NovelToon NovelToon

Karma Is A Bich

Selamat Tinggal Kenangan

" Jadi ini yang kalian lakukan dibelakang ku?" Jenna mencoba untuk tetap tenang, saat ini dihadapan nya ada dua orang yang selama ini begitu berarti dalam hidupnya sedang mencoba untuk menutupi tubuh polos mereka dengan selimut.

Jenna memergoki suaminya Kevin sedang bercinta dengan sahabatnya sendiri Bella, sahabat sejak SMA yang selama ini selalu menjadi tempat bagi Jenna mencurahkan isi hatinya.

Jenna menghela nafasnya beberapa kali, wanita itu mencoba untuk menenangkan dirinya. Dia tetap berusaha untuk berpikir secara rasional dengan peristiwa yang saat ini tengah dia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

" Jen...Aku bisa menjelaskan nya..." Kevin mencoba untuk mendekati Jenna.

" Sepertinya sudah tidak ada lagi yang harus kamu jelaskan Kev, semua sudah terlambat " Jenna menjauhkan diri nya dari Kevin.

" Kapan kalian akan menikah?" Lanjut Jenna.

" Oia...Aku lupa, kau masih tinggal bersama Rodrigo Bell..." Jenna menyunggingkan senyuman pahit kepada sahabatnya yang kini bahkan tidak berani menatap wajah Jenna. Mereka bahkan melakukan hubungan tak senonoh itu di apartemen kekasihnya Belle Rodrigo! Sungguh sangat memalukan menurut Jenna.

" Kau Kev, sebaiknya hari ini kau pulang ke rumah orang tua mu "

" Jen...Gak bisa gitu caranya, dengarkan aku dulu "

" Alasan apa lagi yang akan kamu kemukakan Kev? apa yang aku lihat ini halusinasi belaka?" Kekeh Jenna.

" Rodrigo sedang menuju kemari, dan orang tua mu juga... Jadi malam ini kalian bisa langsung meresmikan hubungan kalian "

Tak lama apa yang dikatakan Jenna benar-benar terjadi, Rodrigo datang bersamaan dengan tuan dan nyonya Martin orang tua dari Kevin. Belle belum meresmikan hubungan nya dengan Rodrigo, selama ini mereka hanya tinggal bersama tanpa sebuah status yang jelas. Sementara Kevin dan Jenna sudah tiga tahun ini menjalani biduk rumah tangga mereka.

Tahun pertama Jenna dan Kevin menikah, mereka hidup bahagia. Kevin begitu memanjakan Jenna apapun dia lakukan demi kebahagiaan istri tercinta nya, bahkan kemanapun Kevin pergi maka Jenna akan selalu berada disampingnya, mereka benar-benar saling mencintai.

Kehidupan mereka berubah total setelah Jenna mengalami keguguran di tahun kedua pernikahan mereka, Jenna sempat mengalami depresi berat karena kehilangan jabang bayi yang masih ada didalam kandungan nya itu.

Saat itu Kevin berjanji akan selalu ada disamping Jenna apapun yang terjadi, tetapi sekarang sepertinya apa yang dikatakan oleh Kevin hanya omong kosong belaka.

" Owh my God Belle! Really???" Reaksi pertama Rodrigo ketika melihat kekasihnya Belle yang berusaha menutupi tubuh polos nya dengan selimut setibanya dia apartemen miliknya.

" Kau melakukannya di apartemen ku?? Yang benar saja Bell!" Lanjutnya.

" I can explain Rod...Tolong dengarkan aku dulu " Pinta Belle setengah memohon kepada pria tinggi besar itu.

" Dan kau! Kau bukannya suami sahabatnya Belle??!" Rodrigo menatap tajam kearah Kevin.

" Ya Tuhan Kevin!!!!" Amanda sangat terkejut melihat penampilan anaknya yang hanya tertutup selimut bersama dengan seorang wanita yang dia ketahui adalah sahabat dari istrinya Jenna, sementara James hanya bisa mengusap wajahnya kasar setibanya mereka di apartemen milik Rodrigo.

