NovelToon NovelToon

Elliot Is My Husband

Tenggalam

Selamat membaca!

Sebuah kota yang merupakan kota terpadat kedua di Australia, tepatnya di sebuah rumah mewah yang berada di pusat kota Melbourne. Kelly terlihat sedang berdiri di depan sebuah cermin wastafel di dalam bathroom. Wajahnya begitu muram, ia sangat kesal dengan apa yang baru saja didengar dari keluarganya. Penolakan sepihak yang tak masuk akal, Kelly sebenarnya heran. Namun, ia tak punya keberanian untuk bertanya kepada ayahnya yang terkenal tegas dan keras. Apalagi jika ayahnya sudah berkata A, maka tak ada seorang pun yang mampu untuk merubah keputusannya.

Kelly menghela napasnya dengan kasar sambil menengadahkan kedua tangannya untuk menampung air yang mengalir dari kran wastafel. Beberapa kali Kelly mengusap wajahnya, berharap agar segala kekacauan yang ada di dalam pikirannya dapat dilupakan.

Kelly mulai melangkahkan kakinya keluar dari bathroom dan menuju balkon di kamarnya. Setelah tiba di balkon, ia langsung melempar tubuhnya di sebuah kursi yang memang berada di sana, sambil menatap langit yang dipenuhi oleh taburan bintang yang berpijar.

Malam itu merupakan malam menyedihkan untuk Kelly karena usaha untuk meyakinkan keluarga besarnya tentang hubungannya dengan Elliot, harus berakhir dengan kegagalan. Bahkan keluarga besarnya sangat menentang sekali Kelly berhubungan dengan Elliot. Terlebih Kakak kandung Kelly yang bernama Garry Clarkson.

"Kenapa keluargaku tidak setuju dengan hubunganku dan Elliot?"

Tak terasa tetesan air mata berhasil lolos dan menetes membasahi kedua pipinya. Kelly begitu rapuh, air mata yang telah diusap dengan jemarinya, tak berhenti mengalir hingga terus membuat kedua pipinya basah.

...🌺🌺🌺...

Di dalam pesawat saat penerbangan menuju Australia, seorang pria tampak gelisah seperti sedang mengigau. Kepala pria itu bergerak ke kiri dan kanan dengan dahi yang berkeringat.

"Jangan bunuh saya, saya janji tidak akan menceritakan pada siapapun," ucap seorang anak kecil berusia 8 tahun yang tampak ketakutan.

Bayangan itu begitu jelas terlihat, ketika mimpi buruk itu hadir di saat pria itu terlelap. Kenangan masa kecil yang mengakibatkan kehidupan keluarganya menjadi hancur.

Tiba-tiba getaran pesawat yang sedang mendarat membuat pria itu mulai membuka matanya dengan kalang kabut.

Pria itu pun terkesiap, berusaha mengumpulkan kesadarannya. Namun, napasnya yang memburu masih terdengar dengan jelas.

Pria itu kini sudah terjaga dari tidurnya, sambil menghela napas, ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

"Lagi dan lagi mimpi itu selalu datang, pria itu yang sudah membuat Ayahku jadi kehilangan pekerjaan dan karena kemiskinan itu aku jadi berpisah dengan adikku," gerutu pria itu sangat kesal, bila mengingat semua kenangan buruk itu.

Pesawat telah mendarat dengan sempurna di Bandara Melbourne Australia.

Sepasang kaki mulai terlihat terus melangkah di lorong kabin keluar dari pesawat. Langkah yang panjang menyiratkan sebuah kecemasan yang mendalam. Pikirannya saat itu begitu kalut, atas kabar tak menyenangkan yang disampaikan oleh wanita yang dicintainya, bahwa hubungan mereka harus kandas begitu saja dan tak bisa berlanjut sampai ke jenjang pernikahan.

Alasan yang tak lain dan tak bukan adalah karena keluarga.

Setelah menaiki sebuah taksi yang terparkir rapi di lobi bandara. Elliot mulai duduk nyaman di kursi belakang mobil dan meraih ponsel yang berada dalam sakunya. Elliot langsung menghubungi Kelly, wanita yang menjadi alasannya kenapa dirinya pergi dari London, meninggalkan semua rutinitasnya sebagai seorang CEO MANGO Corporate.

