"Saya terima nikah dan kawinnya Zofanda Aiside binti Bagas Angkasa dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" ucap Ammar tegas
"Bagaimana para saksi sah?"
"Sah"
Setelah teriakan sah sang penghulu memimpin sebuah doa dengan khusyu, diiringi dengan suara aamiin para tamu
Zofa wanita cantik karena make up yang menempel pada wajahnya terlihat linglung, tangannya yang ia adahkan ke atas terlihat gemetaran, ia sama sekali tak dapat berkonsentrasi dalam doa yang diucapkan oleh sang penghulu "Kenapa aku bisa berada di sini?" pekiknya dalam hati
Ia melirik seorang wanita cantik yang duduk di belakang tak jauh darinya, wajahnya terlihat muram matanya mulai berkaca-kaca, bagaimana tidak kini ia harus menyaksikan sendiri suaminya menikah lagi
"Tunggu ini semua berawal dari"
___________
2,5 Minggu yang lalu
Zofa baru saja pulang bekerja dengan menggunakan motor maticnya, ia adalah seorang guru SLB di salah satu sekolah swasta, sudah satu semester ia mengajar di sana, kini menginjak semester kedua, setelah lulus kuliah ia memang sudah mendapatkan pekerjaan dari tempat magangnya dulu, dan ia lebih memilih mengajar di sekolah swasta karena katanya gaji guru honorernya lebih tinggi dari sekolah negeri
"Duhhh kok bisa kena paku sih" gerutu Zofa di pinggir jalan yang sepi
"Ya ampun mana sepi banget lagi" Zofa berjongkok mengecek ban motornya, benar saja dua-duanya kempes
"Pasti ada orang yang sengaja menebar paku di jalan" gerutunya kesal
Tak ada yang bisa ia lakukan, ia hanya duduk di bawah jalan berharap ada orang yang mau membantunya, jalanan nampak gelap gulita tak ada lampu jalan yang menerangi jalan tikus tersebut, niat hati pingin cepat sampai rumah dengan melalui jalan tikus malah apes
Mata wanita itu berbinar kala melihat secercah cahaya kehidupan baginya, ia segera berdiri dan "Woyyy tolongin saya dong" teriak gadis itu kala melihat sebuah lampu motor yang berjalan kian mendekat
Motor itu berhenti menghampiri Zofa, ia mengangkat kaca helmnya "Ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya seorang pria dengan ramah
"Tolongin motor saya dua-duanya bannya kempes" ujar Zofa sembari menunjuk ke arah ban motor miliknya
Pria itu turun dari motor tanpa melepas helmnya, ia berjongkok hendak memeriksa kedua ban tersebut
"Gimana itu?" tanya Zofa yang ikut jongkok berdekatan dengan pria tersebut, sontak membuat Ammar berdiri karena jarak mereka yang terlalu dekat
"Kenapa pak? Bisa bantuin gak?" tanya Zofa yang mendongakkan kepalanya keatas
"Mbak bisa agak jauhan" pinta Ammar
"Hah" Zofa ikut berdiri, ia tak paham perintah Ammar
Ammar yang melihat Zofa berdiri dan dirasa sudah paham perintahnya mulai menjongkokkan dirinya lagi, mengecek ban motor tersebut
Zofa malah berjongkok mengikuti pergerakan Ammar
"Eh ada apa itu, itu orang kan" tanya pria yang mengalungkan sarungnya, ia menyorotkan senter ke arah dua motor
Tubuh Zofa dan Ammar yang ketutupan badan motor namun nampak ada sesuatu yang bergerak mengundang kecurigaan
"Ayo kita periksa, jangan-jangan begal aja" ajak seorang pria berkumis
Empat pria yang bertugas menjaga pos kambling itu mulai berjalan mendekat ke arah motor tanpa mematikan senternya, tentu Zofa dan Ammar tidak menyadarinya karena cahaya motor Ammar masih menyala
