Hai semua semoga selalu suka sama cerita yang aku buat ya. Jangan pernah bosan-bosan ya buat bacanya selalu berusaha agar ceritanya menjadi cerita yang kalian suka ❤️ Sesuai janji aku kemarin jika banyak yang ingin lanjut baiklah aku nih buat kalian semua.
Love you para pembacaku semuanya❤️🥰
Salam manis dari Author kepada kalian semua.
Jangan lupa sebelum membaca jangan lupa vote dan komen ya gimana part kali ini.
...Happy reading...
"Ini Pak berkas yang Anda minta sudah saya selesaikan." ucap Lena.
Albara memeriksa berkas yang sudah Lena berikan kepadanya. Lena menelan ludahnya susah payah saat Albara memeriksa berkasnya. Lena takut jika berkas yang ia berikan kepada Atasannya salah. Di dalam hati Lena berdoa semoga tidak ada kesalahan yang ia lakukan.
Tapi tiba-tiba Albara melemparkan berkasnya di atas meja, yang membuat Lena sedikit terkejut. Lena memberanikan diri untuk sedikit memandang wajah Albara. Lena bisa melihat wajah dingin yang terlihat dari wajah Albara. Jantung Lena berdetak lebih cepat. Ia sangat takut jika ia akan di pecat oleh atasannya.
"Kerja yang bagus," ujar Albara.
Lena langsung menegakkan wajahnya untuk memandang Albara yang ternyata Albara senyum tipis tapi senyum manis itu sedikit membuat hati Lena sedikit lega.
"Walaupun kau sering tidur di kantor tapi kerjamu selalu memuaskan. Itu yang membuat ku mempertahankan mu selama ini. Jadi pertahankan kerjamu ini dan kurangi tidur di kantor," kata Albara.
"Ter-- terima kasih, Pak." ucap Lena.
"Kau boleh pergi sekarang. Oh, tunggu dulu, jangan lupa atur mettingku dengan klien kita dari Jerman,"
"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi." Lena menunduk dan berlalu pergi dari ruangan Albara yang memiliki hawa dingin.
Saat sudah di luar ruangan Lena bernafas lega sekali.
"Hey!" tegur seseorang yang membuat Lena terkejut.
"Lu buat gue kaget aja!"
"Lagian kenapa lu kayak habis di kejar setan aja muka kek gitu amat," ucap Nadia Elzahya.
Nadia adalah teman satu apartemen dengan Lena. Mereka bertemu dan berteman di perusahaan Ashari Kurniawan. Jadi Nadia tau susah senang Lena selama menjadi sekertaris Albara.
"Kenapa muka lu kek gitu?" tanya Nadia.
"Gue habis kena amuk Bos. Gara-gara gue ketiduran di kantor," jawab Lena.
"Lagian lu udah tau Bos kita tuh kek gitu masih aja lu suka bikin ulang sama dia,"
"Ya, namanya juga orang ngantuk gak bisa di tahan."
Saat Nadia dan Lena lagi asik berbincang tiba-tiba ada yang menganggu pembicaraan mereka.
"Apa Albara ada di dalam?" tanya seseorang.
"Ada. Silahkan anda masuk saja," ujar Lena.
"Oke." ucap seseorang itu masuk kedalam ruangan Albara.
"Gue sambel ya sama dia."
"Sebel Nadia bukan sambel," ujar Lena memperbaiki perkataan Nadia.
"Nah itu maksud gue."
"Kenapa lu sebel sama dia? Dia kekasih Bos kita kalau lu macem-macem bisa bahaya kerjaan lu,"
"Gimana gue gak sebel. Setiap hari kerjaannya ke kantor aja. Apa dia gak punya kerjaan lain apa?"
Lena mengangkat bahunya bertanda ia tidak tau. Tak berselang lama pintu terbuka menampilkan Albara yang memeluk pinggang kekasihnya. Lena dan Nadia menunduk. Lena bisa melihat kemesraan Albara dengan sang kekasih yang bernama Sonia Andrisita Moluccas, menurut orang kantor adalah seorang model tapi jika Sonia seorang model kenapa setiap hari hampir datang kemari atau mungkin saja dia sedang tidak ada perkerjaan jadi selalu ke kantor Albara.
"Udah yuk kita kerja lagi. Dari pada nanti di marahin sama, Bos." ucap Lena.
