NovelToon NovelToon

Jully Mahardika

Ep. 1 Dear Jully

"Ketika kenangan hadir dalam ingatan, rindukah ini? Walau engkau tak lagi sama."

^^^Jully Mahardika^^^

Perempuan dengan berkaca mata minus sedang duduk di depan komputer, dengan sesekali membolak balikkan lembaran berkas yang ada di tangannya. Rambutnya sudah diikat asal sehingga terkesan berantakan, tapi dia tak memperdulikan itu. Karena dia amatlah sibuk. Dia Jully Mahardika, seorang pengacara sukses, cerdas dan cantik. Namun sayang diusianya yang akan memasuki kepala tiga, dia belum juga menemukan pasangannya. Bukan tidak ada yang tertarik dengan dia, akan tetapi seolah ada yang mengganjal di hatinya setiap berkencan dengan seseorang. Hatinya merasa kosong dan... Kesepian. Ia merasa ada yang hilang dalam dirinya. Meski begitu bukan berarti dia tak punya teman, justru dia mempunyai banyak sahabat. Sahabat-sahabatnya sejak SMA. Mereka semua masih saling komunikasi, namun sudah tiga bulan ini mereka tidak bertemu. Jangankan bertemu, sekedar telphon atau balas chat saja susah sekali. Hanya sesekali saja selama tiga bulan ini mereka berkomunikasi via telphon atau chat. Padahal biasanya setiap hari mereka saling bertukar kabar dan bercerita tentang hari-hari mereka melalui grub chat yang mereka buat. Alasan klisenya adalah mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing dan mereka sudah meminta maaf akan hal itu, Jully pun memaklumi hal tersebut. Akan tetapi dia juga sibuk, bahkan lebih sibuk dari mereka yang kebanyakan hanya bekerja dari rumah. Misalnya Kansari Hermansyah, perempuan yang sudah menjadi sahabat Jully semenjak mereka SMP itu sedang asyik-asyiknya jualan batik online, usahanya itu sedang ramai-ramainya, tapi masak sih sekedar balas chat saja sampai nunggu 2x 24jam? Padahal itu HP tidak pernah lepas dari genggamannya. Jully saja yang setiap hari disuguhi tumpukan kasus di meja kerjanya masih bisa menyempatkan diri buat mereka walau hanya berbagi kabar. Ada lagi Aleando Putra, lelaki itu sekarang bekerja di salah satu bank swasta dengan jabatan yang lumayan bagus. Masih bisa diterima sih...karena kerjaan pegawai bank itu riweh banget. Tapi Sabtu Minggu kan libur, tetap saja alasannya sibuk kalau diajak ngumpul bareng. Halahh... Bilang saja lagi ngejar barang diskonan di mall yang sudah jadi incarannya demi menunjang penampilan. "Dasar cowok metroseksual!! Selalu begitu." Paling tidak itu yang ada di benak Jully. Ada juga Ningsih Susilowati seorang guru TK yang katanya lagi dipusingkan oleh ulah anak didiknya setiap hari. Yah bagaimana lagi? Meski begitu mereka tetaplah sahabat yang berharga bagi Jully.

Setelah berkutat begitu lama dengan berkas-berkasnya, akhirnya dia meletakkan kertas-kertas itu di atas meja kerjanya dan meregangkan otot tangan serta punggungnya yang sudah mulai pegal, lalu dia mengambil handphone yang ia letakkan di atas meja dan mendeal sebuah nomor. Tak berapa lama sambungan itu terhubung.

"Hallo Re, menu special hari ini apa?" Tanya Jully setelah telponnya diangkat.

"Aku lagi bikin nasi bakar nih enak banget, minumnya es mentimun dengan potongan nanas dan kelapa muda, seger banget Jull... " Jawab di seberang sana.

Ya, itu Krestina Dayana yang biasa mereka panggil dengan nama Rere. Saat ini dia sedang berbisnis kuliner, usahanya cukup lancar, masakannya juga enak-enak. Maka dari itu urusan makan siang, Jully menyerahkannya kepada Rere, itung-itung bantu usaha teman.

"Okay, lagsung antar ya Re.. Udah laper banget nih aku." Pinta Jully sambil berekspresi memegangi perutnya yang lapar seolah Rere bisa melihatnya.

