Pernikahan adalah hal yang sakral. Menyatunya dua insan untuk menjadi satu. Saling menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya. Melewati suka duka bersama, berbagi kasih sayang juga cinta.
Anggita Geavina, gadis yatim piatu yang telah dipersunting Danar Adiaksa. Pria tampan yang merupakan seorang pengusaha Ritel sukses di Negeri ini. Danar pria yang baik, perhatian dan penuh kasih sayang. Itu pula lah yang membuat Gita langsung menerima lamaran Anisa, mama Danar untuk menjadi menantunya. Apalagi, Gita memang menyukai Danar sejak SMA.
Gita begitu bahagia ketika kata "Sah" berkumandang di telinganya. Dia telah resmi dinikahi pria yang dia cintai. Air mata haru mengiringi kebahagiaannya tanpa ia tahu bagaimana takdir akan membawa nasibnya.
Seperti permintaan Danar, acara hanya dihadiri kerabat dekat. Tidak ada resepsi atau pesta mewah. Tidak masalah bagi Gita, yang terpenting dia sudah sah menjadi istri Danar.
"Kita akan langsung kerumah baru setelah ini!", ucap Danar. Gita mengangguk karena masalah ini sudah mereka bicarakan sebelumnya.
Sebenarnya, Anisa keberatan jika mereka tinggal terpisah. Tapi Gita berhasil meyakinkan mertuanya dengan alasan agar mereka bisa hidup mandiri. Dan dengan berat hati, akhirnya Anisa menyetujuinya.
Setelah akad selesai, mereka langsung berangkat menuju rumah baru. Tak ada pembicaraan antara keduanya. Gita pun sedikit canggung, pasalnya Danar memang baru saja pulang dari luar negeri setahun lalu dan langsung meneruskan bisnis mamanya. Wajar jika terasa canggung, karena mereka sudah lama tidak bertemu.
Perjalanan berlangsung selama 45 menit dan saat ini mereka sudah sampai dirumah baru. Rumah bertingkat dua dengan gaya modern yang memiliki halaman luas. Sungguh sangat mewah jika dibanding rumah peninggalan orang tua Gita, apalagi rumah ini terletak di kompleks elit ibukota yang mana hanya orang-orang berduitlah yang mampu tinggal disana.
"Kamu tidak mau turun?", ucapan Danar membuyarkan lamunan Gita, dia tersenyum kikuk pada suaminya
Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Semua perabot dan dekorasi rumah terlihat sangat mewah. Mata Gita begitu dimanja dengan suasana rumah yang mulai saat ini akan dihuninya. Gita berjalan mengekori suaminya menuju lantai dua.
"Ini kamarmu!!", ucapan Danar membuat Gita menatapnya. Kenapa Danar tidak mengatakan kamar kita, apa mungkin mereka akan tidur dikamar yang berbeda.
Lagi-lagi Gita mengekori Danar memasuki sebuah kamar. Ruangan yang cukup luas, dengan ranjang king size dibagian tengah.
"Aku harus ke luar kota sekarang. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan!!", Gita menatap Danar tak percaya. Seharusnya sekarang mereka menikmati masa-masa pengantin baru, kenapa Danar akan pergi?
"Tapi mas ....!",
"Aku kerja juga untukmu. Ini urusan penting, aku harap kamu mengerti!!", Danar meninggalkan Gita begitu saja. Pria itu bahkan hanya berganti baju tanpa membawa apa-apa.
Pertanda apa ini?, tanya Gita dalam hati. Dia mulai berfikiran negatif, mungkinkah Danar tidak mencintainya?. Tapi kenapa pria itu bersedia menikahinya jika tidak mencintai dirinya.
Gita merebahkan dirinya diranjang, lalu mencoba menghilangkan pikiran buruknya. Tubuhnya butuh istirahat, dan saat ia bangun besok pagi. Dia berharap semua baik-baik saja.
*****
Hari berganti, minggu berlalu dan kini sudah dua bulan usia pernikahannya dengan Danar. Dan dua bulan pula pria itu pergi sejak hari pernikahan mereka. Menelfon, mengirim pesan selalu Gita lakukan setiap saat. Jawaban dari suaminya hanya aku baik-baik saja.
Menunggu, menunggu dan menunggu. Itulah yang bisa Gita lakukan. Mengadu pada Anisa pun tak mungkin, ini masalah rumah tangganya. Lagipula Danar pergi untuk urusan kerja, untuk dirinya juga. Sebagai seorang istri, dia hanya bisa berdoa semoga suaminya baik-baik saja. Dan Gita percaya jika Danar adalah pria yang setia.
****
Seperti biasa, setiap hari Gita akan menunggu kedatangan suaminya. Memasak masakan kesukaan Danar, takut tiba-tiba pria itu datang. Seperti pagi ini, Gita memasak makanan kesukaan Danar, setelah semuanya siap. Gita akan duduk dan menunggu diruang tamu.
Bak gayung bersambut, hatinya begitu bahagia saat medengar deru mobil suaminya memasuki pekarangan rumah. Gita berlari sambil tersenyum untuk menyambut kedatangan Danar. Namun senyum itu luntur kala Danar turun dari mobil sambil mengandeng mesra seorang wanita muda.
"Mas ..., kau pulang?, in ....!",
"Dia Mentari, istriku!!", potong Danar
Bak disambar petir disiang hari, benarkah yang ia dengar barusan?. Tidak, pasti semua hanya mimpi. Perempuan itu bukan madunya, Danar hanya ingin memberi kejutan atas kepulangannya.
