Satu minggu lagi adalah hari yang aku tunggu-tunggu. Dimana saat hari itu tiba aku dan kekasihku akan menjadi pasangn yang terbahagia, karna setelah tiga tahun perjalanan cinta kami, aku Riri ayu wanita dan Aril arman maulana atau biasa kupanggil kak Ar akan melangsungkan hal yang sangat sakral yaitu pernikahan.
Yah selama tiga tahun pacaran, jatuh bangun bersama melalui banyak kisah dari tawa maupun lara ahirnya sampailah kami dititik ini.Tak ada yang paling membahagiakan daripada mengingatnya membayangkan dirinya menyebut namaku sebagai mempelai wanitanya.
Pluk.
Nayla sahabat sekaligus partner kerjaku sengaja melempar beberapa berkas perkerjaan ke meja membuatku kaget dan terpaksa menyudahi imajinasi indahku.
Meskipun agak kesal tetapi aku tetap memilih diam dari pada berdebat dengannya yang menurutku hanya buang-buang tenaga dan waktu.Namun tiba-tiba saja kepalaku berdenyut mengingat undangan pernikahan yang sudah kusebar tiga hari lalu, sementara cutiku belum di Acc sampai hari ini.
Dimana-mana calon pengantin sudah dipingit, disuruh banyak istirahat,berdandan yang cantik bak putri yang sedang menunggu kedatangan pangerannya. Nah sementara diriku malah masih disibukkan dengan tugas kantor yang bejibun.
"Menyebalkan." Kataku menggerutu.
"Cie calon manten ... udah gak sabar ya." Nayla menyahut cepat dengan tampang mengolok-olok.
"Naay.. please deh aku sedang tidak ada mood untuk bercanda."kataku tak bersemangat.
" Hehe iya deh iya.Yang sabar ya katanya orang sabar disayang mantan eh."
Plak.
Salah satu map dimeja kerjaku melayang sukses mengenai lengannya.Namun Nayla tetaplah Nayla gadis usil yang tak pernah kehabisan akal untuk menjahili manusia disekitarnya.Meskipun sudah kubuat meringis kesakitan tetapi tetap tidak membuatnya berhenti untuk terus menggodaku.
Drrrrt. Drrrrt. Tak sampai berbunyi untuk yang ketiga kalinya aku sudah langsung menyambar cepat ponsel diatas nakas.Sementara Nayla gadis itu terlihat sudah sibuk sendiri dengan laptopnya.
"Assalamungalaikum sayang." Suara dari sebrang telfon membuatku langsung ber'energi kembali.
Aku tersenyum senang sambil menjawabi salamnya.
"Wangalaikum salam calon imam.Hehe.'' Aku menutup mulutku sendiri setelah mengatakannya.
Huek. Nayla berexpresi seperti ingin muntah.Tapi dimaklumin aja lah ya jomblo akut ya gitu bawaanya baper muluk.😁😁
Aku langsung menyambar tas ku, tak mempedulikan Nayla yang bertanya kepo saat aku melewatinya begitu saja.
''RI.. ''Masih terdengar suaranya yang setengah berteriak memanggil namaku dari balik ruangan saat aku sudah berada dibalik pintu.
Aku berjalan tergesa memasuki Lift yang biasa dipakai karyawan.Mengingat lima menit lagi waktu jam makan siang tiba,jadi aku berfikir untuk keluar lebih dulu.Selain untuk menghindari keramaian juga karna pekerjaanku yang sudah selesai.Aku fikir tidak apa donk mencuri waktu sedikit,,eits ingat ya readers waktu bukan duit😁
Saat sudah berada dilantai dasar aku tak sengaja bertabrakan dengan pria asing berwajah familiar.Namun dari cara memandangnya terhadapku terlihat jelas dari tatapan matanya kalau mungkin kami memang tidak pernah bertemu sebelumnya.
Entah siapa yang salah.Aku yang berjalan tergesa atau dia yang berjalan tak hati-hati.Tetapi aku tetap minta maaf barangkali memang aku yang salah.
"Maaf ya gak sengaja." Aku berkata sambil merapatkan kedua tanganku ke depan dada sebentar, kemudian melesat cepat dari hadapannya.
Aku berhenti sejenak agak membungkuk dengan tangan yang memegangi lutut.
''Hos hos ,,,,,,''
Nafasku terengah-engah karna berjalan terburu- buru agar cepat sampai menemui sang puja'an hati.