"Asiyaap... Cuss say, sekalian kita makan siang bareng." Nahh ini ni yang disukai Jully dari Rere, kadang dia menyempatkan diri buat makan siang bareng atau sekedar mengantar makanan di kantor Jully asal mereka tidak sama-sama sibuk. Ya...walau hanya dengan Rere saja, paling tidak makan siang hari ini tidak terlalu sepi.

Selang 20 menit kemudian Rere pun tiba yang disambut senyuman hangat Jully dan sedikit cipika cipiki ala mereka. Jully pun menggiring Rere menuju rooftop kantornya, tempat favorit mereka menikmati makan siang bersama. Tidak hanya makan siang, biasanya jika Jully merasa lelah atau bosan saat mengerjakan pekerjaan di ruangannya, dia akan naik ke atas rooftop mencari udara segar hanya untuk mengistirahatkan otaknya, karena di rooftop ini di desain seperti mini taman dengan beberapa tanaman hijau dan bermacam bunga yang dilengkapi bangku serta meja untuk siapa saja yang ingin bersantai di sana. Siang ini di rooftop sedang sepi, hanya ada Jully dan Rere saja, biasanya ada Auliya juga yang ikut nimbrung makan siang bersama mereka, tapi karna urusan pekerjaan, hari ini lelaki itu tidak bisa bergabung dengan mereka. Oh ya, Auliya adalah adik sepupu dari Jully, dia dan Jully sepakat membuka firma hukum sendiri setelah mereka lulus dari study hukumnya. Setelah sampai di salah satu bangku di sana, Rere segera mengeluarkan makanan dari dalam paperbag dan menatanya di atas meja, bau harum masakan Rere pun langsung tercium.

"Hmm... Wangi bener masakanmu Re, gak sabar ni cacing-cacing di perutku." Kata Jully sambil mengelus perutnya yang sudah keroncongan sedari tadi.

"Sabar sist, ini juga dah siap." Jawab Rere sambil menyodorkan satu piring nasi bakar yang masih hangat terbungkus daun pisang.

"Dan ini es mentimun special untuk kamu di hari yang panas ini, sekalian siapa tahu bisa ngademin otakmu yang panas saat ini." Tambah Rere.

"Tahu dari mana?" Tanya Jully sambil mencibirkan bibirnya.

"Kelihatan dari aura wajahmu, aura kegelapan hahaha..." Ledek Rere sambil tertawa, sementara Jully mulutnya semakin mencebik.

"Aku tahu kok apa yang kamu rasakan... " Rere menjeda kamlimatnya, dia menyentuh punggung tangan Jully dan meneruskan ucapannya, "Kita jarang ngumpul lagi, sudah lama, meski ada aku di sini itu tidak cukup, kamu tetap merasa sepi."

Bersambung....

Ep. 2 Back To The Past

"Kita jarang ngumpul lagi, sudah lama, meski ada aku di sini itu tidak akan cukup, kamu tetap merasa sepi."

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, namun Jully masih duduk di ruang kerjanya, dia masih di kantor dan belum ada tanda-tanda dia ingin pulang. Ucapan Rere tadi siang masih terngiang jelas di telinganya. "Apa aku semenyedihkan itu? Apa terlihat sangat jelas rasa kesepian itu di wajahku?" Tanyanya dalam hati. Tiba-tiba phonselnya berdering, tertera nama Auliya disana, lalu dia mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam kakakku sayang... Bagaimana kabar kantor?" Jawab Auliya.

"Dasar adek gak punya akhlak! Bukannya nanya kabar kakaknya kaya gimana malah nanya kabar kantor, emang aku satpam kantor?!" Maki Jully panjang lebar.

"Wooo slow beb... Jangan ngambek dong... Gimana kabar kakak?" Terdengar kekehan di seberang sana.

"Capek, banyak kerjaan hari ini, sampai-sampai mau jalan pulang aja rasanya mager." Jawab Jully yang terdengar lesu.

"Serius kak kamu masih di kantor jam segini?" Tanya Auliya tak percaya, bawasannya Jully adalah orang yang paling malas jika di suruh lembur, dia selalu menyelesaikan pekerjaannya sebelum jam kantor usai atau dia akan menyelesaikannya di hari berikutnya jika tidak terlalu dikejar dateline. Tetapi ini seorang Jully lembur? Maka dari itu sangat sulit dipercaya bagi seorang Auliya Dirgantara yang notabene merupakan adik sepupu sekaligus partner Jully di kantor mengetahui kalau kakak cantiknya itu masih di kantor diatas jam tujuh malam.

"Hmm.. " Jawab Jully malas.

