"Tentu saja aku tidak mengharapkan anak sepertimu! Yang bisanya hanya menyusahkan saja, bisa tidak sehari saja kau tidak membuat masalah! Aku sudah muak mengurus semua masalahmu, kau ini sudah dewasa, sudah sepatutnya mencari uang sendiri dan keluar dari rumah ini!" oceh seorang wanita paruh baya kepada gadis seumuran 19 tahun tersebut dengan suara melengking tinggi.
Gadis tersebut mendongakkan kepalanya yang semula menunduk, terlihat jika wajahnya dipenuhi dengan jejak air mata. "A-aku, aku tidak melakukan kesalahan apapun Bu. Aku bersumpah demi nama Ayah," ujar gadis tersebut sambil sesekali terisak.
"Hei berani sekali kau bersumpah atas nama suamiku!" murka bu Meisha kepada anak perempuan pertamanya tersebut.
Gadis yang semula ketakutan, kini entah kenapa dia berani bangkit dari tempat duduknya dan menatap marah kepada Ibunya.
"Ibu orangtua yang pilih kasih! Kenapa aku yang harus disalahkan terus? Kenapa aku yang selalu menjadi sasaran kemarahan kalian? Ayah! Ayah gak pernah seperti ini padaku!" teriak gadis tersebut penuh dengan amarah yang memuncak karena dia tidak bisa menahan lagi amarahnya yang terpendam.
Satu tamparan keras mendarat halus dipipi gadis tersebut. "Kamu! Anak tak tahu diri, berani sekali membentak Ibumu!" geram bu Meisha.
"Ibu yang bikin aku seperti ini! Ingat itu bu," kata gadis tersebut melangkah pergi dari hadapan Ibunya dan berlari keluar dari rumah.
"Hei bodoh! Mau kemana kau, kembali kesini. Shina!" teriak bu Meisha. Namun tak digubris oleh gadis tersebut.
Ashina Seraphine, biasa dipanggil Ashina oleh orang-orang. Gadis yang beranjak dewasa dengan keadaan yang ditindas oleh Ibunya.
Ashina perempuan yang dipaksa dewasa semenjak Ayahnya meninggal 2 tahun yang lalu saat dirinya berusia 17 tahun. Sikap Ibunya yang dulu sangat menyayanginya, kini berubah menjadi wanita tempramental yang sesekali melampiaskan amarahnya kepada Ashina.
Ashina sendiri adalah anak pertama dari 2 bersaudara, adiknya sama-sama perempuan. Namun perlakuannya lah yang berbeda, walaupun Ayahnya sudah meninggal tetapi kasih sayang Ibunya untuk adik Ashina masih tetap sama.
Berbeda dengannya, yang harus dipaksa bekerja agar bisa mencukupi kebutuhan makanan keluarga. Ibunya sendiri hanya menjadi buruh serabutan yang pekerjaan apapun akan dia lakukan.
Tetapi, Ashina suka kesal dengan adik perempuannya yang manja. Salah didikkan karena Ibunya yang terlalu menuruti dan memudahkan permintaan Adella, yang kena imbasnya adalah dirinya sendiri.
2 tahun sudah berjalan begitu saja, tetapi bagi Ashina. Dirinya lebih baik mati menjemput Ayahnya daripada bertahan hidup didalam rumah yang membuatnya tertekan.
Gadis tersebut tidak berhenti berlari, sampai akhirnya dia tersesat ditengah hutan yang lebat. Dengan kondisi langit yang sudah menggelap, maka keadaan semakin mencekam dibuatnya. Suara-suara aneh mulai Ashina dengar, dimulai dari gerakkan semak-semak belukar, lolongan serigala, keleawar, burung gagak dan sejenisnya.
Karena terlalu fokus akan masalah dan air matanya, Ashina tidak sempat meliht jalan yang dia lalui saat ini. Saat tersadar, dirinya tiba-tuba sudah masuk kedalam hutan, dimana jauh dari jangkauan rumahnya yang berpenduduk padat.
