Perjalanan kehidupan seseorang tidak akan ada yang mengetahuinya, berbagai ujian dan cobaan akan silih berganti. Masa muda yang akan berubah seiring waktu, menikah dan membina rumah tangga dengan berbagai impian yang sudah tertata dengan baik.
Sabian Parves, seorang CEO terkenal sebagai pengusaha muda dan berjaya pada usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Ia sudah menjadi seorang milyader muda ternama, hingga akhirnya ia berkenalan dengan salah satu wanita yang sangat cantik yang dapat membuat mata semua pria terkesima.
Perkenalan yang cukup singkat, membuat Sabian tergila-gila kepadanya. Yang akhirnya mereka membuat suatu hubungan cukup serius dan berencana melanjutkannya kedalam jenjang pernikahan. Kedua orangtua Sabian yang pada awalnya menentang keinginan anaknya tersebut, pada akhirnya mereka mengabulkannya. Mereka tidak ingin membuat Sabian membenci mereka berdua, hanya bisa berharap. Semoga akan ada keajaiban yang bisa merubah putera mereka menjadi lebih baik.
" Papa dan mama tidak akan menahanmu, silahkan jalani keputusan yang sudah kau ambil. Papa hanya berharap, semoga kalian berbahagia."
Syahreza Parves, seorang pengusaha ternama yang sangat terkenal akan kekayaannya dan juga sebagai investor terbaik didunia. Mempunyai sifat yang rendah hati, membuat para pengusaha lainnya memuji kinerjanya.
" Baiklah. Papa dan mama sudah menyetujuinya, aku akan segera menyusun rencana pernikahan kami dan mempercepatnya. Apa mama ada keinginan untuk memberika usulan dan menata acara pernikahanku?" Tanya Sabian yang masih dengan sikap angkuhnya.
" Mama yakin semua keputusanmu adalah yang terbaik. Hanya satu pinta mama, jadilah seseorang yang bisa memberikan kesejukan dan kenyamanan untuk orang lain. Terutama untuk orang yang kau cintai, seperti papa dan mama." Garvita, dengan mengarahkan pandangannya menatap lurus kedepan tanpa menatap wajah sang putera.
Perlakuan yang Reza dan Vita berikan kepada putera semata wayangnya, telah melenakannya. Keangkuhan dan kekejaman yang di miliki oleh Sabian, telah membuatnya lupa akan segalanya. Bahkan untuk sopan santun kepada orang yang lebih tua, hilang.
Getaran ponsel Sabian terasa pada saku celanya, sebuah notifikasi pesan terlihat dan membuyarkan segalanya.
...💐 Love, jangan lupa perhiasan yang aku inginkan. Jangan sampai melupakannya.💐...
Senyuman terukir dari wajah tampan itu, pesan yang berasal dari kekasihnya. Vania Ravindra. Seorang model yang sedang merintis kariernya dalam dunia entertaint, namu n tak terlepas dari bantuan tangan Sabian.
...💐 Ok honey, seperti permintaanmu. 💐...
Membalas pesan dari sang kekasih, cinta yang telah membuat orang lupa akan kewarasan dari akalnya. Bagaimana tidak, semuanya akan tergantikan oleh yang namanya 'uang'. Dengan Tanpa berpamitan, Sabian langsung saja beranjak pergi dari rumah utama keluargany, hal itu membuat Vita mengelus dadanya yang terasa sesak.
" Tenanglah ma, kita hanya bisa berdoa. Semoga ada keajaiban yang terjadi." Reza menggenggam tangan Vita yang bergetar.
" Aku tidak ingin dia menjadi manusia yang sebenarnya, pa. Bukan seorang boneka yang yang dikendalikan oleh seseorang, hingga memandang orang lain sangat rendah dari bi*****ang." Vita merasa jika dirinya telah melakukan kesalahan dalam mendidik puteranya, air mata pun mulai menetes dari sudut matanya.
" Sudah ma, jangan menyalahkan diri sendiri. Biarkan semuanya ini yang akan memberikan pempelajaran hidup untuknya." Tangan yang mulai renta itu memeluk tubuh sang istri ke dalam dekapannya, Reza tidak ingin membuat istrinya semakin terluka.
...----------------...
Mobil mewah itu melaju dengan kecepatan biasa, dengan perasaan yang begitu bahagia. Sabian menuju salah satu tokoh perhiasan yang cukup terkenal, lalu ia menunjukkan gambar kepada salah satu pegawai toko tersebut. Tak lama kemudian, terlihatlah satu set perhiasan berlian mewah dan termahal saat itu. Dan tentunya, dengan harga yang sangat fantastic untuk kategori berlian.
...💐 Untukmu, Honey ❤.💐...