"Ini udah hampir jam delapan malam dan kakak masih belum pulang?" Tanya Auliya masih tak percaya.

"Apa perlu aku video call?" Balas Jully jengah.

"Boleh." Yang diiyakan langsung oleh Auliya.

"Ogah!! Siapa kamu? Gak penting juga." Balas Jully sewot.

"Dihh masih ngambek, serius kak tumben aja kamu masih di kantor jam segini, semua orang di kantorpun juga tahu kalau kakak itu paling anti sama yang namanya lembur." Auliya mencoba menenangkan Jully yang sepertinya dalam suasana hati yang kurang bagus.

"Udah gak usah dibahas, aku gak ngambek kok, trus kamu nelpon ada apa Aul?" Tanya Jully.

"Oh iya hampir lupa, aku cuma mau kasih tahu kakak kalau aku belum bisa balik ke kantor besok, urusan di sini masih belum selesai, mungkin dua hari lagi baru bisa balik." Terang Auliya.

"Oke gak papa, aku bisa urus yang di sini, kamu di sana semoga cepat kelar urusannya."

"Thanks pengertiannya, dah sono pulang dah malam, pasti belum makan malam juga kan?" Tebak Aul.

"Hmm laper. " jawab Jully sambil mengerucutkan bibirnya yang tentunya tidak dapat dilihat oleh Auliya.

"Makanya cepat pulang!"

"Iya bawel, bye!!" Jully langsung menutup telponnya sepihak dan langsung bergegas membereskan barang-barangnya kemudian melangkah keluar kantor menuju parkiran dimana mobilnya diparkir. Lalu dia masuk ke dalam mobilnya dan segera menancapkan gasnya menuju arah pulang ke apartemennya.

Di perjalanan pulang dia singgah sebentar di sebuah cafe untuk membeli segelas matcha kesukaannya dan sebuah cupcake strowberry untuk mengganjal perut. Saat ini dia tidak ingin makan nasi, hanya saja dia harus mengisi perutnya kalau tidak ingin penyakit magnya kambuh. Sambil menunggu pesanannya, Jully mengeluarkan phonselnya dan membuka grub chat yang dia buat bersama para sahabatnya. Sepi. Itu yang terlihat disana. Grub yang selalu ramai oleh kabar dan canda tawa teman-temannya sekarang sepi, sudah tiga bulan ini, paling cuma beberapa pesan saja yang terlihat, itupun hanya dia dan Rere yang mendominasi. Yang lainya entah kemana. Jully hanya menatap murung benda pipih itu dan mengetikkan sebuah pesan.

^^^Jully:^^^

^^^Hai gaes..apa kabar? Lama^^^

^^^gak ketemu, besok kumpul^^^

^^^di tempat biasa, mumpung^^^

^^^weekend.^^^

Gak butuh lama ada balasan di sana, ternyata Rere.

Rere:

Oke, aku sih hayuk, gak tau yang lain gimana?

Ale:

Kayaknya aku bisa dech.

Kansari:

Aku usahain ya gaes, skalian besok juga aku mau keluar nganter barang ke konsumen.

Rere:

Oh.. Jadi kalau kamu gak keluar nganter barang ke konsumenmu itu, kamu males ketemu kita-kita?!

Kansari:

Ya gak gitu Re, cuma kebetulan aja besok aku mau nganter pesanan batik.

"Kok jadi berantem gini?" Batin Jully segera menengahi.

^^^Jully:^^^

^^^Udah-udah, yang penting^^^

^^^besok jadi ketemu kan?^^^

Ningsih:

Jadi dong... Trus Wicky gimana?

Oh ya Jully hampir lupa lelaki satu itu, lelaki yang pernah menempati ruang hatinya yang kosong, walau mereka tak pernah bisa bersama layaknya seorang kekasih dan harus puas terjebak dalam ikatan persahabatan.

Wicky:

Aku lagi di luar kota gaes,

besok baru balik ke Malang,

kalau waktunya masih nutut

aku bakal nyusul.

^^^Jully:^^^

^^^Oke deal!! Di tempat biasa,^^^

^^^Jam sepuluh pagi.^^^

Terang Jully dan disetujui oleh ke lima sahabatnya. Dan dia menutup ruang obrolan di grub chatnya dengan bibir tersenyum, paling tidak besok bukan hanya Rere saja yang menemaninya. Diapun keluar dari cafe setelah mengambil pesanannya dan menuju arah pulang ke apartemennya dengan bibir tersenyum sepanjang perjalanan, tak sabar menunggu hari esok. Malam ini dia pasti tidur nyenyak.