Tubub gadis tersebut bergetar ketakutan, dirinya bingung serta cemas akan keadaannya sekarang. "Kau dimana," beo Ashina dengan suara pelannya.
Menggigit kuku-kukunya, untung saja Ashina memakai sweater. Ya walaupun angin malam masih bisa menembus kulit pucat Ashina, tetapi itu cukup membantu mengurangi sedikit dinginnya malam.
Matanya menyapu seluruh keadaan hutan tersebut, sesekali kelelawar bertebrangan diatas kepala Ashina. "Siapapun yang ada disini tolong aku!" teriak Ashina berharap ada yang mendengarkan suaranya didalam hutan.
Sunyi, hanya itu yang Ashina rasakan. Tidak ada tanda-tanda orang yang ingin menyelamatkannya, kembali isak tangis Ashina keluar.
"Ibu, tolong Ashina untuk yang terakhir kalinya. Tolong Ashina keluar dari sini, Ashina berjanji! Ashina akan bekerja dan tidak melakukan kesalahan lagi walaupun itu bukan Ashina ya salah, tolong aku..." lirih Ashina diakhir kalimatnya.
Berharap sang Ibulah yang datang, namun semak-semak belukar didepan mata Ashina bergerak dengan cukup kencang. Membuat gadis tersebut memundurkan beberapa langkah dan menabrak pohon dibelakangnya.
"Pergi! Aku bilang pergi! Aku tidak salah, hiks.." isak gadis tersebut.
Perlahan sosok serigala besar keluar dari semak tersebut. Seolah tengah tersenyum karena menemukan mangsa dimalam hari ini, tanpa perlu susah payah mencarinya. Ashina yang melihat tubuh besar serigala tersebut semakin gemetar, dia bingung apa yang harus dilakukannya saat ini.
"Tolong jangan makan aku, biarkan aku pergi." Pinta Ashina kepada serigala tersebut, berharap hewan didepannya ini mengerti bahasa manusia.
Bukannya berhenti, serigala tersebut semakin berjalan mendekat kearah Ashina yang sudah meringkukkan tubuhnya. Tangisnya semakin pecah, namun matanya tidak pernah lepas dari pandangan serigala hitam didepannya ini.
Serigala tersebut mengeluarkan taringnya, kuku-kuku yang tajam pun ikut bermunculan. Seolah tengah mencari ancang-ancang untuk menerka gadis didepannya ini. Ashina berteriak kencang sebelum hilangnya kesadaran menjemput dia.
Gelap, hampa dan kosong. Itulah yang Ashina rasakan saat kedua matanya terbuka karena sorotan sinar mentari yang menusuk kelopak matanya yang masih menutup.
Pelan-pelan mata tersebut terbuka. Sebuah erangan kecil keluar dari mulut gadis tersebut, kepalanya sedikit pusing. Matanya mengedar keseluruh ruangan yang menurutnya sangat asing dia lihat.
"Aku dimana?" tanya Ashina entah pada siapa.
Tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka, menampakkan sosok perempun yang menurut Ashina sangatlah cantik, perempuan tersebut mendorong sebuah troli yang berisikan hidangan makanan.
"Permisi nona, saya bawakan makanan untukmu. Alpha bilang kau harus segera makan jika sudah sadar," ucap perempuan tersebut dengan ramahnya.
"Kau siapa?" tanya Ashina bingung.
"Saya Laurent, kau bisa memanggilku dengan sebutan omega." Jawab perempuan bernama Laurent tersebut.
"Mengapa kau disebut omega? Namamu sudah cukup bagus." Kata Ashina.
"Itu sudah menjadi nama saya semenjak saya bekerja disini," jawab Laurent dengan masih tersenyum.
"Bolehkah aku bertanya lagi?" ucap Ashina seolah meminta izin, laurent tersenyum lalu mengangguk. "Aku berada dimana sekarang? Seingatku tadi malam aku berada disebuah hutan yang menyeramkan." Kata Ashina lagi.
"Kau sedang berada disebuah pack. Biasa dipanggil Moon Stone Pack." Ucap Laurent.