Pesan tersebut dikirimkan dari ponsel Sabian kepada sang kekasih, tentunya dengan foto perhiasan yang telah ia beli. Apapun akan ia lakukan untuk membahagiakan pujaaan hatinya, tanpa berfikir berulang kali.
Sesaat kemudia, pesan tersebut telah sampai. Vania, dengan senyuman ya g begitu merekah. Ia melihat isi pesan tersebut, keinginannya untuk memiliki perhiasan tersebut telah tercapai. Apapun yang ia inginkan, Sabian akan dengan mudahnya mengabulkan hal tersebut.
" Heh! Dasar pria bodoh, dengan mudahnya dibohongi dan aku perdaya. Kau memang tampan, pintar dan kaya raya, Sabian. Tapi begitu bodoh jika sudah jatuh cinta, akan kukuras habis kau! Hahaha." Vania merasa begitu senang dan bahagia.
Di sebuah gedung tinggi bertingkat dan terbesar di negaranya, seorang wanita ya g sangat cantik sedang menjalankan tugasnya untuk membersihkan ruangan yang berada pada tingkat VIP. Senyuman selalu menghiasi wajahnya, sehingga menambah aura kecantikkan yang ia miliki.
Zea Owen adalah namanya, sifat yang ia miliki. Membuat orang-orang yang berada di dekatnya akan merasa nyaman, ia juga memiliki sikap yang rendah hati, mandiri, ramah kepada siapa saja. Namun nasibnya tidak secantik parasnya, hidup seorang diri dan dibesarkan di salah satu panti asuhan, sehingga membuat dirinya menjadi wanita yang tangguh.
Untuk keberadaan keluarganya, tidak ada yang mengetahuinya. Hanya dengan bermodalkan sebuah cincin yang disatukan dengan sebuah kalung dan kini ia selalu gunakan pada lehernya, membuat Zea berharap jika ia masih mempunyak keluarga.
" Zea, tolong gantiin aku bersihin ruang CEO ya. Kebelet mau setoran alam, aduh! Udah kebelet, tolong ya." Yola meletakkan semua peralatan kerjanya dihadapan Zea dan ia langsung kabur memasuki toilet yang berada di ujung koridor pada tingkatan tersebut.
" Kebiasaan tu anak, sudah tau nggak bisa sarapan pagi yang pedas. Tapi masih aja ngeyel. Hufh! Semangat Zea, setelah ini langsung istirahat."
Melangkahkan kakinya dan membawa beberapa peralatan kebersihan yang ia perlukan. Zea memasuki ruang CEO perusahaan mereka dengan perlahan, ia pun langsung mengerjakan yang menjadi tugasnya. Karena Zea, bukanlah tipe yang suka menunda-nunda pekerjaan dan ia membersihkan ruangan tersebut dengan hati-hati.
Kruk!!!
Kruk!!!
" Akhirnya, selesai juga. Sabar ya cing, sebentar lagi kamu akan mendapatkan jatah makanannya. " Senyum sumrigah terlihat pada wajah Zea, saat ia mendengar suara demontrasi dari cacing diperutnya.
Membereskan semua peralatannya, memastikan jika semuanya sudah bersih dan tertata rapi. Zea pun melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan tersebut, disaat ia membuka pintu. Tanpa sengaja, ia menabrak seseorang. Dan ember berisikan air kotor yang ia gunakan untuk membersihkan lantai tumpah, mengenai tubuh orang tersebut.
Buk!!
Byur!!
" Aaaa..." Teriak Zea yang terkejut, apalagi saat ia melihat wajah orang yang telah ia tabrak.
Pria itu mengusap wajahnya yang terkena cipratan air kotor dengan begitu kasar, memperlihatkan wajahnya yang menahan amarah.
" Ma maafkan saya tuan, saya benar-benar tidak sengaja, tuan." Ucap Zea dengan nada bicaranya orang ketakutan.
" Cih! Dasar wanita sialan! Enyahlah kau dari hadapanku! Vin, kau urus dia." Sabian melangkah dengan amarah yang tertahankan, ia memasuki ruang kerjanya dan menutup pintu dengan begitu kuat.
Brak!!!
Zea terkejut atas kejadian tersebut, perasaannya semakin kalut.
" Lebih baik anda membersihkan kekacauan ini terlebih dahulu, nona." Arvin, sekretaris kepercaayaan CEO itu berbicara.
" Ba baik tuan. Terima kasih." Dengan sangat pasrah, Zea menaruhkan nasib kerjanya dengan keputusan yang akan ia terima.
Sekretaris itu meninggalkan Zea sendian, yang masih harus membersihkan kekacauan tersebut. Ingin rasanya mengeluh, namun apa daya dirinya tidak dapat melawan nasibnya kali ini.
