Zeya berlari menuju jalan raya. Takut tante Dewi mengejar dan membawanya kembali ke rumah.
Sampai di ujung jalan, Zeya menghentikan sebuah angkot yang membawanya menuju stasiun kereta api.
Zeya menaiki kereta api dan memilih duduk di dekat jendela. Pandangannya mengedar ke luar jendela.
Selamat tinggal kota kelahiranku. Maafkan Zeya papa, maafkan Zeya mama. Suatu saat Zeya akan kembali. Zeya janji akan melihat pusara kalian jika Zeya telah bisa menghidupi diri sendiri. Tidak hanya menumpang sama tante lagi.
Zeya menghapus air matanya. Teringat kenangan saat kedua orang tuanya masih hidup.
Saat ia masih dapat tertawa dan bermanja bersama kedua orang tuanya.
Semenjak ayah dan ibunya tiada karena kecelakaan yang menimpa mereka, Zeya harus hidup bersama tantenya.
Tante Zeya tidak pernah menyukai gadis itu. Setiap hari ia harus membantu bibinya mencuci pakaian kotor dari pelanggan loundry, usaha bibinya.
Malam hari ia harus kerja di kafe. Gaji yang ia dapat dari bekerja digunakan untuk jajan dan uang sekolah. Bibinya tidak pernah memberinya uang, dengan alasan Zeya sudah cukup diberi makan dan tempat tinggal.
Lamunan Zeya terhenti ketika ia mendengar suara seseorang yang menyapanya.
"Boleh saya duduk disampingmu?" ucap wanita dewasa yang kira-kira seusia tantenya.
"Silakan, Tante!" ucap Zeya.
"Terima kasih," ujar tante itu. Dan ia segera duduk.
Wanita itu lalu mengenalkan dirinya sebagai tante Angel. Ia juga menanyakan nama dan tujuan Zeya.
"Kalau begitu, bagaimana jika kamu ikut tante saja. Tante bisa memberikan kamu pekerjaan dan tempat tinggal."
"Apa nanti tidak merepotkan,Tante?" ucap Zeya lagi.
"Kenapa merepotkan? Bukankah kamu juga bekerja dengan tante. Dari pada kamu tak tau tujuan kemana akan pergi. Lebih baik'kan ikut, Tante?"
"Baiklah, Tante ...."
..............
Perjalanan dua jam terasa singkat bagi mereka. Dan saat ini Angel dan Zeya sedang menanti jemputan.
Tante Angel mengajak Zeya masuk ke dalam mobilnya. Supir membawa Zeya dan tante Angel menuju sebuah tempat yang dari kejauhan seperti rumah kontrakan dengan lampu teras yang redup.
Sampai di sudut kompleks perumahan itu, mobil berhenti di salah satu rumah yang tampak paling besar.
Tante Angel meminta Zeya menunggu di ruang tamu rumah itu. Ia masuk ke kamar dan kembali dengan selembar kertas.
"Kamu tanda tangan di sini! Ini surat perjanjian kerja," ujar tante Angel. Ia mengulurkan selembar surat.
"Aku tanda tangan dimana, Tante?"
"Di sini ...!"
"Aku baca dulu, Tante!"
"Kamu nggak percaya sama Tante?"
"Bukan begitu, Tante."
"Jika kamu percaya, tanda tangani segera!"
"Baiklah, Tante." Zeya lalu menandatangani kertas itu tanpa membacanya.
Setelah itu tante Angel meminta Zeya mandi dan mengganti pakaiannya. Tante Angel memberikan Zeya aepasang baju.
Zeya menuruti apa maunya tante Angel. Setelah mandi dan berpakaian ia keluar.
"Tante, apa baju ini tidak terlalu terbuka?"
"Kalau bisa lebih terbuka dari itu. Kamu jangan membantah! bukankah kamu telah menandakan tangani surat perjanjian kerja tadi."
"Baiklah tante. Aku akan ikuti Apapun maunya Tante."
"Itu lebih baik, mari ikuti aku!"
Tante Angel membawa Zeya ke dalam satu ruangan yang didalamnya ada banyak pria menunggu.