" Ma...! Aku bisa menjelaskan semuanya...!" Ucap Kevin berusaha untuk membela dirinya.

Amanda langsung menghampiri Jenna dan memeluk nya erat, wanita itu sangat menyesali perbuatan anaknya saat ini. Amanda begitu menyayangi Jenna selama ini, kerinduannya akan kehadiran anak perempuan telah terwakili dengan masuknya Jenna kedalam kehidupan mereka.

" Maafkan mama Jen, mama sangat menyesal semua ini harus terjadi.." Isak Amanda.

Anehnya Jen tidak mengeluarkan air mata sama sekali, gadis itu hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Jen bahkan tidak membalas pelukan Amanda, dia hanya berdiri memaku.

Sesaat kemudian...

" Nikahkan mereka ma..." Ucap Jenna dingin.

" Tapi sayang... bagaimana dengan rumah tangga kalian?"

" Rumah tangga kami sudah tidak bisa diselamatkan ma..." Jawab Jenna masih dengan intonasi suara datar.

" Aku akan mengutus seorang pengacara untuk mengurus perceraiannya setelah ini " Lanjutnya.

" Jenna..." Ucap James lirih.

" Apa kamu akan memaafkan kami nak ?" Lanjut James menatap sendu kearah Jenna.

" Papa tidak usah khawatir tentang hal itu..."

Satu jam kemudian seorang pria paruh baya dari catatan sipil sampai ditempat itu untuk meresmikan pernikahan mendadak antara Kevin dan Belle, yang sebelumnya telah dihubungi oleh James melalui sambungan telponnya.

Kevin dan Belle meresmikan pernikahan mereka dihadapan Jenna dan kedua orang tua Kevin, sementara Rodrigo sudah pergi entah kemana sejak sejam yang lalu. Pria itu hanya berpesan kepada Belle untuk menyingkirkan semua pakaian dan benda miliknya sebelum dia kembali ke apartemen itu nanti, Rod bahkan berencana untuk menjual apartemen miliknya itu.

" Jenna...Ini hanya salah paham, aku berjanji akan menceraikan Belle kembali " Kevin menghampiri Jenna dan meraih tangan wanita yang masih duduk di sofa tunggal ruangan itu.

Secepat kilat Jenna menepis tangan Kevin.

" Sudah terlambat Kev " Jenna berdiri dari duduknya.

" Selamat tinggal...Aku harap kita tidak pernah bertemu lagi " Jenna melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

Baginya semua sudah berakhir, semua harapan dan cita-cita nya bersama Kevin untuk hidup hingga maut memisahkan mereka telah sirna saat ini. Jenna hanya ingin pergi dari kehidupan Kevin dan keluarga nya, meski berat karena dia begitu menyayangi mereka tetapi hal itu sudah menjadi tujuan utama nya saat ini.

" Jen ...Jenna...!" Pekik Kevin, tetapi tetap tidak dihiraukan oleh Jenna.

Keluar dari gedung itu menuju tempat dimana dia memarkirkan mobilnya, Jenna langsung masuk dan duduk di kursi kemudi mobil dan saat itulah tangisnya pecah seketika.

Dadanya begitu sesak, hatinya sangat sakit sama sakit nya seperti saat dia kehilangan bayi yang masih ada didalam kandungan nya dulu.

Jenna mengemudikan mobilnya keluar dari pelataran parkir gedung apartemen itu, satu tujuannya saat ini dia akan pergi ke luar negeri untuk melupakan semua hal menyakitkan dalam hidupnya. Jenna berencana untuk memulai kembali kehidupan nya dari awal.

" Kau bisa Jenna..Kau adalah wanita yang paling hebat.." Gumamnya.

