NovelToon NovelToon

Berbagi Cinta : Aku Dipaksa Menikah Demi Uang

Bab 1

Pagi itu, Leon sedang sarapan bersama orangtua dan istrinya.

Tiba-tiba mamanya Leon Lagi-Lagi membicarakan tentang seorang cucu.

Ini bukan kali pertama orang tuanya Leon terutama mamanya membahas tentang cucu pada mereka.

"Nak, kapan kalian akan punya anak?" tanya mamanya leon sedikit mendesak.

"Itu.. kami tidak perlu terburu-buru untuk punya anak. kami masih ingin menghabiskan masa-masa kami berdua." jawab Leon

"Tapi nak, Mau sampai kapan? mama dan papa semakin Tua, kamu adalah anak satu-satu nya, keluarga kita butuh pewaris untuk meneruskan bisnis keluarga."

"Iya ma aku tau, mama sudah berkali-kali membahas ini"

"Terus kapan kalian berencana punya anak? kalian sudah mempertimbangkan nya kan? atau ada masalah dengan kesehatan kalian?"

"Enggak ko ma, kami sudah Cek tidak ada masalah dengan kesehatan kami"

Hati aluna terasa teriris mendengar omongan mertuanya.

Dia pun berkata, "mungkin saja sekarang belum waktunya ma, aku akan berusaha yg terbaik untuk memberikan pewaris keluarga ini"

"Baiklah mama kasih kalian waktu 3 bulan, Kalau aluna Gak hamil juga, aluna harus mengizinkan kamu menikah lagi dengan wanita Lain."

"Ma.. kamu keterlaluan, bagaimana dengan prasaan aluna?" sambung papanya Leon agak kesal.

"Mama juga terpaksa, percuma bisnis kita maju tapi Gak punya pewaris. mama juga ingin segera nimang cucu"

"Tapi kamu Gak perlu sekeras itu sama mereka"

"Terserahlah, mama sudah selesai." Sambil berlalu pergi.

"Aluna, jangan terlalu dipikirkan apa yg mamamu bilang tadi"

"iya pa."

"Papa sudah selesai makan, papa pergi ke kantor Dulu ya. assalamu'alaikum?"

"waalaikum salam" jawab aluna dan Leon serempak.

"Sepertinya mama tidak main-main dengan ucapannya"

"Sudahlah, Jgn terlalu dipikirkan akhir-akhir ini mama memang agak sensitif" (sambil mengusap lembut kepala aluna).

Namun aluna terlihat cemas, karna sebenarnya yg membuat dia tidak bisa punya anak adalah karna dia mempunyai penyakit jantung stadium 4.

Selama ini, dia bisa beraktivitas berkat pengobatan rutin, alat bantu pernafasan, diet makanan, mengontrol pola makan dan lain-lain.

Bahkan aluna tidak bisa beraktivitas dengan bebas, dokter menyarankan aluna untuk tidak hamil karna itu sangat beresiko untuk hidupnya.

Tidak ada yg tau tentang penyakitnya aluna, dia sengaja tidak memberitahu suami dan mertuanya karna takut mereka hawatir.

Aluna sangat sedih dengan kondisinya, bukan hanya mertua nya saja, dia tau sebenarnya suaminya juga sangat menginginkan seorang anak.

Aluna sudah berkali-kali bolak balik ke rumah sakit untuk konsultasi Pada dokter pribadi keluarga suaminya.

Kalau sebenarnya dia ingin hamil tapi dokter keluarga mereka menolak, karna resikonya sangat tinggi bagi penderita penyakit jantung stadium4 untuk hamil.

Kecuali aluna bersedia oprasi transplantasi jantung terlebih dahulu.

Tentunya itu juga tidak Mudah, harus mendapat pendonor yg tepat, golongan darah harus sesuai, dan ukuran jantung harus pas dengan si penerima donor jantung.