🌸🌸🌸

Pagi ini Jully tengah bersiap-siap untuk berangkat menemui teman-temannya, dia sudah tidak sabar menunggu hari ini. Jully tidak hanya ingin bertemu dengan mereka, tapi dia telah mempersiapkan kejutan buat ke lima sahabatnya itu. Setelah persiapan selesai, dia langsung berangkat menuju tempat janjian mereka.

Sesampainya di sana belum ada satu orangpun temannya yang datang. Maklum ini masih 15 menit lebih awal dari waktu yang telah dijanjikan. Jully sudah memesan tempat untuk enam orang, kemudian dia mengeluarkan phonselnya dan mengirimkan sebuah pesan ke grub, mengabarkan bahwa dia telah sampai. Lama tidak ada jawaban, mungkin mereka dalam perjalanan, pikirnya. Tak lama Rere datang bersama Ona, anak perempuannya yang paling kecil.

"Hai Jull, dah lama?" Sapa Rere sembari memeluk singkat Jully.

"Lumayan, akunya saja yang kepagian. Hai Ona cantik apa kabar?" Jawab Jully lalu menyapa gadis kecil yang memakai baju pink itu.

"Baik tante." Jawab Ona sambil mencium punggung tangan Jully.

"Duhh...pinternya." Balas Jully sambil mengelus sayang kepala Ona.

"Yang lain belum datang Jull?" Tanya Rere.

"Mungkin masih di jalan, kamu pesan saja dulu, aku tadi sudah pesan duluan." Jawabnya yang diangguki oleh Rere.

Pelayanpun datang untuk mengantar pesanan Jully tadi dan sekalian mencatat pesanan Rere barusan. Mereka berduapun mengobrol, saling curhat ini dan itu sambil menunggu kedatangan keempat teman mereka yang lainnya.

"Jull mereka kok lama sih?" Tanya Rere.

"Gak tau Re, tadi aku dah kirim pesan sih kalau kita sudah sampai duluan." Kata Jully sambil menunjukkan chatnya kepada Rere.

"Itu sudah 30 menit yang lalu Jull dan tidak ada satupun dari mereka yang ngebales." Rere menjawab dengan geram. Ya, Rere memang sedikit jengkel dengan kelakuan teman-temannya akhir-akhir ini. Seakan hanya merekalah yang sibuk sendiri dan orang lain tidak. Tiba-tiba phonsel Rere berdering, tertera disana Kansari is calling. Ia segera mengangkat telponnya setelah menunjukkan ke Jully siapa yang menghubunginya.

"Iya Sar, kamu di mana sekarang? Kami berdua dah nunggu dari tadi lho... " Tanya Rere tanpa basa basi. Ada raut kesal setelah mendengar jawaban Sari di seberang sana.

"Apa?! Lagi?! Emang gak bisa kamu ganti waktunya, nanti sore atau besok gitu?!" Balas Rere yang terdengar benar-benar sangat marah.

"Oke, terserah kamu!" Rere langsung menutup panggilannya secara sepihak.

"Ada apa Re?" Tanya Jully bingung.

"Sari gak bisa datang, katanya barang yang dipesan konsumennya bertambah banyak dan dia harus mengantar semuanya hari ini juga." Terang Rere.

"Bagus dong, berarti usaha batik dia benar-benar lancar." Ada nada kecewa dalam ucapannya walau senyum masih tersungging di bibirnya. Rere menggenggam tangan Jully mencoba menenangkan dan berkata,

"Kan masih ada aku dan yang lainnya, mungkin sebentar lagi mereka datang."

"Ah ya, sepertinya ada pesan masuk." Jully segera menggeser layar phonselnya dan membuka ruang obrolan di grub mereka.

Ale:

Sorry ada tugas mendadak

dari kantor dan aku harus

ke luar kota, maybe next time.

Ningsih:

Aku juga gak bisa hari ini,

gigi anakku patah karena

jatuh, terpaksa aku harus

bawa ke dokter gigi,

Maaf ya genks... :(

Setelah membaca itu semua wajah Jully semakin sedih, tak lama kemudian ada panggilan masuk dari Wicky yang mengatakan pesawat yang akan ditumpanginya ada perubahan jadwal keberangkatan dan kemungkinan dia akan sampai Malang malam hari. Dia pun mengatakan penyesalannya karena tidak bisa datang dan Jully terpaksa menerima alasan itu, yahh...mau gimana lagi? Rere yang melihat itupun cuma bisa menghela napas lelah. Teman-temannya sudah berubah. Jully yang mengerti Rere tengah mengkhawatirkannya mencoba tersenyum.

