Harap baca dulu 'Rahasia Cinta Zoya'. Novel ini dibuat setelah 18 belas tahun kemudian dari kisah 'Rahasia Cinta Zoya'
Alexa berlari dengan sangat tergesa menghampiri mobilnya. Baru saja dia mendapatkan kabar dari temannya yaitu Helen, jika saat ini Hanum berada di club malam.
Apa yang akan dilakukan adik perempuannya yang baru saja menyandang predikat mahasiswa baru itu? Hanya itu yang ada di otak gadis berusia dua puluh empat tahun itu. Hanum si bontot yang memang sering membuat masalah. Apalagi saat ini papa dan mamanya sedang menunaikan ibadah haji. Hanum seperti meraup nafas kebebasan karena terlepas dari pantauan kedua orang tuanya.
"Ya Allah, Hanum... " lirih Ale dengan menginjak pedal gas mobil. Dia terus melajukan mobil Yaris putihnya itu menembus keramaian jalan menuju sebuah club malam yang cukup familiar di kota ini.
Wajahnya masih terlihat menegang saat membayangkan Hanum berada di tempat yang tidak seharusnya. Pikirannya banyak dihinggapi hal-hal buruk tentang adiknya di dalam ruangan, yang dia juga hanya bisa membayangkan, karena tidak pernah masuk ke dalamnya.
Sejenak, dia terdiam setelah menghentikan mobilnya berada tepat di depan klub malam. Alexa tahu ini tempatnya, tapi gadis itu sama sekali tidak pernah melihat langsung situasi di dalamnya. Hanya dari cerita teman-temannya, dia mempunyai gambaran tentang tempat yang dipenuhi hingar bingar musik dan lampu disko.
Alexa bergegas turun, dia tidak ingin adiknya terlalu lama berada di dalam tempat yang bisa dibilang surga dunia.Gadis itu menguatkan niatnya, jika sebagai seorang kakak, dia harus menjaga Hanum.
Baru saja Alexa masuk, semua mata langsung tertuju padanya. Kerudung yang dia kenakan membuat Alexa terlihat aneh saat memasuki ruangan yang cukup berisik dengan dentuman musik yang hampir memekakkan telinga. Sesekali, dia terbatuk karena kepulan asap rokok dan aroma alkohol yang cukup menyengat. Gadis cantik berwajah oriental itu mengedarkan pandangannya ke seluruh arah, namun belum juga dia menemukan adiknya.
"Hae...nyari siapa? Mending kita berdansa di bawah." Ajak seorang pemuda hampir menarik lengan Ale, untung dengan cekatan gadis yang menunjukan raut wajah cemas itu segera menepisnya. Ale masih mencari keberadaan Hanum dengan pandangan menyisir seluruh sudut ruangan.
"Hae... nggak usah munafiklah! Jika masuk di sini, tujuan kita pasti sama, hanya ingin bersenang-senang, kan?" teriak pemuda itu dengan mengejar Ale yang berjalan meninggalkannya untuk melihat lantai dansa di bawah.
Terlihat gadis mungil yang dia cari sedang berjalan mengikuti temannya menuruni tangga menuju lantai dansa. Hanum terlihat melepas jilbabnya. Rambut panjang lurus yang mewarisi rambut indah Mama zoya itu tergerai begitu indah.
Wajah cemas tersirat jelas di raut wajah putih gadis berkerudung itu. Dia tidak peduli lagi dengan pemuda yang semakin penasaran dengan dirinya. Ale bermaksud mengejar Hanum sebelum adiknya menghilang di antara lautan manusia yang sedang asyik menari.
"Akhhhh..." tubuh Ale tertarik hingga terjatuh di dekat kursi seorang lelaki yang sebenarnya sudah memperhatikan gerik Ale. Pemuda setengah mabuk itu berhasil menarik tangan Ale hingga gadis itu terjatuh ke lantai.