"Mas, dia rekan kerja kamu kan?", paksa Gita bertanya
Danar dan Tari menatapnya remeh
"Apa perkataanku kurang jelas?", tanya Danar
"Mas ..., kamu bercan....!",
"Aku tidak bercanda!!, Tari ini istriku, kami sudah menikah sebulan yang lalu dan mulai sekarang, dia juga akan tinggal dirumah ini!!",
"Jadi kamu keluar kota bukan untuk urusan pekerjaan?. Kamu berselingkuh dengan dia", tanya Gita sendu
Tari tertawa dan berjalan mendekati Gita,
"Asal kamu tahu, kamulah yang merebut mas Danar dariku. Kami berpacaran selama lima tahun, kami saling mencintai dan kami berencana akan menikah. Tapi dengan tidak tahu dirinya kamu menghancurkan semua impian kami!", Gita menggeleng, semua ini tidak mungkin. Jika mereka memang sepasang kekasih, kenapa Danar malah menikahinya
" Tidak ..., semuanya pasti bohong. Kenapa mas Danar menikahiku jika dia mencintaimu!!", bantah Gita
Tari kembali tertawa,
"Kau pikir mas Danar menikahimu karena dia mencintaimu?. Bukankah dirumah ini ada kaca, sebaiknya kau banyak-banyak berkaca, lihatlah dirimu. Kau pikir kau menarik?. Dan merasa dirimu pantas bersanding dengan Danar Adiaksa. Hahah, jawabannya tentu saja tidak. Sayang ..., jelaskan padanya alasanmu menikahinya!!", pinta Tari sambil bergelayut manja pada suaminya
"Katakan jika yang dikatakan wanita ini tidak benar mas!!", mohon Gita,
"Semua yang Tari ucapkan memang benar. Aku hanya mencintainya. Dan jika kamu ingin tahu alasan aku menikahimu. Itu karena kau berhasil merayu mamaku, kau berhasil membuatnya memaksaku menikahimu. Kau sama saja seperti perempuan rendahan diluar sana, yang hanya mengincar harta pria-pria kaya!!", Gita menggeleng dengan air mata yang mulai membanjiri wajahnya
"Tidak mas, aku tidak seperti yang kamu katakan!!", bantahnya
"Dengarkan aku baik-baik. Aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai istriku, jika buian karena mama, aku sudah menceraikanmu!!",
Deg
Hari ini Gita dikejutkan dengan fakta yang menghancurkan jiwa raganya. Fakta jika pria yang menikahinya, tidak pernah menginginkannya. Fakta jika pria yang dicintai, mencintai wanita lain bahkan telah menikah lagi dibelakangnya. Sakit, sungguh sakit sekali rasanya. Kenapa dia harus mengulang kepahitan di hidupnya. Setelah hidup sebatang kara, kini hidupnya kembali di uji dengan kenyataan sang suami berpoligami. Bukan rumah tangga seperti yang dia inginkan. Tidak, tidak pernah ada yang menginginkan berada di posisi seperti ini, begitupun dirinya. Harapan hidup bahagia dengan keluarga kecilnya pupus begitu saja bersama dengan kenyataan yang ada.
"Sayang ..., tunjukkan dimana kamar kita. Aku lelah!!", Danar menggandeng lengan Tari menaiki tangga
"TUNGGU!!!", teriakan Gita membuat Danar dan Tari menoleh kearahnya
"Kau tidak boleh membawanya tinggal dirumah kita mas, jangan bawa perempuan ini masuk kerumah kita!!", teriak Gita yang justru membuat Danar emosi, pria itu menuruni tangga dan mencengkram pipi istri pertamanya
"Dasar wanita tak tahu diri!!. Sudah beruntung aku mau menikahi wanita rendahan sepertimu. Kau tidak punya hak melarang Tari tinggal dirumah ini. Ini rumahku, kau tak ubahnya pembantu disini. Jadi, jika kau masih ingin tinggal disini. Jangan pernah protes apapun yang aku lakukan!", Danar kembali melangkahkah kaki menaiki tangga
"Mas ..., kamu tidak bisa melakukan ini padaku. Tidak bisa!!", Gita berlari mengejar suaminya
"Sudah ku katakan jangan membantahku!!!", Danar mendorong Gita hingga jatuh kelantai. Tari tersenyum mengejek, lalu keduanya beralalu meninggalkannya.
Gita menatap nanar suami dan madunya. Tidak ..., Gita tidak akan membiarkan rumah tangganya hancur karena orang ketiga. Apapun alasan Danar menikahinya, dia tetaplah istrinya. Gita mengusap air matanya lalu berjalan menaiki tangga,
"Sayang ...!! Aku mencintaimu, Tari ...!" racau Danar
"Aku juga mencintaimu mas, sangat mencintaimu!!"
Suara itu?, mereka?, Gita mengepalkan tangan saat mendengar suara ******* dan racauan suami dengan madunya. Mereka benar-benar menghancurkan hatinya. Kakinya terasa begitu lemas, begitupun dengan hatinya yang tak kalah nyeri. Istri mana yang mau dimadu, apalagi tinggal serumah dengan madunya. Dan sekarang dengan tidak memikirkan perasaannya, mereka sedang bercinta. Kenapa Danar sekejam ini padanya?, kenapa dia menikahinya jika dia tidak mencintainya. Gita akan berlapang dada dan ikhlas melepas Danar daripada harus dipoligami seperti sekarang.
Gita berlari masuk kedalam kamarnya, berjalan ke arah ranjang lalu menatap foto pernikahannya dengan sang suami. Gita tersenyum getir, setetes air mata turut mengiringi senyum kepahitan yang terbit dari bibirnya.