Tiga bulan berlalu, aluna sudah hampir putus asa dengan usaha nya.

Antara dia Harus mempertaruhkan hidup dan matinya, atau mengizinkan suaminya untuk menikah lagi.

"Haruskah aku merelakan suami yg sangat aku cintai untuk menikah Lagi?" gumam aluna dalam keputusasaannya.

Setelah memikirkan banyak pertimbangan, aluna pergi menemui mama mertuanya.

Saat itu mama mertua aluna sedang berada dikamarnya.

"Ma, aku bersedia jika suamiku harus menikah lagi." ucap aluna lirih.

"Kamu serius?"

"Iya ma."

"Bagaimana kamu akan meyakinkan leon?"

"Nanti aku akan membujuknya"

"Baiklah, jika kamu tidak bisa memberikan seorang anak untuk Leon terpaksa kamu Harus merelakannya, Demi pewaris keluarga ini"

"Tapi ma, aku punya satu syarat !"

"Syarat apa?"

"Izinkan aku yang mencarikan calon mempelai wanitanya"

"Kenapa? apa kamu tidak percaya sama mama?"

"Bukan begitu ma.." aluna menundukan kepala.

Mama mertua aluna adalah orang yang baik, namun dia orang yang sangat tegas.

"Baiklah, mama serahkan padamu tapi gadis itu harus gadis yang sederajat dengan kita."

Aluna mengangguk dan kembali ke kamarnya. dia menghela nafas, "hhhaaahhhh.. dimana aku mencari gadis yang baik namun tidak rapuh? cerdas dan juga tangguh?" keluh aluna pada dirinya sendiri.

Pagi hari.

Seperti biasa aluna sarapan bersama keluarga suaminya, kali ini mama mertuanya aluna tidak mengucapkan sepatah katapun sampai selesai sarapan.

"Tumben pagi ini mama tidak mengomel tentang cucu?" Gumam Leon.

Selama sarapan aluna juga tidak bicara apa pun, dia masih memikirkan dimana dia harus mencari calon pengantin untuk suaminya.

Selesai sarapan leon pamit untuk pergi ke kantor.

Setelah leon pergi, aluna keluar untuk menenangkan diri.

Ketika dia melewati restoran kecil, dia melihat seorang gadis kira-kira berumur 21 tahun sedang dimarahi oleh seorang perempuan hampir paruh baya.

Aluna menghampiri mereka untuk mencoba menghentikannya.

"Hentikan! kenapa bibi Memarahinya?"

"Dia tidak tau diri, sudah numpang hidup, sekarang dia malah perhitungan denganku."

"Bukannya begitu bi, aku membutuhkan uang ini untuk tambahan biaya pengobatan ayah."

Hari ini anindira gajian, karna dia berhutang pada bibinya yang bernama gena, gena selalu mengambil gaji nya setiap bulan.

"Dasar tidak tau terimakasih, padahal aku yg sudah membantu biaya pengobatan ayahmu. gara-gara kalian, keluargaku sekarang berada dalam kesulitan."

"Bukankah bibi selalu mengambil gaji ku setiap bulan? seharusnya itu sudah bisa mengurangi hutang kami."

"Kamu pikir gaji mu di restoran kecil itu berapa? Meskipun kamu bekerja bertahun-tahun sekalipun itu tidak akan cukup untuk membayar semua hutang-hutangmu." menjambak rambutnya anindira.

"Sudah... hentikan, memang nya dia berhutang berapa pada bibi?"

"20 juta.. dia berhutang 20 juta padaku, belum lagi biaya mereka tinggal di rumahku."

Aluna merogoh dompetnya dan memberikan sejumlah uang pada gena.

"Ini... ini uang 4 juta, uang ini memang tidak bisa melunasi hutang nya, tapi setidaknya itu bisa meringankan hutangnya pada bibi, Jangan menyiksanya Lagi, lepaskan dia."

