Shanum putri anindya adalah gadis dua puluh lima tahun yang tumbuh tanpa sosok ayah sejak usianya masih dini, yakni tiga tahun. Sang ayah meninggalkan dirinya dan ibu yang tengah hamil tua. Wanita kaya menjadikan alasan sang ayah untuk meninggalkan mereka. Meskipun puluhan tahun hidup tanpa sosok ayah, bu Nawang berhasil menjadikan shanum dan sang adik menjadi perempuan yang mandiri, kuat dan ceria. Kini shanum telah bekerja di sebuah restoran. Ya, setelah lulus SMA shanum lebih memilih bekerja untuk membantu biaya sekolah sang adik.Tiada kata menyesal bagi Shanum meskipun harus mengubur cita-citanya yang ingin menjadi seorang dokter, yang terpenting sekarang Shanum harus berguna untuk sang ibu dan adik. Shanum harus bisa mewujudkan cita-cita sang adik yang ingin menjadi pebisnis sukses.
"Bu nanti aku pulang agak telat ya, soalnya di resto ada acara," ucap Shanum pada ibunya.
"Ya, hati-hati dan jaga diri, kamu ini perempuan pulang kerja malam terus," jawab bu Nawang.
"Kapan kamu mau kenalin pacar kamu ke ibu? jangan sendiri terus, jangan fokus sama kerja saja. Usia kamu sudah matang untuk menikah. Mau jadi perawan tua?" sambung bu Bawang panjang lebar.
"Ibu doanya jelek amat sih. Masak doain aku jadi perawan tua. Nanti kalau udah ketemu sama jodohnya pasti aku nikah. Sekarang masih fokus memperbaiki diri sendiri dulu sama mendekatkan diri ke Allah. Jadi ibu santai aja ya. Nggak perlu khawatir tentang jodoh. Ok Bu," ucap shanum sambil menyatukan jari telunjuk dan jempol membentuk bulatan sempurna.
"Ya udah bu, Shanum kerja dulu. Cuus sa kita berangkat," ucap shanum pada Salsa, sang adik.
"Assalamualaikum," ucap shanum sambil mencium punggung tangan Bu Nawang.
"waalaikumsalam."
Setelah lima belas menit membelah jalanan shanum sampai di restoran dan memulai pekerjaannya seperti biasa. Tujuh tahun sudah Shanum bekerja sebagai waiters, ia sangat menikmati profesinya yang sekarang. Karena dengan pekerjaan inilah yang bisa membuat Salsa kuliah hingga sekarang.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang yang artinya jam makan siang para karyawan kantor tengah dimulai. Restoran sangat ramai pengunjung hingga membuat semua karyawannya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Begitupun dengan Shanum yang berjalan kesana kemari untuk mengantar pesanan customernya. Karena saking sibuknya, tanpa disadari ada seorang pria yang tengah memperhatikan shanum dari jauh, memandang tanpa berkedip dan semacam terpesona dengan keangguan Shanum.
"Rob, cari tahu gadis berjilbab biru yang tengah sibuk mengantar pesanan. Cari tahu tentang dia sedetail-detailnya tanpa terlewat. Aku menginginkan gadis itu untuk menjadi ibu dari keturunanku," ucap pria itu tanpa menghentikan pandangan dari Shanum.
"Baik tuan," jawab Robin sang sekretaris pribadi tuan muda kaya, siapa lagi kalau bukan Davin Atmaja.
Seorang pria kaya yang sukses diusia muda membuat ia disegani banyak orang, apalagi dengan karakternya yang dingin, kejam dan angkuh membuat semua orang berpikir walaupun hanya untuk sekedar menyapa.
Waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Saatnya untuk pulang. Lantaran ada acara para karyawan pulang lebih lambat dari biasanya.
"Num, dijemput nggak sama adek lo?" tanya Rianti teman kerja Shanum.
"Nggak, sengaja gue larang buat jemput. Udah malem gini. Mau naik ojol aja gue."
"Udah pesen?"
"Udah tapi nggak tau kenapa dari tadi nggak nyampe-nyampe juga," jawab Shanum khawatir karena waktu terus berjalan yang artinya menandakan malam sudah semakin larut.