Lena kembali mengerjakan berkas yang akan di buat metting nanti. Tapi sebelum itu Lena harus menentukan di mana tempat metting paling nyaman. Tujuan ini agar metting berjalan lancar dan sang atasan tidak marah. Setelah selesai mengerjakan tempat metting. Sekarang Lena harus mengecek dokumen. Walaupun Lena hanya lulusan S1 tapi Albara selalu puas dengan hasil kerja Lena.
Padahal menurut Lena kinerjanya biasa saja. Masih banyak yang melebihinya tapi kenapa Albara mempertahankannya. Lena dari dulu selalu memikirkannya. Tapi Lena harus bersyukur jika tidak ada Albara mungkin sekarang ia sudah menjadi gembel di jalan karena putus asa mencari perkerjaan di Amerika.
Jam sudah menunjukan 12:00 artinya Lena harus menghubungi atasannya untuk memberi kabar bahwa rapat akan di mulai jam 14:00. Sebelum menghubungi Atasannya. Lena menarik nafas dan mempersiapkan jantungnya jika sewaktu-waktu Albara marah karena menganggu kencannya.
"Selamat siang, Pak. Saya ingin memberi tau bahwa sebentar lagi rapat akan di mulai beberapa jam lagi." ujar Lena.
"Oke sebentar lagi Saya akan ke kantor untuk menjemputmu," kata Albara.
"Bapak tidak usah di kantor. Saya bisa langsung ke lokasi tempat kita akan melaksanakan metting," ucap Lena.
"Tidak Saya akan menjemputmu. Saya lagi ada di perjalanan. Kau tunggu di lobby."
"Ba-" sambung telfon di putus oleh Albara membuat Lena ingin mengumpat sekarang juga.
Lena dengan segera membereskan berkas yang akan di gunakan saat rapat nanti. Lumayan berat saat membawa setumpuk berkas seperti ini sendiri. Andai ada yang bisa membantu alangkah ringan sedikit beban yang Lena rasakan. Tapi apalah daya sang atasan tidak ingin memperkejakan asisten laki-laki.
Dengan sedikit tergesa-gesa Lena menuju lobby untuk menunggu bosnya datang. Rasa nyeri sangat terasa di bagian tumitnya. Lena memang hari ini menggunakan hak tinggi. Biasanya ia tidak pernah menggunakan hak tinggi.
Lena bernafas lega saat bosnya belum datang. Bahaya jika sampai sang atasan yang tiba terlebih dahulu. Berkali-kali Lena membenarkan dokumen yang hampir terjatuh. Mobil sang atasan terlihat menghampiri Lena.
Albara membuka kaca mobil lalu menatap Lena.
"Cepat masuk!" ujar Albara.
"Ma--maaf, Pak. Saya kesulitan membuka pintu mobil karena saya membawa banyak dokumen," ucap Lena.
Albara bernafas kasar, lalu keluar dari mobil untuk membukakan pintu untuk Lena. Setelah Lena memasuk mobil, Albara memutari mobil, kemudian duduk di kursi kemudi. Mobil yang mereka tumpangi berjalan menuju tempat di mana rapat akan di adakan. Di dalam mobil hawa panas sangat terasa saat berdua dengan bosnya. Kenapa Albara menyetir sendiri. Karena saat ini Albara ingin menyetir sendiri tapi saat ia sudah malas maka ia akan menggunakan supir pribadinya. Itu yang Lena tau.
Mobil yang di tumpangi Lena dan Albara telah sampai di tujuan mereka. Seperti tadi di lobby Albara harus membukakan pintu mobil untuk Lena. Albara merasa seperti supir pribadinya saja.
Setelah selesai Albara berjalan terlebih dahulu meninggalkan Lena yang kesusahan membawa dokumen yang begitu banyak. Di dalam hati Lena selalu mengumpat karena merasa jengkel. Lena berjalan menuju lantai paling atas menggunakan left.
"Kenapa kau lama sekali berjalan!" ujar Albara.
"Dasar semaunya sendiri. Apa kau tidak lihat aku membawa begitu banyak dokumen pentingmu ini!?" gerutu Lena dalam hati.
"Maaf, Pak." jawab Lena.
Ting
Pintu lift terbuka dan Lena pun kembali berjuang untuk menuju ruangan yang berada di ujung hotel ini. Perjuangan Lena berakhir saat berkas sudah berada di meja rapat. Tapi tugas Lena tidak sampai di sini. Ia harus membagikan berkas yang ia bawa tadi di setiap meja kolega yang berkerja sama dengan perusahaan Ashari Kurniawan.