Tanpa Zeya bisa membantah, tante Angel meminta Zeya melayani salah satu pria yang ada diruangan itu.
Ketika Zeya ingin pergi tante Angel mengancam akan menuntutnya. Zeya akhirnya pasrah dengan apa yang terjadi. Ia pun tak tau harus kemana pergi.
Malam itu Zeya harus menyerahkan kesuciannya pada pria yang membayarnya.
Setelah melayani pria itu, Zeya kembali ke kamar yang tante Angel berikan untuk ia tempati.
Zeya masuk ke kamar mandi, ia membasuh tubuhnya dibawah shower.
Papa ... mama, Zeya udah nggak suci lagi. Zeya terpaksa melakukan ini. Zeya tak tau harus pergi kemana. Zeya hanya seorang diri. Mama, papa ... jemput Zeya.
Cukup lama Zeya membasuh tubuhnya. Ia merasa jijik dengan dirinya sendiri.
Sejak hari itu Zeya bekerja sebagai wanita penghibur. Sebulan pertama ia selalu menangis setiap habis melayani tamu.
Tapi akhirnya Zeya pasrah dengan jalan hidupnya. Mungkin takdirnya menjadi pemuas para lelaki hidung belang.
Aku tak boleh menangis lagi, aku harus kuat. Semua mungkin telah menjadi takdir hidupku. Aku hanya menjalaninya.
.............
Satu Tahun Kemudian
Tak terasa telah satu tahun Zeya menjalani pekerjaannya sebagai wanita penghibur.
Hari ini Zeya pergi ke salah satu pusat perbelanjaan. Ia membeli banyak pakaian dari uang bonus yang ia dapat.
Zeya termasuk kembang di kompleks tempat ia bekerja. Semua tamu ingin dilayani Zeya. Tapi Zeya tak akan mau melayani lebih dari satu orang sehari.
Dan ia juga tidak mau melayani tamu jika tak memakai pengaman.
Zeya melihat jam, ia kaget karena jam ditangannya menunjukkan pukul sembilan. Ia janji akan melayani salah satu tamu istimewanya.
Zeya berlari keluar pusat perbelanjaan. Tanpa melihat dengan jelas, ia menghentikan sebuah mobil sedan berwarna biru yang dikiranya taksi.
Ketika mobil itu berhenti, Zeya langsung masuk dan mengatakan tujuannya. Seorang pria muda dan tampan yang menyetir itu kaget mendengar tujuan Zeya, karena semua juga tau tempat apa yang dikatakan Zeya.
"Berapa mas?" ucap Zeya begitu mobil berhenti di depan kompleks.
"Aku tak perlu bayaran, karena aku bukan supir taksi."
Mendengar ucapan sang pria, Zeya melihat sekeliling mobil dan baru menyadari jika mobil yang ia tumpangi bukanlah taksi.
"Maaf, aku kira taksi. Begini aja, aku tak suka berutang budi. Bagaimana jika besok kamu datang. Aku janji akan melayani kamu yang bayaran. Aku bisa memuaskan kamu," gumam Zeya.
"Namamu siapa?" ucap sang pria.
"Kenalkan namaku Zeya. Aku kembang di dalam kompleks. Banyak yang antri buat aku layani. Kamu beruntung karena aku memberikan pelayanan secara cuma-cuma. Nama kamu siapa?"
"Namaku Albirru."
"Baiklah mas Al, aku tunggu kedatangan kamu malam besok. Hari ini aku sudah memiliki janji."
Zeya lalu keluar dari mobil dan berlari, ia telah telat. Zeya tak mau tante Angel marah karena tamu yang akan ia layani malam ini adalah tamu istimewa.
............
Keesokan malam, Albirru benar-benar datang kembali ketempat itu. Ia penasaran dengan wanita cantik yang menumpang di mobilnya kemarin.
Albirru bertanya tentang Zeya, dan salah satu penghuni mangantarnya ke tempat Zeya tinggal.
Setelah bertemu Zeya langsung bertanya pada Albirru, dimana ia ingin dilayani. Apa ingin di hotel atau di kompleks ini saja.
Albirru membawa Zeya ke sebuah hotel ternama. Ketika Zeya ingin melayani dan menyentuhnya, Albirru menolak. Ia meminta Zeya hanya menemaninya bercerita.