Ashina mengangkat sebelah alisnya bingung. "Apakah utu sebuah kota?" tanya nya polos.
"Bisa dibilang seperti itu, tetapi kami sering memanggilnya dengan sebutan Pack. Maaf nona saya harus mengundurkan diri karena pekerjaan saya masih terlalu banyak. Silahkan dimakan," ujar Laurent lalu melangkah pergi buru-buru dan menutup kembalu pintu ruangan tersebut.
"Tungg---" belum sempat selesai bicara, Laurent sudah menghilang dari balik pintu.
"Pack? Nama itu seperti tidak asing, apa katanya Moon Stone Pack? Nama yang aneh. Tapi, ruangan ini cukup mewah dan luas, apalagi makanan ini sepertinya makanan orang kaya." Kata Ashina berkata sendiri.
Gadis tersebut masih kebingungan dengan keberadannya sekarang dan apa yang terjadi tadi malam? Bukankah seekor serigala ingin menerkam tubuhnya? Lalu mengapa dia selamat?
*°TO BE CONTINUE°
**Hi guys, akhirnya bikin sequel/season 2 MY MATE😍 semoga gak kalah seru sama cerita yang pertama🤗 semoga kalian mendukung ceritaku lagi lafyu😚 oke guys jangan lupa kasih like vote dan comment biar author semangat buat update cerita😁
Maaf kalo ada typo juga hehehe
See you next part🐺***
Sebuah pack yang dimana memiliki pemimpin baru didalamnya. Moon Stone Pack nama Pack tersebut, dikenal dengan Pack yang paling ganas dan kejam, warrior nya sering dilatih bergulat agar mentalnya semakin kuat.
Alpha baru yang menggantikan sosok orangtuanya itu tak kalah bringasnya dengan kedudukkan sang Ayah waktu dulu.
Lucien Malvis Anderson, biasa dipanggil Lucien. Sosok pengganti jabatan Ayahnya yaitu Drey Malvis Anderson, sosok lelaki yang beranjak dewasa dengan berperawakan yang dingin, keras kepala, dan kejam serta sadis.
Alpha Drey memilih mengundurkan dirinya sebagai Alpha di Moon Stone Pack karena ingin menghabiskan waktunya hanya dengan sang Istri atau pun anak-anaknya yang juga sudah beranjak dewasa, ya Luna Ashley kini semakin aktif dengan merawat kebun dibelakang Pack.
Lucien sekarang menginjak usia 27 tahun, dimana sudah sepatutnya jabatan sebagai Alpha diturunkan untuknya. Sedangkan dengan kedua adiknya yang kembar yaitu Mars dan Venus, kini beranjak usia 20 tahun. Ketiga anak Alpha Drey dan Luna Ashley sudah dewasa.
Terkadang Luna Ashley masih menganggap mereka seperti anak kecil, walaupun sekarang mereka menghabiskan waktunya dengan kuliah diluar sana.
"Lucien, ada yang ingin Daddy sampaikan padamu." Suara Drey keluar saat dirinya masuk kedalam ruangan kerja milik anaknya.
Lucien yang tengah sibuk dengan berbagai mapnya pun mendongakkan kepalanya menatap sang Ayah. "Kenapa?" tanya Lucien.
Drey berdehem dan duduk disofa ruangan tersebut, lalu berkata. "Kau sekarang sudah menjadi pemimpin dipack ini menggantikan Daddy, kau tahu. Tidak mudah mengurus pack ini sendiri, selain dibantu para Beta, Gamma, dan para warrior. Kau juga membutuhkan---" ucapan Drey terpotong saat Lucien dengan cepat memotong ucapannya.
"Aku tahu apa yang Daddy maksud, aku belum tertarik dengan itu!" jawab Lucien dengan dinginnya.
Drey menghela napasnya. "Tapi nak, kau sudah berumur 27 tahun. Sudah waktunya mencari Mate dan Luna dipack ini, para tetua sudah berkata seperti itu kepada Daddy, juga appah mu." Ujar Drey dengam frustasi. Appah yang dia maksud adalah Ayahnya Drey.