Sambil menunggu kolagen datang Lena mengambil ponsel untuk memberi kabar sang sahabat bahwa ia akan pulang telat.
Me : Nad, lu pulang aja duluan jangan nunggu gue.
Tak berselang lama Nadia membalas pesannya.
Nadia : Lu lembur lagi?
Me : Seperti begitu. Lu tau sendiri bukan bagaimana atasan kita
Nadia : Ya gue ngerti kok
Me : Dia memerintah sesuka hatinya tanpa memperdulikan karyawannya.
Nadia : Lu harus sabar menghadapi bos
Me : Ingin rasanya gue mencakar-cakar wajahnya.
Nadia : Emang Lu berani?
Me : Enggak sih 😁
Saat tengah asik mengirim pesan kepada Nadia tiba-tiba ponselnya di rampas oleh seseorang. Seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah Albara sendiri.
"Jadi seperti ini kerjaanmu?" tanya Albara
T. B. C
Gimana partnya? Komen ya supaya Nabila Semangat buat Up lagi. Jika ingin berkenalan dengan author bisa kok kalian follow Instagramku @dwinabila04 dan bisa mengetahui kapan aku update cerita Mr. Albara
...Salam Manis Dari :...
...Nabila...
Jangan lupa sebelum membaca vote dan komen yang banyak. Ceritanya beda kok yang awalnya itu gak sama. Gimana part 1 suka gak? Suka cerita Sweet Doctor juga gak? Menurut kalian gimana kesan saat membaca cerita Sweet Doctor? Banyak yang mengira kalau di cerita itu kisah nyata padahal enggak kok. Semua murni hasil imajinasi saja kok tanpa melibatkan kisah nyata aku ada kisah nyataku tapi nanti itu cerita yang aku publish lagi di sini pasti nanti kalian bakalan suka deh.
Aku update lagi nih biar gak nungguin lama kayak yang Sweet Doctor itu hehehe. Semoga suka ya 🥰
...Happy reading...
Saat tengah asik mengirim pesan kepada Nadia tiba-tiba ponselnya di rampas oleh seseorang. Seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah Albara sendiri. Keringat panas dingin sangat di rasakan oleh Lena karena ketahuan membicarakan Albara di belakangnya.
"Jadi seperti ini kerjaanmu?" tanya Albara.
"Tid--tidak seperti itu, Pak." ujar Lena gugup.
"Lalu seperti apa? Ingin mencakar-cakarku? Atau ingin membunuhku?" tanya Albara.
Lena hanya menunduk saja saat Albara tengah memarahinya. Memang sepenuhnya salahnya. Jadi wajar saja Albara marah kepadanya.
Prankk
Lena melotot saat melihat ponselnya di banting oleh Albara. Lena memberanikan diri untuk menatap atasannya yang juga tengah menatapnya. Ponsel hasil kerja kerasnya selama ini hancur seketika membuat Lena ingin menangis.
"Kenapa? Apa kau ingin protes? Di sini kau sedang berkerja denganku jadi kau harus mematuhi semua peraturanku," ujar Albara.
"Tapi Bapak tidak bisa seenaknya membanting ponsel saya seperti itu!" protes Lena.
"Karena itu adalah ponsel dari hasil kerja kerasku?" tambah Lena.
Lena berlalu ingin pergi tapi sebelum mencapai pintu lengannya di tahan oleh Albara yang membuat Lena berada di sudut ruangan membuat Lena tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Deru nafas berbau mint sangat Lena rasakan tak kalah wajah Albara sangat dekat dengan wajahnya.
"Kau mau ke mana? Ingin kabur dari tugasmu?" tanya Albara.
"Aku ingin berhenti menjadi sekertaris, Bapak." jawab Lena.
"Apa kau yakin?"
"Sangat yakin." jawab Lena mantap.
"Sayangnya kau tidak bisa berhenti menjadi sekretarisku," ujar Albara.
Lena berusaha untuk menahan emosinya karena sekarang ia pun tidak bisa berkutik. Albara memegangi dagu Lena.
"Dengarkan aku. Jangan pernah melanggar aturan yang sudah aku buat sejak dulu. Memang saat ini kau melanggar aturanku, aku tidak akan marah mengingat kau sekertarisku yang berkerja yang sangat baik. Tidak ada yang tahan dengan sikapku seperti ini. Hanya kau yang bertahan selama ini. Maka dari itu aku selalu mempertahankanmu." jelas Albara.