Hingga tengah malam mereka hanya mengobrol tanpa melakukan apa-apa.
Albirru tertarik dan merasa kasihan mendengar kisah hidup Zeya. Ia mengatakan semuanya. Kenapa ia bisa menjadi wanita penghibur.
Ketika waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari Albirru mengantar Zeya pulang. Zeya sangat berterima kasih karena Albirtu yang mau mendengar semua kisah hidupnya. Ia merasa lega karena ada yang sudi mendengar keluhannya.
Sejak saat itu, seminggu sekali Albirru akan minta Zeya menemaninya. Terkadang hanya minta ditemani makan malam atau cuma mengobrol.
Dua bulan sudah Albirru dan Zeya berhubungan. Mereka tampak semakin akrab.
Malam ini kembali Albirru meminta Zeya menemani ia makan.
"Zeya, setelah dua bulan mengenalmu aku merasa makin dekat denganmu. Aku hanyalah pria normal, aku takut akhirnya aku khilaf. Sebelum itu terjadi, maukah kamu menjadi istriku. Agar aku halal menyentuhmu," ucap Albirru.
"Kamu melamarku ...."
"Ya, aku ingin menghabiskan sisa hidupku denganmu."
"Kamu sadar dengan ucapanmu? Kamu taukan aku ini siapa? Apa kamu tidak akan menyesal nantinya menikahi aku?"
"Semuanya telah aku pikirkan. Dan perlu kamu ketahui, jika ada seorang pezina yang masuk surga hanya karena memberi seekor anjing minum. Dan jika kamu benar-benar taubat, Tuhan pasti akan membuka pintu maafnya."
"Aku takut setelah menikah kamu akan menyesal. Dan perlu kamu tau, jika aku keluar dari pekerjaan ini ... aku harus membayar uang yang cukup besar pada tante Angel."
"Aku akan membayarnya. Yang terpenting, apakah kamu bersedia menjadi istriku."
"Aku bersedia mas. Kamu coba aja datangi tante Angel dan mengatakan semua niatmu itu."
Setelah makan malam, Albirru mengantar Zeya. Ia menemuinya tante Angel dan mengatakan semua niatnya.
Awalnya tante Angel keberatan, karena Zeya adalah kembang dikompleks. Tapi Albirru merayunya dengan iming-iming akan mentranfer uang tiap bulannya buat tante Angel.
Akhirnya tante Angel setuju setelah cukup lama Albirru meyakinkannya.
Keesokan harinya Albirru langsung membawa Zeya keluar dari kompleks setelah memberikan selembar cek buat tante Angel.
Albirru langsung membawa Zeya pada seorang Ustad kenalannya. Mereka menikah secara siri.
Bersambung
****************
Terima kasih buat semua yang telah membaca novel terbaruku ini. Aku minta kalian meninggalkan jejak berupa like dan koment. Dan jangan lupa favoritkan novel ini.
Setelah menikah Albirru mengontrak sebuah rumah buat mereka tinggal. Albirru tampak bahagia karena dapat menikahi Zeya. Dari awal bertemu ia sudah langsung jatuh cinta.
Zeya dan Albirru duduk ditepi ranjang, dalam kamar rumah kontrak mereka.
"Mas Al, boleh aku tau alasanmu mau menikahiku," ucap Zeya.
"Aku mencintaimu, itu alasannya. Dan juga aku ingin mengembalikan kehormatan dan harga dirimu sebagai seorang wanita. Dan perlu kamu tau, Nabi juga pernah menikahi budak."
"Aku ini pendosa dan pezina, "gumam Zeya.
"Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda.Telah diampuni seorang wanita pezina yang lewat depan anjing yang menjulurkan lidahnya pada sebuah sumur. Dia berkata ‘Anjing ini hampir mati kehausan. Lalu dilepaslah sepatunya kemudian diikatnya dengan kerudungnya lalu diberinya minum. Maka diampuni wanita itu karena memberi minum.(HR Bukhari). Bukankah dari hadist itu kita dapat menyimpulkan jika seorang pendosa akan diampuni dosanya jika ia melakukan kebaikan dan bertaubat dengan sungguh-sungguh."
