Jangan lupa berikan dukungan untuk novel ini dengan cara memberi like,komen serta votenya terimakasih.
💥💥💥💥
" Zer.." panggil seseorang yang tak lain adalah Sania teman dekat sekaligus patner bekerja Zera.
Zera yang sedang mengutak atik komputernya langsung mendongkakkan wajahnya menghadap Sania.
" Iya kenapa San?"
Sania tersenyum ia pun berjalan ke arah meja Zera.
" Kamu di panggil sama Tuan Boss." beritahu Sania pada Zera.
Wanita itu pun menaikan sebelah alisnya ada apa Bossnya itu memanggilnya untuk yang pertama kalinya.
Apakah dirinya berbuat kesalahan sehingga ia di panggil oleh Bossnya? tetapi Zera tidak merasa dirinya berbuat kesalahan.
" Hei kok malah bengong." ucap Sania lagi.
Zera meregangkan otot-otot tangannya terlebih dahulu sebelum ia memulai berbicara.
" Kenapa San Tuan Boss manggil aku? apa aku buat kesalahan ya?" Zera masih menerka-nerka.
Sania menggelengkan kepalanya seraya terkekeh kecil melihat tingkah sang teman.
" Engak kok..aku juga ngak tau ada apa yang penting sekarang kamu temuin dulu Tuan Boss daripada nanti kamu kena marah." titah Sania dengan nada lembut bicaranya.
" Yaudah deh kalau gitu aku temuin dulu Tuan Boss ya.." Zera pun bangkit dari kursinya ia mulai berjalan keluar ruangan menuju ke ruangan Bossnya.
Baru beberapa langkah ia berjalan ia berbalik dan berjalan kembali ke belakang ke arah Sania.
" Doain aku semoga aku ngak di cincang-cincang." bisik Zera tepat di telinga Sania.
" Kamu ini ada-ada aja, udah ah sana nanti kena marah baru tau rasa." ujar Sania sambil terkekeh kecil.
" Iya,Iya.." Zera pun berjalan keluar meninggalkan Sania seorang diri di dalam ruangan.
Saat ia akan menaiki lift pikirannya masih belum berhenti memikirkan kenapa dirinya bisa di panggil ke ruangan Bossnya itu.
Sejak dua taun yang lalu Zera bekerja di sini baru pertama kalinya Bossnya itu memanggilnya, ya doakan saja semoga Bossnya itu baik dan akan menaikan gaji Zera pikir Zera masih berusaha positif thinking.
Pintu lift pun terbuka Zera pun langsung keluar dari dalam lift, ia berhenti berjalan sejenak sebelum masuk ke dalam ruangan Tuan Bossnya.
"Oke bismillah Zer pasti kamu mau di naikin gaji." Zera berucap dengan dirinya sendiri ia tersenyum setelah itu ia pun membuka knop pintu ruangan Tuan Bossnya.
Zera menoleh ke depan seraya tersenyum " Selamat siang Tuan." Zera menutup pintunya kembali setelah itu ia berjalan ke depan Tuan Bossnya.
Deandra selaku Boss muda perusahaan H.E Group langsung mempersilahkan Zera untuk duduk tanpa menatapnya sedikpun.
Zera yang mengerti dengan isyarat dari Boss mudanya itu segera mendudukan tubuhnta di atas kursi yang telah tersedia.
Seketika itu juga hawa di ruangan itu menjadi hening seperti di kuburan.
" Apa kamu yang bernama Zerania Florenza?" tanya Deandra memastikan.
Zera yang seperti sedang di intimidasi itu pun menganggukan kepalanya.
" Iya Tuan itu saya mm..ada apa ya Tuan? kalau saya berbuat kesalahan saya minta maaf Tuan asal jangan pecat saya." tutur Zera tanpa menjeda kalimatnya.
Deandra mendongkakkan kepalanya menatap wajah cantik karyawannya itu, demi apa kenapa baru sekarang ia mengetahui bahwa karyawannya ada yang secantik ini.
" Siapa juga yang mau pecat kamu." sahut Deandra singkat.
Zera membulatkan hurupnya membentuk hurup O setelah itu ia tersenyum lalu menggelus dadanya, syukurlah kalau dirinya tidak di pecat.
" Kalau gitu saya pamit keruangan ya Tuan." pamit Zera saat ia akan melangkahkan kakinya,tiba-tiba langkahnya terhenti.