"Sudahlah Dad, jika kau kesini hanya untuk membahas tentang Mate. Aku tidak tertarik sama sekali!" kata Lucien tanpa melihat Drey.
"Terserah apa katamu! Tapi jika Mommy kamu yang turun tangan, Daddy tidak bisa membantu lagi." Ucap Drey sambil berdiri dari duduknya dan melangkah pergi dari ruangan anaknya tersebut.
Setelah pintu ruangan tertutup kembali dan menyisakan Lucien didalam sana sendiri lagi. Lelaki tersebut menghela nafasnya lelah, menyenderkan tubuhnya dikursi. Lalu tangan kananya memijat pelan pelipis yang membuatnya pusing.
Lucien perlu waktu, dia tidak ingin gegabah lagi. Cukup satu kali dan tidak boleh gagal lagi, atau mungkin dirinya sudah tidak ditakdirkan memiliki Mate pengganti?
"Aaarrgghhh!" teriak Lucien frustasi, karena suaranya yang cukup keras membuat Beta Grade anak dari Beta Alrick masuk kedalam ruangan.
"Kau baik-baik saja?" tanya Beta Grade dengan cemas.
Lucien mendongakkan kepalanya mentapa Betanya yang berdiri dihadapan dia. Lucien menggelengkan kepalanya tanda dia baik-baik saja.
"Maaf aku lancang masuk kedalam ruanganmu tanpa mengetuk terlebih dahulu, aku terlalu terkejut saat mendengar teriakanmu, Alpha." Kata Beta Grade.
"Sudah ku bilang, jangan memanggilku dengan sebutan Alpha! Kau ini temanku, kau boleh memanggilku dengan sebutan Luc!" cerca Lucien.
"Tapi, semenjak kau menjabat seorang Alpha. Ayahku bilang aku harus memanggilmu dengan sebutan Alpha." Jawab lelaki tersebut.
"Begini saja, kau memanggilku dengan nama biasa jika tidak berada diluar lingkungan," usul Lucien.
"Baiklah Alpha,"
Lucien melototkan matanya kearah Beta Grade. "Ahh maksudku Iuc." Katanya lagi sambil terkikik geli.
Suasana sedikit hening sejenak, lalu Lucien membuka suaranya. "Apa setiap werewolf mempunyai kesempatan memiliki Mate pengganti, Grade?" tanya Lucien dengan suara yang ragu.
Beta Grade menaikkan sebelah alisnya bingung. "Entahlah, mungkin saja Luc. Ibuku bilang Moon Goddess tidak akan sejahat itu tanpa mengganti Mate kita yang hilang." Jawab Beta Grade.
"Hilang katamu? Haha yang benar saja, dia tidak hilang tetapi melarikan diri dan menolak keadaan!" kata Lucien yang sekarang nampak marah mengingat kejadian tersebut.
"Apa kau belum bisa melupakan kejadian dulu, Luc?" ucap Grade dengan hati-hati.
"Aku tidak akan ada niatan sedikit pun untuk melupakan, setiap kata, gerakan dan tamparan tangannya yang mengenai pipiku ini! Suatu saat nanti aku akan membalaskan dendamku padanya!" ujar Lucien penuh keyakinan dan seolah itu adalah janjinya pada diri sendiri.
Beta Grade hanya termangu, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. "Tentu saja. Ah ya Luc, ini sudah malam waktunya untuk istirahat. Kita akan pergi nanti besok ke Silver Moon Pack untuk menengok Alpha Shawn yang melahirkan anak kedua nya." Kata Beta Grade, Lucien hanya menganggukkan kepalanya.
Tak lama Beta Grade memilih berpamitan dan kembali kerumahnya. Tentu saja Lucien juga kembali keistana Pack, makan malam juga sudah selesai. Waktunya untuk mengistirahatkan badan.
Lucien membersihkan badannya sebelum tidur. Lalu merangkak naik dikasur king size dengan dekor kamar yang klasik dan modern. Matanya terlelap seketika, mungikin karena rasa lelah karena seharian kerja tanpa istirahat.