"Mas Al, aku mau kamu mengajari aku agama. Aku ingin memulai lembaran baru dalam hodupku. Aku ingin bertaubat."
"Aku sangat senang mendengarnya, tanpa aku minta kamu sendiri yang ingin bertaubat. Aku akan mendampingimu menjalani hidup yang baru ini. Aku sangat mencintaimu, Zeya," ujar Albirru.
Ia lalu meminta Zeya berbaring. Walaupun Zeya telah sering melayani tamu, entah kenapa dengan suami sahnya ia merasa canggung dan malu.
Albirru yang menyadari itu, tersenyum. Ia membawa Zeya kedalam dekapan dadanya.
"Boleh aku meminta hakku sebagai seorang suami ," bisik Albirru.
"Tentu saja mas. Apapun yang akan mas mau dan inginkan aku akan melakukannya. Aku janji akan mengabdikan seluruh hidupku hanya untukmu."
Albirru melepaskan seluruh kain yang melekat ditubuhnya. Setelah itu ia melepaskan seluruh kain yang melekat ditubuh istrinya Zeya.
Albirru lalu mengambil selimut untuk menutupi seluruh tubuh mereka. Sebelum memulai pemanasan ia membaca doa.
Albirru mengecup dahi Zeya dan seluruh bagian tubuhnya. Ia juga melakukan hal sama ada leher Zeya. Setelah cukup dengan pemanasan yang dilakukan, ia mulai memasuki bagian inti tubuh istrinya.
Setelah sama sama mencapai puncak, Albirru dan Zeya istirahat sebentar sebelum mereka membersihkan tubuhnya.
...........
Enam bulan kemudian.
Tak terasa pernikahan yang mereka jalani telah memasuki bulan keenam. Zeya bahagia dengan pernikahannya, karena Albirru yang sangat perhatian dan menyayanginya.
Walaupun hingga hari ini Albirru belum juga mengenalkan Zeya pada keluarganya. Tapi Zeya bisa memaklumi. Masa lalunya yang kelam pastilah menjadi alasan Albirru belum juga memberitahukan pernikahan mereka.
Zeya memasak buat makan malam mereka. Zeya emang sangat pintar memasak. Albirru sejak menikah dengannya tak pernah makan diluar. Buat makan siang di kantor, ia juga membawa bekal dari Zeya.
Albirru yang pulang kerja melihat istrinya Zeya sedang memasak. Ia memeluk pinggang istrinya dari belakang dan mengecup pipinya.
"Masak apa sayang,"
"Mas Al, udah pulang. Aku masak sup kerang dan sambal nanas buat makan malam. Aku juga membuatkan mas bakwan jagung." Zeya menjawab sambil tetap memasak.
"Aku beruntung memiliki istri seperti kamu. Udah cantik, pintar masak lagi."
"Aku wanita yang paling beruntung, mas. Mas Al bisa menerima masa lalu dan semua kekuranganku," ucap Zeya, ia membalikkan tubuhnya dan memeluk erat Albirru.
"Sayang, mas besok akan pulang kampung. Mungkin mas akan seminggu di sana. Maaf jika mas masih belum bisa membawamu. Mas janji akan mengatakan tentang kamu pada mereka secepatnya. Mas sangat mengharapkan pengertian darimu sayang."
"Mas Al jangan kuatir. Aku sadar siapa diri ini. Pasti sulit untuk mengatakan sejujurnya karena latar belakang keluarga mas yang kuat agama. Dicintai oleh mas saja, aku sudah bahagia apalagi saat seluruh keluarga mas sudah bisa menerima aku suatu saat nanti."
"Terima kasih atas pengertiannya, sayang."
"Mas mandilah. Aku siapkan dulu makanannya."
"Baiklah sayang, "ucap Albirru dan mengecup dahi Zeya sebelum masuk ke kamar.
Setelah mandi, Albirru dan Zeya menyantap makanan yang telah siap dihidangkan.
.............
Pagi hari setelah sarapan, Albirru pamit untuk pulang ke kampung halamannya.
Abinya meminta waktu Albirru seminggu. Ada yang harus dikerjakan dan dibahas.