Walau di satu sisi hatinya sangat berat untuk jauh dari adik perempuannya, yang sebentar lagi akan melahirkan untuk kali pertamanya, namun Elliot tidak punya pilihan lain selain datang dan menanyakan langsung kepada Kelly tentang alasan pembatalan sepihak dari keluarganya.

"Ya halo Kelly, aku sudah sampai di Melbourne, satu jam lagi kita bertemu di Restoran Attica, tidak jauh dari bandara, oke!"

Elliot mengakhiri sambungan teleponnya lalu meletakkan kembali ponsel di sakunya.

Taksi pun terus melaju membelah lalu lintas kota Melbourne malam itu. Elliot terus menatap lurus ke arah luar kaca mobil dari tempatnya duduk, ia melihat suasana kota Melbourne yang tak jauh berbeda dengan London.

Namun tiba-tiba, saat mereka melewati jembatan, mobil yang dinaiki oleh Elliot ditabrak oleh sebuah truk besar dan membuat laju mobil menjadi tak seimbang, truk itu terus menghantam keras sisi kanan taksi, membuat laju taksi semakin terdesak hingga menerobos pembatas pinggir jembatan dan taksi seketika terjun bebas ke dasar sungai.

Taksi yang sudah berada di permukaan sungai, semakin tenggelam karena tidak kuat mengambang terlalu lama dengan bobot yang dimiliki taksi.

...🌺🌺🌺...

Seorang wanita yang bekerja di salah satu media ternama di Melbourne. Wanita cantik yang bernama Alissa Harvey. Ia terlihat duduk di tepi sungai dengan memangku kedua tangan di atas pahanya, pandangannya menatap ke arah sungai dengan tatapan nanar.

"Kenapa aku mendapatkan tugas liputan yang sangat sulit?" geram Alissa sesekali menghentakkan tangannya dengan kesal.

Masih terngiang di telinganya, bentakan dari pria tambun paruh baya pimpinan dari tempatnya bekerja.

Saat Alissa semakin tenggelam dengan rasa kecewanya, tiba-tiba ponselnya berdering dengan keras. Alissa bergeming dari lamunannya dan mulai mengambil ponsel dari dalam tasnya.

"Tuan Oscar."

Alissa masih terus memandangi layar ponselnya. Ia terlihat bimbang antara ingin menjawab atau melempar ponsel itu ke dasar sungai, karena rasa kesal masih menguasai Alissa setelah dipersalahkan atas kegagalan proyek dari sebuah liputan yang sebenarnya itu bukanlah kesalahannya.

Alissa mengesah kasar. Ia pun memutuskan untuk menjawab panggilan teleponnya.

"Halo Alissa, posisimu dimana?"

"Kenapa orang tua ini kepo sangat ya, ngapain dia bertanya posisiku dimana setelah dia dengan sesuka hatinya memarahiku di depan banyak orang!" gumam Alissa menggerutu.

"Aku dipinggir sungai dekat jembatan Melbourne, ada apa?" jawabku sedikit ketus.

"Sudah aku duga, sekarang kamu segera ke jembatan dan liput berita kecelakaan mobil di sana. Segera! Agar kita bisa menjadi media pertama yang menyajikan berita itu di layar kaca."

"Baik Tuan."

Alissa bergegas bangkit dari posisi duduknya, ia melangkahkan kakinya dengan cepat menuju mobilnya, yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berada.

Tanpa membuang waktu lagi, mobil Alissa mulai melaju menyisir pinggir sungai dengan kecepatan yang tinggi menuju lokasi kecelakaan yang berada di atas jembatan.

Namun, tiba-tiba Alissa menginjak rem mobilnya dengan dalam ketika melihat di tepi sungai, sesosok pria teronggok lemah dalam keadaan sudah tak sadarkan diri. Alissa dengan cepat turun dari mobil, untuk menghampiri pria tersebut. Alissa menarik tubuh pria itu yang setengah tubuhnya masih tenggelam di dalam air, dengan usaha yang keras akhirnya Alissa berhasil menyelamatkan pria itu yang ternyata adalah Elliot.