"Awas, ada pecahan kaca!" ucap lelaki berwajah blesteran itu saat membantu Ale bangun. Serpihan gelas yang terjatuh karena senggolan lengan Ale itu tercecer di lantai.
Dua lelaki lain yang duduk di meja yang sama itu pun segera membereskan pemuda yang merusak suasana meja mereka.
"Maaf, aku harus mencari adikku!" Ale langsung bangkit dan segera berlari kecil menghampiri Hanum di lantai dansa. Sungguh, suasana club malam hampir saja memecahkan kepalanya yang sudah berdenyut pusing.
Darah.
Arjuna Shakti Arhasya, lelaki bermata coklat dengan rahang tegas dan hidung mancung itu melihat setitik darah di lantai. Dia yakin salah satu pecahan gelas itu berhasil menusuk kulit gadis berjilbab yang sedari tadi menarik perhatiannya. Sama seperti yang lain, dia merasa heran dengan keberadaan seorang gadis berjilbab di club malam.
"Eh lo, mau kemana?" tanya Arka dan Ringgo hampir bersamaan saat mereka kembali ke tempat mereka. Keduanya melihat Shakti yang sudah berdiri dan siap pergi meninggalkan tempat mereka semula berkumpul.
"Aku akan pulang." jawab Shakti dengan berdiri dan memainkan kunci mobilnya.
"Loh... ini masih sore, Shak." teriak Ringgo saat melihat Shakti berjalan meninggalkan mereka. Lelaki ganteng dengan perawakan tinggi atletis itu melenggang tanpa peduli teriakan kedua sahabatnya.
Alexa masih mengejar bayangan Hanum. Dan saat sudah berada di dekat adiknya, gadis itu langsung menyambar lengan tangan Hanum. Sontak saja, itu membuat Hanum terkejut dengan keberadaan kakaknya di tempat itu.
"Kak Ale." lirih Hanum tanpa bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Tidak menjawab Hanum, Ale langsung saja menarik lengan adiknya untuk menjauh pergi.
"Hanum... " panggil Dira dengan tangan menggapai percuma karena Ale terus menarik lengan Hanum. Dira teman baru Hanum yang mengajak Alexa ke club itu hanya menatap Hanum dan Kakaknya yang dalam sekejap menghilang dari pandangannya.
Alexa terus menarik Hanum keluar dan melepaskan tangan Hanum saat mereka berada di dekat mobil Alexa yang ada di parkiran.
"Kak Ale, jangan bilang Mama!" pinta Hanum dengan ketakutan saat melihat kemarahan di wajah kakaknya. Sebelumnya, Hanum mengatakan pada orang rumah jika dia akan menginap di kos temannya karena sebuah tugas.
"Kamu keterlaluan! Kamu tahu tempat apa itu?" Ale mengacungkan jari telunjuknya ke arah pintu utama club. Dia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan adiknya.
"Tidak semua yang datang ke sana buruk, Kak!" bantah Hanum. Bagi Hanum tempat itu adalah tempat di mana orang dewasa sedang mencari sebuah hiburan.
"Lalu... kenapa saat kamu masuk di sana kamu membuka jilbabmu? Aku tidak peduli orang orang di dalam sana. Tapi, aku ... " sela Alexa dengan berbicara berapi-api atas kelakuan adiknya itu.
"Jika itu membawa kebaikan padamu, kamu tidak perlu melepas jilbabmu dan berbohong pada orang rumah." Ale mengambil tas Hanum dan memungut jilbab yang berada di dalamnya. Jari jari lentik itu menata jilbab adiknya kembali hingga membingkai kembali wajah cantik sang adik seperti biasanya.
"Kakak sayang kamu, Num!" Alexa memeluk adiknya. Dia memang sangat menyayangi Hanum lebih dari apapun. Dia merasa harus bertanggung jawab pada Hanum saat kedua orang tuanya tidak lagi ada di rumah.