Dalam perjalanan menuju ke kampung halamannya pikiran Albirru masih saja pada Zeya.
Zeya, maafkan jika aku belum bisa mengajakmu ikut dan mengenalkan pada kedua orang tuaku. Aku belum ada keberanian untuk mengatakan kebenarannya.
Sore hari ia sampai di rumah kedua orang tuanya. Abi dan ummi Albirru telah menanti di ruang tamu.
"Assalamualaikum, abi ... Ummi."
"Waalaikumsalam, duduklah. Abi dan ilmu akan mengatakan suatu hal penting, " ucap Abi.
Albirru memilih duduk di sofa yang berada di seberang abi dan ummi nya.
"Begini Al, usiamu saat ini telah mencapai dua puluh lima tahun. Abi kira itu sudah cukup matang buat berumah tangga. Abi dan ummi telah memilih calon pendamping buatmu. Abi dan ummi meminta kamu kembali untuk persiapan pernikahan kamu."
"Maksud abi, aku akan dinikahkan dengan wanita pilihan abi," ucap Albirru kaget.
"Iya, nak. Ummi dan Abi kemarin telah melamar salah seorang anak Ustad sahabat abimu," ujar ummi.
"Kenapa abi dan ummi tidak mengatakan jika aku diminta kembali ke kampung untuk dinikahkan."
"Abi dan ummi berpikir, kamu pasti tidak akan keberatan jika kami nikahkan dengan jodoh pilihan kami. Apakah kamu sudah memiliki wanita lain?" tanya abi.
"Bukan begitu, abi. Aku tadi kaget saja. Karena abi dan ummi tidak pernah mengatakan apa-apa."
"Apa kamu lupa, dulu kamu pernah berkata jika kamu akan menerima siapa saja wanita yang menjadi pilihan orang tuamu."
"Benar abi, aku pasti akan menerimanya. Aku yakin abi pastilah memilih wanita yang terbaik buat mendampingiku."
"Baiklah, pernikahamu akan diadakan sabtu ini. Semua telah kami persiapkan. Kamu hanya tinggal menerima semuanya. Sekarang istirahatlah, kamu pasti capek," ujar ummi.
"Baik ummi. Aku pamit dulu, "
Albirru memasuki kamarnya dengan langkah gontai. Ia tak mengira jika kedua orang tuanya telah menyiapkan pernikahan untuknya.
Maafkan aku Zeya, aku tak mungkin membantah. Aku terpaksa menerima semua ini, karena orang tuaku tidak tau tentang pernikahan kita. Aku juga tak mungkin mengatakan tentangmu. Orang tuaku pasti tidak akan pernah merestui pernikahan kita.
.............
Hari ini pernikahan antara Albirru dan Fatimah Az Zahra anak dari sahabat abinya berlangsung.
Wanita yang biasa dipanggil Zahra itu tampak sangat cantik dibalut baju kebaya. Kepalanya tampak ditutupi hijab.
Ijab kabul dilangsungkan di sebuah mesjid yang terletak tak jauh dari rumah Zahra.
Setelah ijab kabul, acara dilanjutkan dengan pesta pernikahan yang berlangsung cukup meriah.
Pandangan Albirru sejak tadi tertuju pada wanita yang saat ini telah resmi menjadi istri sahnya secara agama dan negara.
Ia teringat akan istri sirinya Zeya, apa yang akan ia katakan nanti pada Zeya mengenai pernikahannya.
Bersambung
***************
Terima kasih untuk semua yang telah mampir dan membaca karya terbaruku ini.
Sehari setelah acara pernikahan Albirru membawa Zahra langsung ke kota tempat ia tinggal dan menjalankan usahanya.
"Ingat Al, beli rumah yang layak buat kamu dan istrimu tempati. Abi telah mentransfer uang ke rekening," ucap Abi.
"Nggak perlu abi memberi uang, aku masih ada uang jika hanya untuk membeli rumah. "
"Itu hadiah dari abi untuk pernikahan kalian."
"Terima kasih, abi. Aku dan mas Al pamit," ujar Zahra menyalami abi dan ummi Albirru.