Tap tap tap.Suara hels ku mulai berjalan kembali memasuki cafe yang tempatnya hanya bersebrangan dengan kantor tempatku bekerja. Aku berjalan sangat santai seolah mentaati perintah kak Ar yang selalu berpesan untuk selalu hati-hati.
Diujung pojok sebelah kiri,aku menangkap sosok yang sangat aku kenal sedang tersenyum bercanda ria dengannya.Entah kenapa mood booster ku tiba-tiba berubah begini, hanya karna melihat Dinda adiku sedang duduk satu meja dengan calon suamiku.
Berlebihan sekali .Masa iya cemburu dengan Dinda.Wahai hati tolong dong dikondisikan jangan cemburu buta begini.
"Sayang." Suara kak Ar sedikit mengagetiku.
Entah sejak kapan pria itu berdiri didepanku. Seingatku tadi dia sedang duduk santai bersama Dinda.
"Sejak kamu matung disitu."Ucapnya seakan bisa membaca fikiranku.
"Eh."
"Kenapa? jangan bilang kamu cemburu sama adik kamu."
Glek. Aku benar-benar kesusahan menelan ludah ku sendiri.
Sekalipun iya tapi gak harus diomongin segamblang itu juga kali.Kan bisa malu kalo sampe kedengeran Dinda.Batinku.
"Enggaklah gila kali cemburu sama adik sendiri." Elaku sedikit ketus.
"Kamu cantik kalo lagi cemberut gitu. " Ia mengusap puncak kepalaku juga menggenggam mesra tanganku.Membuat kesalku menghilang begitu saja.
Begitulah aku, mau semarah apapun tetap saja jatuh pada tatapan matanya. Mata indah nan teduh itu selalu bisa menaklukkan hatiku.
"Woi kakak kandung dan calon kakak ipar, mau sampe kapan berdiri disitu.Sudah pegel nih mata dibaperin muluk." Itu suara cemprengnya Dinda. Membuat aku dan kak Ar tertawa sumbang.
Kak Ar menarik kursi untuku terlebih dulu.
"Din, udah lama?
''Mmm lumayan sih, habis chek up langsung ngikut kak Ar kesini.
''Owh ya, gimana kondisi kamu udah mendingan?tanyaku tentang kondisi kesehatan Dinda setelah beberapa hari lalu tipesnya kambuh.
''Kondisinya sudah agak membaik yang penting jangan telat makan, air putih yang cukup sama minum obat yang teratur." Kali ini kak Ar yang menjawab.
''Nah dengerin tuh makan,jangan diet muluk." Kataku sedikit mengomel mengingat betapa susah dan malasnya Dinda kalau disuruh makan.
'' Kaya kakak rajin aja kalo disuruh makan." Protes Dinda.
"Bener yang?'' Kak Ar mempertanyakan kalimat Dinda barusan.
'' he he kadang aja tapi gak separah Dinda loh ya." Selorohku yang langsung mendapat gelengan
kepala oleh kak Ar.
Entah menit keberapa makanan yang dipesan kami datang, aku melirik jam di pergelangan tanganku masih ada sepuluh menit lagi sisa waktu istirahat.
''Kak Ar bukannya udah ngambil cuti kok masih kerumah sakit?Tanyaku disela-sela makan. Karna seingatku memang kak Ar sudah mengambil cuti tiga hari yang lalu.
''iya emang udah cuti. Tadi tuh selesai ngecek gedung yang akan buat nikahan kita, aku mampir kerumah sakit mau ngambil barang yang tertinggal disana. Eh gak sengaja ketemu Dinda. Sekalian deh periksa dia.
Panjang lebar Kak Ar menjelaskan mungkin karna takut aku salah paham, secara gak lucu kan yah putus sementara undangan sudah disebar.
Sepeninggal mereka berdua aku langsung mengeluarkan ponselku dari dalam tas.Mataku hampir saja lepas tempat jika tak segera dikondisikan. Sepuluh panggilan tak terjawab dari Nayla dan tiga panggilan tak terjawab dari atasanku si manager galak.
Aku mengamati cafe yang nampak tidak seramai seperti hari-hari biasa saat jam istirahat kantor tiba.Dan orang-orang yang berada di sekelilingku sama sekali bukan karyawan kantorku.Karna jika iya pasti mereka sudah mengenakan seragam yang sama sepertiku.
Tap tap tap.