"Ya udah nginep kos gue aja yuk, bahaya tau perempuan jam segini masih di luar," ajak Rianti.
Belum sempat Shanum menjawab tawaran Rianti tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan mereka.
"kayak kenal mobilnya," batin Shanum.
Tak lama kemudian turunlah seorang pria dengan pakaian casualnya.
"Num kog belum pulang?" tanya sang pria.
"Ya, tadi ada acara di resto jadi pulangnya lambat, ini nungguin ojol aku persen dari tadi nggak nyampe-nyampe," jawab Shanum. "Eh lupa, kenalin ini Rianti temen kerja, Ri kenalin ini Alsyad sahabat gue dari SMA yang pernah gue ceritain ke lo," ucap Shanum memperkenalkan mereka berdua.
Ya, Shanum dan Alsyad sudah bersahabat semenjak mereka duduk di bangku SMA. Saat itu Shanum masih duduk di kelas sepuluh sedangkan Alsyad sudah kelas dua belas. Perbedaan usia yang tak jauh membuat mereka lebih gampang akrab.
"Ya udah aku antar pulang num, udah malem ini," tawar Alsyad.
"Ya udah boleh, yuk Ri sekalian biar dianter Alsyad," tawar Shanum.
"Apaan si orang kos gue tinggal nyebrang doang ngapain pakek diater segala. Udah lo buruan naik, capek ni gue berdiri dari tadi, ngantuk juga mau capcus tidur," jawab Rianti panjang lebar.
"Ya udah gue pulang dulu, lo hati-hati di jalan," pamit Shanum yang dijawab anggukan oleh Rianti
Tak membutuhkan waktu lama mobil Alsyad kini sudah terparkir cantik di depan rumah Shanum. Tampak ibu shanum duduk di teras rumah menunggu kepulangan anaknya. Melihat itu Shanum bergegas turun dan setengah berlari kearah ibunya.
"Bu maaf ya pulangnya telat banget, ibu pasti khawatir," ucap Shanum merasa bersalah.
"Assalamualaikum Bu," ucap alsyad seraya menyodorkan tangan untuk bersalaman.
"Waalikumsalam nak," jawab Bu Nawang
"Ini sudah tengah malam, sebaiknya kamu pulang dan istirahat. Terimakasih sudah antar Shanum sampai rumah dengan selamat. Kamu memang menatu idaman," ucap Bu Nawang.
Mendengar ucapan sang ibu refleks Shanum melongo.
"Ibu apaan sih, malu tahu."
"Nggak apa-apa num, aku ini memang menantu idaman para ibu dan juga calon suami idaman untuk para gadis. Kayak sama siapa aja malu-malu," ucap Alsyad percaya diri. "Ya udah aku pamit pulang ya bu, Num. Assalamualaikum," tambah Alsyad.
"Waalikumsalam," jawab Shanum dan ibunya
"Ya udah sana masuk istirahat," perintah bu Nawang.
Shamum masuk kamar mandi untuk membersihkan diri setelah itu beranjak ke kamar untuk istirahat. Seharian beraktivitas membuat Shanum lelah dan tak membutuhkan waktu lama Shanum sudah berlayar ke alam mimpi.
Tak terasa waktu berlalu dengan cepat kumandang adzan subuh bersahutan dari penjuru arah. Shanum segara mengambil wudhu dan melaksanakan shalat dua rakaat. Selesai shalat ia membantu sang ibu untuk memasak di dapur.
"Num, ibu mau nanya. Kamu yakin hubungan kamu sama Alsyad murni persahabatan?" tanya bu Nawang to the point begitu Shanum sampai di dapur.
"Ibu kenapa tiba-tiba nanya gitu? jangan bilang ibu mikir yang nggak-nggak ya."
"Ibu cuman ngrasa kalau Alsyad punya rasa sama kamu. Kamu ini jadi perempuan kok nggak peka banget."
"Perasaan ibu aja itu ma. Udah ya bu aku nggak pengen ibu bahas ini lagi. Ok. Ya udah aku mandi dulu ya bu, udah selesai juga masaknya."