...🌺🌺🌺...

Bersambung ✍️

Berikan komentar kalian ya.

Terima kasih banyak.

Karakter tambahan pada sekuel Penjara Hati Sang CEO 2 :

👉 Alissa Harvey (Wartawan)

👉 Garry Clarkson (Kakaknya Kelly)

Ciuman Pertama

Selamat membaca!

Alissa masih berada di tepi sungai, ia melihat keadaan Elliot masih tak sadarkan diri. Wajahnya kini tampak begitu cemas, ia coba melakukan kompresi pada dada Elliot untuk membuatnya sadar, namun setelah ia lakukan berulang kali, usahanya tidak juga berhasil, Elliot masih belum sadarkan diri dan denyut jantungnya sangat lemah.

"Aku harus bagaimana lagi ini?" tanya wanita itu tampak kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini.

Alissa pun masih terus berpikir. Ia semakin memutar otaknya dengan sangat keras, hingga akhirnya ia teringat sesuatu yang pernah dibacanya.

"Aku harus memberikannya napas buatan," ucapnya namun penuh keraguan untuk melakukannya.

Alissa coba mendekati wajah Elliot, ia tak punya pilihan lain untuk melakukan semua itu.

"Ya ampun, aku saja tidak mengenal pria ini, masa dia mendapatkan ciuman pertamaku."

Alissa kini dihujani oleh keraguan yang terus membalut hatinya. Namun ia semakin terdesak, hingga tak punya pilihan lain selain melakukannya, karena Alissa khawatir pria yang saat ini ada dihadapannya akan mati begitu saja tanpa sempat ia tanya tentang kecelakaan yang telah terjadi dan membuatnya terdampar di sini.

"Aku sangat yakin, pria ini ada hubungannya dengan kecelakaan itu."

Alissa mengesah kasar. Ia pun melanjutkan apa yang ingin dilakukannya. Wajah Alissa kini sudah semakin dekat, ia pun mulai mencium bibir Elliot dan melakukan napas buatan untuk menyelamatkannya.

"Ya ampun pria ini untung tidak sadarkan diri, jadi dia tidak akan tahu kalau aku telah menciumnya untuk memberikan napas buatan," batin Alissa menutupi rasa malunya.

Setelah beberapa kali mengulanginya, akhirnya Elliot mulai bergeming, ia tersedak dan langsung batuk-batuk mengeluarkan sejumlah air yang mungkin terminum oleh dirinya saat tenggelam. Elliot membuka matanya dan mulai mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, walau masih terlihat samar.

Elliot menatap Alissa yang kini tepat bersimpuh di sampingnya.

"Kamu siapa? Dan kenapa aku bisa sampai ada di sini?"

Saat Alissa ingin menjelaskan kepada Elliot, tiba-tiba dari kejauhan seperti ada dua mobil yang mendekat ke arahnya.

Alissa yang pengalaman dengan kasus seperti ini, karena sudah 5 tahun ia menggeluti profesinya sebagai seorang wartawan. Alissa menerka sesuatu yang tiba-tiba terbesit dalam pikirannya, dengan cepat ia pun memapah tubuh Elliot untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Sebaiknya kita ke apartemenku, aku takut dua mobil yang sedang menuju ke sini itu sedang mencarimu."

Elliot terhenyak, ia awalnya tak mempercayai apa yang dikatakan oleh Alissa, namun saat dua buah tembakan mulai meluncur hampir mengenai dirinya, Elliot langsung bangkit dan melangkah dengan merunduk masuk ke dalam mobil Alissa.

"Ayo cepat, cepat, jalankan mobilnya," pinta Elliot sambil masih melihat ke arah belakang, dimana dua mobil tampak terus mendekat ke arah mereka dengan kecepatan tinggi.

Alissa pun menginjak dalam gasnya, ia kemudian memacu mobilnya dengan begitu cepat.

"Siapa mereka? Kenapa mereka ingin membunuhmu?" tanya Alissa dengan panik.

Elliot berpikir keras atas apa yang saat ini menimpanya, ia mengambil ponsel dari saku jasnya, namun sayang ponselnya sudah tidak ada, mungkin sudah hanyut tenggelam di dasar sungai saat dirinya tenggelam.