Berjalan buru-buru sesekali sambil menelfon balik Nayla. Tapi entah apa gerangan tidak Nayla tidak juga pak Ilham si atasan galak. Dua-duanya sama sekali tidak ada yang bisa dihubungi.
Aku mulai memasuki kantor yang nampak begitu sepi.Hanya ada tiga orang resepsionis dan dua orang sekuriti yang sedang berjaga diluar. Aku ingin segera memasuki lift namun ku urungkan dan memilih berjalan ke resepsionis terlebih dahulu untuk bertanya, dari pada mati penasaran di dalam lift.Pikirku saat itu.
''Mbak, sepi amat. Manusianya pada kemana?" Tanyaku pada ketiga petugas resepsionis.
"Aduh mbak ini dari mana saja sampai ketinggalan berita genting eh penting.''
''Berita? beoku.
'''Dilantai 12 sedang kedatangan presdir baru, semua karyawan disuruh berkumpul kecuali sekuriti sama kami bertiga dan.. " kata salah satu resepsionis menggantung kalimatnya.
"Apa?" kataku penasaran.
"Sepertinya anda tidak masuk pengecualian." ucapnya meneruskan kalimatnya tadi.
"Udah mbak.Mendingan langsung ke lantai atas saja mungkin saja anda sedang dalam masalah.'' Kata temannya yang lain ikut mengkompori.
" Baiklah, terimakasih informasinya. "Kataku seraya berjalan pergi meninggalkan mereka.
Didepan pintu lift.Hampir lima menit sudah aku berdiri sambil memencet beberapa kali tombolnya, namun pintu tak segera terbuka membuat aku tambah frustasi sendiri.
Dari kejauhan nampak security yang berjaga didepan, tergopoh - gopoh diikuti kedua orang berseragam sama. Yang kutafsir mereka adalah tukang mekanik.
''Neng liftnya rusak.Silakan mengumpulkan tenaga untuk menghadapi kenyataan. ''Kata pak Slamet sambil melirik tangga sebelah.
''Hah,'' Beoku yang juga langsung berfikir ke tangga. Akupun langsung berlari menaikinya namun tiba-tiba saja ide brilliant muncul dan membuatku kembali turun untuk mengurungkan niatku.
Mereka kebingungan melihatku menuruni anak tangga. Sementara liftnya saja jelas-jelas baru akan diperbarui.
Neng,,, '' Tegur sekuriti dengan bingung.
"Pak. bersiaplah menghadapi kenyataan.''Kataku mengembalikan kata-katanya tadi sambil menepuk pundaknya.
" Neng,,, "teriaknya lagi saat melihatku berlari memasuki lift khusus presdir.Sudah pasti orang tua tadi panik.Secara dia akan mendapat teguran bahkan hukuman karena lalai menjaga keamanan.Termasuk lift presdir yang berhasil dimasuki karyawan biasa sepertiku.
...----------------...
Ditempat lain nampak suasana begitu hikmat dengan sesekali diiringi tepuk tangan yang meriah saat Presdir baru memperkenalkan diri.
Zao Lee anak semata wayang dari presdir Lee yang akan menggantikan jabatan Ayahnya untuk memimpin perusahaan furniture terbesar di Asia yang berpusat dikota S ini.
Pria tampan, mapan dengan segudang prestasi tersebut menyapa semua kalangan dari direktur sampai karyawan biasa.Semuanyapun histeris sudah seperti melihat aktor Korea. Mengingat dirinya yang ketampanannya mengalahkan artis papan atas indonesia, dan juga darah blasteran Indonesia-koreanya itu membuat ketampanan wajahnya semakin nampak sempurna.
''Terimakasih semua untuk antusiasnya. Kedepannya semoga bisa bekerjasama dengan baik.Dan sebelum acara ini ditutup saya ingin memperkenalkan seseorang yang sangat spesial nomor dua setelah mama saya.Dia yang selama ini terus memotivasi saya hingga bisa sukses dalam bisnis maupun pendidikan." Lalu setelah itu Presdir Zao nampak tersenyum dan melirik kearah pintu diikuti oleh semua mata yang sejak tadi berdiri menatapnya.
Ting.,
Pintu liftnya terbuka. Semua orang menatap kearah sana dengan rasa penasaran.Seperti apa sosok spesial yang dibicarakan oleh Presdir Zao, terutama apakah pria atau wanita? setelah pintu liftnya terbuka bukannya lunas terbayar rasa penasaran itu,Justru malah sebaliknya mereka semua shok begitu melihat sosok yang datang dibalik pintu.
...****************...