" Siapa yang suruh kamu keluar?"
Zera berbalik menatap Bossnya sambil tersenyum kuda " Engak ada Tuan." balasnya masih sambil bercengir kuda.
Deandra pun beranjak dari kursi kebesarannya di usianya yang masih sangat muda ia harus bisa memimpin perusahaan besar peninggalan Almarhum Papanya.
Deandra membawa setumpuk berkas-berkas yang berada di atas mejanya lalu menyerahkannya kepada Zera.
" Bawa ini keruangan kamu." ucapnya sambil menyerahkan setumpuk berkas-berkas itu pada Zera.
" Semuanya Tuan?" tanyanya mana bisa ia membawa berkas sebanyak ini, walaupun hanya berkas-berkas tetapi lumayan berat juga bagi Zera yang memiliki tubuh yang kecil.
" Hmm..." dehem Deandra sebagai jawaban.
Zera pun akhirnya mulai berjalan keluar ruangan dengan membawa setumpuk berkas-berkas di kedua lengannya.
Lagi-lagi langkah Zera terhenti saat Boss mudanya itu memanggilnya lagi.
Saat Zera berbalik Deandra langsung menaruh cangkir kopi di atas tumpukan berkas-berkas yang berada di pangkuan Zera.
" Sekalian.." ucapnya.
Zera tersenyum walaupun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia dongkol dengan Bossnya itu.
Saat ia akan berbalik tiba-tiba cangkir yang berada di tumpukan berkas-berkas itu jatuh ke samping mengenai kemeja yang di pakai oleh Deandra, kebetulan Deandra berada di sebelah Zera sehingga tumpahan sisa-sisa kopi itu mengenai baju Deandra.
" Mamp*s" batin Zera ia pun segera menaruh berkas-berkas itu di sembarang tempat, setelah itu Zera mengambil tisu yang berada di atas meja Bossnya.
" Ma-maaf Tuan saya tidak sengaja." ucap Zera terbata-bata seraya membersihkan noda yang menempel di kemeja Bossnya.
Ckkk Deandra berdecak ia pun langsung membuka kamejanya tanpa merasa malu sedikitpun di hadapan Zera.
Wow Zera langsung menutup kedua matanya menggunakan telapak tangannya, benar-benar tubuh Bossnya ini seperti pria-pria yang berada di drakor-drakor yang sering ia tonton.
" Ngapain kamu tutup mata segala?"
" Saya takut mata saya ternodai." sahut Zera.
" Sudahlah kamu bawa kemeja saya lalu cuci di bawah." Deandra memberikan kemejanya kepada Zera.
Tanpa membantah sedikitpun Zera langsung mengambil kemejanya.
Tiba-tiba pintu ruangan Deandra terbuka terpangpanglah sesosok wanita paruh baya yang masih terlihat muda menatap ke arah mereka dengan tatapan tajam.
" Dean apa yang kamu lakuin kamu udah.." perkataan Hera Mama Deandra terpotong kala Deandra mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada Mamanya.
" Engak Ma..Dean ngak ngapa-ngapain kok.." Deandra mencoba menjelaskan kepada Hera namun Hera tidak percaya dengan ucapan putranya itu.
" Jangan bohong ngak mungkin kalian engak ngapa-ngapain." Hera menatap sang anak yang bertelanjang dada lalu menatap ke arah Zera dengan tatapan tajamnya.
Zera menatap ke arah Bossnya dengan perasaan gugup mengelinjangi tubuhnya " Bu maaf kalau saya lancang tapi benar apa yang di katakan oleh Tuan Dean kami berdua tidak melakukan apa-apa." Zera mencoba menjelaskan kepada Hera semoga saja Hera lebih percaya kepada ucapannya..
" Mama engak mau tau pokoknya kalian berdua harus menikah sekarang." perkataan yang barusan keluar dari mulut Hera membuat kedua orang itu terpaku.
Bagaimana bisa mereka berdua menikah tanpa di dasari rasa suka satu sama lain.
" Mama apa-apaan sih main nikah-nikahin aja orang kita berdua ngak ngapa-ngapain." Deandra berusaha menolak ucapan sang Mama, walaupun Deandra sendiri tahu ucapan yang keluar dari mulut Mamanya tidak bisa terbantahkan sedikitpun.