Selama perjalanan handphone miliknya terus saja berdering, siapa lagi yang mencoba untuk menghubungi nya jika bukan Kevin. Jenna melihat layar handphone nya lalu mematikan benda pipih yang telah berada dalam genggamannya seketika.

" Sorry Kev...Semua sudah sangat terlambat " Jenna menaruh kembali handphone nya lalu menambah kecepatan mobilnya agar lebih cepat sampai di bandara.

Ya...Jenna telah merencanakan kepergiannya dari sejak seminggu yang lalu, wanita itu telah membooking tiket penerbangan menuju negara XXX untuk malam ini.

Sebenarnya dia sempat ragu untuk pergi dari kehidupan Kevin karena suaminya itu selalu meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja dan semua yang Jenna tuduhkan hanya hasil dari pikiran buruk Jenna saja, tetapi semua berubah saat seminggu yang lalu dia menemukan sebuah pesan yang sangat intim dari seorang wanita yang pada akhirnya dia ketahui bahwa Belle lah wanita yang selama ini ditemui oleh Kevin.

Jenna mengikuti kemana Kevin pergi dia bahkan bekerja sama dengan Rodrigo, hingga akhirnya dia memergoki keduanya sedang bercinta di apartemen milik kekasih Belle sahabatnya itu lalu menghubungi Rodrigo dan kedua orangtuanya.

" Selamat tinggal YXZ..."

.

.

.

To be continued 😉

Hai kakak-kakak ini novel baru ku, mohon dukungannya yah 😘

Happy reading 🤗

Coklat Sanremo

Kesibukan disebuah kota kecil bernama Sanremo disebelah timur negara XXX dimulai sejak pukul 7 pagi, kota kecil yang terkenal dengan coklatnya yang khas yang lembut dan lumer di mulut itu sering kali menjadi tujuan para wisatawan untuk menghabiskan akhir pekan mereka bersama keluarga.

" Selamat pagi nona Jenna " Sapa Ruby. Gadis berusia 19 tahun berambut keriting berwarna merah itu menghampiri Jenna.

" Pagi Ruby... Bagaimana kabar ibumu pagi ini ?" Tanya Jenna. Wanita itu sedang menakar bahan-bahan untuk membuat coklat khas toko coklat milik nya.

Semenjak Jenna menginjakkan kaki di kota kecil ini dia memutuskan untuk bekerja pada orang tua Ruby di toko coklat yang saat ini sudah menjadi miliknya ini, tetapi karena orang tua Ruby membutuhkan biaya untuk pengobatan aunty Teresia ibunda dari Ruby maka mereka memutuskan untuk menjual toko itu.

Tidak mau mengecewakan para pelanggan dan karena Jenna sudah jatuh cinta pada toko coklat itu akhirnya dia memutuskan untuk membeli toko itu tanpa mengganti nama dan merk coklat yang telah mereka produksi selama turun temurun.

" Mami ku baik-baik saja nona, pagi ini dia sudah mau makan kembali " Rubby mulai melibatkan dirinya dalam memproduksi coklat yang akan mereka jual hari ini.

" Syukurlah...Aku bahagia mendengarnya "

Ting!

Terdengar bunyi bel dari depan toko, pertanda seorang pelanggan telah datang dan ingin membeli coklat pagi ini.

" Hallo nyonya Peterson, anda terlihat begitu cantik pagi ini " Sapa Ruby

" Coklat seperti yang biasa nyonya ?" Lanjutnya

" Iya Ruby dan tolong buat dua kali jumlahnya, cucuku akan datang hari ini "

" Baiklah nyonya " Ruby pun mulai menyusun coklat - coklat dengan berbagai varian rasa dan bentuk kedalam dus yang sudah dibuat khusus untuk coklat - coklat yang mereka jual.

" Selamat pagi " Seorang pria memasuki toko dan berjalan mendekati etalase coklat dimana Ruby berada saat ini.