Lima belas menit kemudian Shanum selesai dengan ritual mandinya dan bergegas menuju meja makan untuk sarapan bersama.
"Dek ada kelas nggak?" tanya Shanum pada adiknya.
"Nggak mbak, kenapa?"
"Jalan yuk, sekalian kita ke supermarket beli kebutuhan bulanan mumpung mbak lagi libur juga."
"Ok ayuk berangkat sekarang," ajak salsa
"Bu kita keluar sebentar ya, assalamualaikum," pamit Shanum pada ibunya.
"Waalaikumsalam, hati-hati."
Ditengah perjalanan tiba-tiba Shanum teringat akan pembicaraan ibunya tentang Alsyad hingga tidak menyadari bahwa lampu lalu lintas berwarna merah menyala dan
Bruuuaaaakkk
bersambung.
Shanum dengan cepat menyeimbangkan diri agar tak jatuh di aspal. Ya, karena melamun Shanum menabrak mobil yang berhenti di depannya lantaran lampu merah.
"Astaghfirullah sa kamu nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Shanum panik.
"Nggak mbak, yang kenapa-kenapa mobil yang mbak tabrak. Penyok tuh," jawab Salsa yang tak kalah khawatir.
Tak lama kemudian turunlah seorang pria berjas rapi berwarna navy nampak berjalan mendekati mereka dengan tatapan tajam.
"*A*staga bagaimana ini, ya Allah buatlah aku pingsan sekarang juga," batin Shanum saking takutnya melihat Davin berjalan mendekat.
Ya, sungguh apes nasib Shanum pagi ini. Menabrak mobil pemilik perusahaan ternama dan terkenal dengan kekejamannya.
"Dia kan wanita yang aku inginkan untuk melahirkan keturunanku. Sungguh luar biasa, baru saja aku mendapat informasi tentang dia, dan sekarang aku bertemu dengannya," batin Davin.
"Ma...maaf pak saya tidak sengaja," ucap shanum tergagap lantaran ketakutan.
"Ganti rugi sepuluh juta sekarang."
"Tapi pak, saya tidak punya uang sebanyak itu sekarang. Saya janji saya akan tetap ganti rugi, tapi bolehkah saya mencicilnya?" tanya Shanum.
Bukannya menjawab Davin justru menyodorkan kartu nama miliknya.
"Datang ke alamat ini jika kamu sudah merasa bisa membayar," ucap Davin lalu berlu pergi meninggalkan Shanum yang masih menahan takut.
"Astaga mbak ini mah tuan Davin yang terkenal kejam. Jangan-jangan mbak Shanum mau dijadiin istri sama pak Davin," bisik Salsa setelah melihat kartu nama ditangan Shanum.
"Apaan sih, nggak lucu ya. Kebiasaan, nglawak nggak lihat situasi. Ya udah ayo lanjut jalan, kamu jangan bilang ibu ya. Mbak takut kalau nanti ibu malah kepikiran. Ini biar jadi urusan mbak."
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan menuju supermarket.
****
Satu bulan kemudian Shanum berniat untuk datang ke alamat yang tertera di kartu nama Davin untuk mencicil ganti rugi mobil yang ia tabrak sebulan lalu.
Begitu sampai di kantor Davin, Shanum ragu antara masuk atau tidak. Ya, alamat yang tertera ternyata alamat kantor Davin.
"Ya Allah bagaimana ini, kenapa aku jadi sangat gugup," ucap Shanum dalam hati
Dengan bismillah shanum memberanikan diri untuk melangkahkan kaki ke dalam.
"Permisi mbak, apakah saya bisa bertemu dengan pak Davin?" tanya Shanum dengan jantung berdebar debar.
"Apakah anda sudah membuat janji dengan beliau?" tanya sang resepsionis.
"Belum. Memang harus buat janji dulu mbak?"
"Iya mbak," jawab resepsionis dengan senyum yang selalu mengembang
"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu," ucap
Shanum lalu berlalu pergi dari kantor Davin.