"Kita pulang sekarang!" Alexa membuka pintu mobil untuk adiknya. Kemudian berjalan memutar dengan tergesa-gesa untuk duduk di belakang kemudi. Hanum sendiri dengan hati berkecamuk mengikuti perintah kakaknya. Entah apa yang terjadi jika papa dan mamanya tahu tentang kejadian malam ini. Dalam hati gadis itu hanya ingin menunjukkan jika dia sudah dewasa dan mampu menjaga dirinya sendiri.
Di dalam mobil jaguar yang masih terparkir tidak jauh dari mobil Alexa, seorang lelaki mengamati interaksi keduanya. Shakti yang akan menghidupkan mesin mobilnya menghentikan gerak tangannya.
Sejenak lelaki berhidung mancung itu menyandarkan tubuh kekarnya di jok mobil dan kemudian tersenyum sarkas, " gadis yang naif." gumam Shakti saat melihat mobil Yaris putih itu berlahan menghilang dari tempat itu.
Rasa penasaran mulai menggelitik hatinya, dia juga melihat noda darah di lengan baju berwarna peach yang dikenakan Alexa. Bagaimana jika dia mengikutinya saja? Sempat terlintas dalam pikirannya dengan niatan seperti itu. Tapi, logika dengan sigap menepisnya. Untuk apa mengikuti gadis yang tidak dia kenal sama sekali? Hingga akhirnya lelaki dengan gelar executive muda itu pun memutuskan pulang ke apartemen saja.
Bersambung
Alexa menghentikan mobilnya hanya sampai di halaman rumah. Dia juga sempat melihat mobil dokter Agam yang terparkir di pinggir jalan sebelum dia memasuki gerbang rumah yang sudah terbuka.
"Kakak harap, ini pertama dan terakhir kamu pergi ke club malam." tegas Alexa sebelum mereka turun dari mobil. Dia benar-benar mencemaskan Hanum yang masih dalam masa pencarian jati diri.
"Iya, Kak." jawab Hanum lirih.
"Oh ya... jika Oma bertanya, jawab saja, Kak Ale mengajakmu ke Mall." pesan Ale saat Hanum akan membuka pintu mobil. Gadis dengan mata bulat dan bulu mata lentik itu hanya bisa mengangguk dan kemudian keluar dari mobil. Ale hanya tidak ingin omanya menjadi banyak pikiran karena memikirkan kejadian malam ini.
Alexa yang sudah melihat dokter Agam mencoba menyuguhkan senyum manis, gadis berbibir mungil itu pun berjalan menghampiri dokter seniornya yang sedari tadi sudah menunggu.
Dokter Agam pun demikian, dia yang ditemani Aleks dengan bermain gitar itu pun membalas senyum gadis yang berhasil merebut simpatiknya sejak pertemuan pertama mereka.
"Assalamu'alaikum, Dok." sapa Alexa saat berada di depan dokter berwajah ganteng dengan kulit putih itu.
"Waalaikum salam, ... " jawab Agam hampir bersamaan dengan Aleks.
"Aku masuk dulu!" pamit Aleks saat kakaknya sudah tiba. Aleks hanya menemani Agam sebagai tuan rumah sebelum kakaknya kembali. Cowok cool dengan sejuta obsesi dan cita cita itu berlalu meninggalkan dua orang dewasa yang memilih duduk di teras rumah.
"Maaf, apa ada yang bisa saya bantu, Dok?" tanya Alexa dengan rasa heran sebelum mendudukkan beratnya di kursi sebelah dokter Agam. Alexa hanya merasa ada hal penting hingga membuat seniornya datang ke rumah.
"Oh tidak, aku cuma memastikan kamu baik-baik saja, Xa. Aku tadi sempat melihat kamu seperti tergesa-gesa saat keluar dari rumah sakit." jelas lelaki yang sudah mengkhawatirkan keadaan Alexa, apalagi Alexa tidak menjawab panggilan teleponnya setelah itu. Alexa hanya tersenyum, dia merasa dokter Agam terlalu perhatian padanya.