Tidak ada seorang istri yang mau berbagi cinta suami untuk wanita lain. Tidak ada perempuan yang mau dipoligami. Tapi kenyataannya, kini dia memiliki seorang madu, wanita yang sangat dicintai suaminya. Perih ..., dadanya kembali terasa sesak. Mampukah Gita bersaing untuk meraih cinta dari suaminya. Jika sejak awal Danar hanya mencintai madunya.
Suara laknat itu masih menggema, Gita menelungkupkan wajah di kakinya. Air mata masih setia menemaninya. Mampukah dia melewati semua ini. Mampukah dia menjalani takdir pahitnya ini. Suami juga madunya tengah berbagi kasih dibalik luka hatinya.
Tiga bulan menikah dengan Danar Adikara, inilah yang kini dia terima. Inilah hasil dari penantiannya selama ini. Dulu, Gita kira Danar juga mencintainya, sejak SMA Danar begitu baik dan perhatian. Nyatanya semua hanya karena Anisa, ibunya. Pantas saja tidak ada pesta, pantas saja ia di tinggalkan setelah pernikahan. Rupanya sang suami telah memiliki tambatan hati lain.
Hancur, perih, kecewa juga sakit hati. Gita pernah memimpikan memiliki keluarga yang harmonis. Suami yang mencintainya, bahkan memiliki anak anak yang lucu untuk melengkapi kebahagiannya kelak. Tapi semua impian itu hancur tanpa pernah dimulai.
Tok Tok Tok
Gita mendongak saat mendengar suara ketukan pintu, dengan kaki yang masih lemas ia berjalan dan membuka pintu. Danar berdiri dengan nafas sedikit terengah, rambut berantakan dan banyak tanda merah di lehernya. Lagi-lagi tatinya terasa diremas, ebagai seorang istri, dia juga ingin merasakan sentuhan dari suaminya. Tapi apa mau dikata, jika kenyataannya, sang suami hanya mencintai istri barunya. Dia hanya figuran yang tak memiliiki arti apa-apa apalagi tempat spesial dihati Danar.
"Kami lapar?", ucap Danar, "Mulai sekarang ..., kau harus melayani semua kebutuhan kami!. !", lanjutnya
"Jika semua aku yang mengurusnya. Lalu apa tugas istri barumu. Aku bukan pembantu mas, posisiku sama dengan Tari!",
"Tugasnya hanya untuk melayaniku, bukan melakukan pekerjaan rumah tangga. Semua pekerjaan dirumah ini adalah tugasmu. Dia adalah nyonya dirumah ini. Jadi, jangan samakan dirimu dengan istriku!!. Oh ya, aku mengijinkanmu bekerja seperti permintaanmu sebelum menikah. Kau juga butuh uang untuk menghidupi dirimu sendiri bukan?",
"Bukankah kau yang harusnya menafkahiku?!", Danar tertawa
"Tentu saja aku akan memberimu uang, tapi bukan nafkah. Melainkan gaji, karena kau mengerjakan semua pekerjaan rumah!", Gita dibuat terperangah dengan ucapan suaminya, "Segera siapkan makanan untuk kami, jangan lama!!"
Danar pergi setelah memberi perintah. Sebelum beranjak, Gita mendengar tawa dua insan didalam kamar. Menghela nafas, itulah yang bisa Gita lakukan. Dia berjalan menuju dapur untuk membuat makan malam. Miris bukan?, dia dinikahi hanya untuk dijadikan babu.
Meski tak berdarah, tapi sakit yang Gita rasakan jauh lebih parah daripada ditusuk ribuan pisau. Bukan dipoligami, lebih tepatnya dia dianggap babu untuk suami dan madunya.
Kaki jenjangnya sudah sampai didapur, dia memilih beberapa bahan untuk membuat makan malam. Dengan cekatan dan terampil Gita mengolah bahan menjadi makanan yang lezat. Setidaknya ..., inilah cara Gita berbakti kepada suaminya. Ah, majikannya.
Setelah semuanya siap, Gita kembali ke kamar. Dirinya perlu waktu untuk menenangkan diri dari kejutan yang diberikan suaminya. Lebih baik dia beristirahat untuk meredakan rasa lelah ditubuhnya. Gita menatap langit langit kamarnya, gelap ..., sama seperti hatinya yang terasa hampa dan kosong.
Kau terlahir bukan sebagai wanita lemah Git. Kau ditempa sebagai sosok kuat. Jangankan berbagi suami. Kehidupanmu sebelumnya jauh lebih menyakitkan. Kau hanya perlu melewati semuanya dengan baik, nikmati takdir yang Allah berikan dan jangan pernah memperlihatkan kelemahanmu.
Kau istri yang tak diinginkan, buat Danar tahu kalau kau juga berharga. Bathin Gita lalu memejamkan mata.
...🍂🍂🍂...
Pagi ini Gita sudah siap dengan pakaian kerjanya. Semalam dia menghubungi Ana, sahabatnya. Beruntung ada lowongan kerja dikantor Ana. Mau tak mau, Gita harus bekerja karena Danar dengan jelas enggan menafkahinya.
Sarapan sudah siap dimeja makan, tentu saja masakan Gita. Wanita itu duduk dengan santai menikmati nasi goreng buatannya. Tak lama Danar dan Tari turun dari tangga, bergandengan tangan dan saling melempar senyum. Mereka terlihat bahagia tanpa memikirkan perasaan Gita.