"Sial, ponselku tidak ada," gumam Elliot kesal.

"Bolehkah aku meminjam ponselmu!" tanya Elliot memutuskan.

Alissa pun dengan cepat mengambil ponselnya lalu memberikannya kepada Elliot. Keduanya kini semakin panik saat dua tembakan mengenai badan mobil yang dikendarai oleh Alissa.

"Tuan, segala kerusakan mobilku, kau harus menggantinya saat kau selamat nanti! Ingat jangan kabur dari tanggung jawabmu ya."

Elliot menatap wajah wanita yang tak dikenalnya saat ini dengan heran, namun ia sangat berterima kasih atas kehadiran Alissa yang telah menyelamatkan nyawanya.

"Kenapa tidak diangkat Tuan Raymond?" Elliot terlihat tegang.

Elliot pun akhirnya mengembalikan ponsel milik Alissa dengan meletakkannya di atas dashboard. Kini pria itu kembali fokus untuk melihat kedua mobil yang saat ini sudah mengapit mobil yang dikendarai oleh Alissa.

"Sial mereka akan menabrak mobil ini. Eh kau ikuti perintahku dalam hitungan ketiga oke!"

"Maksudmu apa?" tanya Alissa yang semakin panik.

"Sudah jangan banyak tanya, ikuti saja!" bentak Elliot dengan lantang, hingga memekakkan telinga Alissa yang mendengarnya.

Alissa pun tak membantahnya dan langsung mengiyakan dengan sebuah anggukan kepala.

"3.. 2.. 1.. sekarang rem! Cepat!"

Dengan reflek sesuai dengan perintah Elliot, Alissa langsung menginjak remnya dengan dalam, mobil pun berhenti seketika dan kedua mobil yang bermaksud menghimpit mobil Alissa, saling bertabrakan hingga kedua mobil ringsek seketika.

"Sekarang cepat injak gasnya, ayo cepat!"

Alissa kembali menginjak gas mobilnya dengan dalam, dibantu oleh Elliot yang memutar setirnya hingga akhirnya melewati kedua mobil yang mengejar mereka. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, menjauh dari kedua mobil yang saat ini sama sekali tak bisa lagi dikendarai.

"Kita berhasil lolos Tuan."

Elliot tak menjawab perkataan Alissa, ia saat ini terus berpikir dengan keras, karena ia sendiri tidak menyangka jika kedatangannya ke Australia disambut dengan kejadian seperti ini, mulai dari kecelakaan mobil yang membuat taksinya jatuh ke sungai dan sekarang nyawanya terancam oleh orang-orang yang tak dikenalinya.

"Siapa mereka sebenarnya? Kenapa mereka menginginkan aku mati?" batin Elliot terus berpikir.

...🌺🌺🌺...

Setelah tiba di apartemen, Elliot dan Alissa keluar dari mobil dengan terburu-buru, mereka langsung memasuki lobi apartemen dan bergegas menuju sebuah lift. Pintu lift pun terbuka, namun Elliot langsung melihat kecurigaan mulai dari pintu masuk sampai saat lift terbuka, beberapa orang tampak menatapnya dengan sinis.

Elliot pun membiarkan pintu lift tertutup kembali, dengan meraih tangan Alissa untuk menghentikan langkahnya yang hendak masuk ke dalam lift.

"Mereka tidak akan melakukannya di tempat terbuka seperti ini," gumam Elliot menyimpulkan.

Elliot menarik tangan Alissa dan menggenggamnya dengan erat, untuk mengikuti langkahnya menuju pintu keluar apartemen.

"Kenapa Tuan? Kenapa kita keluar lagi?"

"Mereka sudah melacak keberadaan kita lewat plat nomormu. Saat ini kita sedang berhadapan dengan orang yang memiliki kekuasaan penuh di kota ini," ucap Elliot sambil terus melangkah menuju ke arah mobil Alissa yang saat ini pun sudah dijaga oleh beberapa orang.

"Sial, kita tidak punya pilihan lain, selain mengelabui mereka dengan mencuri mobil orang lain."