"Terima kasih, Dok. Saya baik-baik saja, tadi hanya takut telat menjemput Hanum." jawab Alexa masih menutupi kejadian sebenarnya.
Agam pun hanya tersenyum lega, tapi seketika senyumnya menyurut saat matanya melihat noda di lengan baju Alexa.
"Lexa, kenapa dengan lenganmu?" tanya Agam masih memperjelas hasil tangkapan penglihatannya. Semakin diperhatikan dia yakin jika itu noda darah.
"Kamu terluka, Xa?" tanya Agam dengan cemas. Dokter Agam pun berdiri mendekat ke arah Alexa untuk memeriksanya.
"Nggak apa apa, Dok!" Alexa mengelak, dia mencoba menjauhkan lengannya dari dokter Agam karena rasa sungkan.
"Saya bisa mengobatinya sendiri." lanjut Alexa. Dokter Agam tidak bisa memaksanya, karena mungkin Alexa bisa mengobatinya karena posisi luka di bawah siku lengannya.
"Baiklah, ini sudah cukup malam. Saya pamit dulu!" Setelah melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata, sudah pukul sembilan malam dan itu membuat dokter Agam memilih pamit. Alexa pun mengantarkan dokter Agam sampai di mobil yang terparkir di pinggir jalanan depan rumah.
"Terima kasih Dok, sudah mencemaskan saya." ucapan Alexa membuat dokter Agam menghentikan tangannya membuka pintu mobil. Lelaki bertubuh jangkung itu kembali menoleh untuk melihat senyum gadis yang membuat jantungnya selalu berdebar saat di dekatnya.
"Sama-sama. Jika perlu sesuatu hubungi aku saja, Xa."
"Iya, Dok." jawab Alexa membuat Agam langsung masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Alexa yang kemudian masuk ke dalam rumah.
Alexa kembali mencari Hanum, dia bermaksut menghampiri adik kesayangannya itu ke kamar. Tapi saat sampai di lantai dua, Alexa melihat Aleks yang akan masuk ke dalam perpus.
"Aleks." panggil Alexa membuat adik cowoknya itu berhenti dan menoleh ke arahnya.
"Besok, kamu antarkan pesanan kue ke rumah Tante Kyara sebelum sore." titah Alexa. Reynaldy memang memesan Kue Ulang tahun untuk Kyara dari toko kue Oma Shanti yang sekarang dikelola Zoya. Rey sudah merencanakan kejutan untuk Kyara bersama Kirey.
"Emang nggak ada kurir yang biasanya?" Aleks bermaksud menolak, tapi dia masih sungkan pada kakaknya.
"Nggak enak jika diantar orang lain." desak Alexa
"Hanum sajalah! Aku sibuk." Aleks hanya malas saja bertemu dengan Kirey, putri semata wayang Rey dan Kyara. Gadis itu dianggap Aleks super cerewet dan sama- sama menyebalkannya dengan Hanum.
"Hanum tidak bisa membawa mobil. Kalau kamu tidak mau, biar Kakak mencari waktu untuk bisa mengantarkannya sendiri." Alexa tahu biarpun terkesan cuek tapi Aleks punya perasaan yang peka.
"Biar aku!" jawab Aleks singkat, membuat Alexa hanya tersenyum melihat adiknya yang langsung berbalik melangkah masuk ke perpustakaan. Dia sudah hafal Aleks. Alexa yakin jika Aleks tidak akan membiarkan dirinya kesulitan meskipun mereka berdua jarang sekali berbicara dalam waktu yang cukup lama.
###
Saat turun dari mobilnya, Shakti berjalan masuk ke dalam rumah dengan melipat lengan kemejanya hingga ke siku. Hari ini cukup melelahkan karena sepulang kerja, dia harus menunggui mamanya yang berada di rumah sakit. Dan yang bikin dia setengah kesal adalah Mama Gayatri sering masuk ke rumah sakit dengan penyakit tidak jelas. Tidak jelas karena menurut Dokter, Mama Gayatri hanya kelelahan. Sementara hampir semua bagian tubuhnya dikeluhkan merasa sakit.