"Hati-hati ya, nak. Al, kamu harus menjaga Zahra. Jangan pernah kamu sakiti hatinya. Zahra, jika Albirru melakukan kesalahan dan menyakiti kamu, beritau abi segera."
Abi dan ummi memberikan nasihat sebelum anak dan menantunya berangkat.
Sampai dikota hari sudah menjelang magrib. Albirru mengajak Zahra menginap di hotel. Besok baru Albirru membawa Zahra ke rumah yang dibelinya melalui perantara temannya.
Zahra masuk kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Setelah mandi ia hanya menggunakan daster pendek.
Albirru memandangi Zahra tanpa kedip. Zahra yang menyadari itu mendekati Albirru.
"Kenapa mas hanya memandangi aku. Bukankah aku telah halal untuk mas sentuh. Apakah mas tak ingin melaksanakan kewajiban sebagai seorang suami, "gumam Zahra.
"Aku hanya takut menyakitimu," lirih Albirru.
"Maksud mas Al, apa? "
"Tak ada. Bukankah jika itu pertama dilakukan, wanita akan merasa sakit."
"Mas, ini sudah menjadi kewajibanku untuk melayani suamiku. Aku ingin mendapatkan pahala dan ridho-Nya."
"Baiklah, mas mandi dulu."
Albirru masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Setelah itu ia dan Zahra mencoba melakukan hubungan badan. Beberapa kali mencoba, Albirru baru bisa melakukan penyatuan.
Apakah ini bedanya berhubungan badan antara per*wan dan tidak. Saat dengan Zeya aku tak kesulitan dalam melakukan penyatuan.
Albirru melihat air mata yang mengalir dipipi Zahra.
"Maafkan, apa itu terasa sangat sakit," ucap Albirru diantara penyatuan tubuh mereka.
"Nggak apa, mas. Aku rela. Bukankah jika kita melakukan hubungan badan suami istri akan mendapatkan pahala,"
Albirru memacu gerak tubuhnya pada inti tubuh Zahra. Setelah sama-sama mencapai puncak, Albirru membaringkan tubuhnya kesamping Zahra.
Maafkan aku Zeya, aku telah mengkhianati cintamu. Tapi aku juga harus memberi nafkah batin buat Zahra. Saat ini ia telah menjadi istri sah aku.
Setelah membersihkan tubuh, Albirru dan Zahra tertidur lelap.
..........
Pagi harinya ia dan Zahra langsung menuju rumah yang ia beli dengan bantuan temannya.
Albirru mengatakan pada Zahra jika ia tak selalu berada dirumah. Terkadang ia harus keluar kota.
"Mas, makanlah dulu. Kapan mas ke luar kotanya," ucap Zahra sambil menata masakannya di meja.
"Mungkin lusa aku sudah harus ke luar kota, apa kamu tidak keberatan aku tinggal seorang diri."
"Nggak apa, mas."
"Atau aku carikan dulu asisten rumah tangga agar dapat menemani kamu."
"Nggak perlu, mas. Kita tidak butuh bantuan asisten rumah tangga. Aku bisa melakukan sendiri."
Ponsel yang ada di dalam saku celananya berdering, Albirru melihat nama Zeya di layar ponselnya. Ia lalu berdiri dari duduknya.
"Maaf, mas harus angkat telepon dulu," ucap Albirru dan berjalan ke teras rumahnya.
"*Assalamualaikum, mas."
"Waalaikumsalam sayang."
"Mas, kapan pulangnya."
"Maafkan mas, sayang. Mas harus langsung ke Kalimantan karena ada urusan pekerjaan. Mungkin tiga atau empat hari lagi, baru mas bisa pulang."
"Nggak apa, mas. Aku doakan semoga semua urusan mas berjalan lancar agar bisa cepat kembali."
"Aamiin. Terima kasih atas doa dan pengertiannya. Mas sayang kamu."
"Aku juga menyayangi mas."
"Udah dulu ya sayang, mas mau rapat."
"Iya, mas. Jangan telat makan dan istirahat yang cukup. Aku tak ingin mas sakit. "
"Iya, sayang. Assalamualaikum ... "
"Waalaikumsalam, mas*. "
Sambungan ponselpun terhenti. Albirru masuk kembali ke rumah.