Lena hanya terdiam saja saat Albara berceloteh. Toh apa yang di katakan Albara semua benar kenyataannya. Semua yang berkerja menjadi sekertaris selalu bertahan paling lama hanya 5 bulan saja selebihnya mereka akan mengundurkan diri. Hanya Lena yang mampu bertahan selama ini hingga 5 tahun lamanya.
"Aku tidak ingin marah lagi karena kolega sebentar lagi tiba di sini. Jadi siapkan semua," perintah Albara berlalu duduk di kursi khusus untuknya.
Lena duduk di samping kiri Albara. Ia pun mempersiapkan untuk metting kali ini. Tak berselang lama kolage Albara datang. Albara menyambut rekan bisnisnya dengan ramah begitupun dirinya. Acara metting pun di mulai dengan penjelasan yang Lena berikan. Memerlukan waktu hampir 10 jam akhirnya metting selesai dengan penandatangan kontrak bisnis antara Albara dengan Mr. Han.
Setelah kolega meninggalkan ruangan, Lena membereskan berkas-berkas.
"Akan aku antar kamu pulang," kata Albara.
Lena menatap Albara yang tiba-tiba menawarkan tumpangan untuknya.
"Tidak usah, Pak. Saya bisa naik taksi saja. Anda bisa pulang terlebih dahulu untuk beristirahat," tolak Lena secara halus.
"Ini sudah malam jadi aku yang akan mengantarkanmu,"
Aneh. Satu kata yang tepat untuk menafsirkan sifat Albara saat ini. Kenapa mendadak sifat Albara seperti ini. Mengingat tadi ia marah-marah kepadanya.
"Baik jika Bapak memaksa," ujar Lena.
"Saya tidak memaksa kamu. Hanya ingin menawarkan tumpangan saja." balas Albara.
"Sabar, sabar, sabar. Semua ini ujian buatku," batin Lena.
Setelah membereskan semua. Sekarang Albara dan Lena pergi dari ruangan. Lena membuka pintu mobil Albara begitu pun juga Albara. Mobil Albara pergi meninggalkan tempat menuju ke apartemen Lena. Seperti tadi suasana dalam mobil sangat dingin dan canggung sekali. Tidak ada pembicaraan yang mereka lakukan.
"Di mana apartemenmu?" tanya Albara memecahkan keheningan.
"Apartemen mawar, kompleks primaya, nomer 3." jawab Lena.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh mobil Albara tiba di apartemen yang Lena sebutkan tadi.
"Terima kasih, Pak." kata Lena.
"Iya." jawab Albara singkat.
Saat ingin keluar dari mobil tangan Lena di tahan oleh Albara. Lena menatap Albara.
"Ini untukmu," ucap Albara memberikan sebuah paperbag.
"Apa ini, Pak?" tanya Lena.
"Buka saja," jawab Albara.
Lena membuka paperbag pemberian Albara dan sedikit terkejut melihat isinya.
"Pak, apa ini?"
"Kau pasti tau itu apa. Jadi terima saja sebagai gantinya saya telah membanting ponselmu tadi," ucap Albara.
"Tapi saya tidak bisa menerimanya Pak. Nanti saya akan membelinya sendiri dengan hasil kerja keras saya sendiri," tolak Lena.
"Terima saja jika tidak kau buang saja,"
"Jangan Pak. Sayang kalau di buang,"
"Kau sudah tau jika di buang sayang kenapa harus di buang. Maka dari itu terima saja," ujar Albara.
"Terima kasih, Pak." ucap Lena senang.
Lena keluar dari mobil setelah mengucapkan terima kasih, begitu keluar mobil Albara langsung menancap gas pergi.
Lena masuk kedalam apartemennya yang berada di lantai 3. Tapi saat ingin menaiki tangga ada suara yang menghentikan langkahnya membuat Lena berpaling ke belakang untuk melihat siapa yang memanggilnya. Senyum Lena terbit saat melihat siapa yang memanggilnya. Seseorang itu langsung memeluk tubuh mungil Lena sangat erat.
"Aku sangat merindukanmu," ucapnya.
"Aku pun sangat merindukanmu." balas Lena.
"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Sam.
"Ya, seperti biasanya, sangat melelahkan," jawab Lena.
"Ayo kita makan dulu. Pasti kamu lelah sekali," kata Sam.
"Ayo." Lena dan Sam pergi untuk mencari makan.