"Siapa yang mengijinkanmu makan disini?", tanya Danar
"Lalu aku harus makan dimana??!"
Tari menghampiri Gita.
"Tentu saja dibelakang!!"
Gita menatap Danar dengan sinis
"Aku bukan pembantu. Aku juga istri mas Danar, kalau kau tidak mau semeja denganku, kau saja yang makan dibelakang!"
"GITA!!"
"APA?!!, aku tegaskan padamu mas, aku bukan pembantu dan aku tidak mau dijadikan pembantu. Aku sudah mengijinkan wanita ini masuk kerumah ini, dan aku tidak akan membiarkan kalian berbuat semena-mena ke padaku!!",
"GITA!!"
Gita berjalan kelur tanpa menghiraukan teriakan suaminya.
Gita menulikan telinganya. Wanita berusia 24 tahun itu terus berjalan lalu masuk ke dalam mobil. Jujur dia sakit hati dengan perlakuan Danar, tak cukupkah dia membawa Tari kerumah mereka. Sekarang dia juga menjadikannya sebagai pembantu? Benarkah dia Danar yang dia kenal?. Tidak ada lagi Danar yang perhatian dan baik padanya. Tau mungkin, selama ini Danar hanya berpura-pura baik karena Anisa?. Apa seperti ini sikap Danar yang sesungguhnya?.
Sementara dimeja makan, Danar dan Tari nampak tersenyum
"Sayang ..., jangan diambil hati ucapan Gita. Nanti aku akan berbicara lagi dengannya?", ucap Danar menatap istrinya
"Harus sayang, dia sudah kurang ajar padaku Kau harus menegaskan jika posisinya tidak denganku!", rengek Tari manja
"Tentu saja, sebagai gantinya, hari ini kau boleh belanja sepuasnya!", wajah Tari langsung berbinar
"Benarkah?. Uh sayang, kau memang yang terbaik. Aku semakin mencintaimu!", Tari beranjak lalu duduk dipangkuan Danar. Lalu saling memagut dengan mesra
"Apa aku juga boleh bekerja??", tanyanya manja
"Pengecualian untukmu, kau hanya harus melayaniku!", sahut Danar sambil tersenyum nakal. Mereka kembali berciuman.
"Bagaimana kalau membuka usaha. Akan kupastikan kau selalu puas dengan pelayananku!", bisik Tari dengan nakal dia mengecup telinga suaminya.
"Akan aku pikirkan. Asalkan kau menepati janjimu!",
Cup
"Kau tidak perlu meragukan aku!", Tari mengusap bibir suaminya dengan gerakan sensual
"Kau yang terbaik!", Danar mengecup bibir Tari, namun Tari menahannya dan mereka kembali berciuman
"Jika saja tidak ada meeting penting. Aku akan mengurungmu seharian dikamar!!",
"Kalau begitu, berangkatlah. Nanti aku akan mengantar makan siang untukmu!", Tari turun dari pangkuan suaminya.
"Aku akan berangkat sekarang!", wanita cantik itu mengambil tas kerja suaminya lalu mengantarnya hingga ke depan pintu.
"Hati-hati sayang!", ucapnya sembari melambaikan tangan
...🍂🍂🍂...
"Gita, sini!", teriak Ana. Gita segera menghampiri Ana, sahabatnya. Dia baru saja tiba di Royal Company, salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Perusahaan ini bergerak di bidang Ritel juga perhotelan.
"Maaf sudah merepotkanmu!", sesal Gita
"Aku cukup terkejut saat kau menelpon dan meminta pekerjaan. Bukankah kau kan sudah menikah dengan Danar, dia kaya raya, kenapa kau harus repot-repot bekerja?", cerocos Ana
Gita bukanlah tipe orang yang suka mengumbar masalah pribadinya. Apalagi masalah rumah tangganya, dia tidak mau orang lain tahu masalah ini, termasuk Ana.
"Kau tahu kan, aku tidak suka bergantung pada orang lain termasuk pada suamiku. Lagipula, mas Danar memberiku izin. Sayangkan jika ijazahku tidak dimanfaatkan!", alibinya
"Benar juga, tapi jika aku jadi kamu. Aku hanya akan ongkang-ongkang kaki dirumah. Buat apa punya suami kaya jika tidak dimanfaatkan!", ucap Ana lagi
"Bukan gayaku menjadi wanita rumahan. Sudahlah, sekarang aku harus kemana?", tanya Gita mengalihkan topik pembicaraan
"Kita akan menemui bos diruangannya, dia sudah datang sejam yang lalu!", Gita melotot mendengar ucapan sahabatnya
"Dia datang sepagi itu?. alApa dia selalu seperti itu?", pertanyaan Gita membuat Ana tersenyum
"Terkadang memang iya. Tapi kali ini dia datang pagi khusus untuk bertemu denganmu!", jawab Ana asal
"Khusus untukku?, apa menurutmu ini tidak terlalu aneh?", Ana hanya mengedikkan bahu
Mereka berjalan beriringan lalu menaiki lift. Ana memencet tombol 10, yang artinya ruangan bos mereka ada di lantai 10
"Kira-kira, apa yang akan bos tanyakan padaku?. Bukankah aku melamar sebagai karyawan biasa. Kenapa harus menemui bos segala?", tanya Gita penasaran
"Akupun tidak tahu ....!", jawab Ana asal
Lift berhenti di lantai 10, keduanya keluar lalu berjalan ke arah kanan. Terlihat ada sebuah pintu bertuliskan CEO, yang Gita yakini itu adalah ruangan bos mereka
"Masuklah, aku hanya bisa mengantarmu sampai sini. Semoga beruntung!", Gita mengangguk, dia merapikan pakaiannya lalu mengetuk pintu. Setelah mendengar sahutan, Gita memutar handle pintu dan masuk kedalam
Seorang pria berdiri didepan jendela. Tubuhnya tinggi dengan badan tegap. Terlihat sangat gagah ditambah dengan setelan jas yang melekat sempurna ditubuhnya.