Gena melepaskan anindira dan mengambil uangnya.

"Kamu siapa? Kenapa kamu mau memberiku uang demi gadis tak tau diri seperti dia?"

"Aku aluna, aku tinggal disekitar sini apa gadis itu keponakanm? "

"Anggap saja iya."

"Kenapa bibi begitu membencinya?"

"Karna dia dan orang tuanya adalah beban keluarga."

Aluna sangat terkejut mendengar ucapan bibinya anindira.

"Hari ini kamu selamat berkat dia , tapi tidak untuk Lain kali, bocah sialan." hardik gena sambil pergi membawa uang dari aluna.

"Kenapa kamu membantu ku?" tanya anindira

"Hmmh... Aku tidak tega melihat kamu di perlakukan seperti itu oleh bibi mu"

"Apa kamu sedang mengasihani ku?"

"Tidak.. bukan seperti itu..."

"Tapi terimakasih untuk bantuan mu mba, tentang uang itu aku akan menggantinya lain kali"

"Kamu tidak perlu menggantinya.."

Anindira tidak memperdulikan ucapan aluna dia terus berbicara, "meskipun gaji ku tidak seberapa, aku akan berusaha menyicilnya. sekarang aku harus kembali bekerja, terimakasih banyak." anindira langsung pergi.

Bab 2

Aluna dibuat bengong olehnya.

tiba-tiba terlintas dalam pikiran aluna bahwa sepertinya anindira gadis yg tepat untuk suaminya.

Malam hari.

Leon baru pulang dari kantor, aluna menyambut nya dengan mencium tangan leon, dan mengambil tas yang di pegang oleh leon.

Dia mencoba berbicara pada leon." mas, ada yg ingin aku bicarakan padamu."

"Tentang apa by?" (baby, panggilan kesanyangan Leon untuk aluna.)

"Sebenarnya, aku sudah menyetujui keputusan mamah untuk mengizinkanmu menikah Lagi"

" Apa?! kenapa kamu mengambil keputusan tanpa persetujuan dariku."

Amarah leon meledak-ledak setelah mendengar ungkapan aluna, tidak pernah sekalipun dia membayangkan akan menikah lagi dengan wanita lain.

"Mas, ini demi keluarga kita. Demi mamah dan papah, keluarga ini harus punya pewaris. aku tau kamu juga menginginkannya."

"Aku tidak pernah sekalipun berpikir untuk menikah lagi."

"Tapi mas .."

Leon tidak memberi aluna kesempatan untuk berbicara lagi.

Dia pergi meninggalkan aluna dalam keadaan sangat marah.

"Haaaaahhh.. Bagaimana caranya aku memberitahumu mas, aku tidak bisa memberikanmu seorang anak."

Leon masuk kamar dan berganti pakaian lalu tidur membelakangi aluna.

Aluna tidak berani untuk mengganggunya lagi, " mungkin Lain kali saja aku bicara lagi pada nya." Ucap aluna dalam hati.

Sudah dua hari semenjak Leon kesal pada aluna, leon tidak banyak bicara padanya.

Dia merasa kepercayaan aluna terhadap cintanya sudah pudar.

"Apa kamu masih marah padaku?" Rengek aluna sambil memeluk leon.

"Aku hanya merasa kesal"

"Itu tidak adil, harusnya aku yg marah dan kesal"

"Lalu kenapa kamu menyetujuinya?" sambil memegang pundak aluna.

"Aku tidak punya pilihan mas, maafkan aku. Aku mohon, kamu harus mau menikah lagi" sambil menangis.

"Aku tidak bisa, aku sangat mencintaimu"

"Karna itu, kamu harus setuju. Aku tau kamu juga menginginkan seorang penerus begitupun aku."

"Sebagai seorang istri aku merasa gagal, hatiku sakit karna tidak bisa memberimu keturunan."

