Diandra adalah seorang laki-laki yang sudah berstatus menikah memiliki hobi melukis.
Diana adalah wanita karir yang menjabat menjadi CEO di salah satu perusahaan milik keluarga nya.
Sifa adalah anak gadis dari Diandra dan Diana.
Desma adalah wanita yang berstatus menikah dan sudah sekian lama belum punya anak
Roy adalah suami dari Desma yang sibuk dengan dunia bisnis.
Kasandra adalah wanita yang menjadi pujaan hati Diandra. Sudah sekian lama perasaan itu terpendam dan tersimpan di hati Diandra. Hanya sekedar mengungkapkan perasaan nya saja masih belum di ungkapkan nya.
Diandra adalah seorang laki-laki yang sudah berstatus menikah memiliki hobi melukis.
Diana adalah wanita karir yang menjabat menjadi CEO di salah satu perusahaan milik keluarga nya.
Sifa adalah anak gadis dari Diandra dan Diana.
Desma adalah wanita yang berstatus menikah dan sudah sekian lama belum punya anak
Roy adalah suami dari Desma yang sibuk dengan dunia bisnis.
*******
Diandra seorang laki-laki yang sudah berstatus menikah dan memiliki satu orang putri yang masih duduk di bangku SMP. Usia Diandra saat ini sudah berkepala tiga. Memang saat dia menikah dengan istrinya, yang bernama Diana cukup terbilang muda. Saat ini hubungan suami istri atau rumah tangga mereka dalam masalah. Entah apa yang menjadi pemicu pertamanya, sehingga keduanya sangat egois dan angkuh tidak saling mengalah. Diana yang notabene seorang wanita karir yang memiliki penghasilan yang lebih di banding Diandra, mulai berpikir dan merendahkan Diandra.
Diana seorang wanita istri dari Diandra, wanita karir yang berpendidikan tinggi. Hubungan rumah tangga yang nyaris di ujung tanduk, Diandra dan Diana nyaris kurang berkomunikasi walaupun masih tinggal satu atap.
Bagi Diandra, karena masih menyayangi dan menjaga hati dan pertumbuhan putrinya yang masih duduk di bangku SMP, masih bertahan di dengan situasi tersebut. Padahal diantara Diandra dan Di ada seperti sudah tidak ada titik temu untuk mempertahankan status pernikahan mereka.
Beberapa kali, Diana sudah meminta untuk diceraikan oleh Diandra, namun Diandra masih tidak bergeming. Diandra masih menunjukkan bahwasanya papa dan mama nya baik- baik saja di depan putrinya.
Sifa adalah putri tunggal mereka, antara Diandra dan Diana. Sifa tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik. Wajahnya sangat mirip dengan Diandra.
Saat ini Diandra hanya bekerja sebagai wiraswasta, membuat berbagai kerajinan tangan dan melukis. Selain itu Diandra yang sangat menyukai burung, akhirnya ternak buruk. Tentu saja Diandra suka mengikuti kontes burung yang diadakan diberbagai kita kota.
Diana masih fokus dengan kerjaan nya sebagai wanita karir. Posisi nya di perusahaan , lebih tepatnya di anak cabang kota itu menjadi CEO. Perusahaan besar milik keluarga nya dan Diana mendapatkan posisi di kota itu. Kesibukan Diana semakin membuat hubungan suami istri itu semakin berjarak dan nyaris tidak ada keharmonisan dan komunikasi lagi.
Saat ini entah sengaja atau tidak, Diana sudah tidak tahan dengan situasi buruk di dalam rumah tangga nya. Diandra nyaris membiarkan Diana keluar masuk di rumah itu. Memang rumah besar dan lumayan mewah itu adalah hadiah pernikahan mereka dari papa, mamanya Diandra. Masing-masing keluarga Diana dan Diandra adalah keluarga yang mampu dan kaya raya. Namun Diandra memiliki kemandirian yang kuat untuk tidak ikut campur dalam urusan bisnis di keluarga nya. Diandra memilih berwiraswasta dengan hobi nya yang tentu saja menghasilkan uang. Walaupun uang yang diperoleh hanya bisa cukup untuk hidup sederhana.
Sifa tumbuh besar mengikuti arahan dan didikan papa nya yaitu Diandra, sederhana dan tidak berpenampilan mewah. Walaupun mereka sebenarnya dari keluarga yang berada.
Diana mendekati Diandra yang fokus membuat lukisan.
" Aku ingin semua nya jelas, Mas! Aku tidak ingin status ku digantung seperti ini. Segera ceraikan aku! Kalau tidak, aku akan menggugat dan bertindak sendiri, mas." kata Diana tegas.
" Nanti! Tunggu sampai Sifa mandiri dan lulus dari sekolah nya. Baru aku menceraikan kamu." sahut Diandra masih fokus dengan kanvas nya.