"Permisi Pak!", belum menyelesaikan ucapannya, pria itu berbalik lalu tersenyum
"Lama tidak bertemu .... Gita!", sapanya dengan nada tegas
"Dir-Dirga ....! Maaf ..., maksudku- tuan Dirga", ucap Gita terkejut
Pria bernama Dirga tersebut berjalan kearahnya. Tatapannya tajam, mata birunya membidik tepat kearah matanya. Dan kini, dia berdiri tepat dihadapannya.
"Apa kabar?", Dirga membungkukkan badan, mereka begitu dekat bahkan hembusan nafasnya terasa di wajah Gita. Gita mundur beberapa langkah, dia menunduk tak berani menatap bosnya yang ternyata, teman sekelasnya waktu SMA.
"Kau tidak senang bertemu denganku?", ucapan Dirga membuat Gita menatapnya.
"A--aku!", jawab Gita gugup, hal itu membuat Dirga tersenyum
"Kau sama sekali tidak berubah. Suka sekali gugup saat berbicara dengan orang baru!", ucap Dirga
Gita menghela nafas, kenapa harus Dirga yang menjadi bosnya. Mantan teman satu kelasnya yang dikenal dingin dan irit bicara. Walau terkenal pintar, namun Dirga dicap anak aneh karena selalu menyendiri.
"Jadi ..., apa yang membawamu kemari?", tanya Dirga
"Bukankah sudah jelas untuk melamar kerja Pak?!", Dirga berjalan santai lalu duduk dikursinya
"Kau tahu bukan, perusahaanku adalah saingan bisnis suamimu?",
Deg
...🍂🍂🍂...
"Sayang .... Aku membawakanmu makan siang!", Tari berjalan ke arah suaminya. Danar menyambutnya dengan senyum manis, dia melambaikan tangan dan meminta Tari duduk dipangkuannya. Tentu saja wanita itu langsung menurut.
"Aku sudah lama menunggumu. Kenapa kau baru datang?", ucap Danar dengan nada serak
"Kau ... ingin?", goda Tari. Dia tahu suaminya sedang berhasrat, apalagi sesuatu dibawahnya sudah memberi tanda.
"Ya, kau benar. Bahkan hanya mengingatmu saja, aku langsung menginginkanmu. Kau harus memuaskan aku!", Danar menggendong Tari, membawanya ke kamar dan merebahkannya diatas ranjang.
Mentari Aulia, wanita cantik dan seksi yang menjadi kekasihnya sejak masa kuliah. Mereka bertemu saat keduanya sama-sama terjebak hujan. Mulai saat itu mereka dekat, apalagi fakultas mereka bersebelahan. Dua bulan mengenal, mereka memutuskan menjalin hubungan asmara. Banyak pria yang menginginkan Tari, wanita itu memang memiliki pesona yang menarik. Namun, Danarlah pria beruntung yang berhasil mendapatkannya. Setahun menjalin hubungan, Danar mengenalkan Tari pada Anisa. Namun entah apa alasannya, Anisa tidak menyetujui hubungan mereka. Namun karena cintanya pada sang kekasih, Danar tetap nekat menjalin hubungan dengan Tari walau tanpa restu mamanya. Danar bahkan berniat menikahi Tari apapun yang terjadi.
Keduanya sudah terbakar ha**at. De***an mulai memenuhi kamar tersebut. Ini bukan kali pertama mereka bercinta disini. Sejak menikah, Tari memang sering berkunjung ke kantor suaminya. Mereka tidak memperdulikan apapun, keduanya begitu menggebu. Hingga kegiatan mereka terpaksa berhenti saat pintu tiba-tiba terbuka.
"Ma-Mama ....!", Danar dan Tari langsung menarik selimut saat melihat Anisa berdiri didepan mereka.
"Lima menit!", ucapan wanita paruh baya itu membuat mereka gelagapan. Keduanya langsung memakai pakaian mereka,
"Bagaimana ini ..., mamamu terlihat sangat marah!", ucap Tari takut,
"Tenanglah sayang ..., sudah saatnya mama tahu semuanya. Jangan khawatir, semua akan baik baik saja!", Danar menggandeng tangan Tari keluar dari kamar. Mendekat pada Anisa yang duduk santai di sofa.
"Ma ....!"
"Beraninya kau melakukan semua ini!!", Satu tamparan dilayangkan Anisa untuk putranya. Wanita berstatus janda itu menatap tajam keduanya. Tangan Tari gemetar, wanita itu terlihat sangat menakutkan ketika marah.
"Memalukan!!", tekannya, "Jadi seperti ini kelakuanmu di kantor?", selidiknya
Keduanya bergeming,
"Ka--mi ..., sudah menikah!", gumam Danar pelan
Anisa tak menampakkan wajah terkejut, artinya dia tahu kalau mereka sudah menikah.