Elliot melangkah menuju bagian sisi lain parkiran mobil. Setelah melihat satu mobil yang menjadi targetnya, ia pun memecahkan kaca bagian depan mobil dan mulai membuka pintu bagian depan, ia pun masuk dan langsung membukakan pintu sampingnya untuk Alissa masuk ke dalam mobil. Elliot merusak kunci stater pada mobil dengan pisau lipat yang kebetulan ada di dalam mobil, setelah berhasil ia kemudian menyatukan dua buah kabel dan mulai menyalakan mobil tersebut. Setelah berhasil ia mulai mengendari mobil tersebut dan pergi meninggalkan area apartemen. Elliot menutup wajahnya dengan memakai sebuah topi yang kebetulan ada di atas dashboard mobil.

Alissa merunduk turun agar wajahnya tidak terlihat oleh beberapa orang yang saat ini sedang berjaga di gerbang keluar apartemen.

Saat beberapa orang mulai mencurigai mobil yang dikendarai oleh Elliot, tanpa ragu Elliot langsung menginjak gas dengan dalam hingga menabrak portal pembatas dan mobil pun melaju dengan kecepatan tinggi membelah lalu lintas kota Melbourne.

"Kita sewa hotel saja di dekat sini."

"Terserah kamu saja Tuan karena sekarang hidupku juga jadi terancam dan aku tidak bisa pulang ke apartemenku."

"Apa kau tidak mengenal mereka Tuan?" tanya Alissa penuh tanda tanya.

Elliot menautkan kedua alisnya. Wajahnya terlihat sangat geram sampai beberapa kali ia menghentakkan kedua tangan pada kemudinya, sama seperti yang dilakukan oleh seorang Raymond Weil ketika sedang melampiaskan amarahnya.

"Kenapa mereka ingin membunuhku? Apa kesalahanku?" tanya Elliot dalam hati penuh tanda tanya.

Saat Elliot terus berpikir. Ia seperti menemukan sesuatu di dalam pikirannya.

"Apa ini ada hubungannya dengan Kelly? Aku harus menemuinya," gumam pria itu kembali memutuskan langkah apa yang harus diambilnya.

...🌺🌺🌺...

Bersambung✍️

Berikan komentar dan gift kalian ya.

Terima kasih banyak.

Follow Instagram : ekapradita_87

Menginap

Selamat membaca!

Elliot terus mengendarai mobilnya dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Ia sadar bahwa orang-orang yang telah mengejarnya tidak akan semudah itu berhenti untuk tak mencarinya. Hal yang benar-benar membuat pria itu tampak begitu geram karena harus mengalaminya.

"Sial sebenarnya apa yang terjadi? Siapa mereka?" gumam pria itu yang masih belum mendapatkan jawaban atas segala pertanyaannya.

Elliot terus menerka-nerka siapa yang sebenarnya ingin membunuhnya. Terlebih kedatangannya ke Australia adalah untuk kali pertama.

"Apa mereka ada hubungannya dengan keluarga Kelly?" batinnya yang kembali bertanya pada dirinya sendiri.

Tak berapa lama kemudian, Elliot melihat sebuah hotel yang letaknya cukup tersembunyi dari jalan utama. Ia akhirnya memutuskan untuk menjadikan hotel itu tempatnya menginap. Kini mobil mulai memasuki area hotel dan tepat berhenti di parkirannya. Sebuah hotel yang terletak di sudut kota Melbourne jauh dari apartemen Alissa berada.

"Kita menginap di sini saja untuk malam ini!" titah Elliot memutuskan.

Alissa pun seketika bergedik ngeri mendengarnya.

"Pria ini mengajakku ke hotel, aku sebenarnya takut, tapi aku tidak punya pilihan lain selain mengikutinya atau aku tidak akan mendapat berita apapun darinya," gumam Alissa menautkan kedua alisnya untuk berpikir.

Alissa pun akhirnya mau tak mau mengikuti keinginan Elliot untuk bermalam di hotel ini. Namun, wanita itu melontarkan sebuah syarat yang membuat Elliot seketika memicingkan ekor matanya untuk melihat sinis ke arah Alissa.

"Tapi pesan dua kamar ya!" titah Alissa dengan begitu menuntut.