"Gak apa-apa Re, I am Ok! Kita nikmati saja hari ini, toh biasanya kita selalu berdua kan?"

"Siap bu pengacara!" Balas Rere sambil mengambil sikap hormat yang diikuti oleh Ona membuat mereka tertawa bersama.

Waktu semakin siang dan Rere berpamitan untuk pulang terlebih dahulu karna Ona sudah mulai mengantuk. Sedangkan Jully masih duduk di bangku cafe sambil sesekali menyesap matcha kesukaannya. Dia mengeluarkan sebuah notebook berwarna pink bergambarkan kucing Jepang dan sebuah bolpoin, dia mulai membuka buku kecil itu dan menulis sesuatu di sana.

"Hari ini aku kira kita bisa tertawa bersama seperti waktu dulu dan memberi kejutan untuk kalian, tapi aku salah. Dulu dan sekarang sudah berbeda, waktu semakin berlalu dan kalian tak lagi sama. Aku lupa kita bukan anak-anak lagi. Kalian punya dunia kalian sendiri dan aku tak berhak untuk itu. Tapi, apa tak bisakah kalian meraih rinduku untuk sehari ini saja? Kalau bisa terulang, aku ingin kembali mengulang masa muda kita dulu dan memperbaiki apa yang seharusnya diperbaiki serta melakukan yang seharusnya aku lakukan."

Setelah kalimat terakhirnya dia menutup buku kecil itu dan memasukkannya kembali ke dalam tas tangannya, kemudian dia beranjak dari duduknya melangkah keluar cafe. Namun tanpa sengaja dia melihat seorang bocah lelaki yang terlepas dari pengawasan orangtuanya berjalan ke tengah jalan raya bertepatan sebuah mobil melaju mengarah ke bocah lelaki itu. Entah apa yang ada dalam pikiran Jully, dia langsung berlari ke arah bocah itu dan mendorongnya ke pinggir jalan. Tapi sayang justru tubuhnyalah yang terpental jatuh tertabrak mobil tersebut. Dia langsung tak sadarkan diri.

Samar-samar terdengar suara yang meneriaki namanya.

"Jull... Jully bangun!!"

Jully masih memejamkan matanya, namun suara itu semakin jelas terdengar di telinganya. Seperti suara ibunya, batin dia. Brak!! Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dengan kasar dari luar.

"Jully bangun, sudah jam berapa ini?!"

Hah, kok ada ibunya di sini? Batin Jully terkejut, dan ini... Kamar ini adalah kamar lamanya di rumah mendiang neneknya. Belum berakhir rasa bingungnya, dia dibuat terkejut lagi oleh perkataan ibunya.

"Ini jam berapa?! Memangnya kamu gak sekolah?!"

"Apa?! Sekolah?!"

Bersambung...

Ep. 3 First Meet, Again?!

POV Jully

Hari ini adalah awalnya, hari dimana kisahku dimulai, awal masuk SMA. Sejujurnya aku masih syok akan apa yang terjadi pagi ini...

Brak!

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka.

"Jully bangun, sudah jam berapa ini?!" Hahh kok ada ibu di sini? Dan ini... Kamar ini kamar lamaku saat masih tinggal di rumah mendiang nenek?" Kata-kata ini hanya bisa kuucapkan di hati saja, bibirku masih kelu karena syok dan tak masuk akal.

"Ini jam berapa? Memangnya kamu gak ke sekolah?"

"Apa? Sekolah?!" Akhirnya aku berteriak juga, karena ini benar-benar membuatku terkejut dan sangat bingung. Kenapa ibu ada di sini? Kenapa kita kembali ke rumah lama? Bukankah rumah ini sudah lama dijual? Dan kenapa aku harus sekolah? Lagi? Sungguh banyak sekali pertanyaan di kepalaku ini.

"Lahh... Ni anak piye to? Kamu lupa Jull kalau sekarang ini merupakan hari pertamamu masuk SMA?"

"Masuk SMA bu?" apa maksud ibu tentang masuk SMA. Ya Allah Gusti... Ini sebenarnya apa to? Aku ini baru bangun tidur, nyawaku belum jangkap, terus tiba-tiba disuguhi hal seperti ini, jangan-jangan ini prenk. Wahh... Ibuku sudah pintar ngeprenk sekarang.