" Kamu! Sampai kapan? Aku sudah tidak sanggup dan bertahan dengan kondisi dan situasi seperti ini. Berpura-pura baik di depan Sifa. Kurasa Sifa sudah cukup dewasa dan mengerti. Aku pun juga ingin bahagia lahir batin, mas!" kata Diana yang alhasil mendapatkan sorot mata yang tajam dari Diandra.
" Apa kamu sudah menemukan pengganti aku? Sehingga kamu buru- buru ingin minta cerai dari ku?" tanya Diandra akhirnya.
" Itu bukan urusan kamu, Mas!" sahut Diana tegas.
" Hahaha. Apakah kamu sudah tidak bisa mengendalikan hasrat kamu?" tanya Diandra.
" Itu bukan urusan kamu lagi mas!" sahut Diana lagi.
" Aku memahami itu semua. Kita sudah hampir satu tahun tidak melakukan hubungan badan. Tidak kah kamu sudah tidak berhasrat lagi dengan aku, Diana? Badan aku masih bagus, badan aku masih kokoh, kuat, atletis dan ganteng." kata Diandra sombongnya.
" Tapi kamu angkuh, egois dan aku sudah muak dengan harga diri kamu yang cukup tinggi itu." sahut Diana.
" Kamu yang memulainya, kamu yang menjaga jarak, kamu yang minta untuk menyudahi hubungan suami istri ini. Kamu yang mulai bermain api dengan pria- pria itu diluar sana. Ahh sudahlah." kata Diandra mulai emosi.
" Kamu yang mulai bukan? Kamu di tempat gym memiliki banyak wanita yang bisa kamu ajak berkencan." sahut Diana keras.
" Dan kamu sibuk dengan hobi kamu yang tidak penting ini." tambah Diana sambil menunjuk ke lukisan hasil tangan Diandra.
" Sudahlah, Diana! Jangan lagi mencari- cari kesalahan aku. Kalau sebenarnya hatimu sudah tidak menghendaki aku lagi menjadi suami kamu. Asal kamu tahu! Aku tidak pernah mengkhianati kamu, walaupun lingkungan ku banyak wanita- wanita yang seksi dan cantik yang menggodaku." kata Diandra sambil berlalu meninggalkan Diana.
Diana terdiam, menatap punggung Diandra yang hendak meninggalkan nya. Namun secepat itu tangannya menahan lengan kekar milik Diandra, hingga langkah Diandra terhenti lalu mata nya menatap wanita yang hendak menuntut perceraian dengan dirinya.
" Aku hanya ingin, masalah kita jangan sampai tahu oleh papa dan mama ku. Aku tidak ingin mereka ikut campur urusan rumah tangga kita. Rumah tangga yang sudah tidak bisa lagi kita perbaiki karena aku dan kamu sudah sangat jauh." kata Diana sedikit mengancam.
" Apa? Jarak yang jauh itu karena kamu sendiri yang menciptakan. Kamu terlalu banyak menuntut dari aku. Padahal jika kau ingin aku bisa memenuhi dan memuaskan nafkah batin mu. Lalu kenapa kamu harus mencari yang lain selain aku? Tidak kah kau sudah tidak tergiur dengan badanku yang kekar dan gagah ini?" ujar Diandra menggoda.
" Aku sudah tidak memiliki rasa cinta itu kepada kamu. Cinta itu sudah hilang karena kamu sudah sangat sibuk dengan segala kesenangan mu. Kesenangan dari hobi kamu yang menurut aku, itu sungguh tidak penting. Bukankah kamu bisa sibuk dengan perusahaan atau bisnis keluarga kamu dibanding dengan usaha- usaha mu yang tidak menguntungkan ini?"kata Diana sungguh merendahkan Diandra.
" Cukup! Jangan hina kesenangan ku ini! Dari hobi ku ini juga bisa mendapatkan uang, walaupun uang itu tidak sebesar dari hasil bisnis yang dikelola oleh perusahaan mu ataupun perusahaan keluarga ku yang di tawarkan untuk aku." kata Diandra.
" Itulah, bodohnya kamu!" sahut Diana ketus.
" Sudah cukup, Diana! Kamu jangan menghina aku. Aku sudah paham dan jelas, alasan apa sebenarnya yang memicu kamu untuk berpisah dengan aku. Kamu sudah ada pria lain di kehidupan mu. Lalu aku mulai tersingkirkan. Kamu tidak perlu mencari- cari kesalahan dari aku." sindir Diandra.
" Baiklah! Aku akui itu! Pria itu yang bisa memahami aku. Pria itu bisa bersikap romantis, lembut dengan kata maupun sikapnya terhadap ku. Tidak seperti kamu!" ujar Diana jujur.
" Pada akhir, pria itu memanfaatkan kamu dengan harta yang kamu miliki bukan?" sahut Diandra menebak.
" Itu bukan urusan kamu! Lagi pula aku ikhlas memberikan semua yang aku punya kepadanya." kata Diana.