"Memang siapa yang mau sekamar denganmu! Dasar wanita aneh," ucap Elliot yang kemudian langsung turun dari mobil dan mengabaikan Alissa yang terlihat malu-malu karena jawaban dari pria itu membuatnya jadi salah tingkah.

Namun, wanita cantik itu tetap mengekor di belakang Elliot yang terus melangkah masuk ke dalam hotel dan langsung menuju meja resepsionis untuk menyewa dua buah kamar seperti yang diinginkan oleh Alissa.

"Permisi, saya ingin memesan dua kamar," ucap Elliot sesaat setelah tiba di hadapan seorang petugas resepsionis hotel.

"Oke sebentar ya Tuan, kami akan periksa terlebih dahulu," jawab resepsionis itu dengan ramah.

Selesai mengutak-atik laptop yang ada di atas meja. Resepsionis itu pun mulai menunjukkan gestur yang menunjukkan kekecewaan.

"Maaf Tuan, hanya tersisa satu kamar yang tersedia. Apakah akan tetap kau ambil?" tanya Resepsionis itu memberi pilihan.

Elliot berpikir sejenak sambil menautkan kedua alisnya. Setelah menimang-nimang beberapa saat, akhirnya Elliot pun memutuskan untuk tetap menyewa hotel tersebut karena ia tak punya pilihan lain saat ini. Bukankah akan sangat berbahaya jika mereka berkeliaran di luar. Makanya itu Elliot berpikir jalan terbaik yang bisa ia lakukan saat ini adalah bersembunyi.

"Aku tidak punya pilihan lain, kalau keluar dari hotel, mereka pasti masih mencariku dan akan sangat berbahaya jika aku berkeliaran di jalan, terlebih mereka sudah mengenali mobil yang aku kendarai itu," gumam Elliot mutuskan.

"Baiklah Nona, saya ambil kamarnya tidak apa walau hanya satu." Elliot pun mengambil sebuah kunci yang diberikan oleh resepsionis. Ia kemudian mulai melangkah menuju sebuah lift yang letaknya berada tidak jauh dari posisinya saat ini.

"Ayo jangan diam saja, mereka itu bisa datang kapanpun dan memeriksa lobi ini. Maka itu, kita harus segera bersembunyi di kamar!"

Perkataan Elliot seketika membuyarkan lamunan Alissa. Wanita itu pun kembali merapatkan langkah kakinya yang tertinggal dari Elliot.

"Demi sebuah berita, aku sampai rela harus satu hotel dengan pria yang baru saja aku kenal ini. Mana pria ini menyebalkan lagi," batin Alissa menggerutu yang diakhiri dengan ******* napasnya dengan kasar.

...🌺🌺🌺...

Seorang pria dengan stelan jas lengkap, terlihat sedang duduk di sebuah kursi yang berada di dalam kantornya, sambil menjawab telepon dari seseorang.

Seorang mafia tampan yang bernama Garry Carlkson merupakan CEO dari AXN Corporate sebuah perusahaan besar di kota Melbourne. Garry Carlkson sangat ditakuti di seluruh Australia, ia sangat kejam dan tidak segan-segan menghabisi lawan bisnisnya yang tak sejalan dengannya. Namun sebanyak apapun kasus pembunuhan yang melibatkan dirinya, ia nyaris tak tersentuh oleh hukum. Kekuasaannya sungguh tiada batas, Garry merupakan anak pertama dari pemimpin organisasi mafia terbesar di Australia yang bernama Rui Carlkson. Organisasi mafia terbesar di Melbourne yang mempunyai jaringan internasional di seluruh dunia. Organisasi yang sering disebut dengan nama DOM (Dark Organization Melbourne).

"Bodoh kalian! Satu orang saja kalian tidak bisa menghabisinya!"

Garry menghentakkan meja kerjanya dengan begitu keras.

"Aku tidak ingin dengar alasan kalian, habisi dia atau kalian yang akan aku habisi!"

Garry akhirnya memutuskan sambungan teleponnya dan langsung meletakkan ponsel dengan kasar di atas meja. Rahangnya terlihat mengeras dengan kedua alis yang saling bertaut.