Sang Mimpi pun menemani tidur Lucien..
"*I am Ambarita Qersytha from Red Moon Pack reject you Lucien Malvis Andreson as my mate!" ucap lantang seorang perempuan muda berwajah cantik tersebut didepan keluarga Anderson.
Keluarga Andreson yang mendengar penuturan tersebut terkejut dan tidak menyangka, jika keturunan anak lelaki pertama Drey dan Ashley harus memiliki takdir ditolak pasangannya.
Lucien tak kalah terkejutnya, wanita yang sudah dia sayang. Dia janjikan akan menjadi pendamping juga Luna dipack ini mengkhianati dirinya juga keluarga besar Andreson.
Lucien murka, "pergi dari hadapanku dan jangan menampakkan wajah bodohmu dipack ini lagi!" gertak Lucien amat murka, membuat semua yang berada diruangan tersebut nampak semakin syok dengan bentakkannya.
Tidak halnya dengan perempuan dihadapan Lucien itu, dia yang dengan bangga sudah mereject Matenya yang seorang Alpha baru di Moon Stone Pack itu. "Aku juga tidak ingin bertemu denganmu!" kata gadis tersebut dengan senyuman miring.
"Beta Grade, bawa wanita ini keluar dari istana!" perintah Lucien dengan tegas dan aura dinginnya.
Beta Grade dan beberapa pengawal membawa wanita tersebut keluar dari istana tersebut.
"Kau lelaki yang bodoh! Aku senang tidak memilih menjadi Matemu kelak! Aku bangga sudah menolakmu, hahaha." Ucap wanita tersebut saat diseret keluar. Tawanya membuat semua yang berada diruangan terdiam.
"I am Ambarita Qersytha from Red Moon Pack rejectd you Lucien Malvis Andreson as my mate*!"
"Aakkhh!"
Lucien berteriak saat mimpi tersebut kembali muncul, peluh keringat yang membasahi kaos serta pelipis wajah Lucien membuatnya semakin dendam dengan wanita tersebut.
"Aku akan membuatmu menyesal!" tekadnya sebelum beranjak masuk kedalam walk in closet.
*°TO BE CONTINUE°
**Hi guys semoga suka hehe, jangan lupa kasih like vote dan comment biar author semangat up nya❤️❤️
See you next part🐺***
Mentari pagi sudah menggantikan posisi bulan hari ini, cahaya mentari begitu cerah ditambah dengan awan-awan yang menggantung dilangit biru. Di Moon Stone Pack disibukkan dengan kegiatan masing-masing, bertarung, menjaga, mengobrol, memasak dan sebagainya.
Disisi lain, Lucien tengah menyantap sarapannya bersama keluarga. "Bagaimana Luc?" sahut Luna Ashley kepada anak lelaki pertamanya tersebut.
"Enak Mom." Jawab Lucien.
Terdengar jika Luna Ashley berdecak membuat Lucien melirik kearah Ibunya. "Bukan itu yang Mommy maksud," kata Luna Ashley.
"Mom bilang, apakah kak Luc sudah punya Mate pengganti?" ujar Venus adik perempuannya.
Kali ini Lucien memberhentikan makananya dan menaruh sendok serta garpu dipiring. "Aku tidak ingin memikirkan hal itu saat ini." Ucap Lucien dengan dinginnya.
"Aku tidak terlalu menyuruhmu untuk fokus kepada perusahaan keluarga Luc. Jika mau, Daddy akan menggantikan mu sementara dan kamu mencari Mate lagi," sahut Alpha Drey dengan suara khasnya.
Luna Ashley mengangguk setuju. "Benar apa yang Daddy mu katakan Luc, Mommy tahu jika sampai sekarang Mommy masih menganggap kalian masih anak kecil bagi kami orangtua kalian. Tapi umurmu sudah pantas untuk mendapatkan seorang Mate Lucien." Kata Luna Ashley dengan mata berkaca-kaca.