" Selamat pagi tuan, mohon menunggu sebentar saya sedang melayani nyonya ini " Ucap Ruby dengan ramah. Pria itu mengangguk dan tersenyum lalu kembali melihat berbagai macam dan bentuk coklat yang ada dibalik etalase.

Tak lama Jenna datang dari ruangan belakang dengan membawa coklat - coklat yang siap dipajang di etalase toko miliknya. Sekilas tatapan mata mereka bertemu, Jenna memberikan senyuman ramah kepada pelanggan yang baru saja dia temui hari ini. Sepertinya dia seorang turis pikirnya.

" Selamat pagi tuan, ada yang bisa saya bantu ?" Sapa Jenna.

" Saya mau memesan lima kotak coklat ukuran besar untuk besok malam, bisa ?"

" Bisa tuan, sebentar saya ambilkan foto - foto contoh bentuk coklatnya "

Jenna mengambil sebuah buku berbentuk persegi panjang berisikan foto - foto bentuk coklat dan memperlihatkan nya kepada pelanggan baru yang ada dihadapannya itu.

" Silahkan dipilih bentuk dan rasanya tuan "

Pria tampan itu mulai membuka lembar demi lembar foto yang ada dihadapannya, dia begitu kagum dengan kerapihan dan detail dari coklat - coklat yang dijual di toko ini. Tak salah dia mengikuti saran temannya untuk datang ke tempat ini pikirnya.

Lalu dia pun mulai menyebutkan bentuk dan varian rasa dari coklat pilihan nya, dan membayar nya lunas.

" Baik tuan, anda bisa mengambil nya sebelum jam makan malam tiba " Ucap Jenna

" Bisakah saya meminta tolong nona? Tolong antarkan coklat ini ke hotel dimana saya menginap selama beberapa hari kedepan "

" Saya akan membayar ongkos kirimnya sekarang " Pria itu kembali membuka dompetnya.

" Tidak usah pakai ongkos kirim tuan, saya akan mengantarkan pesanan tuan besok "

" Boleh saya tahu dimana tuan menginap?" Lanjut Jenna.

" Saya menginap di hotel Sanremo Dream, di lantai 3 kamar 301 " Pria itu menghela nafasnya sejenak

" Nama saya Aiden " Lanjutnya.

" Baiklah tuan Aiden, saya Jenna besok saya akan mengantarkan coklat pesanan anda sebelum jam makan malam "

.

.

" Wanita itu cantik sekali..." Gumam Aiden, seketika senyuman manis tersungging di wajahnya.

Aiden melangkahkan kakinya menuju hotel tempat dia menginap selama beberapa hari ini, jarak antara toko coklat milik Jenna dengan Sanremo Dream Hotel memang cukup dekat hanya sekitar 300 meteran saja.

Memasuki hotel rona wajah pria itu berubah seketika, dia melihat sosok wanita yang selama ini selalu hadir mengganggu ketenangan hidupnya tengah berjalan menghampiri dirinya.

" Aiden...Aku sudah menunggu mu dari tadi, kamu dari mana saja?" Tanyanya manja

" Apa yang sedang kamu lakukan disini Lita ?"

Wanita yang bernama lengkap Lolita itu mencoba untuk meraih lengan Aiden, tetapi dengan cepat pria itu menepisnya pelan. Meski dia tidak suka tubuhnya disentuh oleh siapapun, dia tetap tidak mau menyakiti tangan perempuan yang sedang berada disampingnya ini dengan tepisan tangannya.

" Aku menyusul mu kesini Aiden, aku ingin menghabiskan akhir pekan ini bersamamu "

" Aku sedang ingin sendiri " Aiden berjalan menuju lift.

" Boleh aku tidur dengan mu selama disini Aiden ?"

" Tidak " Jawabnya singkat.

" Pesan sendiri kamarmu " Lanjutnya. Menunggu lift turun kali ini terasa begitu lama bagi Aiden.