Zofa mulai berdiri namun karena kakinya kesemutan membuat ia oleng dan terjatuh menabrak Ammar yang masih berjongkok, sialnya ia jatuh di pangkuan Ammar hingga membuat posisi mereka nampak intim
Tambah sialnya lagi keempat pria itu memergoki mereka berdua
Kini disinilah Zofa dan Ammar berada, di rumah pak RT di lingkungan tersebut, wajah Zofa nampak tenang itu artinya mereka bisa membantu ban motor miliknya yang kempes akibat dua paku nakal, sedangkan Ammar nampak gelisah
"Jadi apa yang kalian perbuat tadi?" tanya pak RT
"Saya hanya ingin menolong dia pak, ban motornya kempes" ujar Ammar yang mendapat anggukan dari Zofa
"Iya pak, bapak bisa bantu ban motor saya tidak, ini sudah larut saya harus pulang" ujar Zofa santai sembari meminta tolong, ia tak menghiraukan orang-orang yang menuduh ia berbuat tidak senonoh dengan Ammar karena memang mereka tidaklah bersalah
Memang benar ban motor Zofa kempes mereka juga sudah memeriksanya, namun tetap saja apa yang mereka lihat itulah yang mereka benarkan
"Iya ban motornya emang kempes tapi kalian sengaja kan mencari kesempatan dalam kesempitan" ujar salah satu pemuda yang tadi memergoki mereka berdua
"Ngapain saya cari kesempatan dalam kesempitan kalau saya bisa cari kesempatan dalam keluasan" ujar Zofa kesal, dari tadi pria itu terus saja mengompori pak RT
"Heh mbaknya gak lulus SD ya, peribahasa gitu aja gak tahu" sindir pria tadi
"Siapa bilang saya gak tahu peribahasa, nih ya mulut kamu harimau kamu" ujar Zofa sinis
"Apa artinya?"
"Ya berarti mulut kamu itu mulutnya harimau" ujar Zofa percaya diri
"Hah masak" pria tersebut nampak tak percaya
"Udah-udah jangan ribut terus, mari kita selesaikan secepatnya permasalahan ini" pak RT nampat menengahi berdebatan Zofa dengan pria tersebut
"Sumpah demi Allah kami tidak melakukan apapun pak, tadi mbaknya gak sengaja jatuh nimpa saya karena kakinya kesemutan" terang Ammar untuk kesekian kalinya, sedari tadi ia berusaha menjelaskan agar mereka semua percaya
Zofa memijit pelipisnya pelan, ia ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur, gara-gara tadi ia harus menyelesaikan RPP jadi ia terpaksa harus pulang malam, toh ia memang lebih suka menyelesaikan tugasnya di kantor sekolah daripada di rumah, karena di rumah banyak godaannya
"Pak kita sudah menjelaskannya ribuan kali, tolong dong percaya" ujar Zofa dengan wajah memelas
"Lagian nih ya pak, masak kita ngelakuin kayak gituan di situ, kan gak masuk di akal, kayak gak ada kasur aja" lanjutnya
"Zaman sekarang banyak yang melakukan seperti itu di semak-semak, kalau sudah tidak tahan ya bisa langsung cusss tanpa melihat tempat" balas pak RT
"Kalian masih sama-sama singel kan, bagaimana kalau kalian menikah saja" ujar pak RT setelah melakukan diskusi dengan warga di sana
"Hah gak mungkin pak saya sudah menikah" ujar Ammar terkejut, bagaimana mungkin ia menikah lagi, tak ada istilah poligami dalam kamusnya meski keluarganya begitu islami
"Saya juga sudah pak" ujar Zofa bohong, hari gini masih jomblo gak banget deh
"Jadi kalian berdua sudah sama-sama menikah dengan pasangan kalian masing-masing?" tanya pak RT memastikan,
Ammar dan Zofa mengangguk kompak
Setelah pak RT berdiskusi sebentar dengan orang-orang yang memergoki mereka tadi akhirnya
"Baik kalau gitu mungkin masalah ini cukup sampai di sini saja" ujar pak RT yang membuat dua orang itu menghembuskan nafasnya lega
"Tapi jika kalian ketahuan......"