*Oh Tuhan, aku tau Engkau tidak akan memberikan cobaan kepada hambamu ini, karena hamba sanggup untuk menjalaninya. Jika ternyata hamba tidak sanggup, hamba mohon kuatkanlah diri ini Ya Rab*b.
Zea melanjutkan pekerjaannya, setelah selesai. Ia kemudian disuruh menghadap langsung pada kepala HRD, yang sebelumnya telah mendapat catatan dari sekretaris perusahaan.
Tok
Tok
" Masuk." Suara tanggapan dari dalam.
Dengan beguti pasrah, Zea mendapatkan beberapa hukuman dari kesalahan yang tidak sengaja ia lakukan.
...----------------...
Beranjak dari hari dimana Zea harus berurusan dengan kesalahannya, mendapatkan catatan dari sekretaris perusahaan yang dianggap sebagai hukuman atas kesalahannya. Berupa teguran dan skors kerja selama tiga hari, membuatnya semakin dilema. Untung saja tidak potong gaji, jika itu terjadi dapat membuatnya sakit kepala. Menyibukkan diri dengan membersihkan kos-kosan yang telah ia tempati setelah keluar dari panti, sebenarnya ibu Desi (pemilik panti) ingin Zea tetap pulang kesana. Namun dengan alasan jarak yang cukup jauh membuat Desi mengabulkan hal tersebut.
" Semangat Zea, besok sudah mulai kerja lagi. Ah, lebih baik hari ini jalan-jalan saja. Biar pikiran menjadi lebih fresh dan nggak suntuk."
Setelah siap, Zea berjalan mengikuti kemana pun langkah kaki yang akan membawanya. Tanpa tujuan yang jelas, mengikuti arah angin yang membuatnya merasa bahagia. Tidak menggunakan alat transportasi apapun, dengan alasan berhemat. Walaupun yang sebenarnya ia tidak mempunyai dana yang cukup untuk digunakan, sebagian gaji yang ia terima. Ia berikan ke panti untuk membantu kehidupan adik-adiknya disana, sebagian lagi ia gunakan untuk kehidupannya sendiri.
Langkah kakinya pun berhenti pada sebuah taman kota yang cukup asri, menjadi tempat perberhentiannya untuk pertama kali. Walaupun banyak orang yang berlalu lalang disana, namun tidak membuat dirinya risih. Lanjut lagi melangkahkan kakinya, mencari tempat kenyamanan. Ia pun berhenti pada sebuah toko buku yang cukup besar, memasukinya dan menikmati bacaan beberapa buku cerita dengan gratis untuk beberapa waktu.
Setelah merasa cukup, Zea kembali melanjutkan perjalanannya. Dikarenakan hari mulai gelap, Zea menghentikan langkahnya didepan kedai penjual bakso. Ia pun baru menyadari jika dirinya belum menyantap makanan apapun sejak awal ia pergi.
" Maaf ya cing, kalian jadi demon lagi. Yik kita makan dulu baru pulang." Memilih tempat dudul yang nyaman, Zea memesan semangkuk bakso lengkap dan tidak lupa dengan saos sambal dan kecap manis yang cukup banyak.
" Neng, inu baksonya. Kalau masih kurang racikannya, tambah sendiri ya." Abang penjual itu meletakkan pesanan Zea dan kemudian berlalu.
" Iya, terima kasih bang. Mari makan, bismillah." Dengan mengaduknya menjadi satu, mencicipi rasanya. Zea menyantap makanan itu dengan penuh penghayatan.
Selesai dari mengisi perutnya, dalam perjalanan pulang. Zea merasa ada seseorang yang sedang mengikutinya, Ia pun mempercepat langkahnya untuk segera sampai. Tapi malang tak berbau, dari arah belakang. Sebuah tangan membekapnya dengan sebuah sapu tangan yang telah dibubuhi dengan obat bius, zea trus memberontak. Namun tanaga orang tersebut sangatlah kuat, dan tak lama kemudian zea pun tak sadarkan diri. Pria tersebut dengan mudahnya membawa tubuh Zea dan memasukkannya kedalam sebuah mobil lalu membawanya kesuatu tempat.
Dan disaat ia terbangun, betapa terkejut dirinya. Karena merasa begitu asing dengan tempat tersebut.
" Akh! Kepalaku, dimana ini? Kenapa aku bisa disini?" Mata Zea mulai mengitari setiap sudut tempat tersebut, dengan bantuan cahaya lampu yang cukup terang. Ia bisa melihat ruangan tersebut.
Tampat ini, seperti kamar. Tidak, tidak mungkin.