Albirru melihat Zahra yang sedang membersihkan dapur bekas ia memasak tadi.
Zeya dan Zahra dua wanita cantik yang sama-sama pintar memasak. Aku mencintai Zeya, tapi aku juga merasakan sesuatu yang beda saat bersama Zahra. Apakah aku juga mencintainya.
"Mas ... mas," ucap Zahra sambil memukul pelan pundak Albirru.
Albirru yang sedang melamun menjadi kaget dengan tindakan Zahra.
"Ada apa," ucap Albirru kaget.
"Mas melamunkan apa. Sejak tadi aku memanggil tidak di jawab."
"Maaf, sedang memikirkan pekerjaan."
"Mas, akan berangkat kerja."
"Lusa mungkin aku akan keluar kota. Hari ini aku libur, kita bisa pergi membeli semua perlengkapan rumah ini. "
"Jam berapa kita pergi, mas. "
"Dua jam lagi, aku istirahat sebentar, " ucap Albirru dan masuk ke kamar.
.............
Albirru terbangun setelah satu jam tertidur. Ia melihat kesamping tampak istrinya sedang terlelap.
Maafkan aku, Zahra dan Zeya. Aku harus membohongi kalian berdua. Aku belum siap mengatakan kebenarannya.
Tanpa disadarinya Zahra memeluk tubuh suaminya itu. Albirru memiringkan tubuhnya dan mengecup dahi Zahra membuat wanita itu terbangun.
"Jam berapa sekarang mas. Apakah kita jadi pergi membeli perlengkapan rumah tangga."
"Tentu saja, bersiaplah."
Zahra bangun dari tidur dan membasuh wajahnya. Ia juga mengganti pakaiannya.
Setengah jam kemudian ia dan Albirru sudah berada di salah satu pusat perbelanjaan.
Zahra dan Albirru membeli perlengkapan untuk dirumahnya. Ia dan Zahra mengambil semua kebutuhan yang diperlukan.
Zahra tampak sangat senang. Ia memeluk lengan Albirru sambil berkeliling.
Sementara itu, Zeya yang juga ingin membeli perlengkapan rumah tangga masuk ke pusat perbelanjaan yang sama dengan Albirru dan Zahra masuki.
Zeya berkeliling mencari semua yang dibutuhkannya. Ketika ia akan mengambil sapu, pandangan Zeya tertuju pada pasangan didepannya.
Itu seperti mas Al, tapi sama siapa dia. Apakah itu adiknya. Tapi mas Al pernah cerita jika ia anak tunggal. Wanita itu memeluknya seperti pasangan suami istri. Apakah itu benar mas Al.
Zeya mengerungkan niatnya mengambil sapu. Dengan berjalan perlahan ia mendekati pasangan itu. Zeya berdiri di balik sebuah display untuk menutupi dirinya.
Astaga, ini memang mas Al. Jadi mas Al telah membohongi aku. Mas Al bilang lagi di luar kota. Apakah itu istri mas Al. Apa mas Al sebenarnya telah berkeluarga. Tapi sejak menikah ia selalu bersamaku.
"Mas, aku beli yang ini buat rumah kita ya, " ucap Zahra.
"Terserah kamu mau beli yang mana. Nanti yang sering di rumah juga kamu. Jadi pilihlah mana yang kamu suka."
"Mas, kita belum seminggu menikah. Aku nggak tau kamu sukanya makanan apa. Aku nggak tau mau beli dan masak apa, nih," ucap Zahra.
Zeya yang mendengar ucapan Zahra menjadi kaget. Badannya terasa lemas. Perlahan Zeya berjalan menjauhi pasangan itu.
Zeya keluar dari pusat perbelanjaan itu. Ia memasuki sebuah taksi dan meminta supir mengantarkannya pulang. Air mata Zeya tumpah di dalam taksi.
Kamu jahat banget, mas. Kenapa kamu membohongi aku. Ternyata kamu tidak kerja di luar kota. Kamu pulang kampung pasti karena ingin menikah. Apakah selama ini kamu hanya pura-pura mencintai aku, mas.
Bersambung
***********************
Terima kasih buat semua yang telah membaca novel ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!