Tempat makan pilihan Lena dan Sam jatuh pada tempat makan pinggir jalan yang terdapat lumayan banyak orang. Sam memesankan makan untuknya dan juga Lena, sedangkan Lena duduk manis sambil melihat Sam memesankan makan malam untuknya. Sam duduk di depan Lena sambil memandang wajah Lena.
"Kenapa Sam kau melihatku seperti itu?" tanya Lena mulai risih.
"Tidak aku hanya suka saja melihatmu," jawab Sam.
"Tapi aku tidak suka jika kau melihatku seperti itu,"
"Baiklah jika itu membuatmu risih aku akan memandang ke arah lain saja," ucap Sam.
Lena terkekeh melihat sikap Sam yang sedikit merajuk.
"Ayolah Sam janganlah kau marah kepadaku. Mana mungkin aku risih saat temanku menatapku seperti itu," ujar Lena.
Senyum terbit dari wajah Sam saat Lena berkata seperti itu. Makanan yang Sam pesan sekarang berada di hadapan mereka. Mereka pun akhirnya makan bersama dengan gurauan yang selalu di lontarkan oleh Sam.
Setelah selesai Sam mengantarkan Lena menuju apartemennya. Sam pergi menuju apartemennya yang tau jauh dari apartemen Lena.
Saat Lena masuk ia melihat Nadia menonton televisi sambil membawa popcorn di pangkuannya. Lena merebahkan badannya di sofa yang panjang.
"Kenapa tuh muka lecek banget?" tanya Nadia.
"Muka gue lecek ya gara-gara kerjakan. Aneh aja pertanyaan lu tuh!" jawab Lena.
"Santai aja sih gak usah ngegas gitu. Kenapa masalah pak Albara lagi?"
Lena berdehem saja.
"Sebenarnya gue tadi mengundurkan diri," ucap Lena.
"HAH!!!!" pekik Nadia yang membuat Lena terkejut.
"Lu jangan buat jantung ini keluar ya dari tempatnya!"
"Ya, maaf tadi gue reflek aja," ucap Nadia menutup mulutnya.
"Kenapa lu keluar dari perusaahan?" tanya Nadia memandang Lena.
"Gue gak tahan sama sikap pak Albara lama-lama," jawab Lena.
"Tapi baru lu yang mampu bertahan dengan sifat pak Albara. Karena yang lain sehari berkerja dengan pak Albara langsung kabur karena gak tahan sama sikapnya. Hanya lu, lu yang mampu bertahan selama ini. Mending lu gak usah keluar. Mencari perkerjaan di Amerika tuh susah jadi nikmati saja walaupun itu berat buat lu." nasehat Nadia.
Kenapa pikiran itu tidak terlihat sama sekali di benak Lena. Benar kata Nadia jika mencari perkerjaan di sini sangatlah susah apa lagi hanya bermodal lulusan yang rendah sepertinya.
"Lu mandi sana biar seger," kata Nadia.
Lena mengangguk dan berlalu menuju kamarnya. Tapi di dalam kamar Lena merebahkan sebentar tubuhnya dan menatap langit-langit kamarnya. Lena bangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket.
Membutuhkan waktu 30 menit untuk membersihkan diri. Lena keluar dengan balutan handuk di kepalanya. Lena menatap pantulan dirinya di dalam cermin yang terlihat lebih kurus. Ponsel yang berada di dalam tasnya berbunyi, yang membuat Lena mengambil. Kening Lena membentuk kerutan saat melihat nama orang yang tengah menelfonnya. Lena menggeser ke kanan untuk menjawab panggilan.
"Iya selamat malam, ada apa ya, pak?" tanya Lena.
"Kau datang ke kantor segera," ucap Albara dari seberang sana.
"Tapi ini sudah larut malam, pak. Kenapa tidak besok saja? Saya akan berangkat pagi-pagi sekali untuk mengerjakannya,"
"Aku bilang datang ya datang!"
"Ba--baik juga itu mau bapak saya akan segera ke sana," kata Lena menutup panggilan dari atasannya.
Mau tak mau Lena harus pergi ke kantor untuk mengerjakan perkerjaan yang Albara perintahkan.
T. B. C
Kurang menarik ya? Nabila tau kok tapi jangan lupa sebelum meninggalkan lapak ini vote dan komen ya. Jika ingin berteman dengan Author bisa Follow akun Instagram aku @dwinabila04. Kalau kalian follow aku DM ya biar enak.
...Salam Manis Dari :...