Alpha Drey berusaha menenangkan Istrinya, sedangkan Mars dan Venus melihat haru kepada Ibunya tersebut. Lucien menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya secara cepat.
"Baiklah, akan aku usahakan," katanya sambil bangkit dari tempat duduknya, dan menghampiri Luna Ashley. "Aku sudah selesai makan, aku berangkat dulu Mom, tidak usah menangis." Lanjutnya sambil mencium pucuk kepala Ibunya.
Hal itu membuat Alpha Drey mendelikkan matanya marah kepada anak lelakinya. Walaupun dia anak kandungnya, tetap saja Alpha Drey akan cemburu. Ingat! Tidak memandang dia siapa.
"Kau berjanji kepada Ibumu ini?" cicit Luna Ashley.
Lucien mengangguk, "aku berjanji." Jawabnya dengan yakin dan sedikit senyuman tipis.
"Hati-hati dijalan nak, aku menyayangimu." Kata Luna Ashley.
Lelaki tersebut terseyum tipis. "Aku pergi dulu Dad tidak usah cemburu seperti itu. Mars, Venus kakak berangkat. Mungkin aku akan pulang sedikit malam." Ujar Lucien sambil melangkah pergi menjauh dari meja makan menuju pintu utama.
"Bye kak, hati-hati." Teriak Mars dan Venus bersamaan.
Sedangkan Alpha Drey sedang menahan amarahnya agar tak terbawa kesal. "Dad, kau baik-baik saja?" tanya Venus anak perempuan satu-satunya.
Alpha Drey seperti ikan yang hidup didaratan. Gelagapan dicyduk seperti itu kepada anaknya. "A-aah ya, tentu saja," jawab Alpha Drey tergagap.
Seketika Luna Ashley, Mars dan Venus tertawa bersama melihat wajah seperti orang bodoh yang ditunjukkan Alpha Drey saat ini.
"Kenapa kalian tertawa?" tanya Alpha Drey pura-pura kesal dan memberengut.
"Dengan anak sendiri kau cemburu? Aneh." Kata Luna Ashley sambil terkikik geli.
"Ayolah, tentu saja aku cemburu. Itu artinya aku menyayangimu, Sweetheart." Ujar Alpha Drey.
Sedangkan Mars dan Venus memutar bola matanya malas. Ayahnya ini seperti raja drama dirumah, setiap hari mereka melihat kecemburuan dimata Ayahnya. Terlalu posesif.
"Drama dipagi hari! Ayo Ven, kita berangkat kuliah sekarang. Lama-lama mata kakak akan sakit melihat mantan Alpha Moon Stone Pack terlalu posesif dengan mantan Luna Moon Stone Pack." Ucap Mars sambil berdiri bangkit dan memegang tangan sang adik kembarnya.
"Benar kak, ayo pergi." Sahut Venus ikut berdiri.
"Ck, kalian ini anak siapa." Kesal Alpha Drey.
"Anak Daddy dan Mommy, kami pergi dulu. Bye Mom, Dad." Ujar mereka serempak.
Luna Ashley tersenyum geli, tak kecuali Alpha Drey yang berdecak kesal. "Hati-hati sayang." Ucap Luna Ashley.
Mereka mengangguk, Venus mengecup pipi kanan dan kiri Luna Ashley. Begitu pun kepada Alpha Drey, saat giliran Mars akan melakukan hal yang sama kepada Luna Ashley. Tangan Alpha Drey sudah memukul keras lengan Mars.
"Jangan cari gara-gara dengan mantan Alpha." Gertak Alpha Drey dengan nada yang dingin.
Mars meringis kesakitan dan memegangi lengannya yang terkena pukulan Ayahnya. "Dasar jahat!" sinis Mars.
"Drey, kau tidak boleh seperti itu kepada anakmu sendiri." Tegur Alpha Ashley kepada suaminya.
"Tapi Shey, ah sudahlah. Kalian kapan berangkatnya, nanti telat!" kata Alpha Drey seolah mengusir kedua anak nya tersebut yang terbilang kompak untuk menjahili dirinya.