"Hae sayang, aku merindukanmu." Suara itu membuat Shakti menoleh. Clarissa berjalan menghampiri lelaki ganteng yang baru saja masuk ke dalam rumah.
"Sejak kapan kamu kembali dari luar negeri?" tanya Shakti dengan membalas pelukan kekasihnya. Sebelumnya gadis cantik dengan hidung mancung itu mengatakan akan dua minggu liburan di Paris.
"Baru saja. Dari bandara, aku langsung ke sini memberimu surprise, Yang." jawab Clarisa. Mereka berjalan menuju sofa yang ada di ruang tengah. Clarisa memang sengaja mempercepat kepulangannya karena dia sudah merindukan kekasihnya itu. Dia juga tidak ingin Shakti merasa terabaikan dan ada perempuan lain masuk dalam hidup kekasihnya yang selalu menjadi incaran gadis-gadis berkelas.
"Kamu tidak merindukanku, Sayang?" tanya Clarisa dengan menjatuhkan pelukan di dada bidang lelaki yang sedang bersandar di sofa. Clarisa merasakan sikap Shakti yang sedikit cuek padanya.
"Aku lelah hari ini, Cla. Hari ini aku harus bolak balik kantor dan rumah sakit karena Mama." jawab Shakti kemudian membalas merangkul bahu Clarisa. Dia tidak ingin terjadi keributan dengan kekasihnya di antara rasa lelahnya.
"Aku harap, kamu bisa memberi sedikit perhatian sama Mama." ucap Shakti membuat Clarisa mengerucutkan bibirnya. Dia hanya merasa tidak sabar jika berurusan dengan calon mertuanya yang terlalu banyak maunya.
"Aku harap kamu bisa mengerti dan sedikit membantuku." lanjut Shakti lelaki itu memang sedang berada di puncak kejayaan karirnya. Beberapa perusahaan yang berasal dari keluarga dan usaha yang dirintisnya sendiri semua sedang berkembang pesat.
"Iya-ya. Tapi, setiap bulan aku juga butuh liburan, sayang." sungut Clarisa dengan mengurai pelukannya. Gadis itu lalu tersenyum saat menatap wajah ganteng di depannya. Shakti memang sangat tampan, rahang tegas dipenuhi bulu bulu halus membuatnya terlihat lebih seksi.
Gadis cantik dengan tubuh proposional layaknya model itu mendekatkan wajahnya ke arah lelaki di depannya. Clarisa selalu dibuat terpesona saat berada di dekat lelaki tampan dan seksi itu.
"Cla..." Shakti berusaha menahan Clarisa saat mencium rahangnya. Entah kenapa Shakti selalu merasa tidak nyaman saat Clarisa bersikap begitu agresif terhadapnya.
"Sayang...!" kesal Clarissa karena mendapat penolakan halus dari Shakti.
"Apa ada gadis lain?" Clarisa mencoba menebak apa yang sedang terjadi dengan kekasihnya akhir-akhir ini.
"Gadis lain apanya. Aku hanya lelah, aku sedang fokus dengan pekerjaan, dan itu untuk masa depan kita. Seharusnya kamu bisa mengerti." Shakti berusaha menjelaskan sesuatu.Tapi itu tidak membuat Clarissa yakin.
"Pikiran apa? memikirkan gadis lain?" desak Clarissa. Dalam hidup gadis itu tidak ingin ada yang bisa menyainginya. Clarisa memang terlahir dari keluarga yang cukup berada, cantik cerdas dengan karirnya yang bagus menjalankan usaha Event Organiser membuat Clarisa terlihat sebagai sosok sempurna di mata laki laki.
"Bukan, Cla. Kamu boleh menyelidikanya." jawab Shakti dengan jujur.