"Ini ibu lagi ngeprenk aku ya?"

"Prenk? Apa itu prenk?" Duhh ibu sudah ketahuan juga masih saja ngedrama.

"Iya prenk ngerjain aku, dan ibu sudah sukses bikin aku terkejut bukan main, trus ini gimana ceritanya kok kita ada di rumah lama? Ibu sengaja sewa dari pemilik baru hanya buat ngeprenk aku?"

"Kamu itu ngomong apa sih dari tadi prang preng prang preng saja kaya barang pecah ibu gak ngerti, lagian dari dulu kita kan memang tinggal di sini Jull... Kamu itu yang aneh!" Nah kan ibuku masih saja ngotot.

"Ya kan kita sudah pindah dari dulu bu... Lagian kita sudah punya rumah sendiri dan gak numpang di rumah mendiang nenek, lagian rumah ini sudah dijual, terus apalagi ini masak aku disuruh sekolah? Jully kan udah lulus S1, sudah lulus ujian advokat, sudah punya firma hukum sendiri dan rumah sendiri malahan. Ibu ini lucu." Aku memang harus menjelaskan panjang lebar biar sadar.

"Kamu ini paling ngimpi, kalau mau sukses itu sekolah dulu yang bener... Sudah cepetan mandi sana lalu sarapan, sudah ditunggu bapak juga, nanti telat lho!"

Hahh bapak?! Batinku terkejut bukan main, bibirku kembali kelu tak bisa berucap, apa ini?Kenapa ada bapak juga?Belum sempat aku bertanya sama ibu, ibu sudah kembali keluar dari kamar. Tapi bapak... Bapak kan sudah... Sudah meninggal. Tidak mungkin kan bapakku bangkit dari kubur?? Hiii... Ngeri!! Aku tiba-tiba merinding. Huss itu bapakmu lho Jull, masak kamu sumpahin kaya gitu? Ntar kualat lho!! Aku pukul-pukul mulutku sendiri. Tapi masa sih ibu bikin lelucon sampai segitunya? Atau jangan-jangan ibu nikah lagi dan aku punya bapak baru? Tidak! Gak mungkin ibuku nikah lagi, ibu kan bucin banget sama bapak. Mending aku mandi dulu. Ritual pertama sebelum mandi itu ngaca dulu, masih cantik gak kalau habis bangun tidur. Emang kebiasaanku dari dulu. Aku gak mahu ada satupun belek yang masih nyangkut di mataku habis bangun tidur. Tapi saat aku berkaca dan akan membersihkan mataku... Ohh My God!! Aku terlihat lebih muda? Rambutku gimana ceritanya bisa kembali panjang sedangkan kemarin baru saja aku potong sebahu? Setelah aku ingat-ingat tadi ibu jauh terlihat lebih muda. Apa mungkin perkataan ibu tadi benar? Kalau benar berarti aku kembali ke 15 tahun silam. Tapi bukannya tadi aku baru saja tertabrak mobil karena menyelamatkan seorang bocah lelaki? Ahh iya, tabrakan itu! Bagaimana aku bisa lupa dengan tabrakan itu? Tapi kenapa aku baik-baik saja dan malah ada di sini? Ini sungguh... Aarrrgghhh!!!!

"Jully jangan teriak-teriak!! Cepat mandi sudah telat kamu!!

🌸🌸🌸

Dan di sinilah aku berada sekarang, di dalam mobil bersama bapak. Bapak yang aku ketahui sudah meninggalkan aku, ibu dan juga kedua kakakku 11 tahun yang lalu karena serangan jantung. Ohh Tuhan betapa aku merindukan sosok di sebelahku ini yang sedang fokus menyetir. Andai ini mimpi, tolong jangan biarkan aku bangun terlalu cepat, tapi ini terlalu nyata untuk sebuah mimpi.

"Kenapa Jull? Dari tadi merhatiin bapak terus?" Ucapan bapak membuyarkan lamunanku.

"Ah gak papa kok pak." Kataku sambil meringis gugup.

"Kamu ini kenapa sih dari pagi bapak sama ibu perhatikan sedikit aneh?"

Akupun kembali tersenyum lembut ke bapak, "Jully hanya kangen aja sama bapak."

"Tiap hari ketemu juga, aneh bener kamu itu, atau pasti ini ada maunya."