Aku menatap semua orang yang juga sama sedang menatapku.Tak pernah kusangka keadaannya akan semenakutkan ini.
Para direktur dan pejabat tinggi lainnya bahkan pak Lee presdir dingin itu dan satu lagi pria tampan berwajah mirip dengannya, lalu para karyawan dan teman- temanku.Alhasil,semuanya memandangku dengan tatapan misterius.Tapi yang jadi pertanyaan kenapa tatapan mereka lain, seperti baru pertama kali saja melihat wajahku.Atau lebih tepatnya bukan aku yang seharusnya mereka tatap.
Suasana menjadi begitu canggung, ditambah lagi saat aku baru ingat kalau lift yang habis ku pakai adalah lift khusus presdir.Wajahku langsung berkeringat ditambah bulu kudukku yang juga ikut berdiri. Panik nggak, panik lah masa nggak.
''Kevin''.Pria disamping pak Lee memanggil seseorang dengan suara yang agak meninggi.
Lalu seorang pria datang menghampiriku.
''Siapapun kamu, kamu sudah mengganggu kenyamanan tuan besar beserta tuan muda. Silahkan ikut saya.
Aku tak punya pilihan lain, selain mengikuti perintahnya. Entahlah nasib apa yang akan terjadi denganku selanjutnya.
Didalam sebuah ruangan khusus nampak laki-laki berbeda usia sedang duduk saling beradu argumen.
''Tunangan kamu benar-benar sudah membuat malu wajah keluarga kita.Bagaimana bisa dia tidak datang diacara penting seperti itu, dan malah menyuruh gadis lain menggantikannya. Memang dia pikir dia siapa hah.?! Pak Lee berkata dengan sangat marah.Lalu terdengar suara gebrakan meja dari dalam ruangan.
''Pah aku yakin ini salah paham, Gea tidak datang tapi bukan berarti Gea yang menyuruh gadis itu untuk datang menggantikanya.Aku percaya dia. Gea bukan gadis yang tidak bertanggung jawab seperti itu.Dan dia pasti punya alasannya sendiri.'' protes Zao tak terima calon istrinya dituduh seperti itu oleh sang ayah.
Ceklek.
Pintu yang sengaja tidak dikunci tadi dibuka oleh Kevin, namun tidak sendirian melainkan diikuti oleh gadis yang tadi.
🍒🍒🍒🍒🍒
Aku menunduk tak berani menatap mereka.Entah kemarahan apa yang akan aku terima setelah ini.Aku tau segala sesuatu akan ada konsekuensi baik itu salah maupun benar.Apalagi jika mengingat kekuasaan yang mereka punya di negara ini.Rasanya aku tidak bisa bernafas lega jika sudah memikirkan hal tersebut.
''Jadi benar kamu hanya karyawan biasa disini?'''Suara bariton pak Lee membuatku tambah tak berdaya.
Sebenarnya tanpa bertanya sekalipun aku yakin pak lee sudah tau jawabannya.Hanya dengan melihat seragam batik yang kupakai itu sudah jelas kalau aku memang karyawan di sini. Tapi mungkin hanya untuk formalitas atau memastikan saja kalau aku tidak sedang menyamar.
''Benar tuan'' Jawabku masih dengan kepala menunduk.
''Lalu bagaimana bisa kamu memasuki lift khusus presiden direktur. ?'' Tanyanya lagi.
Deg,...
Situasi seperti ini benar-benar membuat jantungku ingin melompat kabur.
''Maafkan saya tuan, lift untuk karyawan rusak. Jadi tidak ada pilihan lain selain lift khusus... "
Belum juga selesai aku menjelaskan alasannya, pria disamping pak Lee sudah lebih dulu memotong kalimatku.
''Sejak kapan perusahaan terbaik menerima karyawan bermata rabun seperti kamu.Tangga sebesar tinggi itu kau tidak bisa lihat!''
Suaranya sangat tinggi menandakan pria itu begitu emosi. Masalah lift sebenarnya bukan inti dari yang sedang dipermasalahkan, melainkan kedatangannya yang tiba-tiba muncul di momen istimewa tadi.Yang muncul saat presdir Zao sedang memperkenalkan sosok istimewa yang sedang di nantinya dihadapan banyak orang.
Ketakutanku seketika menghilang mendengar betapa sadisnya pria itu menghinaku dengan terang-terangan.
''Tuan bukan mata saya yang rabun, melainkan kaki saya yang bisa patah jika harus menaiki tangga manual untuk sampai ke lantai 12.