...Nabila ❤️...
Selamat pagi semua. Aku Up lagi ya. Terima kasih untuk kalian yang bener-bener menikmati cerita yang aku buat selama ini. Aku sayang kalian. Entah jika tidak ada dukungan kalian mungkin aku bakal down terus. Tapi berkat dukungan dan kalian suka dengan cerita yang aku jadi aku semakin bersemangat memberi kalian yang terbaik🥰
Jangan lupa sebelum membaca vote dan komen yang banyak ya
...Happy reading...
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
Mau tak mau Lena harus pergi ke kantor untuk mengerjakan perkerjaan yang Albara perintahkan. Lena mengambil baju yang cukup tebal karena Amerika malam hari ini sangat dingin sekali. Tidak lupa juga jaket tebal yang bisa Lena gunakan.
Lena hanya memberi riasan sedikit pada wajahnya agar lebih segar. Setelah selesai Lena menenteng tas dan tidak lupa ponselnya barunya yang di berikan oleh Albara. Saat melewati ruang tamu Nadia menatap Lena aneh dan menghentikan langkahnya Lena.
"Kemana lu malam-malam gini? Mau kencan?" tanya Nadia.
"Kencan jidat lu lebar! Gue mau ke kantor." jawab Lena.
"Lu ke kantor? Ngapain? Ada yang ketinggalan di sana? Kenapa gak besok aja di ambilnya ini dah malam banget bahaya keluar malam-malam gini,"
"Enggak."
"Terus ngapain ke kantor? Jangan bilang bos nyuruh lu kesana?"
"Nah lu tau tuh, gue berangkat dulu."
"Lena, mending gak usah kesana deh. Ini dah malam banget loh," tahan Nadia entah kenapa malam hari ini Nadia tidak rela sang sahabat pergi keluar.
"Gue gak bisa. Lu tau sendirikan gimana atasan kita itu. Gue bisa kok jaga diri," kata Lena meyakinkan Nadia.
"Tap-"
"Udah beneran deh gue gak apa-apa lu gak usah khawatir. Gue berangkat dulu, ya." pamit Lena.
"Lo hati-hati, ya. Kalau ada apa-apa lu telfon gue,"
"Iya. Udah gue pergi."
Nadia menatap punggung Lena yang mulai menjauh. Ada rasa aneh yang Nadia rasakan saat Lena pergi. Nadia berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan Lena.
Di sisi lain Lena tengah menunggu taksi yang lewat. Untung malam hari ini lumayan ramai ya walaupun tidak seramai biasanya. Sebuah taksi berhenti di depan Lena, yang kemudian Lena masuk dan menyebutkan nama perusahaan tempat ia berkerja.
Lena menatap luar jendela menikmati pemandangan kota Amerika di malam hari. Taksi berhenti tepat di depan perusahaan, tak lupa Lena membayar ongkos. Lena menuju ke lantai atas. Memang tidak sepi karena ada beberapa karyawan yang tengah berkerja. Lena menggunakan lift yang biasanya Albara gunakan.
Ketika lift terbuka Lena berjalan keluar menuju ruangan atasannya. Sebelum membuka pintu Lena mengetuk pintu terlebih dahulu. Saat Albara menyuruh Lena masuk barulah Lena masuk kedalam. Nampak Albara tengah menatap Lena yang baru saja masuk kedalam yang membuat Lena tidak nyaman.
"Seperti Albara sedang mabuk," batin Lena.
"Selamat malam, Pak." ucap Lena.
"Selamat malam juga. Akhirnya kau datang juga," ujar Albara berjalan sedikit tidak setabil karena efek mabuk.
"Mana perkerjaan yang harus saya kerjakan, Pak?" tanya Lena.
Saat Lena bertanya seperti itu Albara menatap Lena sangat lekat sekali. Jujur Lena dari tadi merasa tidak nyaman tapi ia berusaha untuk menahannya. Tapi ketika di lihat lagi sepertinya Albara memang tengah dalam keadaan mabuk. Lena sedikit melangkah mundur untuk menjaga jarak dengan Albara agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan. Tidak biasanya Albara seperti ini.
"Ini berkas yang kau kerjakan," ujar Albara menyerahkan dokumen yang harus Lena kerjakan.
Lena mengambil dokumen di atas meja Albara, kemudian ia berlalu pergi menuju mejanya. Lena hanya menghela nafas saat sudah di mejanya. Seharusnya jam seperti ia harus istirahat tapi sekarang ia harus mengerjakan berkas yang atasnya berikan. Ingin rasanya ia menolak tapi apa boleh buat ia butuh uang untuk bisa bertahan di sini.