" Tapi aku tidak suka tidur sendirian Aiden " Eden mencoba untuk merajuk

" Jika tidak suka, pulang saja "

Akhirnya lift yang ditunggu oleh Aiden mendarat di lobby hotel, secepat kilat pria itu memasuki lift dan meninggalkan Lolita yang memang belum membooking kamar semenjak dia datang ke hotel tersebut.

" Aiden....Tunggu!"

" Maaf nona, anda harus memesan kamar terlebih dulu " Seorang pegawai hotel menghampiri Lolita yang tengah berdiri di depan pintu lift menatap kepergian Aiden dengan kesal.

" Baiklah... Baiklah..." Lita berjalan mengikuti pegawai hotel tersebut menuju meja front office.

" Aku ingin menginap di lantai yang sama dengan tuan tadi " Pintanya ketus

" Maaf nona, kamar dilantai tiga sudah penuh tapi kami ada beberapa pilihan kamar di lantai dua dan satu jika anda berkenan "

" Tidak....Aku tidak bisa tidur dikamar sekecil itu !"

Lantai tiga tempat Aiden menginap memang dikhususkan untuk kamar presidential suite dengan fasilitas lengkap dan mewah, sementara di lantai dua dan satu hanya terdapat queen size bed room dan standard room dengan ukuran yang lebih kecil dan fasilitas yang tidak semewah presidential suite.

" Oke, di lantai dua saja "

Akhirnya setelah perdebatan yang cukup rumit, mau tidak mau Lolita menempati Queen size bed room di lantai dua, setidaknya dia bisa tetap berada dekat dengan Aiden pikirnya.

Malam menjelang Jenna dan Rubby sudah bersiap-siap akan pulang, toko coklat mereka hanya melayani pembeli hingga pukul 6 sore hari. Pertimbangan ini dia buat untuk Ruby, agar gadis itu bisa pulang lebih cepat untuk kembali mengurus ibunya. Sedangkan Jenna, gadis ini akan melakukan aktivitas favoritnya di sasana olahraga ketika malam hari tiba.

" See you again tomorrow Ruby, sampaikan salam ku untuk ibumu.."

" Sampai jumpa besok juga nona, terimakasih "

Ruby mulai mengayuh sepedanya, lembayung sore membuat rambut merahnya terlihat semakin indah.

Owh Ruby...Andai aku mempunyai rambut secantik rambutmu...

.

.

.

To be continued 😉

Hai kakak-kakak terimakasih udah meninggalkan jejak kalian disini yah 😘

Happy reading 🤗

See you again tomorrow 😉😉😉

Insiden Delivery Coklat

Jenna mengayuh sepeda nya dengan cepat, dia harus mengantarkan coklat pesanan Aiden sebelum jam makan malam tiba. Hari ini toko begitu ramai dikunjungi pembeli baik wisatawan asing maupun domestik, hal ini sudah menjadi pemandangan lazim ketika akhir pekan tiba.

" Huh....Huh....Semoga aku tidak terlambat..." Gumam Jenna sambil terus mengayuh sepeda nya.

Sampai di halaman depan hotel seorang petugas keamanan menghampiri gadis itu.

" Hai Jen...Ngaterin pesanan?"

" Hai Jimmy...Ah iya, dan semoga saya aku tidak terlambat " Jenna mengambil kotak - kotak coklat yang ada di keranjang sepedanya nya.

" Semangat Jen, biar aku taruh sepedanya untukmu "

" Thanks Jimmy, kamu adalah teman paling baik " Puji Jenna.

Kota Sanremo adalah kota kecil dimana semua orang akan mengenal satu sama lain dengan mudah, populasi kota ini bahkan tidak sampai 1500 jiwa. Ini sudah termasuk anak kecil dan para lansia, maka tidak heran jika Jenna dikenal oleh hampir seluruh penduduk kota ini. Apalagi dengan coklat buatannya yang menurut Jimmy bahkan lebih lezat dari coklat buatan keluarga Ruby, dan Ruby pun mengakui hal ini.