Tanpa berkata lagi, Mars dan Venus melangkah pergi dari meja makan. Tinggallah Alpha Drey dan Luna Ashley sekarang.
"Aku sudah tidak nafsu makan." Ucap tiba-tiba Alpha Drey sambil dengan wajah yang kesal.
"Kenapa?"
"Aku ingin memakanmu sekarang," katanya lagi sambil dengan seringaian misterius, lalu hal sepasang suami-istri pun terjadi.
Disisi lain tepatnya dimana Lucien berada, dirinya yang tengah sibuk dengan urusan kerja dan para klien nya kini nampak berfikir keras menyelesaikan.
Karena pikirannya bercabang antara ucapan Ibunya tadi pagi dengan pekerjaan kantor. "Argh! Persetan dengan semua ini!" marah Lucien sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.
Lelaki tersebut meminta Beta Drage untuk membantunya, dan dia bisa beristirahat sejenak karena tadi malam dia tidak bisa tidur karena mimpi mengerikan kembali menghantuinya.
Tak terasa, Lucien tidur begitu pulas dan cukup lama. Terlihat dari langit yang sudah berganti menjadi warna jingga, mata keemasan Lucien terbuka sempurna. Lalu mendudukkan tubuhnya sembari meregangkan otot-otot.
"Kita pulang saja, besok dilanjutkan." Sahut Lucien saat melihat Beta Drage masih berkutat dengan pekerjaan.
Beta Drage mengangguk patuh, lalu membereskan berkas-berkas dan memasukkannya kembali ketempat semula. Mobil mereka melaju masuk kedalam hutan, sinar bulan terlihat remang-remang karena tertutup pohon yang tinggi.
Ditengah perjalanan, mereka mendengar suara teriakan dan juga lolongan Rogue liar. Seketika mobil disuruh berhenti oleh Lucien.
"Apa kau mendengar teriakan seseorang meminta tolong?" tanya Lucien kepada Beta Drage.
"Kau benar Alpha, aku juga mendengarnya." Jawab Beta Drage.
Setelahnya Lucien langsung turun dari mobil dan berlari kearah suara teriakan tersebut. "Alpha Lucien, kau ingin kemana?" teriak Beta Drage saat melihat Lucien berlari menjauh dari mobil.
Teriakan Beta Drage tak digubris oleh Lucien yang terus berlari kearah teriakan seseorang. Hingga akhirnya lelaki tersebut melihat seekor Rogue yang tengah mengepung seorang gadis yang meringkuk ketakutan dengan mata yang tertutup.
Saat Rogue tersebut ingin menerjang tubuh gadis itu, Lucien langsung berganti shift dengan serigalanya yang bernama Zerky. Serigala Lucien atau yang kita sebut Zerky menepis tubuh Rogue tersebut dari tubuh gadis yang ingin diserangnya.
Seketika kebrutalan dua serigala beradu disana. Gadis tersebut tak ingin membuka matanya, sedangkan serigala Zerky berhasil mengalahkan Rogue liar tersebut.
Setelah dirasa Rogue tersebut sudah mati, serigala Zerky menghampiri gadis malang yang hampir mati diterkam Rogue. Shift langsung berganti, kini Lucien sudah menjadi manusia lagi.
Dia mengecek keadaan gadis tersebut. Pingsan! Dia buru-buru mengangkat tubuh gadis malang tersebut kearah mobilnya.
Beta Grade terkejut saat Alpha nya kembali datang membawa seorang gadis digendongannya.
"Siapa dia Alpha?" tanya Beta Grade.
"Kau tidak usah banyak tanya, ayo jalan. Dia pingsan." Kata Lucien dengan nada yang memerintah.
Beta Grade hanya mengangguk saja dan kembali melajukan mobil mereka menuju Moon Stone Pack.
*°TO BE CONTINUE°
**Hi guys, semoga suka 😁 jangan lupa kasih like vote dan comment biar author semangat buat up nya❤️🤗 kalo ada typo ditegur aja, kritik dan saran kalian aku terima kok😁
See you next part🐺***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!