Membutuhkan waktu hampir 3 jam untuk menyelesaikan berkas yang lumayan banyak. Lena memijit pelipisnya untuk mengurangi sakit kepala yang ia rasakan.
"Apa sudah selesai?" suara itu membuat Lena terperanjat kaget.
"Sudah, Pak. Ini berkas yang anda minta," ucap Lena memberikan berkas kepada Albara.
Bukan menerimanya Albara menepis semua berkas dari tangan Lena. Cukup terkejut dengan apa yang Lena lihat sekarang. Bagiamana mudahnya Albara melemparkan semua dokumen yang ia kerjakan dengan susah payah tapi Albara melempar seperti sampah. Lena menatap Albara.
Ingin rasanya berterik di wajah Albara. Tapi Lena tau Albara dalam keadaan mabuk jadi jika ia melawan Albara sama ia melawan orang gila jadi lebih baik Lena mengambil semua berkas yang berserakan di lantai. Saat Lena ingin memungut semua kertas itu tiba-tiba tangan Lena di tarik oleh Albara dan membuat tubuh Lena menabrak tubuh bidang Albara. Albara mendekatkan wajahnya ke wajah Lena yang membuat hidung mereka menempel.
"Tu--tuan lepaskan saya," kata Lena berusaha melepaskan diri dari pelukan Albara.
Benar tebakan Lena jika Albara dalam keadaan mabuk tercium dari bau badan Albara yang tercampur dengan bau alkohol yang sangat menyengat. Lena terus berusaha lepas dari pelukan Albara tapi ia tidak bisa kekuatannya tidak sebanding dengan Albara yang begitu kuat.
Lena mengigit tangan Albara, yang membuat Albara mengaduh kesakitan. Kesempatan ini Lena gunakan untuk melarikan diri tapi Lena tau Albara berusaha mengejarnya. Jika seperti ini kejadian maka Lena tak mau pergi ke kantor. Lena memilih menuruti perkataan sang sahabat.
"Aaaakkk!!" Lena berteriak tak kala Albara berhasil menangkapnya.
"Pak le--lepaskan saya!" ujar Lena memohon.
Albara tidak mendengarkan perkataan Lena. Albara mengendong tubuh Lena seperti karung beras. Lena berusaha memberontak tapi apa daya. Kekuatannya tidak sebanding dengan Albara. Albara membuka ruangan yang biasanya ia gunakan untuk beristirahat atau menginap jika memiliki banyak perkerjaan yang mengharuskan dia tidur di sini. Sekarang di sinilah mereka berada di ruangan yang kedap suara.
Albara membanting tubuh Lena di tempat tidur. Untung saja kasur milik Albara tebal dan empuk jadi tubuh Lena tidak terasa sakit. Albara membuka semua baju yang menempel di tubuhnya hanya menyisakan celana jeans saja. Lena mencoba bangun tapi sudah di kurang di bawah tubuh Albara. Di dalam hati Lena ia benar-benar menyesal jika seperti ini kejadiannya.
"Saya mohon Pak jangan seperti ini!"
"Anda dalam keadaan mabuk,"
"Saya mohon lepaskan saya,"
"Tidak akan sayangku, Sonia." ucap Albara.
Apa kata Albara Sonia? Jadi sekarang yang Albara lihat adalah Sonia kekasihnya bukan Lena. Lena terus memukul tubuh Albara berusaha untuk melepaskan diri.
"Seberapa kaya dia jadi kau memilih dia?"
"Aku kurang kaya apa sayangku? Aku memiliki pesawat pribadi, rumah mewah, harta yang melimpah tapi kau malah berselingkuh dengannya. Apa aku masih kurang kaya menurutmu?" Albara terus berbicara tanpa memperdulikan perkataan Lena yang terus memohon untuk di lepaskan.
"Pak, saya bukan kekasih anda. Anda salah orang!" ujar Lena.
"Aku akan membuatmu menjadi milikku seutuhnya sayang. Maka nikmati semua permainan yang akan aku lakukan terhadapmu," ucap Albara.