Shanum berjalan menuju parkiran dengan mulut terus meracau kesal
"Dasar manusia aneh. Kenapa dia ngasih alamat kantor yang mengharuskan ada janji kalau ingin ketemu. Bagaimana caranya aku bikin janji kalau kenal aja nggak. Lihat saja, kalau aku berhasil menemukan batang hidungnya akan ku beri pelajaran berharga," gerutu Shanum.
"Pelajaran berharga yang bagaimana gadis cantik?" sahut Davin.
Ya, Davin sedari tadi berdiri di belakang Shanum namun kehadirannya tak disadari olehnya.
Begitu mendengar ada yang menyahut ucapannya Shanum membalikkan badan dan
Deg deg deg
Jantung Shanum nampaknya bekerja lebih keras kali ini.
"Tamat sudah kau Shanum," batin Shanum
"Bapak sejak kapan berdiri disini?" tanya Shanum berusaha sangat keras untuk bersikap senetral mungkin.
"Sejak kau meracau bahwa aku ini laki-laki aneh," jawab davin sambil menyilangkan tangan di depan dada.
"Ma..maaf pak. Sa..."
"Di kartu nama itu ada nomor telepon yang bisa dihubungi, kamu bisa telpon saya jika kamu kesulitan bertemu dengan saya di kantor," potong Davin.
Dengan gerakan refleks Shanum melihat kartu nama yang digenggamnya.
"Astaghfirullah, hehehe iya maaf pak saya tidak teliti. Sekali lagi saya minta maaf. Saya kesini untuk mencicil uang ganti rugi mobil bapak. Maaf pak saya ngasih segini dulu. Jika punya uang saya janji segera melunasinya. Atau bapak bisa bawa KTP saya kalau bapak takut saya kabur," ucap Shanum panjang lebar.
"Hahaha, saya tidak perlu KTP mu. Kalaupun saya mau melakukannya seharusnya dari awal saya sudah memintanya."
"sepertinya aku memilih wanita yang benar. Dia sangat polos, lugu dan terlihat bodoh. Ini akan menarik jika aku berhasil menikahinya," batin Davin dengan senyum liciknya.
"Simpan saja uangnya, saya tidak ingin uangmu. Saya hanya ingin satu hal."
"Apa pak?" tanya Shanum penasaran.
"Kamu."
"Maksud bapak?" tanya Shanun tak mengerti.
"Saya ingin kamu menikah dengan saya" ucap Davin tanpa basa basi.
Shanum refleks membuka mulutnya lebar-lebar setelah mendengar ucapan Davin.
"Apakah bapak masih sehat? Bapak meminta saya menikah dengan bapak? Bahkan kita bertemu baru dua kali dan bapak meminang saya? Pak, saya hanya punya hutang sepuluh juta. Saya masih sanggup untuk melunasinya. Jika bapak tidak berkenan saya mencicil, baiklah saya akan membayar lunas besok," ucap Shanum.
Tanpa mendengar jawaban dari Davin, Shanum melangkahkan kaki dengan lebar meninggalkan Davin yang hanya tersenyum mendengar penuturan dari Shanum.
"Sepertinya kamu menanatangku sayang," ucap Davin dengan menampilkan senyum yang sulit diartikan.
***
Semetara ditempat lain seorang ibu tengah berbincang dengan menantu kesayangannya.
"Ma, kira-kira mas Davin berhasil nggak ya bawa perempuan itu ke rumah ini?" tanya sang menantu.
"Tenang aja sayang, anak mama yang satu itu hebat dalam segala hal. Jadi santai saja ya, dia pasti bisa membawa gadis itu kedalam rumah ini dan memeberi yang kalian mau," jawab Bu Estu dengan yakin.
Bu Estu dan sang menantu, Lena yang tak lain dan tak bukan adalah istri dari Davin Atmaja. 5 tahun pernikahan, Davin dan Lena belum juga dikaruniai seorang anak. Lantaran sang istri memiliki masalah dalam rahimnya yang menyebabkan ia kesulitan untuk hamil. Sudah berbagai cara mereka lakukan, mulai dari konsultasi ke dokter luar negeri dan juga sudah beberapa kali melakukan proses bayi tabung namun tak kunjung ada hasil. Hingga terlintas di kepala mereka untuk menikahkan kembali Davin dengan seorang gadis miskin yang bodoh dan lugu agar menuruti semua keinginan mereka tanpa berani membantah. Awalnya Davin menolak, namun setelah bertemu dengan Shanum ia setuju dengan apa yang direncanakan oleh sang ibu dan istrinya. Ia yakin Shanum akan mengabulkan keinginannya untuk memiliki keturunan.
