"Hoaamm.. Bangun pagi gosok gigi cuci muka nggak mandi." Nyayian seorang gadis cantik yang berjalan menuju kamar mandi dengan mata yang masih terpejam.
Annisa Malika, seorang gadis cantik yang memiliki kulit putih, rambut panjang sepinggul dengan di beri warna pink di padu perak pada bagian bawah nya.
Gadis berotak mesum yang biasa di panggil Alika itu suka menggoda para lelaki tampan, mempunyai hobi balapan liar dan nongkrong di bar.
Walaupun suka keluyuran tengah malam dan pergi ke bar, Alika bisa menjaga kesucian nya. Tidak semua orang yang suka ke bar itu berarti bejat kan. Bukti nya Alika, dia bebas dari alkohol dan obat terlarang.
Anak tunggal dari pasangan bapak Handoko dan ibu Hilaya ini memiliki pergaulan yang luas. Luas bukan berarti bebas.
Alika sendiri tidak suka di kekang, jika melihat pria tampan otak kotor langsung bekerja.
Tadi malam Alika baru pulang waktu subuh dari balapan bersama teman nya. Pagi ini dia di panggi untuk menghadap kedua orang tua nya.
"Jam berapa kamu pulang tadi malam Alika?." Tanya pak Handoko
"Biasa pah jam sebelas." Sahut nya
"Jam sebelas kamu bilang? Apa kamu pikir papa nggak tau kamu pulang subuh." Kata pak Handoko
"Yeah benar, Seratus untuk papa." Sahut Alika
"Kamu ini, sudah berapa kali papa bilang jangan suka keluar malam. Apa lagi kamu pulang selalu subuh." Geram pak Handoko
"Sudah berapa kali yaa?." Kata nya sambil pose berpikir "Alika nggak ingat tuh pah, mungkin sudah puluhan kali." Tersenyum dengan menampakan lesung pipi nya
"Astaga anak ini. Lama-lama bisa sakit jantung papa kamu buat." Kata pak Handoko sambil memijit kening nya.
"Ya jangan lah pah, kalau papa sakit jantung terus tewas gimana? Nanti Alika jadi anak yatim, terus mama juga jadi janda kaya. Nanti kalau mama di godai sama brondong emang papa ikhlas lihat nya dari atas sana." Sahut nya santai
Ibu Hilaya yang duduk di samping suami nya hanya menghela nafas mendengar perdebatan papa dan anak ini.
"Alika..." Panggil pak Handoko
"Hadir..." Sahut nya dengan mengangkat tangan
"Berhenti bercanda Alika! Dengar papa baik-baik, kali ini papa mau ngmong serius sama kamu." Kata pak Handoko tegas
"Ada apa pah?." Tanya Alika dengan serius pula
"Papa sama mama sudah putuskan, kalau kami akan mengirim kamu ke pesantren agar bisa merubah semua kelakuan dan cara bicara kamu." Kata pak Handoko sambil melihat putri nya, menanti jawaban apa yang akan di berikan putri tunggal nya itu.
"Kami tau kamu pasti keberatan, tapi tidak ada penolakan kali ini sayang." Kata sang mama yang sedari tadi hanya diam
"Beri Alika alasan yang buat senang untuk bisa menyetujui keinginan mama sama papa." Sahut nya tenang
"Maksut kamu?." Tanya ibu Hilaya
"Ya mama sama papa harus kasih alasan yang bisa buat Alika senang dan betah tinggal di sana. Mama sama papa tau kan kalau di pesantren itu cuma ada anak-anak, mana mungkin bisa betah. Jadi Alika putuskan, kalau Alika tidak mau mondok." Kata nya
"Mama dengar di sana banyak ustad tampan nya loh, yakin kamu nggak mau?." Sahut ibu Hilaya
"Iya benar! Apa lagi anak nya kiyai Hasan, paling tampan dia tuh." Sahut pak handoko ikut mengompori.
