak pulang ke rumah, padahal Zanna sudah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua sampai Zanna sering ketiduran di meja makan saat menunggunya pulang.
Saat dia pulang di pagi harinya Arga tetap tidak memperdulikan Istrinya yang sudah menunggunya semalaman.
Dia hanya datang untuk mengambil beberapa berkas perusahaan yang tertinggal di rumah, lalu pergi begitu saja tanpa mencicipi satupun dari masakan Zanna.
Zanna hanya bisa mengelus dada melihat tingkah acuh sang suami.
Di pagi yang sama dan rutinitas sama, tampak Zanna yang berbaring di meja makan menunggu kepulangan sang suami.
Saat Zanna mendengar suara orang membuka pintu, dia terbangun kaget.
Zanna langsung bangkit pergi ke depan untuk menjemput suaminya baru saja pulang.
"Mas Arga kamu sudah pulang." Ucapnya tersenyum.
Saat Zanna ingin mencium tangan suaminya baru saja pulang Arga menepis tangan Zanna.
"Sudah berapa kali aku bilang, jangan pernah bersikap seolah-olah kamu itu istriku!" Ucapnya marah.
"Tapikan kita memang sudah menikah Mas." Ucapnya sedih.
"Walaupun pernikahan kita diakui oleh Agama dan hukum. Di mataku kamu hanya orang asing! Jadi jangan pernah kamu berpikir untuk menjadi istriku yang sesungguhnya." Ucapnya dengan nada yang tinggi.
Setelah berbicara seperti itu Arga pergi ke ruang kerjanya untuk mengambil berkas perusahaan yang tertinggal di atas meja.
Arga lalu keluar dari ruangannya pergi kembali ke perusahaannya.
Sebelum Arga keluar dari rumah,
disaat itu Zanna membawakan teh hangat untuk Arga.
"Mas Arga minum teh dulu." Ucapnya menghampiri Arga sambil membawa secangkir teh.
Arga yang tidak peduli, pergi begitu saat Zanna sampai didepannya.
Dia bahkan tidak sengaja menyenggol bahu Zanna sampai cangkir teh itu terjatuh ke bawah.
Pyaarr !!!
Cangkir itu pecah dibawah kaki Zanna sampai percikan teh itu mengenai kakinya.
"Auh..." Teriaknya kesakitan.
Tapi tampaknya Arga tidak mempedulikan istrinya yang sedang kesakitan, dia pergi begitu saja sambil membanting pintu rumah dengan keras.
Tanpa dia sadari air matanya keluar menetes saat dia membersihkan pecahan cangkir.
"Aku harus sabar menghadapi sikap Mas Arga, aku yakin kelak Mas Arga juga bisa mencintaiku."
"Aku harus yakin dengan perkataan ibu, sesuatu yang dijalani dengan ikhlas dan tawakal pasti akan berbuah manis."
Meskipun Arga tidak menganggapnya sebagai istri, Zanna menganggap Arga sebagai suaminya dan mencintainya sepenuh hati.
Walaupun Zanna mendapat perlakuan seperti itu, Zanna masih berniat untuk membuatkan bekal makan siang untuk Arga dan mengantarnya ke perusahaan.
Setelah membereskan pecahan kaca, dia membereskan makanan yang ada diatas meja makan yang belum sama sekali disentuh oleh Arga.
Dia memanaskan semua makanan, setelah itu menaruhnya ke dus makanan styrofoam untuk dibagi-bagikan ke orang-orang yang kurang beruntung di jalan.
Zanna selalu melakukan ini setiap hari jika banyak makanan dirumah, dari pada terbuang sia-sia Zanna lebih memilih untuk pergi membagikan makannya.
Setelah semua sudah siap, Zanna meletakan dus nasi itu diatas meja makan dan mulai membersihkan seluruh prabotan didalam rumah.
Di siang harinya Zanna mulai memasak makan siang untuk Arga.
Dia memasak dengan penuh rasa cinta yang tulus untuk suaminya.
Satu persatu masakan yang dibuatnya selesainya, dia memindahkan semua masakannya ke kotak bekal.
"Akhirnya selesai juga." Ucapnya sambil usap dahinya yang berkeringat.
"Sekarang aku tinggal mandi, aku tidak mau sampai terlambat ke perusahaan Mas Arga." Ucapnya tersenyum berbalik pergi.
Zanna pun pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap ke kantor suami nya, dia sangat bersemangat untuk mengantarkan makan siang suaminya apalagi suaminya pergi dari rumah tanpa sarapan, jadi Zanna sebagai istri yang berbakti membawakan makanan ke perusahaan.
Setelah 20 menit bersiap Zanna turun mengenakan dress berwarna ungu dengan rambut panjang yang terurai ke belakang, mengenakan sepatu high heels warna putih dan tas berwarna senada dengan sepatunya.
Zanna pergi ke pintu depan, membuka pintu.
Di depan halaman ada seorang pria yang seumuran dengan Arga sedang membersihkan kaca mobil.
"Niko..." Ucap Zanna yang berdiri didepan pintu.
Pria tampan itu berbalik.
"Iya Nona, ada apa?"
"Tolong bantu aku angkat dus nasi yang ada di dapur." ucapnya ramah.