"Bagus ..., kau bahkan sudah tidak menganggap keberadaanku!!", sinisnya
"Ma ..., kami sa....!!",
"Aku tetap tidak merestui pernikahan kalian!!", keukeh Anisa
"Kami saling mencintai ma..., dan mama tahu persis hal itu!!", ucap Danar
Anisa menatap keduanya bergantian,
"Baiklah .... Aku akan merestui hubungan kalian. Tapi dengan satu syarat", ucapan Anisa membuat keduanya terkejut sekaligus bahagia. Tari tersenyum menggandeng tangan suaminya. Lima tahun menjalin hubungan tanpa restu, akhirnya wanita itu akan merestui mereka.
"Apapun syaratnya aku kami lakukan!!", ucap Danar yakin
"Gita harus hamil anakmu!",
"Gita harus hamil anakmu!", senyum diwajah dua sejoli itu luntur seketika,
"Tidak ..., hanya aku yang boleh mengandung anak mas Danar!!", ucap Tari menolak
"Yang Tari ucapkan Ma. Aku akan memberikan mama cucu, tapi anakku dengan Tari. Bukankah itu sama saja", ucap Danar berusaha meyakinkan Anisa,
"Ma ..., apa yang membuat mama tidak menyukaiku?", tanya Tari, sebenarnya ini bukan pertama kalinya Tari menanyakan hal ini. Tapi hari ini, dia ingin menuntaskan semuanya. Terserah jika Anisa tidak merestuinya, yang terpenting Danar mencintainya.
"Apa kurangnya aku dibanding Gita?. Aku lebih cantik, lebih menarik dan lebih bisa membahagiakan mas Danar. Dan yang pasti mas Danar hanya mencintaiku!", lanjutnya
Anisa menatap Danar penuh arti,
"Kau terlalu ambisium!", Tari tersenyum kecut tidak percaya ucapan mertuanya
"Aku terlalu ambisius?. Aku merelakan mas Danar menikahi Gita, berbagi cinta suamiku untuk perempuan lain. Dimana letak ambisius yang mama maksud!", lirih Tari
"Ma, aku mohon jangan berdebat lagi. Bukankah aku sudah menuruti kemauan mama menikahi Gita. Kali ini, aku harap mama mau memenuhi keinginanku juga!", pinta Danar
Anisa tertawa sinis, lalu menatap menantunya
"Kau menguasai putraku, kau bahkan menghasutnya untuk meninggalkan menantuku dimalam pengantin mereka. Apa ini yang kau sebut berbagi cinta suami?. Inilah sikapmu yang tidak aku suka. Kau egois, kau mementingkan kebahagiaanmu tanpa memperdulikan perasaan Gita. Kau ingin aku merestuimu bukan?. Aku akan memberimu restu, tapi relakan suamimu memiliki anak dengan Gita. Lagipula Gita juga istri Danar dan dia menantu kesayanganku. Bukankah kau sendiri yang mau dipoligami. Kau tahu bukan, hidup berpoligami itu harus adil!!", jelas Anisa
"Aku tetap tidak setuju. Tidak ada yang boleh mengandung anak mas Danar selain aku!!", kekeh Tari
"Egois .... Istri Danar bukan hanya kau. Jangan bertindak seolah-oleh hanya kau istri putraku!!", geram Anisa
"Aku mohon, hentikan perdebatan kalian!", pinta Danar. Tapi dua wanita kesayangannya itu tak mau mendengarkan
"Tapi mas Danar tidak pernah mencintai Gita, dia hanya mencintaiku!!", ucap Tari keras kepala
"Danar hanya belum mencintai Gita!!", ujar Anisa
"Kami sudah menikah, dan aku tidak akan membiarkan mas Danar bersama perempuan lain, sekalipun dia istrinya!!", Danar menghela nafas. Mama dan Tari sama-sama keras kepala
"Wanita lain yang kau sebut adalah menantuku. Istri pertama suamimu. Kau pikir aku tidak tahu bagaimana Danar bisa menikahimu?, Kau bahkan melakukan segala cara untuk bersama putraku!", Anisa berkata dengan santai, wanita itu bahkan tak menghiraukan tatapan Tari yang mulai emosi
"Aku tidak melakukan apapun, kami saling mencintai. Mama yang egois karena memisahkan kami!", belanya
Anisa berjalan dan berdiri didepan menantunya, dia memandang Tari lalu tersenyum tipis
"Ma, hentikan. Aku mohon!", pinta Danar, namun Anisa tak menggubris
"Ini wanita pilihanmu?, dia bahkan tidak punya sopan santun. Entah apa yang kau lihat darinya. Mama semakin yakin untuk tidak menjadikannya menantu keluarga Adiaksa!", ucap Anisa tegas
"CUKUP!!!. Terserah anda merestui kami atau tidak. Mas Danar suamiku, jadi aku akan mempertahankan dia apapun yang terjadi!!", Tari masih keras kepala
"Tentu saja, putraku kaya. Kalau tidak, mana mau kau mengangkang gratis dibawahnya", wajah Tari mendadak pucat, Anisa sudah sangat melukai harga dirinya
"Ma, aku mohon jangan bicara keterlaluan pada Tari. Dia itu istriku!!",
"Mama tetap pada keputusan awal. Jika Gita sudah hamil anakmu, maka mama akan merestui kalian?", Anisa meninggalkan ruangan Danar
Kalian pikir aku bodoh, Jika Gita melahirkan keturunanku. Semua hartaku akan kuserahkan pada cucuku, bathin Anisa
"Sayang, tenangkan dirimu. Aku akan berbicara pada mama lain waktu", Danar berusaha menenangkan Tari yang emosi
"Ini bukan pertama kalinya mamamu berdebat denganku mas. Aku lelah, mamamu terus menyudutkanku. Apa lebihnya Gita dibanding aku?. Apa aku harus menyetujui syarat dari mama supaya dia memberi kita restu", ucap Tari lirih
"Tidak, aku tidak akan menuruti kemauan mama. Hanya kamu ... hanya kamu yang boleh mengandung anakku. Kita harus segera memiliki anak, aku yakin jika kamu hamil. Mama akan merestui kita. Aku mohon kamu lebih bersabar lagi!", ucap Danar meyakinkan istrinya
"Terima kasih karena kamu selalu memilihku mas. Aku tidak peduli apapun, yang terpenting adalah kamu selalu ada disampingku!", Tari memeluk suaminya
"Ini semua karena wanita itu. Pasti Gita yang mengadu pada mama, kau harus memberinya pelajaran?", pinta Tari
"Kau benar sayang, semua ini pasti karena ulah wanita itu. Jangan khawatir, aku akan memberinya pelajaran!!".