Zea berjalan perlahan mencari pintu untuk keluar dari tempat tersebut, tanpa sengaja. Telinganya mendengar suara yang cukup jelas, lalu ia melihat ke arah sumber suara tersebut. Tiba-tiba, jantung Zea seakan berhenti berdetak, saat melihat pemilik dari suara tersebur.
" Ti tidak!!"
Flashback On
Selesai dari pekerjannya di perusahaan, Sabian melajukan mobilnya menuju apartemen sang kekasih, dengan kode pintu yang telah ia ketahui. Dengan mudahnya ia memasukinya dan disambut oleh seorang wanita cantik, yang menjadi pemilik separuh jiwanya.
Sepasang kekasih itu menikmati kemesraan diantara mereka, Vanian sangat senang dengan kemewahan dan fasilitas yang Sabian berikan kepadanya sebagai tanda jika dirinya sangat mencintai Vania.
" Love, kapan kamu akan menikahiku?" Dengan manjanya, Vania bergelayut pada lengan Sabian yang cukup kekar.
" Tunggu sebentar lagi, honey. Aku harus membuat mama dan papa memberikan restunya untuk kita." Tangan kekar itu memainkan ujung hidung dari wanita pujaannya.
" Tapi kapan?! Ini sudah terlalu lama. Kamu selalu saja mengatakan seperti itu, tapi mana hasilnya, menyebalkan." Menghempaskan tangan Sabian dengan kasar, Vania pun berlari memasuki kamar miliknya dan menguncinya dari dalam.
Dengan membuang nafasnya secara kasar, Sabian menghampiri kamar tersebut.
" Honey, jangan marah sayang. Kamu tau sendirikan, kedua orangtuaku belum memberikan restunya. Aku tidak ingin menikah tanpa restu dari mereka, kau harus memahaminya." Mendapatkan kekasihnya marah, membuat kepala Sabian menjadi pusing.
Ia masih membujuk Vania dengan berbagai rayuan, namun tetap saja tidak ada tanggapan. Akhirnya Sabian pergi dari sana dan berakhir pada sebuah club malam yang biasa ia kunjungi bersama teman-temannya.
" Hallo bro, tumben lu kesini. Berantem?" Sapa Azka, sahabat sekaligus patner kerja.
" Berisik, temenin gue." Tanggapan Sabian dengan sinis.
" Iya, iya pak bos. Makanya, lu cari aja deh cewek yang lain. Orangtua lu itu nggak bakalan ngelarang kayak gini tanpa alasan, pinter dikit lah." Azka menasehati Sabian yang sangat keras kepala.
" Gue sangat cinta mati sama Vania, nggak bakalan gue lepas dianya. Apapun akan gue lakuin untuk dia." Meneguk bebepa gelas minuman beralkohol dengan persentasi yang tinggi, membuat Sabian lupa akan semuanya.
" Parah lu." Hanya menggelengkan kepalanya, Azka tidak mau ikut gila dengan ulah Sahabatnya itu.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mengintai mereka. Dengan bekerjasama dengan salah satu karyawan disana, orang tersebut memasukan sesuatu kedalam minuman yang akan diberikan kepada Sabian.
" Lakukan tanpa ada yang mengetahui."
" Baik tuan." Dengan iming-iming uang yang jumlahnya tidak sedikit, karyawaan tersebut dengan segera melaksanakan perintah.
Sebentar lagi kau akan hancur, Sabian!
Flashback off
" Ti tidak, jangan, jangan sentuh saya!" Zea memberontak dari cengkraman tangan kekar tersebut.
" Puaskan aku, akan kubayar dengan jumlah yang besar." Sabian yang sudah dipengaruhi minuman beralkohol dan obat perangsang dalam dosis yang cukup besar, membuatnya tidak bisa lagi mengontrol jiwa manusianya.
" Ehm...Em..!!!" Zea sudah tidak bisa bergerak, dengan begitu buasnya ia menyerang Zea.
Begitu sakit yang dirasakan oleh tubuh Zea, hingga satu kalimat pun tidak dapat ia ucapkan dari mulutnya. Sabian merenggut kesucian yang selama ini Zea jaga dengan begitu brutal, bahkan terlihat seperti bi*****ang. Hal itu ia lakukan berulang-ulang kali, tanpa Sabian sadari jika Zea sudah tidak sadarkan diri. Begitu banyaknya jejak yang terlihat jelas pada tubuh Zea, bahkan ada yang berdarah. Setelah mencapai titik akhirnya, Sabian melepaskan seluruh benihnya kedalam rahim Zea yang sudah tak berdaya. Menjatuhkan tubuhnya kesamping, pertarungan yang cukup panjang membuat Sabian kelelahan dan akhirnya tertidur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!