"Baik Nona."
Niko adalah supir pribadi yang diutus oleh Tuan Arga, untuk mengantarkan ke mana saja Zanna pergi karena Arga tidak bisa selalu ada dirumah terlebih lagi Zanna tidak bisa mengemudi.
Niko dan Zanna keluar membawa dus nasi dan bekal, Zanna masuk ke dalam mobil sambil memegang kotak bekalnya sedang Niko masih memasukan dus nasi ke bagasi mobil.
Niko pun dengan cepat berjalan masuk ke dalam mobil.
"Nona, kita mau kemana?" Ucapnya menoleh kebelakang.
"Tolong antarkan aku ke perusahaan Mas Arga." Ucapnya tersenyum.
"Perusahaan Tuan Arga?" Ucapnya kaget.
"Iya perusahaan mas Arga, kenapa raut wajah seperti itu."
"Tidak Nona."
"Kalau begitu ayo kita pergi."
"Baik Nona."
Niko langsung menyalakan mobilnya pergi meninggalkan halaman rumah.
Ditengah jalan menuju ke perusahaan Zanna meminta Niko menghentikan mobil karena dia melihat banyak gelandangan yang sedang duduk di pinggir jalan.
"Stop!"
Zanna langsung keluar dari mobil.
Niko juga ikut keluar dari mobil.
"Tolong keluar semua dos nasinya, aku mau membagikannya pada mereka."
"Baik Nona."
Niko pun membawa keluar Dus nasi itu, semua orang gelandangan yang duduk langsung berdiri mendekat pada Zanna.
Niko meletakan dus nasi itu depan Zanna.
"Mari Pak, Bu. Silahkan diambil." Ucapnya tersenyum ramah membagikannya dus nasi itu pada mereka yang kurang beruntung.
Niko juga membantu membagikan dus nasi itu sampai habis.
Setelah semua sudah dapat, Zanna kembali membagikan uang lembaran 100 ribu.
Semua orang mendapatkan satu lembar darinya.
"Semoga uang ini bisa bermanfaat." Ucapnya tersenyum.
Para bapak dan ibu yang menerima uang dan Dos nasinya mengucapkan terimakasih banyak, mereka sangat senang.
Sebelum pergi, dia menurunkan kaca mobilnya menyapa mereka dengan melambaikan tangan sambil tersenyum manis pada mereka semua.
Mereka juga membalas senyuman Zanna.
"Tuan Arga beruntung sekali mendapatkan Nona Zanna. Bukan hanya cantik tapi dia juga punya kepribadian yang sangat baik." Batinnya, sambil melihat wajah Zanna dari kaca mobil.
Tidak lama kemudian akhirnya mereka sampai perusahaan.
Sebelum Zanna masuk ke dalam gedung perusahaan, Niko menghentikan Zanna dengan memegang tangan Zanna.
"Maaf Nona." Ucapnya menarik kembali tanganya.
"Ada apa Niko?"
"Nona yakin mau masuk ke dalam?" Ucapnya nada serius.
"Kenapa kamu berkata seperti itu?" Ucapnya bingung dengan Niko terus yang berusaha menghentikannya.
"Tidak apa-apa Nona, hanya ..."
"Hanya apa?"
"Hanya....."
Tiba-tiba Zanna pergi begitu saja sebelum Niko menyelesaikan ucapanya.
"Astaga bagaimana ini kalau Nona bertemu dengan Clara."
Zanna pergi karena melihat jam ponselnya sudah menunjukkan pukul 11.30 waktu dimana istirahat perusahaan telah tiba, dia tidak mau sampai terlambat mengantarkan makan siang.
Saat di masuk ke dalam perusahaan Zanna bertemu dengan para pegawai Arga, mereka semua memberikan hormat padanya dan bersikap baik.
Ini adalah kedua kalinya dia pergi ke perusahaan Arga, yang pertama kali dia datang bersama Arga dan Omah untuk memperkenalkan Zanna ke seluruh pegawai bawa Zanna adalah Istri dari Arga Yuanda Tomo.
Zanna yang sudah pernah pergi ke ruangannya Arga langsung masuk ke dalam lift tanpa harus bertanya ke pegawai disana.
Di dalam Lift Zanna terus memperhatikan angka lift yang perlahan-lahan naik.
Sesampainya di lantai 20, dengan senyuman Zanna melangkahkan kakinya keluar dari lift.
Zanna sudah tidak sabar melihat ekspresi wajah Arga saat melihat dia ada di perusahaan.
Saat dia sudah sampai di depan pintu ruangan Arga dia langsung membuka pintu tanpa mengetuk lebih dulu.
Dengan senyuman lebar Zanna melangkah masuk, tiba-tiba bekal yang dia bawah jatuh ke lantai dengan makanan yang terhambur keluar dari tempatnya.
Wajahnya tercengang tidak percaya melihat suaminya tengah berciuman dengan wanita lain.
Tanpa dia sadari air matanya setetes demi setetes keluar melihat ada wanita yang duduk di meja suaminya tengah berciuman bahkan suaminya sendiri merangkul pinggang wanita itu dengan erat.
"Apakah ini alasanya mas Arga tidak pernah mau menyentuhku." Ucapnya sambil menangis menahan amarah.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!