" Hai Jen, pesanan untuk tamu kami ?" Sapa Sarah petugas front office yang sedang bertugas malam ini.

" Iya Sar...Bisa tolong beritahu tuan Aiden di kamar 301?" Pinta Jenna

" Wow...Pelanggan kelas kakap Jen " Kekeh Sarah.

" Sebentar aku hubungi beliau di kamarnya " Sarah mulai menekan tombol di telepon mejanya, sementara Jenna memutuskan untuk duduk di kursi sofa tunggu di ruangan itu.

" Jen...Tuan Aiden memintamu untuk mengantarkan nya langsung ke kamarnya " Sarah menghampiri Jenna.

" Ayo aku antar masuk ke lift " Lanjutnya, dijawab dengan anggukan kepala Jenna.

Sarah memang harus mengantarkan Jenna menuju lift karena lantai tempat Aiden menginap membutuhkan akses khusus, tidak sembarang orang bisa naik ke lantai itu. Hanya para penghuni kamar saja yang bisa dengan leluasa naik turun kesana.

Aksi mereka diam-diam diperhatikan oleh seorang gadis cantik yang tidak sengaja mendengarkan percakapan mereka sejak Jenna sampai di lobby hotel, niat gadis itu untuk pergi ke sebuah kedai kopi dia urungkan dan memutuskan untuk mengikuti kemana Jenna pergi.

Sarah menempelkan sebuah kartu ke kotak kecil yang berada di bawah tombol-tombol lantai di dinding lift tersebut, lalu memencet tombol angka 3,

" Kamarnya ada di sebelah kanan, lorong paling ujung yah Jen "

" Oke Sarah... Terimakasih "

" Tunggu..." Pinta wanita cantik itu

" Boleh aku ikut yah, kebetulan aku ada janji dengan salah satu penghuni hotel di lantai 3 " Lanjutnya sambil memasuki ruangan kotak kecil itu.

" Owh...Baik nona..." Jawab Sarah.

Tidak ada percakapan yang terjadi didalam sana, Jenna asik dengan pikirannya sendiri sementara wanita cantik itu sesekali melirik Jenna dengan sudut matanya. Timbul rasa iri di benak wanita itu, meski pakaian yang Jenna kenakan terbilang sederhana tetapi otot lengan Jenna terlihat begitu jelas.

Ting!

Pintu lift terbuka, Jenna melangkahkan kakinya menuju kamar yang letaknya sudah diberi tahu oleh Sarah tadi. Saking asiknya Jenna dengan pikirannya, dia tidak menyadari bahwa wanita cantik yang naik bersamanya tadi tengah mengikuti langkahnya dari belakang.

Tok...Tok...Tok...

Aiden baru saja selesai melakukan ritual mandinya dan masih menggunakan sehelai handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya ketika dia mendengar suara ketukan dipintu kamarnya, pria bertubuh atletis itu bergegas menuju pintu kamar dan membukanya.

" Selamat malam tuan Aiden " Sapa Jenna.

Aiden tidak menjawab sapaan ramah Jenna, dia bahkan tidak melihat ke arah Jenna. Pandangan dinginnya tertuju pada seseorang yang tengah berdiri dibelakang tubuh Jenna, gadis itu langsung menengok ke arah belakang tubuhnya.

" Apa yang kau lakukan disini Lita ?" Tanya Aiden dingin, kepada wanita yang masih berdiri dibelakang gadis itu.

" Aku ingin mengajakmu untuk makan malam bersama sayang " Jawab Lita manja.

Saat Lita melangkahkan kakinya mendekati Aiden, pria itu malah menarik tubuh gadis yang masih belum mengerti dengan adegan yang sedang terjadi dihadapannya kedalam pelukannya.