"Kita msih punya banyak waktu untuk mempunyai anak, mungkin karna aku terlalu sibuk bekerja, makannya kita..."

Leon belum sempat meneruskan perkataannya.

"Masalahnya tidak sesederhana itu mas."

"Kenapa? Bukankah tidak ada masalah dengan hasil pemeriksaannya? Dokter bilang kita berdua sehat. "

Aluna memalingkan wajahnya, kesedihannya semakin mendalam.

"Ada apa? Kenapa kamu memalingkan wajah?"

Aluna menarik nafas dan mengusap air matanya, "tidak, tidak papa. Kalau memang kamu sangat mencintaiku pertimbangkanlah baik-baik tentang ini, ini adalah permintaanku."

Sambil mengusap Pipi suaminya kemudian pergi tidur.

Leon duduk disamping aluna sambil menghela nafas, "Hhhaahh.. Selamat tidur by sambil mengecup kening istrinya itu."

Keesokan paginya.

Setelah sarapan selesai, aluna termenung di meja makan.

"By, ada apa?"

"Jadi bagaimana keputusan mu mas?"

"Mmhh.. Tentang masalah anak bagaimana kalau kita adopsi saja? itu bukan Hal yang buruk kan?" Leon mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Tapi semua menginginkan keturunanmu, darah daging mu, aku pun begitu"

"Kenapa kamu bersikeras? apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?"

"Aku sangat mencintaimu makanya aku ingin memberikanmu seorang anak"

"Tapi tidak dengan anak dari wanita Lain, aku ingin anak darimu, anak kita."

"Bagaimana kalau aku tetap tidak bisa memberikanmu seorang anak"

"Tidak apa-apa, masih banyak waktu, aku akan melakukan apa pun yang aku bisa supaya kita punya anak."

"Kalau masih tidak bisa juga?" ucap aluna sambil menangis.

"Satu-satunya cara kamu harus menikah lagi" tiba-tiba mamanya leon ikut bicara.

"Ma.."

"Leon, keputusan mama sudah bulat.. kalau kamu tidak setuju kamu harus menceraikan aluna"

Leon dan aluna sangat terkejut mendengar perkataan mama nya.

"Ma ini tidak adil, leon dan aluna saling mencintai bagaimana mungkin mama bisa sekejam itu"

"Keputusan mama tidak bisa di ganggu gugat, ceraikan aluna atau menikah Lagi?"

Tegas mama nya leon sambil menaruh surat cerai di atas meja.

"Mama kasih waktu sampai besok, aluna ikut mamah"

Aluna mengikutinya.

Leon kelihatan kesal dan bingung.

"Aluna duduk lah." mama nya leon mengajak aluna duduk di samping nya.

"Ada apa ma?"

"Bagaimana, apa kamu sudah menemukan calon mempelai wanitanya?"

"Iya mah" Ucap aluna sedih, dia tidak bisa mengelak bahwa hatinya sangat berat untuk melepas orang yg sangat dia cintai akan menikahi wanita lain.

"Benarkah? Siapa dia? bagaimana asal usulnya?"

Aluna menceritakan tentang anindira dan keluarganya yang dia ketahui pada waktu mereka pertama kali bertemu.

"Jadi dia berasal dari keluarga miskin? kamu bercanda ya? Gadis yg akan melahirkan pewaris keluarga ini, setidaknya harus orang yang berpendidikan dan mempunyai latar belakang yg mumpuni.. Bagaiman bisa kamu memilih gadis yg biasa-biasa saja."

"Tapi dia pintar, cerdas, pekerja keras, dan gadis yg baik. aku rasa dia akan melahirkan pewaris yg sangat luarbiasa."

"Bagaimana bisa kamu seyakin itu?"

"Aku yakin mah aku tidak akan salah."

"Baiklah, buktikan kalau perkataanmu itu benar.!" ucap mama mertua aluna Sambil pergi.