" Itulah bodoh nya kamu!" sahut Diandra sambil cepat berlalu meninggalkan Diana kembali.
Diana menarik nafasnya pelan. Diambilnya ponselnya dan menghubungi seseorang yang menurutnya sangat spesial.
" Kamu dimana? Aku ingin bertemu!" kata Diana setelah sambungan telepon keluar nya terhubung oleh pria yang diidamkannya.
" Siap sayang! Kita di hotel XXX yah! Aku tunggu di sana!" jawab suara pria itu diseberang sana.
Setelah percekcokan itu, Diana pergi dari rumah dengan mobil mewahnya. Diandra yang mengetahui Diana keluar rumah hanya bisa mengusap dadanya. Bukan tidak sakit, marah, kecewa menjadi satu, Diandra sebagai seorang suami dan laki-laki sudah gagal dalam mendidik dan membina istrinya. Hatinya sakit tatkala dengan terang-terangan istrinya mengatakan telah menjalin hubungan dengan pria lain. Dengan jelas dan lantang berkata bahwa sudah tidak mencintai dirinya. Dari pria itulah, Diana mendapatkan kebutuhan batinnya. Bagi Diandra ini adalah pukulan telak.
Diandra masih laki-laki normal yang kuat syahwat nya. Gejolak nafsunya masih kuat apabila dirinya masih terbilang muda dengan umur kepala tiga. Bukan berarti dia tidak ingin dan tidak menghendaki berhubungan badan dengan Diana. Melainkan Diana yang tidak dan sudah tidak menghendaki di sentuh oleh Diandra. Dengan alasan sudah tidak mencintai nya. Padahal kalau menuntut kebutuhan nafkah batin itu, Diandra akan dengan senang hati memenuhi nya. Mau sekali berapa kali pun Diandra pasti akan sanggup.
Diandra semakin rajin berolahraga raga supaya dirinya tidak terjebak oleh keinginan syahwatnya. Diandra memang rajin di tempat gym. Di sana Diandra tentu berjumpa dengan banyak wanita- wanita seksi, cantik dan kaya. Bukan hal sulit jika Diandra ingin menjalin hubungan dengan wanita- wanita itu. Diandra memiliki kesempurnaan sebagai seorang laki-laki. Diandra memiliki postur tinggi dan berat badan yang ideal. Ditambah dengan wajahnya yang gagah dan keren.
Mungkin saja karena Diandra masih sangat dingin, kaku, cuek terhadap istrinya yaitu Diana yang menyebabkan ketidakpuasan oleh Diana. Diandra tipe laki-laki yang kurang bisa menunjukkan rasa suka dan senang nya kepada seseorang. Diandra kurang memiliki sifat yang romantis dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Bagi Diana itu sungguh tidak asyik.
Memang penilaian romantis dan seksi bagi setiap orang lain. Bagi Diana dia suka di beri kata- kata indah dan rayuan juga sikap yang nyata dalam perbuatan. Diana menginginkan laki-laki yang bisa merangkai kata- kata indah seperti puisi dan memberikan setangkai bunga dalam setiap hari- hari spesial nya. Diana menginginkan setiap hari ada kejutan dan seolah Diana seperti bidadari atau putri yang selalu di agung- agungkan oleh pasangan nya.
Sedangkan Diandra paling tidak menyukai sikap budak cinta yang baginya terkesan konyol dan bodoh. Diandra tipe laki-laki yang apa adanya, tidak ribet dan tidak bertele-tele. Jika iya, dia berkata iya. Jika tidak suka, Diandra tidak segan berkata untuk menolaknya.
Diandra dan Diana memang menikah karena pernikahan bisnis. Kedua orang tua mereka adalah relasi yang saling menguntungkan dan saling berhubungan. Mereka menikah karena perjodohan. Keduanya tidak bisa menolak nya karena antara Diandra dan Diana memang sangat menyayangi kedua orang tuanya.
Saat ini Diana sudah tiba di tempat yang dijanjikan. Diana masuk di gedung bertingkat yang tinggi menjulang. Diana mulai berjalan mencari kamar yang sudah ada pria idamannya menunggu nya di dalam sana. Diana akhirnya mulai mengetuk kamar itu. Senyuman mengembang dan wajah yang cerah ditunjukkan oleh pria itu ketika membukakan pintu kamar itu. Tangan kanannya membawa seikat bunga mawar putih yang masih segar di sodorkan ke dekat wajah Diana. Diana semakin dibuatnya bahagia dengan perlakuan yang romantis oleh pria itu. Pria muda yang gagah, ganteng dan cukup atletis badannya.
" Terimakasih Pandu, sayang!" ucap Diana sambil memeluk erat tubuh kekar Pandu dan Pandu pun merengkuh tubuh Diana dengan kehangatan.
Pintu kamar itupun ditutup kembali dan sepasang laki-laki dan perempuan itu, mungkin saja di dalam dengan cepat melakukan ritualnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!