"Sepertinya aku sendiri yang harus turun tangan untuk menghabisi Elliot! Pria itu bisa jadi sumber masalah jika dia sadar, siapa yang mengancam nyawanya," gumam Garry sambil mengusap dagu runcingnya.

Garry bangkit dari posisi duduknya, dengan segera ia melangkahkan kakinya menuju keluar ruangan.

Setelah keluar dari gedung kantornya, ia segera menaiki mobil mewahnya yang berwarna hitam.

Mobil pun mulai melaju meninggalkan area kantor dengan kecepatan tinggi.

"Besok aku akan ikut mencari Elliot, aku tidak bisa menunda-nundanya lagi. Pasti Daddy akan marah besar, jika aku sampai gagal," ucap Garry yang sesekali memukul kemudinya dengan kesal.

Perjalanan pulang yang berlangsung singkat, karena memang jarak antara kantor dengan rumahnya tidaklah terlalu jauh.

Garry sudah memarkir mobil mewahnya di pelataran rumahnya. Setelah turun ia segera masuk ke dalam rumah mewah yang bak istana, megah dan elegan.

Garry mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya yang terletak bersebelahan dengan kamar Kelly, baginya Kelly adalah adik yang sangat keras kepala, karena Kelly menolak untuk bekerja di perusahaannya. Walau Garry menawarkan posisi yang tinggi, Kelly lebih memilih bekerja di Marx Corporate, perusahaan yang dipimpin oleh Richard.

Saat hendak memasuki kamarnya, tiba-tiba suara panggilan dari Kelly terdengar, hingga membuatnya menghentikan langkah. Garry menoleh ke arah sumber suara, dimana Kelly terlihat mendekat ke arahnya.

Garry menatap Kelly dengan menautkan kedua alisnya.

"Ada apa Kelly?" tanya Gelly dengan raut heran.

"Katakan padaku, apa yang kau lakukan terhadap Elliot?" tanya Kelly yang merasa aneh karena Elliot tidak ada kabar beritanya. Bahkan pertemuannya di Restoran Attica yang menjadi tempatnya bertemu dengan Elliot, harus gagal karena pria itu tak kunjung datang ke sana. Sampai akhirnya, Kelly pulang dengan membawa kecurigaannya terhadap sang kakak.

"Kelly tidak boleh tahu tentang rencanaku yang ingin menghabisi Elliot," gumam Garry memutuskan jawaban apa yang harus dikatakannya kepada Kelly.

Dengan wajah santai, pria itu pun mengedikkan bahunya tanda ia tak tahu menahu tentang apa yang dipertanyakan oleh Kelly saat ini.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu?"

"Jangan bohongi aku Garry!" kecam Kelly dengan wajah penuh keseriusan.

"Apa kau punya bukti? Jika aku melakukan itu," sanggah Garry sambil mengangkat kedua alisnya.

Kelly pun terlihat kebingungan untuk menjawab apa yang ditanyakan oleh Garry. Kini wanita itu hanya diam dan mendengus kasar sambil memutar tubuhnya untuk pergi meninggalkan Garry. Membawa rasa kesalnya terhadap sang kakak yang ia tahu memang selalu pintar dalam mengelak dari semua pertanyaannya yang tidak ingin dijawabnya.

Sementara itu, Garry masih terus menatap punggung Kelly yang semakin menghilang dari pandangan matanya. Ya, wanita itu langsung masuk ke dalam kamar dan terdengar membanting pintu kamarnya dengan keras.

Setelah berada di dalam kamarnya, wanita itu pun langsung melemparkan tubuhnya di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar dengan perasaan yang cemas karena memikirkan keadaan Elliot yang sempat menghubunginya dan menceritakan semua yang terjadi padanya, setibanya di kota Melbourne.

"Aku minta maaf Elliot, tapi aku janji saat aku sudah mendapatkan bukti tentang niat jahat mereka padamu, aku akan langsung pergi meninggalkan rumah ini dan aku tidak lagi butuh restu dari mereka untuk menikah denganmu," batin Kelly penuh keyakinan.

...🌺🌺🌺...

Bersambung✍️

Berikan komentar kalian ya.

Terima kasih banyak.

Follow Instagram Author juga ya : ekapradita_87

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!