Mama nya leon sebenarnya sama sekali tidak ada niatan buruk pada aluna menantunya itu, bahkan dia sangat menyayangi aluna.

Namun dia selalu memikirkan yg terbaik untuk kebaikan keluarganya.

Siang hari, aluna menemui anindira di restoran kecil tempat anindira bekerja.

"Selamat siang, mau pesan apa mba..."

"Iya, aku ke sini karna ada yang ingin aku bicarakan padamu."

"Kalau mba mau membicarakan tentang uang aku akan menyicilnya bulan depan."

"Bukan, bukan masalah uang aku ingin meminta bantuan dari kamu"

"Bantuan? bantuan apa?"

Aluna pun menceritakan masalah yang dia alami, dan langsung meminta anindira untuk menikahi suaminya.

Anindira sangat terkejut, " Apa? gak bisa, aku bisa memberi bantuan apa saja pada mba selain dari itu."

"Saat ini aku benar-benar membutuhkan mu aku tidak ingin yang Lain, kamu hanya perlu memberikan kami seorang anak, aku mohon" bujuk aluna sambil berkaca-kaca.

"Tidak, tidak bisa, aku tidak bisa.. mba cari gadis lain saja." Anindira pergi meninggalkan aluna.

Aluna menangis di sana, kemudian dia teringat pada gena, dia berniat untuk meminta bantuan gena, dia berusaha mencari gena dan menanyakan rumah gena pada orang di sekitar tempat gena tinggal.

Akhirnya, dia menemukan rumahnya.

Aluna menemui gena dan menceritakan maksud dan tujuannya.

"Baiklah, tapi semua itu tidak gratis"

"Ok.. ini uang 10 juta untuk bibi, selain itu aku juga yang akan melunasi semua hutang anindira, dan biaya selama dia tinggal di rumah bibi."

"Ok, deal "

Setelah aluna pulang, sore harinya anindira pulang kerja.

"Hei kamu, kemari"

"Ada apa bi?"

"Kamu mau semua hutang mu lunas kan? dan kamu juga ingin segera menjalankan oprasi untuk ayah mu?"

"Tentu saja."

"Kalau begitu nikahi tuan muda Leon"

"Tidak, aku tidak mau."

"Nikahi dia, kalau tidak seumur hidupmu kamu akan menjadi budakku dan jangan harap ayah mu bisa selamat dari maut nya."

"Aku juga akan mengambil seluruh gaji mu, bukan itu saja dia juga akan aku buang dari rumah ini biar jadi gembel sekalian." ucap gena sambil menjambak rambut ibu nya anindira.

"Lepaskan ibuku, jangan sakiti dia.. Baiklah aku.. aku setuju, aku setuju untuk menikahi Leon."

"Besok kamu harus ikut denganku untuk menemui aluna."

"Baiklah, akan aku turuti tapi lepaskan dulu ibuku."

"Tidak akan, dia akan menjadi jaminan kalau kamu benar-benar akan menurutiku."

Bab 3

Gena membawa ibunya anindira ke kamar mandi dan menguncinya di sana.

"Bi, aku mohon berikan kuncinya kasian ibu belum makan."

"Kamu pikir aku bodoh, ini pelajaran buat kamu supaya kamu tidak membangkang."

"Aku akan menepati janjiku aku akan ikut bibi menemui mba aluna, tolong berikan kuncinya."

"Dasar anak sialan." gena mendorong anindira sampai terjatuh ke lantai dan dahi nya membentur tembok .

Meskipun dahi nya terluka dia tidak pantang menyerah dan terus memohon pada bibi nya, "kalau begitu, bibi bawa aku bertemu mba aluna sekarang, sebagai gantinya bibi harus membebaskan ibu ku, tolong.. aku mohon."

"Baiklah, sekarang juga kita berangkat."

"Tapi bibi harus janji, akan membebaskan ibu ku."

"Itu tergantung kamu patuh atau tidak."