-----
-----
-----
"Iyakah..." Tanya nya ragu
"Tentu saja! Papa sama mama kan sudah melihat dulu seperti apa tempat yang akan kamu pakai menimba ilmu nanti. Dan kami sudah membicarakan nya dengan kiyai Hasan." Kata pak Handoko
"Dan waktu kami kesana, kebetulan anak kiyai hasan baru pulang dari mesir. Kamu tau sayang--."
"Enggak..." Kata Alika memotong
"Dengerin dulu mama ngomong! Anak kiyai hasan ustad paling tampan yang ada di pondok itu. Kalau kamu jumpa dia, mama yakin kamu pasti suka. Jadi bagaimana? Maukan Alika mondok." Kata ibu Hilaya merayu
"Yakin tampan." Sahut Alika tak yakin
"Yakin seratus persen. Mama jamin kamu bakal suka." Sahut sang mama
"Yaudah deh biar Alika pikir dulu. Sekarang Alika mau keluar ya mah, mau nemui teman." Kata nya sambil berlalu.
Setelah Alika pergi mengendarai moge nya, kedua orang tua itu saling pandang.
"Mama yakin Alika bakal setuju untuk mondok?." Tanya pak Handoko
"Yakin lah pah. Papa tau sendiri kan Alika itu paling suka cowok tampan, uztad di sana kan emang pada ganteng, mama yakin Alika bakal betah." Sahut nya santai
"Pandai juga ya mama cari tempat yang bagus. Tapi kalau di ingat, emang mama kenal ya sama umi inayah? Kok kemarin kayak nya akrab gitu." Tanya pak Handoko
"Inayah kan teman sekolah mama dulu pah, walaupun mama nggak begitu akrab sama dia dulu nya tapi dia juga nggak sombong kok orang nya." Sahut nya
"Tapi papa kasian sama anak nya kiyai Hasan, papa yakin dia bakal susah nanti karena di ganggu terus sama Alika." Kata pak Handoko
"Ya itu kan resiko dia pah. Lagian nih yaa dia kan ustad, harus sabar dong menghadapi para santri nya." Kata ibu Hilaya dengan tersenyum
"Lah terus kenapa mama senyam senyum gitu? Mama mikiri ustad itu yaa." Tanya pak Handoko cemberut
"Kok papa tau sih! Mama tuh emang mikiri si ustad, kayak nya asik deh kalau kita besanan sama Inayah. Punya mantu ganteng tuh bahagia nya sepanjang masa tau pah. Udah ganteng, pintar, mandiri, sukses, uztad pula lagi. Duh enak nya punya suami begitu, mama jamin masa depan Alika pasti bahagia." Kata ibu Hilaya dengan tersenyum
"Iya sih. Tapi kita jangan pernah paksa Alika, biarkan dia sendiri yang memilih jodoh nya. Asal Alika bahagia kita juga harus mendukung nya, tidak peduli mau dia kaya atau tidak. Selama Alika bahagia itu sudah lebih dari cukup untuk kita." Kata pak handoko menasehati istri nya
"Iya pah mama ngerti. Lagian papa tau sendiri kan anak itu keras kepala, mana mau dia di kekang sama kita." Sahut ibu Hilaya
"Tapi pah, kalau Alika pergi mondok rumah pasti terasa sepi. Selama ini kan dia yang selalu buat rumah jadi rame." Sambung ibu Hilaya lagi
"Ya udah yuk kita buat adek untuk Alika, jadi kita nggak sepi lagi kalau nanti Alika sudah mondok." Kata pak Handoko sambil mengangkat istri nya dan membawa nya ke kamar
"Ah papa, malu tau di lihati si embok." Sahut ibu Hilaya dengan menyembunyikan muka di dada suami nya
"Biarkan saja, embok kan juga pernah muda." Sahut pak Handoko
Sementara embok yang di maksud hanya tersenyum melihat keromantisan kedua majikan nya.