Ya, hanya anak yang davin inginkan saat ini. Anak dari darah dagingnya tentunya.
Ditengah obrolan mereka terdengar bunyi deru mobil yang artinya Davin sudah pulang. Dengan segera Lena membukakan pintu untung sang suami tercinta.
"Mas sudah pulang?" ucap Lena sambil mengambil tas kerja yang ditenteng oleh Davin.
Setelah itu Davin masuk dan bergabung di ruang keluarga menyusul sang mama yang tengah asyik menikmati sinetron.
"Ma, Len aku besok akan ke rumah Shanum untuk melamar gadis itu," ucap Davin
"Secepat itu mas?" tanya Lena tampak khawatir lantaran sang suami akan menikah lagi dan ia takut kalau suaminya itu jatuh cinta pada madunya.
"Lebih cepat lebih baik sayang. Tenanglah, aku akan melakukan misi kita dengan cepat, begitu dia hamil aku janji tidak akan menyentuhnya lagi," ucap Davin meyakinkan istrinya.
Bersambung
Sinar matahari pagi bersinar dengan cerah. Berbanding terbalik dengan hati Shanum yang nampak redup.
"Ya Allah gimana caranya aku mengganti uang 10 juta itu? Ini mulut juga asal banget ngomongnya. Aku nggak mau nikah sama orang kaku kayak gitu, nggak ada romantis-romanatisnya," gerutu Shanum yang tengah bingung.
"Apa aku minta bantuan sama Alsyad aja ya?" pikir Shanum
Setelah sekian lama berpikir akhirnya Shanum memberanikan diri untuk menghubungi Alsyad.
Dengan cekatan Shanum mengetik nama kontak Alsyad.
Tuuut tuuuut
Terderngar nada tersambung di ponsel Alsyad, tapi ia tak kunjung mengangkatnya. Sedetik kemudian
"Assalamualaikum num," jawab Alsyad.
"Waalikumsalam, lagi sibuk Al?" tanya Shanum
"Nggak, ntar sore baru berangkat rumah sakit. Kenapa?"
"Sebenernya aku butuh bantuan, kita ketemu ditaman biasa. Sekarang ya. Sekalian aku berangkat ke resto. Aku tunggu disana. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Dengan segera Alsyad mengambil kunci motor lalu melesat ke taman tempat biasa mereka bertemu. Lima belas menit kemudian Alsyad sampai di taman. Ternyata Shanum sudah sampai lebih dulu dan duduk santai di sebuah bangku.
"Num, sorry nunggu lama. Ada apa? Kenapa mukanya kayak gitu?" tanya Alsyad yang nampak khawatir.
"Nggak lama kok, baru sampai. To the point aja ya Al, aku butuh uang sepuluh juta untuk bayar ganti rugi mobil orang. Jadi sebulan lalu tu aku nggak sengaja nabrak mobil orang sampe penyok dan orang itu minta ganti rugi sepuluh juta. Kemarin aku udah nyicil buat ganti, eh malah tu orang nolak uang aku dan ngajak aku nikah. Kamu bisa bantu aku kan Al? Aku nggak mau lah nikah sama orang yang nggak aku kenal," jelas Shanum panjang lebar.
"Menikah?" ulang Alsyad.
Seketika hati Alsyad terasa ngilu mendengar ada seorang pria yang berterus terang ingin menikahi gadis pujaan hatinya.
Ya, Alsyad jatuh cinta dengan Shanum sejak SMA. Ia mencintai Shanum dalam diam. Diam-diam menyebut namannya dalam doa hingga sekarang. Alsyad akan menyatakan cintanya disaat yang tepat.