Pagi ini cuaca sangat cerah, bertolak belakang dengan hatiku yang mendung.Tap tap tap, suara langkah heels ku menuruni anak tangga.Dibawah sana sudah ada Ayah, Bunda dan adiku Dinda. Eits tunggu,aku mengucek mataku sekali lagi ternyata benar aku kira sedang bermimpi pagi-pagi begini sudah kedatangan dokter ganteng.
Kak Ar nampak tersenyum dibawah sana.Hati yang semula mendung berganti cerah, secerah cuaca pagi ini.
Seperti biasa kak Ar menyeretkan kursi untukku Manis memang.Dan begitulah dia, selalu hangat manis dan romantis.
Aku mengoles selai kacang kedalam roti tawar.Lalu menaruh keatas piring kak Ar. ''
''Bun, kak Ar tuh gak bisa makan nasi sepagi ini." Kataku sambil menuang air didalam gelasnya.
''Uhuk-uhuk,'' itu suara kak Ar. Belum makan belum juga minum. Tetapi tersedak, membuatku merasa tidak enak kepadanya.
''Lagian kamu sih kak, pagi-pagi sudah ngelawak.'' Kata bunda meragukan omonganku tadi.
'' Iya tuh bun, kak Riri ngelantur.Kaya baru pertama kali aja kak Ar ikut sarapan dirumah.'' Nah yang ini suara adiku Dinda si tukang kompor.
'' Kalau gak percaya, tanyain langsung noh ke orangnya.'' Kataku menunjuk Kak Ar dengan dagu.
''Sudah-sudah , kapan selesai makannya kalau ngomong terus.'' Ayah ikut bersuara.
Drrrrt,,,,.
Ponsel di dalam saku celana panjang ku berbunyi.Sontak mengundang banyak perhatian terutama dari kak Ar.
''Siapa?'' tanyanya.
''Nayla, kak." jawabku sambil menggeser tombol hijau.
''Riiiiiii Jam berapa ini, kenapa batang hidung lo belum muncul juga.'' Cerocos Nayla begitu telfon diangkat.
''Sebodoh amatlah gue udah cape mau resign aja.'' Kataku cuek.Yang mana langsung membuat semua orang terkejut.
''Resign?'' Ayah, bunda, Dinda, kak Ar juga Nayla yang berada disebrang telfon semua kaget dengan jawabanku.
''Loe serius? Udah dipikirin sampe gosong belum, entar nyesek eh nyesel.Sorry suka hilaf nih mulut kalo diajak ngomong.''
''Iya patin.''
''Bawel kak bawel.''Dinda ikut menimbrung.
''Udahan dulu nanti gue kabarin lagi.'' Kataku memutus telfon sepihak.
Ayah mengintimidasiku lewat tatapan matanya dan begitupun bunda.Berbeda dengan kedua orang tuaku.Calon suamiku si dokter tampan malah terlihat sangat santai. Seperti tidak ada masalah.
''Ada apa? Jujur ayah senang ahirnya kamu resign dari sana.Tapi tidak untuk meninggalkan masalah.
''Kalo ada masalah diselesain dulu, jangan main kabur-kaburan begitu. Yang ada bukanya kelar malah tambah lebar.Kamu udah gede udah mau jadi istri orang pasti tau kan maksud bunda.. ''Nasehat bunda membuat hatiku mencelos, cara bicaranya tenang tapi maknanya tajam.
''Iya bund Riri ngerti.Ya udah Riri mau siap-siap kekantor dulu.Nanti atau lusa kalo masalahnya udah kelar Riri bakal ceritain masalahnya sama kalian.
Kak Ar meraih tanganku sambil tersenyum hangat.
Didalam mobil aku dan kak Ar sama-sama diam, entah apa yang ada dipikirannya.
''sudah bisa cerita? ''Tanya kak Ar mengawali percakapan.
Aku menatap matanya lalu mengangguk.Dan mulai menceritakan semuanya dari A sampai z.
''Kamu yang tenang, aku yang akan urus semuanya. Lalu ia menelfon seseorang yang aku sendiri tidak tau siapa.
☘☘☘☘☘☘
Didalam ruangan Vip.Presdir Zao dikagetkan dengan kedatangan Kevin yang tiba-tiba.
''Maaf tuan, ada berita penting yang harus disampaikan terlebih dulu sebelum pergi.'' Kata asisten Kevin cepat, sebelum diamuk lebih dulu oleh tuannya.