"Baiklah, setidaknya aku bisa memberikan ciuman manis." tanpa menunggu lagi, Clarissa ******* bibir tipis milik Shakti. Meskipun kekasihnya tidak menolak, tapi dia tahu jika Shakti tidak begitu menginginkan ciuman itu.
Hati kecil gadis itu terkadang merasa cemas. Sebentar lagi, mereka merencanakan untuk menikah. Tapi, dia merasa Shakti tidak menginginkannya. Hubungan mereka hanya sebatas berciuman dan saling berpelukan. Dia tidak bisa mengikat lelaki yang membuatnya tergila-gila itu untuk memiliki dirinya sepenuhnya.
Bersambung...
Hae gaes Terima kasih episode pertama bagi saya sudah mendapatkan respon yang bagus. Semoga kedepannya Kirana putri bisa menyuguhkan cerita yang lebih menarik ya.
Happy reading... lop u full dan semoga selalu diberi kesehatan.
Dengan mengenakan sepatu sneakers dan baju yang berbalut jas putih, Alexa berjalan menuju ruangannya. Dia merasa lelah sekali. Jam enam pagi, Alexa sudah keliling memasuki ruang-ruang pasien bersama dokter senior, belum lagi catatan seabrek tentang kondisi pasien, rasanya benar-benar melelahkan. Tapi dia masih beruntung mendapatkan konsulen yang sangat sabar untuk membimbing dirinya.
"Mbak Lexa, dicari pasien ruang VIP no.7, seejak tadi beliau nggak mau makan dan nanyain Mbak Lexa terus." ucap perawat senior saat melihat Alexa duduk manis bersama teman teman seperjuangannya.
Pasien ruang VIP dengan nama Ibu Gayatri sering kali mencari perhatian Alexa. Hanya Alexa yang bisa membuat nyaman wanita berumur enam puluh lima tahun.
Flashback Back.
Alexa berjalan menelusuri koridor rumah sakit, dia berniat pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sejak tadi terasa keroncongan. Langkahnya yang mengayun dengan santai itu tiba-tiba harus terhenti karena dia melihat seorang pasien yang masih duduk di taman sendirian.
Gadis berkerudung segi empat itu pun memilih untuk mendekatinya. Mentari yang mulai terasa teriknya membuat Alexa mencemaskan kondisi wanita itu.
"Ibu, kenapa masih duduk di sini? Jam segini sinar matahari sudah tidak bagus untuk kulit." Alexa sempat melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul sebelas siang tapi beliau masih duduk di taman, membuat Alexa mencoba membujuknya masuk.
"Kenapa putraku belum datang?" ucap Ibu Gayatri terlihat sangat kecewa.
"Bagaimana jika Alexa menemani Ibu masuk?" tawar Alexa. Dia tidak tega melihat wanita berumur itu masih berharap, karena bisa juga putra yang ditunggunya tidak datang untuk saat ini.
Setelah memberinya banyak pengertian dan juga perjanjian untuk setiap hari mampir di ruangnya. Akhirnya Ibu Gayatri menuruti ucapan Alexa.
Alexa membantu Ibu Gayatri berjalan masuk ruangan. Dia juga mengatur suhu AC agar terasa lebih nyaman.
"Ibu makan dulu biar sehat." ucap Alexa saat melihat makanan yang masih utuh di atas meja.
"Aku malas, Dok!" jawab Gayatri dengan menatap gadis cantik yang memperlakukannya dengan ramah dan penuh perhatian. Alexa memang terbiasa menggantikan Mama Zoya merawat Oma Shanti yang sudah dikatakan pikun, dan mungkin cerewetnya bisa dikategorikan sejagat raya.
"Saya belum resmi jadi dokter, Bu. Saya masih mahasiswa yang praktek." jawab Alexa mendekati Ibu Gayatri dengan membawakan makanannya.
"Nggak apa, aku senang saja jika yang datang ke ruangku adalah Dokter Alexa."