"Ya udah pakai uang aku aja dulu. Aku transfer di atm kamu aja ya. Kamu cairin sendiri ntar," ucap Alsyad
"Makasih banget ya Al, aku janji kalau ada uang aku ganti. Sekali lagi makasih ya" ucap Shamum senang.
Saking senangnya Shanum refleks ingin memegang tangan Alsyad, dengan cepat Alsyad menghindar. Ya, Alsyad adalah pria sholeh yang berusaha untuk tidak menyentuh perempuan yang bukan mahramnya. Sembilan tahun persahabatan mereka kulit Alsyad dan Shanum tak pernah bersentuhan.
"Oh sorry, refleks Al, sorry banget ya" ucap Shanum malu.
Setelah urusan mereka selesai Alsyad pamit untuk pulang dan Shanum pun berangkat ke tempat kerjanya.
"Num sorry banget nggak bisa nganter, aku nggak bawa mobil" ucap Alsyad
"Yah ela kayak sama siapa aja, santai. Aku udah pesen ojol."
Tak berapa lama ojol pesanan Shanum sudah sampai dan mereka pun berpisah untuk melanjutkan aktivitas masing-masing.
Sementara ditempat lain Davin tengah sarapan bersama sang istri dan ibu tercintanya.
"Vin, mama nggak ikut kamu ke rumah Shanum ya," ucap bu Estu ditengah-tengah menyantap sarapan.
"Kenapa ma?"
"Nggak apa-apa, setelah melihat foto Shanum dan keluarganya waktu itu, sepertinya ibu Shanum adalah teman mama waktu sekolah. Dan mama ada sedikit masalah di masa lalu. Takutnya kalau mama ikut nanti ibu Shanum malah menolak lamaran kamu, karena masa lalu kita yang kurang baik," ucap bu Estu panjang lebar.
Robin sang sekretaris Davin benar benar bisa diandalkan. Begitu diperintah untuk mencari tahu latar belakang Shanum, dengan secepat kilat Robin bisan mendapatkan informasi sedetail-detailnya. Hingga foto Shanum dengan ibunyapun ia dapat. Kerja yang luar biasa bukan.
"Oh ya? Memang masalah apa ma? Lagi pula itu hanya masa lalu dan mungkin saja ibu Shanum sudah tak mengingatnya," ujar Davin
"Mama nggak mau ambil resiko Vin. Tidak apa-apa kamu nanti nglamar dan menikahi Shanum tanpa mama. Bilang saja mama sedang di luar negeri. Lagi pula pernikahan ini hanya sementara."
Ya, hanya sementara. Karena mereka hanya menginginkan anak dari Shanum. Setelah mendapat apa yang mereka mau, mereka akan mendepak Shanum dari kehidupan mereka.
***
Tak terasa langit sudah gelap menandakan malam telah tiba. Kini Shanum tengah siap-siap akan pulang ke rumah untuk mengistirahatkan tubuhnya.
"Num dapet pesen dari adek lo. Suruh cepetan, katanya ada tamu di rumah," ucap rianti memberi tahu.
"Ya ini gue udah selesai, gue duluan ya," ucap Shanum berpamitan
Dengan langkah lebar Shanum menuju tempat adiknya menunggu.
"Siapa sih tamunya, pakek suruh cepet lagi. Kayak tamu penting aja," gerutu Shanum
Tak lama kemudian sampailah Shanum di tempat adiknya.
"Dek ada tamu siapa sih?" tanya Shanum tanpa basa basi.
"Orang. Ya udah buruan naik. Ntar sampai rumah juga tau," jawab Salsa.
Tak membutuhkan waktu lama mereka sudah masuk pelataran rumah. Ada mobil terparkir cantik di halaman. Shanum turun dari motor tanpa berhenti menatap mobil itu.
"Mobil siapa?" batin Shanum
Dengan segera Shanum dan Salsa masuk rumah. Shanum penasaran siapa gerangan pemilik mobil yang mahal nan mewah. Begitu sampai di ruang tamu Shamum terpengarah dan refleks membuka mulutnya lebar.
"Ngapain bapak kesini?" tanya Shanum ketus
"Nak kamu ini apa-apaan sih. Masuk rumah bukannya salam," sela bu Nawang.