"Aku patuh, aku patuh, aku akan patuh pada bibi."

"Bagus."

Gena menghubungi aluna untuk temu janji.

"Aku harus ngecek ayah dulu."

"Heii.. kamu mau kemana?"

"Aku mau melihat ayah sebentar"

"Dasar gadis kurangajar, kamu itu banyak mau nya."

"Sebentar saja bi."

"Alaaaahh.. banyak alasan ayo pergi"

"Jangan.. gena jangan lakukan itu pada anakku, aku mohon.. masa depan nya masih panjang, dia juga pasti menginginkan pernikahan yang normal."

Terdengar suara ibunya anindira dari dalam kamar mandi sambil memukukul-mukul pintu.

"Kamu harus nya bersyukur anak mu akan menikah dengan tuan muda kaya, dia seorang CO tampan dan mumpuni."

"Untuk apa menikah dengan seorang yang tampan dan kaya kalau hanya diatas kertas, dia juga sudah beristri, apa kamu sudah tidak punya tenggang rasa? anindira adalah keponakanmu."

"Diam.. kamu jangan ikut campur, justru karna dia keponakan ku, dia akan menghasilkan uang yang banyak, supaya dia bisa membayar hutang-hutang kalian pada ku." menyeringai.

"Jangan bawa-bawa anak ku dalam masalah hutang kami, aku sudah berusaha menyicil hutangku, kamu juga selalu mengambil uang dari hasil kerja keras anak ku."

"Uang segitu mana cukup.. kalian sudah menyeret ku dalam kesusahan, kalian harus tanggung konsekuensinya."

"Apa kamu tidak berfikir bagaimana anak ku akan menjalani kehidupannya setelah di buang dari keluarga itu? bagaimana kalau setelah itu tidak ada lagi pria yang mau menikahinya?" ibunya anindira menangis histeris.

"Itu bukan urusan ku.. cepat kita pergi, aluna sudah hampir sampai di tempat." Ucap gena sambil pergi.

"Kamu serakah gena.. itu sama saja dengan kamu menjual nya, demi uang kamu tega menjual keponakan mu sendiri."

Ibunya anindira meronta-ronta dan memukul-mukul pintu kamar mandi.

Anindira menangis terisak-isak mendengar ibunya histeris seperti itu.

" Ibu, tenanglah, aku janji, aku janji akan baik-baik saja."

Anindira mengusap air matanya, " Setelah ini, kita akan hidup bahagia. ibu tidak perlu memikirkan masa depan pernikahan ku."

"Memang nya kenapa kalau setelah itu tidak ada lagi yang mau menikahi ku? yang penting aku bisa terus bersama ibu dan ayah."

"Anindira, anak ku.. maafkan ibu, maafkan ibu nak." Sambil menangis terisak-isak.

"Hei.. gadis bodoh jangan membuang-buang waktu ku." Hardik gena.

"Bu.. aku pergi dulu, setelah pulang nanti aku akan mengeluarkan ibu dari sana."

"Tidak... tidak, jangan pergi anindira.. biarkan ibu menanggung semuanya, kita pasti akan menemukan jalan keluarnya, kita hadapi bersama-sama."

Anindira pergi sambil tak kuasa menahan kesedihnnya, meninggalkan ibu nya yang berteriak ingin menghentikan nya, tapi tidak bisa karna ibu nya terkurung di dalam kamar mandi.

"Anindira.. anak ku.. nak, nakkk..." Ibunya anindira memanggil-manggil anindira sambil memukul-mukul pintu dan kembali berteriak menangis histeris.

Ayah nya yang terbaring koma di gudang yang menjadi tempat tinggal mereka selama ini, alam bawah sadar nya menangis dan meneteskan air mata.

...

Aluna meminta gena untuk bertemu di kafe terdekat.

" Apa kamu sudah menunggu lama aluna?" tanya gena.