" Iya Bu saya dan Tuan Dean kami berdua tidak melakukan hal-hal yang tidak-tidak." Zera membantu Bossnya itu untuk menjelaskan kepada Mamanya.
Hera menarik nafasnya" Pokoknya Mama engak mau tau sekarang kalian berdua ikut Mama.." Hera menarik lengan putranya juga lengan Zera ia akan menikahkan kedua orang itu walaupun tanpa persetujuan keduanya.
Sebenarnya Hera percaya kepada Deandra putranya, Hera tau putranya itu tidak mungkin melakukan hal-hal menjijkan seperti itu.
Hanya saja Hera merasa jika Deandra sangat cocok jika menikah dengan Zera wanita yang akhir-akhir ini ia selidiki asal usulnya.
Like and Vote
💥💥💥💥
Beberapa menit yang lalu Zera dan Deandra mereka berdua sudah resmi menjadi sepasang suami istri.
Zera sekarang hanya bisa berdiam diri percuma saja jika ia menjelaskan kembali kejadian yang sesungguhnya Hera Mamanya Deandra tidak akan percaya juga.
Pernikahan yang di gelar pun hanya pernikahan agama dan hanya di hadiri orang-orang inti saja termasuk Ibu dari Zera, karena Papa Zera sudah meninggal sejak Zera masih kecil.
" Ma..maafiin Zera ya Ma..mama percaya kan kalau Zera engak ngelakuin hal hina itu?"
Risa tersenyum seraya mengelus pucuk kepala putri kesayangannya.
" Mama percaya kok.." ucapnya lembut.
Zera menaikan sebelah alisnya ia merasa bingung kalau Mamanya percaya kepadanya lalu kenapa Mamanya itu tidak membantu menjelaskan apa yang terjadi kepada Ibu dari Bossnya.
" Kalau Mama percaya kenapa Mama ngerestuin dan ngebiarin aku nikah sama Boss aku?" tanyanya heran.
" Nak mungkin ini jodoh kamu..dan karena Mama ngerasa kalau Boss kamu itu bisa ngelindungin kamu." terang Risa sembari tersenyum hangat kepada putrinya.
" Tapi Ma.."
" Sudah kemarilah.." Risa menyuruh Zera untuk lebih mendekat ke arahnya, Zera pun langsung mendekat ke arah Mama tercintanya.
Risa membawa tubuh Zera ke dalam dekapannya, air mata mengalir lolos begitu saja dari kedua mata Risa.
Kini jika ia di panggil oleh sang pencipta dirinya sudah ikhlas, sebab sekarang putrinya sudah ada yang melindunginya.
Walaupun Risa belum terlalu mengenal Boss dari anaknya, tetapi Risa dapat merasakan bahwa Boss anaknya itu orang baik.
Risa percaya jika suatu hari nanti jika ajal menjemputnya, Deandra bisa melindungi dan menyanyangi Zera sepenuh hati.
" Zera sayang Mama." Zera lebih mengeratkan pelukannya lagi pada tubuh sang Mama.
" Mama lebih dari kamu menyanyangi Mama." sahut Risa sembari mengelus punggung anaknya.
Sementara Hera dan Deandra yang melihat itu merasa terharu atas kedekatan Zera dan Ibunya, ia tidak salah memilih calon istri untuk putranya harapan Hera semoga keduanya bisa membuka hati mereka satu sama lain.
***
Setelah melaksanakan acara pernikahan mereka Deandra mengajak Zera untuk tinggal di apartementnya.
Tanpa membantah sedikitpun Zera menggikuti ucapan Deandra yang kini telah menjadi suaminya, rasanya Zera tidak percaya ia saat ini telah resmi menjadi seorang istri dari Ceo perusahaan tempat dirinya bekerja.
Beberapa saat kemudian mereka berdua telah tiba di apartement mewah milik Deandra, Zera menatap kagum sekeliling ruangan itu Denadra yang diam-diam memperhatikan Zera tersenyum kecil melihat tingkah karaywannya yang kini menjadi istrinya.
" Mmmm Tuan kalau boleh tau kamar saya di mana ya?" tanya Zera sopan saat keduanya telah tiba di sebuah kamar yang sudah ia pastikan pasti kamar ini milik Bossnya.
" Ini kamar kamu."