" Hup....Eh..." Jenna ditarik kedalam pelukan Aiden hingga wajahnya berada tepat diantara dada bidang pria itu, Jenna menelan salivanya dengan susah payah ketika indera penciumannya tanpa sengaja mencium wangi tubuh Aiden.

" Aku sudah ada janji dengannya " Ucap Aiden,kali ini nada suaranya tidak sedingin sebelumnya.

" Tidak mungkin Aiden! Aku tahu kau hanya memanfaatkan dia saja kan? Dia hanya seorang pengantar makanan!" Seketika amarah Lolita pecah dan mencoba untuk menarik Jenna dari pelukan Aiden, tetapi salah satu tangan Aiden menepisnya dengan cepat.

Jenna berusaha untuk melepaskan tangan Aiden dari tubuhnya, tetapi laki-laki itu malah semakin mengeratkan pelukannya seakan dia memberi tahu Jenna untuk diam dan ikuti saja sandiwara nya.

" Jangan sentuh dia Lolita!" Aiden menajamkan sorot matanya, bahkan Jenna bisa melihat otot leher pria itu saat dia tengah menahan amarahnya.

Deg!

Seperti petir disiang bolong saat mendengarkan Aiden menyebutkan namanya, sedingin-dingin nya Aiden dia tidak pernah menyebut nama lengkapnya dan selalu menyebut nama kecilnya.

Apa ini artinya gadis itu benar-benar kekasih Aiden? Dan Aiden sengaja datang ke kota ini untuk menemui nya?

" Aku tidak percaya ini Aiden! Kau adalah milikku...Orang tua kita..."

" Hentikan Lolita, ingat...Hanya orang tua mu! Orang tuaku tidak pernah memutuskan apapun untukku!"

" Tu...eh... Aiden..." Panggil Jenna. Jenna sudah tidak nyaman berada didalam pelukan Aiden, lengan kekar laki-laki itu semakin erat memeluk tubuhnya hingga dia sedikit kesusahan untuk bernafas.

Mendengar suara lirih Jenna, Aiden mendekatkan telinganya ke wajah gadis itu.

"I can't breath..." Bisiknya.

Entah mengapa bulu-bulu halus disekujur tubuh Aiden berdiri seketika, ketika mendengar suara Jenna yang lebih mirip dengan suara ******* ditelinga Aiden itu.

Secepat kilat Aiden mengurai pelukannya.

"Maafkan aku sayang..." Senyuman manis tergambar jelas diwajahnya.

Melihat adegan itu amarah Lolita semakin memuncak, wanita itu merebut paksa coklat yang masih ada dalam genggaman tangan Jenna lalu melemparkan nya sembarang hingga membuat isi kotak itu tercerai dimana-mana.

Secepat kilat Jenna membalikkan tubuhnya lalu melayangkan sebuah tamparan keras diwajah cantik wanita yang ada dihadapannya saat ini. Jika hanya dirinya saja yang direndahkan dia bisa dengan mudah untuk bersikap tak acuh, tetapi coklatnya ini adalah sebuah maha karya yang dia buat dengan penuh cinta. Maka tidak mudah baginya untuk mendiamkan perilaku Lolita begitu saja.

" Kau...! Berani-beraninya kamu! " Lolita memegangi pipinya yang terasa begitu panas akibat tamparan keras Jenna.

" Aiden mengapa kamu diam saja hah!" Lanjutnya.

Aiden bukan diam saja, dia masih syok melihat adegan didepannya saat ini.

" Itu tamparan ringan untuk ke kurang ajaran mu nona!" Jenna menatap tajam kearah Lolita.

" Pergilah Lolita, aku tidak bisa memaafkan mu untuk hal ini "

Aiden kembali meraih pinggang ramping Jenna dan mendorong tubuh Lolita pelan, lalu menutup pintu kamar nya.

.

.

.

To be continued 😉

Hai kakak-kakak terimakasih udah meninggalkan jejak kalian disini yah 😘

Happy reading 🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!