Dengan segera Shanum teringat uang sepuluh juta yang harus ia berikan pada davin. Shanum merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sepuluh juta hasil pinjaman dari Alsyad.
"Ini kes dan pas sepuluh juta, saya sudah tidak ada tanggungan lagi pada bapak. Jadi bapak boleh pergi sekarang, pintu keluarnya ada disebelah sana," ucap Shanum dengan menunjuk pintu keluar.
"Shanum bicara yang sopan kamu," ucap Bu Nawang dengan sedikit lebih keras.
"Kenapa bu? Dia ini kesini pasti minta uang ganti rugi atas kerusakan mobilnya kan. Sekarang Shanum udah bayar lunas, jadi urusannya selesai kan," kata Shanum sedikit emosi.
"Saya kesini untuk melamar kamu," jawab Davin santai.
Shanum terkejut dengan yang diucapkan Davin. Dengan cepat ia menolak lamaran Davin.
"Nggak, saya nggak menerima lamaran kamu. Kita tidak mengenal satu sama lain bagaimana bisa kamu mau nikahin saya?" tolak Shanum
"Kalau begitu kita bisa mengenal satu sama lain mulai dari sekarang."
"Nak, apa yang dikatakan pak Davin benar. Kalian bisa mengenal dulu." Sela bu Nawang.
"Tapi bu..."
Belum selesai Shanum bicara sudah dipotong oleh Davin.
"Shanum saya serius, saya ingin menikahi kamu karena saya merasakan sesuatu yang berbeda setelah pertemuan pertama kita. Saya ingin selalu di dekatmu, saya selalu teringat kamu. Sepertinya saya jatuh cinta sama kamu," ucap Davin serius.
Shanum diam tak menjawab, ia masih mencerna apa yang baru saja ia dengar. Ia ragu dengan apa yang di ucapkan pria di depannya.
"Nak, cobalah untuk membuka hati. Niat pak Davin baik," ucap bu Nawang
"Aku nggak bisa jawab sekarang, tapi akan aku pikirkan. Aku permisi ke belakang," jawab Shanum dan berlalu pergi.
Sungguh Shanum merasa bingung dengan apa yang terjadi. Otaknya sama sekali tidak bisa mencerna apapun saat ini. Bagaimana seorang Davin yang terkenal kaya raya bisa jatuh cinta pada gadis sederhana sepertinya.
Tok tok tok
Ceklek
"Masuk bu."
"Nak, ibu tahu ini terlalu mendadak buat kamu. Ibu serahkan semua keputusan padamu. Ibu memang tak mengenal Davin. Tapi melihat dia berbicara pada ibu dan padamu, ibu merasa dia serius nak. Davin sudah menceritakan semua pada ibu. Semenjak pertemuan pertama kalian, Davin mencari tahu latar belakangmu. Dan lihatlah sekarang, setelah tau kamu hanya gadis sederhana ia tetap ingin kamu jadi istrinya. Itu artinya ia menerimamu apa adanya," jelas Bu Nawang panjang lebar.
"Apa ibu yakin Davin pria yang baik? Bu, sangat sulit untuk mendalami karakter seseorang yang baru kita kenal. Bahkan selama inipun Shanum belum kenal dengan laki-laki yang benar-benar tulus dengan dengan Shanum. Kecuali..." Belum selesai Shanum bicara Bu Nawang sudah memotongnya.
"Aslyad. Ya ibu tahu, Alsyad sangat baik. Ibu sudah tak meragukannya lagi. Dia sangat banyak membantu keluarga kita. Jika ibu bisa memilih ibu akan lebih memilih kamu menikah dengan Alsyad. Ibu sudah menyerah berharap pada Alsyad untuk menjadi menantu ibu. Karena hingga sekarang pun status kalian tidak berubah," jelas Bu Nawang
"Entahlah apa yang membuat Alsyad hingga sekarang tak jujur padamau. Ibu dengan jelas melihat bahwa pandangan mata Alsyad saat bertemu sangatlah dalam dan menyiratkan jika Alsyad jatuh cinta padamu," batin bu Nawang
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!