Zera menaikan sebelah alisnya " Ini kan kamar Tuan Boss masa saya tidur di sini sama Tuan Boss kan ngak sopan." seru Zera sambil menampilkan gigi rapinya.
" Iya ini kamar kamu dan saya." balasnya irit, ia masih gengsi untuk menunjukan rasa sukanya pada Zera.
Zera memelototkan kedua matanya " Jadi kita satu kamar gitu Tuan?"
" Hmmm.." dehemnya sebagai jawaban iya.
Zera pun tersenyum kikuk bagaimana bisa ia harus tidur satu ranjang dengan Bossnya, ini tidak mungkin Zera harap ini mimpi.
Zera menepuk pipinya dan terasa sakit berarti benar ini bukan mimpi ini sungguhan, Zera, Zera ada-ada saja ya Zera ini.
" Kamu bisa menaruh baju-baju kamu di sebelah lemari saya untuk sementara, nanti besok saya akan menyuruh asisten saya untuk membelikan lemari dan meja rias untuk kamu." terang Deandra.
" Ah iy-iya Tuan terimakasih kalau begitu saya ijin memasukan baju saya ke dalam lemari Tuan."
" Ya silahkan.."
Saat Deandra akan masuk ke dalam kamar mandi ia menghentikan langkahnya lalu berbalik menuju Zera.
" Jika di rumah seperti ini kamu jangan panggil saya dengan sebutan Tuan Boss ini rumah bukan tempat kerja." perintah Deandra.
" Terus saya harus panggil Tuan dengan sebutan apa dong?"
" Terserah yang penting jangan memanggil saya dengan sebutan Tuan Boss."
" Hmmm oke kalau gitu D--dean." ucapnya terbata ia merasa sangat-sangat malu untuk mengucapkan kata itu kepada Deandra. Kesannya Zera seperti sudah mengenal dekat Deandra saja.
Deandra pun melanjutkan berjalan kaki menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, Huft Deandra kira Zera akan menyebutnya dengan panggilan Mas, sayang atau mungkin suamiku.
Beberapa saat kemudian.
Zera keluar dari dalam kamar setelah selesai merapikan barang-barangya, Zera berjalan ke arah dapur untuk membuat makan malam untuknya juga untuk Bossnya.
Saat Deandra sedang memakai baju tiba-tiba indra penciumannya menyium wangi sedap yang sepertinya berasal dari arah dapur.
Ia pun segera menyisir rambutnya setelah itu Deandra keluar untuk melihat apa yang sedang istrinya itu masak.
" Eh Dean..maaf ya saya pake dapurnya ngak bilang-bilang." ucapnya sedikit malu, di tambah ia terpana menatap Deandra yang sangat tampan dengan rambut basahnya.
" Pakailah ini sekarang dapur milik kamu, kamu bebas melakukan apa saja pada dapur ini.'
Wah ternyata Bossnya itu tidak seperti yang di bayangkannya ya, Zera pikir dulu Bossnya itu galak tetapi tidak juga.
Apa karena Zera belum mengenal Deandra terlalu dekat ya? ah sudahlah lupakan pikir Zera.
Beberapa saat kemudian masakan buatan Zera telah siap dan sudah terhidang rapi di atas meja makan, Deandra yang melihat masakan buatan Zera semakin tidak sabar untuk mencicipinya.
" Mmm maaf ya Tua-- eh Dean saya cuma masak yang ada di dalam kulkas saja."
Oh ya Zera hanya membuat nasi goreng untuk menu makan malam ini, karena persedian di dalam kulkas Dean hanya ada telur juga sedikit sayuran yang masih tersisa jadinya Zera memanfaatkan sisa-sisa bahan itu untuk di jadikan nasi goreng saja.
" Tidak apa-apa..terimakasih karena sudah membuatkan saya makan malam.." ucap Deandra tulus dari hatinya yang paling dalam.
" Kamu tidak perlu berterimakasih kepada saya karena ini sudah menjadi kewajiban saya sekarang." sahut Zera.
Deandra tersenyum ternyata seperti ini ya rasanya memiliki seorang istri ada yang masakin ada yang nemenin tidur.
Mereka berdua pun langsung memakan nasi gorengnya dengan lahap, lidah Deandra tidak bisa berbohong masakan yang di buat oleh Zera benar-benar nikmat percis seperti masakan Ibunya.