Bapak itu yang aneh, ibu dan juga keadaan inipun aneh, sampai-sampai aku juga terlihat aneh oleh orang-orang yang aku anggap aneh. Itu barusan batinku yang bicara, mana berani aku bicara seperti itu ke bapak, ibu saja tadi tidak percaya dengan ceritaku, malah aku dianggapnya mimpi.

"Hehe... Tambahin uang jajan Jully donk pak, sekarang kan sudah SMA." Mending aku ikutin saja alur cerita ini, cerita masa SMA ku yang sudah berlalu, ini tidak terlalu buruk juga, paling tidak aku tahu apa yang akan terjadi nanti, mungkin... Itupun kalau masih sama atau ini adalah kesempatanku untuk memperbaiki yang terlihat buruk dulu.

Mobil kami berhenti, aku melihat dari balik jendela mobil, ahh sudah sampai ternyata. Kembali ku arahkan pandanganku ke bapak, kulihat bapak mengeluarkan uang lembaran 50 ribu dari dompetnya,

"Sudah bapak duga kamu pasti ada maunya, ini anggap hadiah awal masuk SMA." Kata bapak sambil menyerahkan uang 50 ribu yang dikeluarkannya dari dompet tadi.

"Yeee... Makasih bapak, saaayyang bapak." Kupeluk bapak erat, duuh rindu sekali aku ini dan aku tidak percaya aku bersorak senang hanya karena uang 50 ribu? Padahal penghasilanku nolnya saja bisa sampai 7 digit tiap bulannya.

"Ya sudah cepat turun nanti telat."

Akupun mencium tangan bapak sebelum turun dari mobil, "Jully sekolah dulu ya pak, do'ain mendapat teman yang baik-baik. Assalamu'alaikum."

"Iya. Wa'alaikumsalam..." Jawab bapak yang kemudian melaju pergi bersama mobilnya setelah memastikan aku benar-benar masuk melewati gerbang sekolah.

Ahh... Suasana ini, suasana yang sama seperti 15 tahun lalu. Aku masih merasakan kegugupan yang sama seperti waktu dulu dan apakah kejadiannya akan sama seperti waktu itu? Semuanya masih melekat jelas diingatanku. Kalau kejadiannya memang sama seharusnya bakalan ada satu makhluk gak tahu diri yang bakalan muncul di hadapanku.

"Jully....!!"

Nahh... Baru juga diomongin, itu makhluk dah muncul aja, suaranya itu lho dari dulu malu-maluin aku, mending kabur saja deh...

"Eh..eh..eh.. Jull.. Jully mau kemana? Main kabur aja, woooyy...!!"

Akhirnya kuhentikan langkahku dari pada itu anak makin berisik, ntar tambah bikin malu aku.

"Haii... Ada Sari kok tadi gak kelihatan ya?" Kilahku sambil meringis, ya dialah Kansari sahabatku dari kami SMP, lihat saja sekarang dia selalu ngintilin aku kemana saja, belum sadar saja nantinya saat dia dewasa seakan dia lupa sama aku.

"Matamu minusnya tambah ya Jull? Horraang syantik kayak gini banyak cowok yang ngelirik, masa kamu gak lihat?"

Banyak cowok yang ngelirik matamu Sar! Suaramu itu lho bikin illfeel. Tentu saja itu hanya kuucapkan dalam hati.

"Sorry Sar, seperti katamu tadi mataku mungkin minusnya tambah, jadi gak lihat ada cewek cantik yang suaranya kayak barbarr...!" Dan akupun langsung lari meninggalkan Sari yang udah misuh-misuh gak jelas. Sungguh aku benar-benar bahagia bisa kembali di masa ini. Mungkin untuk saat ini, gak tau nanti. Orang Jawa bilangnya "Pikir keri ae" (dipikir nanti saja).

Tak lama suara bel tanda masuk berbunyi, terdenger pengumuman berkumpul di lapangan sekolah untuk siswa baru dari mikrofon sekolah. Aku dan Sari pun bergegas menuju lapangan sekolah untuk mengikuti upacara penerimaan siswa baru. Tiga puluh menit berlalu dan upacara inipun selesai, namun sebelum dibubarkan seorang Ketua OSIS bernama Wigih Sasongko menyuruh mencari kelas kami masing-masing sesuai apa yang ada di papan pengumuman sekolah. Aku dan Sari melangkah menuju tempat yang di maksud Ketos tadi, tapi belum sempat kami sampai di sana tiba-tiba perutku...