Lena berusaha tetap mempertahankan baju yang akan Albara lepas dari tubuhnya. Tapi Albara berhasil membuat baju yang Lena kenakan terlepas begitu mudah baginya. Lena menutupi bagian tubuhnya yang terekspos. Yang sangat ia jaga sekali. Sebuah benda kenyal menempel di bibir Lena membuat Lena terkejut dan sulit mengimbangi permainan Albara yang begitu agresif. Ciuman pertama yang selama ini Lena jaga akhirnya hilang begitu saja.
Pukulan di dada tak membuat Albara berhenti melakukan hal yang tidak pantas kepada Lena. Albara semakin menjadi-jadi saja ketika ia berhasil melepas penutup dada Lena.
"Jangan terus menangis sayang. Biasanya kau selalu menikmati permainan yang aku berikan," ujar Albara.
"Saya bukan kekasihmu brengsek!!!" teriak Lena.
"Lepaskan aku bajingan!"
Albara melepaskan celananya yang Lena buat untuk mengambil kesempatan untuk melarikan diri. Tapi sebelum itu Albara sudah mencapai tangan Lena yang membuat tubuh Lena terhempas lagi di kasur milik Albara.
"Saya mohon, Pak. Lepaskan saya ," ujar Lena penuh dengan permohonan.
"Tidak semudah itu sayang. Aku akan melepaskanmu setelah menikmati tubuh indahmu ini," kata Albara.
Tangisan Lena semakin pecah tak kalah Albara melepaskan celana jeans yang Lena gunakan. Kepanikan Lena bertambah saat milik Albara ingin menerobos masuk milik Lena.
"Aaakkkkkk!!" Lena berteriak saat Albara berhasil merengkut harta berharga milik Lena.
Sudah hilang harga diri yang Lena jaga selama ini. Semua akibat ulah Albara.
"Dasar brengsek! Kau laki-laki yang paling brengsek yang pernah aku temui!" Lena terus mengumpat kepada Albara.
Albara tidak memperdulikan perkataan Lena ia terus saja menikmati semua ini.
"Kau sangat nikmat sayang," ucap Albara mencium bibir Lena.
Entah sudah berapa tetas air mata yang Lena keluarkan saat ini. Lena terus memberontak saat Albara terus menjamah tubuhnya tapi apa daya kekuatan wanita tidak sebanding dengan laki-laki.
5 jam sudah berlalu dan sekarang Lena masih saja menangis walaupun Albara tengah tidur nyenyak sambil memeluk tubuhnya tanpa balutan kain sehelai pun begitu dengan Albara. Lena sangat membanci dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga harga dirinya. Seharusnya ia menuruti perkataan sang sahabat untuk tidak pergi. Tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur sekarang tidak ada yang perlu di sesali lagi. Harga diri pun sudah hilang.
Lena menyingkirkan tangan Albara secara perlahan agar tidak membangunkan Albara. Lena menatap wajah laki-laki yang telah merenggut harta berharganya.
Baju yang berserakan di lantai Lena pungut dengan susah payah karena rasa sakit yang ia rasakan di bagian kewanitaannya yang sudah Albara renggut. Dengan susah payah Lena keluar dari ruangan Albara tanpa menarik perhatian dari para karyawan yang sedang berkerja.
Lena menuju apartemennya dengan berjalan kaki. Karena ia tidak menemukan taksi yang sedang lewat satu pun. Terpaksa ia harus berjalan kaki. Memang dari kantor menuju apartemennya lumayan jauh. Tapi Lena terus berusaha berjalan walaupun terasa sakit.
Setelah berjalan cukup jauh akhirnya Lena sampai di apartemennya. Lena membuka pintu apartemen dengan perlahan agar tidak membangunkan sang sahabat yang mungkin sedang terlelap.
Tujuan pertama Lena adalah menuju kamar mandi. Lena melepaskan semua baju yang melekat di tubuhnya lalu menyalakan shower untuk membasahi tubuhnya. Air mata Lena kembali mengalir ketika mengingat kejadian di kantor tadi.
Berusaha menghilangkan semua ingatan yang terjadi tapi tidak bisa. Semua sangat jelas dan sangat membekas di ingatan Lena. Lena terduduk ketika tubuhnya sudah sangat lemah sekali, yang lama-lama penglihatan gelap.
T. B. C
Hehe jujur ya aku nulis part ini merinding sendiri plus geli😂 Tapi ini memang kepentingan cerita mau tak mau harus di buat
Jangan lupa sebelum meninggalkan lapak ini tinggalkan jejak kalian ya.
Tunggu Up selanjutnya semua🥰
...Salam Manis Dari :...
...Nabila...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!