Saat Zera akan mengangkat piring-piring kotor untuk di cucinya, tiba-tiba Deandra menahannya.
" Biar saya saja."
" Jangan saya saja lagi pula ini tugas saya kok."
" Sudah kamu kan tadi sudah memasak sekarang giliran saya yang cuci piring." Deandra langsung mengangkat piring-piring kotor itu ke dalam washtafel lalu mencucinya.
Sementara Zera ia merasa tidak enak kepada Deandra seharusnya dirinya yang melakukan pekerjaan itu bukan Deandra.
💥💥💥
Keesokan paginya Zera telah siap untuk pergi bekerja, awalnya Zera sudah memesan taxi online namun Deandra menyuruhnya untuk membatalkannya, sebab dirinya lah yang akan mengantarkan Zera pergi bekerja dan karena mereka juga satu perusahaan ini.
" Nyonya mari Tuan Dean sudah menunggu di dalam." ucap Kevin di adalah asisten sekaligus tangan kanan Deandra.
" Ah iya baiklah." dengan malu-malu Zera pun masuk ke dalam mobil, Deandra yang melihat itu tersenyum tipis kepadanya.
Di dalam mobil hanya ada keheningan yang melanda mereka bertiga, Deandra sibuk dengan ipadnya, Kevin tentu sibuk dengan kemudinya sementara Zera sibuk memikirkan bagaimana jika ada yang melihat dirinya keluar dari dalam mobil Boss mereka.
" Zer kenapa? sepertinya kamu sedang gelisah?" tanya Deandra sedari tadi ia memperhatikan Zera dan akhirnya keberanian muncul menghampirinya untuk bertanya kepada Zera.
" Mmm anu Tuan saya takut jadi obrolan gosip-gosip karyawan lain jika ada yang melihat saya keluar dari dalam mobil Tuan."
Deandra tersenyum " Kamu tenang saja tidak akan ada yang berani mengosipin kamu."
" Hehehe." Zera tersenyum rasanya ia sangat malu berada di samping Bossnya ralat yang kini telah menjadi suami sahnya baik secara agama maupun negara.
Kevin yang menatap keduanya dari balik kaca spion tersenyum, sepertinya Bossnya itu sudah mulai jatuh cinta pada wanita yang kini telah menjadi istrinya itu.
Di ruangan Zera.
Dia menaruh tasnya di atas meja lalu menumpu kepalanya menunggunakan tangan sebagai tumpuannya.
Jika di pikir-pikir hidupnya itu seperti dongeng seorang karyawan menikah dengan Bossnya kan aneh, sudah seperti upik abu yang menikahh dengan seorang pangeran saja.
" Zer.." panggil Sania yang melihat Zera sedang melamun sendirian.
" Hmmm.."
" Bengong aja gimana waktu ketemu sama Tuan Boss di cincang-cincang ngak?" ledek Sania seraya menaruh tasnya di atas meja kerjanya.
Zera terkekeh kecil " Hahaha engak.." balasnya singkat.
Sania mendekat ke arah meja Zera lalu berdiri di hadapan Zera.
" San sebenernya aku mau cerita sama kamu, tapi kamu jangan bilang-bilang sama siapa-siapa. Cukup kamu aja yang tau."
" Okk--eh bentar itu cincin yang kamu pake kayak cincin orang yang udah nikah aja." ucap Sania sambil menatap cincin yang berada di jari manis Zera, sudah bisa di pastikan harganya pasti sangat mahal terlihat dari bentuknya.
Baru saja Zera akan menceritakannya pada Sania " Iya ini yang aku mau ceritain sama kamu, tapi kamu janji ya jangan bilang-bilang." pesan Zera.
" Iya aku janji kamu ini kayak yang baru kenal aku aja."
Pertama sebelum Zera mulai menceritakan kisahnya yang bak dongeng itu, ia menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya setelah di rasa sedikit relax Zera langsung menceritakan semuanya pada Sania.
" What!! kamu ngak bohong kan?" pekik Sania ia merasa tidak percaya dengan apa yang barusan di ucapkan oleh Zera kepadanya beberapa detik yang lalu.
Ckk Zera berdecak benarkan dugaannya pasti respon Sania seperti itu.
" Yaudah nanti kamu ceritain lebih detail lagi ya.." sambung Sania saat melihat jam di pergelangan tangannya telah menunjukan pukul 07:30 itu pertanda waktunya untuk mereka bekerja.