"Tidak, aku juga baru sampai."

Aluna memesan makanan dan minuman untuk gena dan anindira.

"Dira, kenapa dengan dahi mu?" tanya aluna penasaran.

"Bukan apa-apa." Jawab anindira singkat.

"Terimakasih kalian sudah mau datang menemui ku."

"Apa kita bisa langsung ke intinya saja." ucap anindira merasa gelisah.

Gena mendelik mendengar ucapan anindira.

"Tidak bisakah kalian makan terlebih dahulu?"

"Baiklah, kita makan dulu." Ujar gena

"Tidak.. aku kesini bukan untuk makan, apa aku harus menandatangani surat kontrak?" tanya anindira.

Hari sudah malam, dia semakin merasa tidak tenang.

"Kenapa kamu sangat terburu-bur?" tanya aluna merasa aneh.

"Aku ada janji dengan ibu ku, aku tidak bisa berlama-lama."

Gena mencubit tangannya anindira.

"Bibi dan mba aluna bisa makan dulu di sini, tapi aku harus segera menemui ibu ku."

"Baiklah, baiklah. tenang dulu, ini bukan surat kontrak tapi surat perjanjian."

Aluna memberikan sebuah map berisi surat perjanjian.

"Surat kontrak maupun surat perjanjian, itu sama saja, tidak ada bedanya." ucap anindira sambil mengambil surat perjanjian itu.

"Aku harus tandatangan dimana?"

"Apa kamu tidak mau membaca nya terlebih dahulu?"

"Tidak perlu."

"Kamu sangat tergesa-gesa."

"Mba aluna tinggal bilang saja, aku harus tandatangan dimana? aku tidak bisa membuat ibuku menunggu lama."

"Iya, iya, tandatangan di sini, di sini dan di sini."

Tanpa berpikir panjang anindira langsung menandatangani surat perjanjian itu, karna yang ada dalam pikirannya saat ini adalah ibunya yang sedang terkunci di kamar mandi, dan ayah nya yang sedang koma, ditinggal sendirian di rumah, lebih tepat nya di gudang.

"Sudah selesai, apa aku boleh pergi sekarang?"

"Kalau itu berhubungan dengan ibu mu aku tidak bisa melarang." Jawab aluna.

"Kalau begitu aku harus segera pulang."

Anindira meminta kunci kamar mandi pada gena dengan isyarat, dia menyodorkan telapak tangannya.

"Anak kurangajar, dia memanfaatkan kesempatan untuk membuat ku terpojok." Hardik gena dalam hati.

Lalu gena terpaksa memberikan kunci itu, dan anindira langsung pergi dari sana.

"Kenapa dia terlihat gelisah?" aluna merasa aneh dengan sikapnya anindira.

"Dia memang anak yang aneh, sudah... jangan pikirkan itu ayo kita makan." ucap gena sambil tersenyum.

...

Aluna pulang ke rumah dengan berlari, penglihatannya kabur dan dia sempat terjatuh, tapi dia berusaha berdiri lagi dan berjalan pelan sampai rumah.

Tubuh nya terasa tidak bertenaga karna dia juga belum makan dari pagi, ditambah lagi dahinya yang terbentur membuat kepalanya sakit dan pusing.

...

Sampai rumah dia langsung membuka kunci kamar mandinya, terlihat ibunya yang tergeletak pingsan, kelelahan karna menangis, tangan nya lebam biru karna memukul-mukul pintu dan tubuhnya sangat dingin.

"Ibu.. ibu.. bangun bu aku sudah pulang, semuanya akan baik-baik saja." Ucap anindira panik sambil menangis tersed- sedu.

Lalu anindira menggendong ibu nya ke gudang dan menidurkan dia di sebelah ayahnya.

Gudang itu terlihat bersih dan lumayan nyaman untuk ditinggali, karna anindira dan ibunya selalu merawat dan membersihkan gudang itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!