"Tapi, Ibu makan dulu, ya! Biar tetap sehat." bujuk Alexa.
"Tapi janji ya, setiap hari datang ya, Dok!" Alexa hanya mengangguk dengan mengarahkan kotak makanan ke arah Ibu Gayatri. Saat itu Alexa bisa melihat binar kebahagian di mata wanita yang saat ini menyuapkan makanannya ke mulut.
Flash On
"Bujuk aja beliau untuk pulang, Xa." jawab Nindy teman seperjuangan Alexa yang sama-sama sedang menjalani koas.
"Iyalah, Xa. Aku dengar, beliau bukannya sakit tapi hanya mencari perhatian putranya." timpal Irul yang pernah berbincang pada dokter yang menangani Ibu Gayatri.
"Pernah aku tanya. Katanya si, beliau kalau sakit anaknya lebih perhatian." sahut perawat senior tadi. Ah, bukanya duitnya banyak? Jika hanya mengusir kesepian seharusnya masih punya seribu cara tanpa harus berhubungan dengan rumah sakit. Sempat terfikir oleh Alexa seperti itu. Tapi, gadis itu kembali membiarkannya karena setiap orang punya caranya masing masing untuk keluar dari permasalahannya.
"Untung saja beliau memiliki banyak saham di rumah sakit ini. Jadi beliau punya perlakuan khusus untuk memilih berapa lama beliau harus tinggal." timpal Nindy. Alexa hanya terdiam mendengarkan mereka. Dia hanya berjanji jika akan datang menjenguknya setiap hari.
Nyonya Gayatri memang selalu menjadi topik hangat untuk dibicarakan. Mungkin baru kali ini ada pasien yang terlalu betah tinggal di rumah sakit.
"Aku akan ke ruangannya sekarang." Alexa pun beranjak. Dia hanya teringat pada omanya yang kadang juga berkelakuan seperti itu. Untung saja Mama Zoya sangat sabar dan begitu perhatian hingga beliau tidak perlu mencari perhatian lebih.
Alexa berjalan menelusuri lorong rumah sakit. Dia juga mencoba menghubungi Mbak Atun untuk menanyakan keadaan Oma. Rasanya dia sudah tidak sabar menunggu kepulangan Mama Zoya. Jika saja Mama Zoya ada di rumah, dia tidak harus menghandle banyak tugas yang membuatnya bertambah pusing.
"Assalamulaikum, Mbak Atun." sapa Alexa saat panggilan teleponnya mendapat respon.
"Wa'alaikum salam, mbak." jawab Mbak Atun.
"Oma sudah makan? Sekarang Oma lagi ngapain?" tanya Alexa sambil berjalan menuju ruangan Ibu Gayatri.
"Oh sudah, Mbak Ale. Tadi, sebelum Mbak Hanum berangkat ke kampus membantu Oma makan terlebih dahulu." jawab Mbak Atun membuat Alexa tersenyum. Tumben saja bocah itu telaten mengurus Oma, biasanya Hanum paling cuek mengurus Oma jika ada banyak orang di rumah.
"Karakter yang unik!" gumam Alexa dengan menggelengkan kepalanya setelah menutup pembicaraannya dengan Mbak Atun. Tapi dia sangat senang mendengar semuanya.
Gadis bermata sipit itu kemudian mempercepat langkahnya menuju ruangan VIP no.7, tapi saat akan berbelok, dia hampir saja bertabrakan dengan dokter Agam.
" Astaghfirullah, Dok." Alexa mengelus dada karena rasa kaget yang dirasa.
"Kamu mau kemana, kok buru-buru? Sudah makan?" tanya Dokter Agam matanya begitu teduh menatap wajah cantik yang kadang masuk dalam rasa rindunya.
"Aku mau ke ruangan Ibu Gayatri. Saya duluan, Dok." ujar Alexa kembali tergesa-gesa meninggalkan dokter Agam yang masih menatap kepergiannya.