...🍂🍂🍂...
"Kau tahu ..., perusahaan ini adalah saingan perusahaan suamimu. Kau yakin suamimu tidak akan marah kau bekerja disini?!", Gita menatap Dirga, darimana pria itu tahu statusnya. Apa mungkin Ana yang memberitahunya.
"Jika aku sudah memilih perusahaan ini, artinya aku harus profesional bukan?. Urusan pekerjaan tidak ada sangkut pautnya dengan masalah pribadi!", jawab Gita. Toh Danar tidak akan peduli dia bekerja dimana
"Apa mungkin, suamimu mengirimmu sebagai mata-mata diperusahaanku!", tebak Dirga
Gita terperangah, dia terkejut dengan perkataan Dirga
"Dengarkan saya tuan Dirga yang terhormat, saya datang atas keinginan pribadi. Tidak ada sangkut pautnya dengan mata-mata seperti yang anda tuduhkan. Lagipula, DA Mall sudah berkembang pesat, tidak ada gunanya menyelundupkan saya diperusahaan yang baru akan berkembang!!", ucap Gita tegas, hal itu membuat Dirga tersenyum
"Kau benar, DA Mall sudah berkembang pesat. Dan kau adalah istri pemiliknya. Aku heran, kenapa kau harus susah-sudah kerja jika bisa duduk manis dengan nyaman. Kecuali ....!",
"Saya hanya ingin menjadi istri yang mandiri. Saya bukan tipe wanita malas yang hanya menghabiskan harta suami. Lagipula suami saya tidak keberatan jika saya bekerja. Jadi, apa wawancaranya bisa kita mulai", tanya Gita malas membuat Dirga kembali mengulum senyum.
"Baiklah ..., kau akan bekerja sebagai sekertarisku!", mata Gita membulat
"Jangan bercanda, aku melamar kerja sebagai karyawan marketing!", ucap Gita kesal
"Berarti kau tidak membaca email baru yang dikirimkan perusahaan. Aku sedang membutuhkan sekertaris, dan aku rasa ..., kau orang yang tepat!", Gita mendengus, artinya dia akan selalu bertemu dengan Dirga. Menyebalkan.
"Lihat meja itu ..., tugasmu sudah ada disana. Selamat bekerja!", Dirga menatap laptopnya dan fokus bekerja tanpa menghiraukan Gita yang semakin sebal padanya.
Akhirnya, mau tak mau ..., Gita bekerja diperusahaan Dirga sebagai sekertaris CEO. Sambil menghela nafas, dia mulai mengerjakan tugas tugasnya. Tanpa Gita tahu, diam-diam Dirga tersenyum kearahnya.
Kau tidak pantas menderita Git, aku akan membantumu lepas dari siksaan ini. Bathin Dirga
...🍂🍂🍂...
Hari sudah menjelang sore. Baik Dirga maupun Gita belum ada yang beranjak dari kursi masing-masing. Dirga melirik jam di tangannya, sudah pukul 5 sore. Artinya, audah tiba jam pulang kantor.
Dia berjalan pelan ke arah Gita, wanita itu bahkan tidak menyadarinya karena terlalu fokus pada dokumen yang dia kerjakan.
"Ayo pulang!", Gita mengusap dadanya, dia menatap bosnya terkejut karena tiba-tiba sudah berada di depannya.
"Pak, bisakah anda tidak mengagetkan saya seperti itu. Anda hampir saja membuat saya jantungan. Jika anda akan pulang, pulanglah lebih dulu, pekerjaan saya belum selesai!", jawabnya tanpa menghiraukan bos tampannya.
"Sudah jam pulang kerja. Lanjutkan besok saja!", ucapan Dirga terdengar biasa, namun ada penekanan disana. Gita menatap Dirga sejenak, kemudian membereskan pekerjaannya.
"Baiklah ....!", ujar Gita mengambil tas lalu pergi meninggalkan ruangannya
...🍂🍂🍂...
Mobil Gita baru saja tiba dipekarangan rumah. Dia melihat mobil suaminya sudah terparkir rapi, itu artinya, Danar sudah pulang. Dengan langkah pelan, perempuan cantik itu memasuki rumah.
"Dasar tidak tahu diri!", Gita meringis kala Danar memegang lengannya dengan keras, dia menatap mata hitam yang penuh kebencian itu.
"Berani sekali kau mengadu pada mama!, Dasar penjilat, selamat ..., kau sudah berhasil membuat Tari dibenci mama!!!", pria itu semakin rememas keras lengannya
"A-a-pa ..., maksudmu?", tanya Gita tak tahu,
"Jangan berlagak bodoh. Semua pasti karena kau mengadu padanya. Dasar licik ..., kau bahkan menghasut mama agar kau bisa hamil anakku!!. Jangan mimpi!!", Gita menatap Danar tak percaya,
"A-ku ..., tidak mengatakan apapun pada mama!", bela Gita. Tangannya terasa semakin nyeri karena Danar semakin menekan remasannya.