-----
-----
-----
Di dalam sebuah ruangan, terdengar suara merdu milik seorang lelaki tampan yang tengah mengaji. kulit putih dan mata tajam nya menambah nilai plus.
Zakaria Al Farizi nama lelaki tampan itu. Mempunyai sifat penyayang, sabar, dan ramah pada siapa pun. Anak sulung dari kiyai Hasan dan umi Inayah ini baru saja pulang dari mesir. Setelah semua urusan nya di mesir selesai, kiyai Hasan meminta nya menetap di indonesia dan membantu mengurus pesantren.
Zakaria sendiri memiliki usaha restaurant, dia merintis usaha nya dari awal tanpa campur tangan abi dan umi nya. Sewaktu kuliah dulu dia sambil bekerja, sedikit demi sedikit mengumpul kan uang dan membuka rumah makan sederhana pada awal nya.
Tapi karena kegigihan dan kerja keras nya dalam mengola usaha membuat rumah makan sederhana itu berubah menjadi restaurant.
Bahkan saat ini dia sudah mempunyai banyak anak cabang yang tersebar di berbagai kota. Tidak mudah dia menjalan kan usaha nya selama delapan tahun ini, jatuh bangun sudah dia lalui karena banyak nya saingan dalam berbisnis.
Tapi karena dia selalu sabar dan tidak pernah meninggal kan shalat, serta rajin dalam bersedekah membuat nya bisa melalui semua itu. Bukan kah harta tidak akan pernah berkurang jika kita rajin bersedekah, dan itu sudah terbukti pada Zakaria. Dia memperoleh semua harta nya murni karena allah.
Restaurant yang di beri nama Ikhlas itu sudah terkenal, mereka menyajikan berbagai menu hidangan yang menggugah selera. Dari masakan nusantara ala rumahan hingga masakan luar negeri semua tersedia.
Zakaria mempunyai adik perempuan yang masih remaja bernama Intan Juwita dan sepupu yang bernama Ayub Habasyi. Dia menjadikan Ayub sebagai tangan kanan nya dalam mengurus usaha restaurant. Ayub sendiri sudah menjadi seorang yatim piatu dari umur sepuluh tahun.
Ayah nya meninggal karena sakit gula basah yang di derita nya, sedangkan ibu nya meninggal pada sore hari setelah pemakaman sang ayah, dan itu membuat duka terdalam bagi Ayub.
Kehilangan kedua orang tua dalam sehari membuat nya tidak memiliki semangat hidup, hingga kiyai Hasan dan umi Inayah membawa Ayub ke rumah mereka dan mengangkat nya menjadi anak. Orang tua Ayub sendiri adalah anak paman dari kiyai Hasan, oleh sebab itu mereka membawa Ayub pulang agar bisa melupakan duka nya dan bermain bersama Zakaria yang kebetulan mempunyai usia yang sama.
Kalau Zakaria mempunyai restaurant sebagai usaha nya maka lain dengan Ayub. Dia sendiri malah membangun sekolah yang jauh dalam pedesaan, dengan alasan agar bisa berbagi ilmu pada mereka yang membutuh kan.
Intan sendiri masih berumur delapan belas tahun dan sudah menjadi penghadal Qur'an terbaik. Bahkan dia sering di kirim ke pesantren lain mewakiki pesantren nya sendiri dalam berbagai acara. Sifat nya yang ceria dan mudah bergaul membuat nya banyak di sukai para santriwati. Intan sendiri sangat menyukai sesuatu yang menurut nya sangat luar biasa.
Anak didikan kiyai Hasan dan umi Inayah memang sangat sholeh dan sholeha. Mereka semua sudah di ajarkan mandiri sedari kecil tanpa pilih kasih. Bahkan kepada Ayub pun mereka lakukan sama tanpa ada nya perbedaan.
"Shodaqallahul adzim." Terdengar sura Zakaria menyudahi ngaji nya.
Setelah membereskan semua peralatan nya dia turun kebawah dan bergabung untuk memulai makan siang.
-----
-----
-----
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!