Dokter berkulit putih dan selalu terlihat rapi itu semakin membuat penasaran gadis yang begitu sulit ditaklukkannya itu. Hanya Alexa yang mampu membuatnya harus bersabar untuk mendapatkannya.
Setelah mengetok pintu ruangan beberapa kali, Alexa membuka handle pintu ruangan.
"Assalamu'alaikum." Berlahan dia menongolkan kepalanya terlebih dahulu. Saat melihat Nyonya Gayatri menyambutnya dengan senyum, Alexa pun membalasnya dengan senyum yang tak kalah manis.
"Walaikum salam masuk, Dok." jawabnya begitu senang menyambut kedatangan gadis yang sudah dia tunggu-tunggu.
"Wah sepertinya Ibu Gayatri sudah sehat, ya?" Alexa mulai mengarahkan pembicaraannya.
"Iya, apalagi jika Dokter Alexa datang setiap hari." ucap Gayatri terlihat tulus.
"Kalau begitu Ibu bisa pulang hari ini jika merasa sudah sehat." Seketika senyum di wajah keriput itu segera menyurut. Itu artinya dia akan menghabiskan banyak waktu sendirian lagi.
Melihat senyum di wajah yang masih menyisakan garis garis kecantikannya itu, Alexa pun menghampirinya, "Insyallah, Setiap pulang dari rumah sakit Alexa akan datang untuk menjenguk Ibu Gayatri." lanjut Alexa mencoba meyakinkan.
"Kalau di rumah, kita bisa membuat kue bersama, bisa mengobrol dengan bebas. Dan ada satu lagi... " Alexa menggantungkan kalimatnya saat melihat senyum Ibu Gayatri mulai terbit di bibir.
"Saat kita merasa sendiri dan kesepian kita bisa banyak berzikir. Allah dan malaikatnya tidak akan meninggalkan kita meski sejenak saja." jelas Alexa dengan lembut. Mendengarnya Gayatri pun tersenyum dengan haru. Dia memeluk gadis yang membuatnya kembali mengingat jika masih ada Zat yang seharusnya selalu dia ingat di sepanjang waktunya. Zat yang tidak pernah meninggalkannya meski semenit pun.
"Ehmmm.... " Deheman suara bariton itu membuat mereka mengurai pelukannya. Keduanya cukup terkejut dengan kedatangan Shakti diantara rasa haru keduanya.
"Mama, sudah makan?" tanya Shakti dengan meletakkan kotak makanan yang sudah dia bawa. Lelaki tinggi dan berhidung mancung itu bersikap cuek, tapi dalam pikirannya dia mencoba kembali mengingat ingat gadis yang mendapatkan pelukan mamanya. Dia merasa gadis yang berdiri di depannya seperti tidak asing.
"Mama akan makan sekarang, habis ini kita pulang ya!" pinta Nyonya Gayatri saat putranya duduk di sofa.
"Biar saya saja." ucap Alexa, saat melihat lelaki gagah itu dengan malas akan bangkit dari duduknya. Alexa sempat salah tingkah, saat merasa diperhatikan orang asing. Alexa juga belum begitu mengenal Ibu Gayatri. Tapi, tidak ada salahnya memberi semangat pada seseorang yang terlihat putus asa.
Alexa menemani Gayatri menghabiskan makan siangnya. Sesekali Shakti melirik dan mengingat gadis yang terlihat dekat dengan mamanya. Tapi, sosok Alexa malah membuatnya menikmati pemandangan yang terlihat cantik dan anggun itu dengan penuh kekaguman.
"Cantik, sederhana, anggun dan ah... kenapa semua yang ada padanya membuat perasaanku jadi aneh. Padahal sering kali aku bertemu gadis seperti itu. Apa karena dia perhatian pada Mama? " gumamnya dalam hati sambil menatap layar ponselnya. Padahal, matanya sering kali mencuri pandang ke arah Alexa yang menemani Gayatri menghabiskan makan siangnya.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!