***
Pulang pun tiba tiba-tiba mobil yang di tumpangi oleh Deandra berhenti tepat di depan Zera.
Kaca mobil pun terbuka dan tampaklah lelaki tampan menggunakan kaca mata menengok ke arahnya siapa lagi kalau bukan Deandra suaminya sekaligus Bossnya di tempat ia bekerja.
" Ayo masuk kita pulang bareng." ajak Deandra ia menyetir mobilnya sendirian karena ingin berduaan dengan Zera jadinya Deandra menyuruh Kevin pulang menggunakan mobilnya yang lain.
Tanpa pikir panjang dan ba bi bu lagi Zera langsung masuk ke dalam mobil Deandra, Deandra tersenyum ke arah Zera yang berada di sampingnya.
Setelah Zera masuk ke dalam mobil Denadra pun mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
" Ayo kita ke supermarket dulu.." ajak Deandra.
" Iya Dean persedian di kulkas pun sudah habis semuanya." sahut Zera.
Deandra tersenyum setelah itu keduanya turun dari dalam mobil lalu mulai berjalan masuk ke dalam super market.
Saat mereka berdua masuk ke dalam super market semuo orang memandang ke arah mereka berdua, banyak awak media yang langsung meliput keduanya setelah melihat keberadaan Ceo muda terkenal bersama seorang wanita.
Deandra yang tahu Zera merasa risih pun langsung menyuruh awak media untuk berhenti meliput mereka berdua, setelah itu Deandra menggandeng lengan Zera tanpa mereka berdua sadari lengan keduanya saling bertautan satu sama lain.
Saat tiba di rak-rak sayuran dan bahan makanan lainya, Zera memasukan berbagai macam sayuran juga aneka macam bumbu ke dalam stoller yang di dorong oleh Deandra.
Setelah di rasa semuanya telah cukup mereka berdua pun berjalan menuju ke kasir, saat berjalan melewati rak-rak skincare tiba-tiba Zera ingat bahwa skincarenya yang berada di rumah telah habis rasanya jiwa kewanita-wanitaanya itu menggebu-gebu ingin membeli. Tapi apakah uangnya akan cukup untuk membeli skincarenya yang habis teringat ini masih awal bulan dan masih jauh dari tanggalnya gajihan.
Zera tersenyum bodolah ia harus bisa melupakan sedikit rasa gengsinya ralat lebih tepat rasa malunya.
" Mmm..Dean aku siapa kamu?" ucapnya menggunakan aksen aku kamu dan dengan nada lembutnya.
" Istri." balas Dean merasa sedikit aneh pada gelagat Zera, apalagi ia barusan berbicara menggunakan aku,kamu.
" Aku istri kamu kan?" tanyanya lagi.
" Iya.." batin Dean berbicara pasti ada maunya sama istrinya itu.
" Berarti aku tanggung jawab kamu kan?"
" Iya Zera." sahutnya.
" Yaudah tolong bayarin skincare aku ya." tanpa pikir panjang lagi Zera menarik lengan Deandra menuju rak-rak tempat penyimpanan skincare.
Deandra geleng-geleng kepala benar sudah dugaannya, pasti ada maunya ini cewek.
Tanpa merasa keberatan sedikitpun Deandra menggikuti kemauan istrinya itu.
Setelah selesai mereka berdua pun berjalan ke arah kasir untuk membayar belanjaannya.
Beberapa saat kemudian mobil yang mereka berdua tumpanggi telah sampai di lobby apartement, keduanya pun turun dari dalam mobil menuju lift.
" Sini biar saya bantu." ucap Deandra ketika mereka sudah sampai di dalam apartement, Deandra ingin membantu Zera yang sedang merapikan makanan dan bahan lainya yang tadi mereka berdua beli.
" Eh hehhe ngak papa biar saya saja."
Huft tadi ngomongnya make aku kamu sekarang kembali pake saya gumam Deandra di dalam hati.
" Ngakpapa."
Pada akhirnya Zera pun membiarkan Deandra membantunya merapikan belanjaan yang tadi mereka berdua beli.
Setelah selesai menata semua makanan dan lainya Zera tersenyum manis ke arah Deandra begitupun sebaliknya Deandra membalas senyuman manis yang Zera lontarkan kepadanya tanpa mereka berdua sadari.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!