''Katakan. '' sahut presdir Zao dingin.
''Diluar kita sedang kedatangan tamu. ''
''Kau sudah bosan hidup ya.'' Presdir Zao mendelik kesal karna Kevin terlalu bertele-tele.
''Tentu saja belum tuan, saya masih akan menikah dulu. ''
''Keviiiiiiiin!!!! ''
''Alex tuan, asistennya Aril yang datang bertamu. '' Asisten Kevin berbicara dengan gugup karna takut kena damprat lagi.
''Bilang dong dari tadi. '' selang beberapa detik.''Hah Alex? untuk apa dia datang kemari?
''Kurang tau tuan, dia hanya bilang ada sesuatu yang ingin dibicarakan langsung dengan tuan. ''
''Baiklah katakan padanya suruh Aril datang sendiri jika memang ada yang ingin dia katakan.
Setelah mendapat perintah demikian, asisten Kevin lansung pergi dan tak berselang lama nampak seseorang masuk tanpa mengetuk pintu.
''Sopan sekali tamu yang satu ini. ''Sindir Zao ketus.
Sementara yang disindir tanpa merasa berdosa langsung menyeret kursi untuk diduduki , bahkan sebelum dipersilahkan.
''Aku tidak suka basa-basi, katakan saja berapa uang pinalti yang kamu inginkan.'' Aril berkata dengan tegas dan lugas.
''Hey lima tahun, setelah waktu yang sangat lama kita baru dipertemukan kembali. Bagaimana bisa kau berbicara selain kabar. ''Protes Zao.
''Aku datang kemari bukan untuk membuang waktu hanya untuk berbicara omong kosong. Jadi cepat katakan berapa uang pinalti yang kamu inginkan agar calon istriku bisa lepas dari kontrak pekerjaan'nya.''
''Uang pinalti? calon istri? Kali ini aku tidak bercanda katakan dengan jelas apa dan siapa yang kamu maksud.''Nada bicara Zao yang sejak tadi terdengar santai seketika menjadi sangat dingin .
''Riri.Dia karyawan biasa disini sekaligus calon istriku.Dan betapa jengkelnya aku,saat undangan kami sudah disebar tapi perusahaanmu belum memberinya cuti.''
''What.Ini benar-benar diluar kendaliku, karna baru kemarin aku masuk menggantikan jabatan ayah.
Jadi aku sangat minta maaf untuk hal ini.'' Zao merasa tak enak hati dengan temannya itu.
''Tidak masalah, aku minta tolong urus secepatnya.Karna dia minta resign jadi aku yang akan menanggung pinaltinya.
''Lupakan pinaltinya, tapi jangan lupakan kartu undangannya.Sebagai teman kau benar-benar brengsek jika sampai tak menyisakan satu untukku ''Kata Zao dengan tertawa diikuti oleh Aril.
Ceklek.
Pintu ruangan dibuka, membuat keduanya langsung menoleh kesana.
Hening,, Ketiganya larut dalam fikiran masing-masing.
''Ar... ''Suara lembut itu tercekat begitu saja.Ada airmata yang ditahan dibalik suara lembutnya.
''Ar masih diam tak bergeming.Matanya menatap lurus wanita yang barusan menyebut namanya.
Sementara Zao melirik keduanya secara bergantian dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
''Ehem. Sepertinya bertemu mantan juga tidak terlalu buruk. ''Celetuk Zao membuat keduanya kembali sadar dalam lamunan masing-masing.
Wanita itu masuk masih dengan berdiri tanpa berniat untuk duduk.
''Kapan datang? itu suaranya Ar.Meskipun nadanya dingin tapi ada makna lebih dibalik kalimat sederhananya itu.
''Sudah sebulan yang lalu, tepat dihari ultahmu kemarin.''
''Kenapa kembali? Ar berkata sambil meremas jari-jari tangannya.
''Alasannya masih sama. Kamu.''
Sementara itu, disampingnya Zao sampai mendelik kaget melihat interaksi kedua manusia itu.Terutama Aril. Bagaimana bisa ia memutuskan untuk menikah,sementara hatinya masih ragu, apa dia
pikir perempuan punya banyak hati cadangan sehingga bisa disakiti begitu saja.
Dan begitupun dengan Ling-Ling.Aku tau semuanya tentang anak itu.Pertemuan Ini tidaklah mungkin jika hanya kebetulan. Pasti ada otak cerdasnya dibalik pertemuan ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!