"Apa salah Tari padamu?. Aku sudah menikahimu. Kenapa kau masih mengusik kebahagiaan kami. Kau bahkan berharap bisa hamil anakku. Itu tidak akan pernah terjadi ..., hanya Tari yang boleh mengandung anakku!", ucapan Danar semakin memperjelas jika pria itu tidak pernah menginginkannya, Gita menunduk menahan air matanya.
"Aku juga istrimu. Aku juga tahu kau tidak pernah mencintaiku. Tapi tidakkah sekali saja kau mau menganggap aku sebagai istrimu!", lirih Gita, pria itu tersenyum sinis. Dia menangkup dan menekan pipi istri pertamanya.
"Istriku hanya Tari, dan selamanya hanya Tari. Aku tidak pernah mencintaimu, aku hanya mencintai Tari. Sekarang ..., akan aku tunjukkan siapa wanita yang aku inginkan!", Danar menyeret Gita menaiki tangga. Wanita itu berontak, sayangnya Danar menyeretnya dengan kuat. Mereka masuk kedalam kamar Danar lalu pria itu mengunci pintu dan membuangnya asal
"Mas, apa yang--!", ucapan Tari terpotong karena Danar langsung menciumnya. Istri keduanya itu baru keluar dari kamar mandi, bahkan masih mengenakan jubah mandinya.
"Kau ..., wangi sayang. Aku selalu candu dengan wangi tubuhmu!", ucapnya melirik Gita
Gita memalingkan wajah, sebagai istri ..., tentu dia sakit melihat suaminya bercumbu dengan wanita lain, walau kenyataannya ..., wanita itu adalah madunya. Wanita yang sangat Danar cintai.
"Akan aku tunjukkan, betapa aku mencintai istriku ..., Mentari!", Danar menatap Gita sinis, lalu kembali mencumbu Tari. Pria itu mencium bibir istri mudanya, puas di bibir, dia beralih ke leher bahkan tangannya sudah berada di dada sang istri. Danar yang berhasrat segera membuka pakaian mereka. Keduanya bercinta di depan Gita. Suara de**han dan racauan yang biasa Gita dengar kini terasa semakin jelas, bahkan matanya melihat percintaan mereka secara langsung. Jangan ditanya bagaimana perasaannya saat ini. Wanita cantik itu meremas dadanya, hatinya terasa di tusuk ribuan jarum yang meremukkan seluruh jiwa raganya. Kakinya terasa lemas, bahkan air mata tak henti mengiringi desah kenikmatan suami dan madunya. Gita luruh, dia menumpu wajahnya pada lutut dan menangis dalam diam. Tak ada kata yang bisa menggambarkan betapa hancur perasaannya.
"Tari ..., aku hanya mencintaimu!",
"Aku juga mencintaimu ..., suamiku!", gerakan Danar semakin cepat dan menandakan mereka sudah mencapai puncak. Danar melirik Gita lalu mengecup kening Tari dengan lembut. Istri keduanya itu terkulai lemas sambil menutup mata. Danar turun dari ranjang, memakai jubah mandi lalu menghampiri istri pertamanya.
"Kau lihat ..., aku hanya menginginkan Tari. Jadi jangan bermimpi untuk bisa mengandung anakku. Sekarang pergilah, dan ingat jika aku, tidak pernah menginginkanmu!", Danar berlalu ke kamar mandi setelah mengatakan hal itu. Gita penatap perih suaminya, dia merangkak keluar dari kamar itu.
Kenapa hidupku begitu menyedihkan ya Allah. Orang tuaku meninggalkanku, suamiku membenciku. Tidakkah ada sedikit kebahagiaan untukku, aku juga ingin dicintai walau sekali saja!
Gita masuk kedalam kamarnya. Dia berjalan kekamar mandi dan berdiri dibawah shower. Wanita muda itu mengguyur tubuhnya di bawah aliran air. Masih terlihat jelas bayangan mereka bercinta. Suara mereka, gerakan mereka, semuanya berputar seperti kaset di kepalanya.
Haruskah aku menyerah sekarang?. Mempertahankan semuanyapun tidak ada gunanya. Selamanya, Danar hanya mencintai Tari. Sekarang atau kapanpun, aku akan tetap berakhir menyedihkan.
Tersenyum perih di sela tangisannya. Gita meluapkan semua rasa sakit, marah dan juga kecewanya. Dia begitu mencintai Danar, rasa cinta itu membuat dirinya buta hingga melupakan kenyataan. Cinta telah meluluh-lantakkan hatinya. Membuatnya hancur bahkan meninggalkan bekas luka seumur hidupnya.
...🍂🍂🍂...
"Jadi ..., mereka menikah diam diam?", pria tampan itu bertanya kepada asistennya, Gani.
"Benar bos, hanya mama tiri anda yang menghadiri pernikahan mereka!", jawabnya
"Tuan Adikara tidak mengetahui hal ini?", tanyanya lagi
"Tidak, beliau sedang berada di luar kota karena urusan bisnis. Sepertinya ..., mereka sengaja menyembunyikannya dari tuan Adikara!", jelas Gani
"Baiklah ..., kau boleh pergi!", pria berbadan tegap itu pergi meninggalkan ruangan
"Kita akan segera berjumpa. Tunggu kejutan dariku!", ucapnya tersenyum
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!