"Aduh!!" Sari seketika panik melihatku meringis sambil memegang perut. Duuhh... Kenapa juga bagian yang ini sama persis seperti kejadian waktu dulu, gak keren banget deh...

"Kamu kenapa Jull? Kamu sakit?"

"Kayaknya aku harus ke toilet deh.. " Jawabku sambil nyengir jayus.

"Sialan!! Kirain kenapa, tahunya mau boker!!" Sari terlihat sebal padaku, tapi malah aku jitak kepalanya.

"Aduh!! Kok malah dijitak sih?!! Lihat dia makin tak trima padaku, justru itu yang membuatku makin suka menggodanya.

"Aku itu bukannya mau boker, Kansari pintaarr.. Aku itu cuma kebelet pipis." Protesku balik.

"Ya udah aku ke kelas duluan, semoga saja kita bisa sekelas nanti, jangan lama-lama ntar dicariin." Kata-kata Sari gak aku gubris dan langsung aku tinggal ngibrit ke toilet, namun Sari kembali berteriak yang masih bisa terdengar jelas di telingaku,

"Ati-ati Jull, toilet jam segini sepi!!"

Sialan betul tuh bocah!! Dia tahu betul kalau aku rada penakut. Dan benar saja, sesampainya di toilet ternyata betu-betul sepi. Buru-buru aku masuk ke toilet dan menyelesaikan misi awal ke sini. "PIPIS!".

Selesainya dari toilet aku segera menuju ke kelas, tak perlu mencari lagi, karena aku masih ingat betul dimana kelasku dulu berada. Kelas X-3. Dan aku tidak sabar menantikan satu kejadian yang masih melekat dalam ingatanku sampai sekarang ini. Haruskah aku melakukan reka ulang kejadian dulu? Mungkin akan seru. Sekarang aku sudah berdiri di depan pintu kelas, kalau dulu aku akan deg degan takut dimarahi karena telat masuk ke kelas, namun sekarang aku deg degan karena mengulang peristiwa itu lagi. Aku langkahkan kakiku semakin mendekat ke arah pintu lalu mengetuknya. Terdengar suara bas kak Wigih dari balik pintu,

"Masuk"

Kubuka pintu kelas perlahan, pertama yang aku lihat adalah wajah tampan si Ketos kami, kak Wigih Sasongko. Dia sedikit terkejut namun kemudian dia tersenyum. Apa tersenyum? Kok aku baru sadar ya kalau dia sempat tersenyum ke aku, perasaan dulu nggak, atau mungkin akunya yang gak begitu merhatiin.

"Maaf kak terlambat, saya tadi baru dari toilet." Tentunya ini adalah alasan yang sama yang pernah aku buat, bedanya aku tidak tergagap gagap seperti waktu itu.

"Gak papa, masuk aja lalu cari bangku yang masih kosong." Jawabnya sambil tersenyum lagi ke arahku, ohh Tuhan kenapa aku baru sadar kalau kak Wigih setampan ini? Kira-kira mau gak ya jadi pacarku? Tidak, tidak Jully sadarlah tujuanmu bukan itu sekarang. Lebih baik aku mencari tempat dudukku. Ah ya, Sari! Aku kan satu kelas dengan bocah sinting itu, tapi mana ya? Ohh itu dia!!

"Sari..!!" Upss, kelepasan. Duhhh ini mulut kok gak bisa dikontrol?! Keseringan bergaul sama Kansari jadi begini deh...satu kelas jadi langsung diam, diam melototin aku. Salting kan jadinya. Bodo amatlah terlanjur malu, mending langsung ke Sari aja.

"Sar, aku duduk di sini ya?" Pintaku ke Sari sambil meletakkan tas dan mendudukkan diriku di sebelah bangku Sari.

"Jull, aku tahu kamu segitu senangnya bisa satu kelas sama aku, tapi gak bikin malu aku juga kali." Protesnya sambil berbisik.

"Sorry." Hanya itu yang bisa ku katakan sambil meringis.

Tepat setelah permintaan maafku ke Sari, tanpa sengaja aku melihat ke sisi itu, sisi dimana dia duduk dan inilah pertama kali kami bertemu. Lagi. This is like deja vu. Dia menatapku dengan senyuman yang tak pernah pudar dari bibirnya. Dia yang selalu membuatku gugup dan berdebar, dia yang selalu membuatku jengkel, tapi dia juga yang membuatku tersenyum dan juga patah hati. Ya dialah Ananda Wicky Raharja. 

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!