***
Mohon dukungannya semuanya, jangan lupa like and comment, see you next episode, Ilal iqo' 👋
"Assalamualaikum pak" ternyata keluarga Ammar yang datang, tadi pak RT sempat menyuruh Ammar dan Zofa menghubungi kedua orang tua mereka dan menyuruhnya ke sini, karena di rasa mereka berdua masih muda apalagi Zofa
"Waalaikumsalam"
"Ammar apa yang terjadi?" tanya umi panik
"Hanya insiden kecil mi, tapi sudah selesai kok umi, jangan khawatir" ujar Ammar sopan
Pak RT pun memberitahukan kejadian yang dialami oleh Ammar dan Zofa lengkap dalam penglihatan warga sana tanpa ada yang di tutupi, begitu pula Ammar ia menceritakan semuanya, tentu umi dan abi percaya akan apa yang di lontarkan Ammar
"Benarkah itu nak Zofa? Kamu tidak diapa-apain kan?" tanya umi ramah
"Benar bu, ini murni kesalahpahaman, maafkan saya karena meminta bantuan sama anak ibu jadi tambah panjang masalahnya" ujar Zofa
"Syukurlah, mmm sepertinya nak Zofa seorang guru muda ya?" tanya umi yang melihat pakaian dinas kerja Zofa, wajah Zofa yang manis dan tidak boros membuat ia teringat dengan menantunya yang lain
"Iya bu, saya baru menjadi guru selama setengah tahun ini"
Ammar tak mempedulikan obrolan mereka, ia melirik ke arah istrinya yang hanya diam saja, ia bahkan takut membuat istrinya salah paham
"Ita" panggil Ammar, dia mendekat ke arah istrinya
Ita menatap wajah Ammar "Apa benar abang tidak melakukan perbuatan itu?" tanyanya
"Sumpah demi Allah ta, saya gak pernah ngelakuin itu" ujar Ammar dengan wajah serius
"Tapi...... aku gak percaya bang" ujar Ita dengan sorot mata yang tak bisa di jelaskan
Ammar tertegun mendengar penuturan istrinya, bagaimana mungkin istrinya tak mempercayainya, padahal Ammar mengira bahwa Ita sudah sangat mengenal sifat Ammar
"Wajar kalau abang melakukan itu, toh juga aku gak pernah memberikan itu pada abang, abang laki-laki yang normal kan jadi pasti sangat menginginkan itu" ujar Ita yang membuka aib rumah tangganya sendiri, abi dan umi terkejut mendengar perkataan menantunya, begitupula Ammar yang tak pernah membongkar aib rumah tangganya sendiri
Zofa yang sudah merasakan hawa-hawa tidak enak mulai berdiri dan mengendap-endap hendak keluar, selagi keluarga itu ribut ini merupakan kesempatan emas
"Astaghfirullah ta bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan seperti itu, sumpah demi Allah saya tidak pernah melakukan perbuatan hina itu" ujar Ammar frustasi
Di saat keluarga mereka sedang cekcok dengan ampesnya Zofa menabrak tubuh laki-laki yang tegap dengan dada bidangnya tepat di ambang pintu
"Kak" pekik Zofa sembari mengelus-elus dahinya
"Kamu buat masalah apa?" selidik Zen
"Gak ada, kak ayo pulang, kamu memang penyelamatku ban motorku kempes tahu kena paku" ujar Zofa yang menarik lengan kakaknya agar segera pergi meninggalkan rumah tersebut, iya tadi Zofa memang menghubungi kakaknya dan bukan orang tuanya
"Nikahi perempuan itu bang" ujar Ita di akhir perdebatan mereka, namun Zofa telah pergi menghilang dari rumah pak RT begitu saja
"Kamu.... saya gak mungkin nikah lagi, dia juga sudah bersuami" ujar Ammar yang mulai emosi
"Benarkah?" Ita segera keluar dari rumah tersebut nampaknya ia tak percaya bahwa wanita tadi sudah menikah, ia yang masih dapat melihat punggung Zofa segera berteriak
"Mbakkk tungguuuuu" teriaknya dan segera berlari ke arah dua sejoli tersebut
"Mbak menikahlah dengan bang Ammar" pinta wanita itu, tentu saja Zofa merasa kaget ini istrinya kan bukan pembantunya batin Zofa
Zen mengerutkan dahinya bingung "Dek kamu dilamar?" tanya Zen
Buru-buru Zofa mencari akal "Sayang" panggil Zofa sembari bergelayut manja, ia berusaha memberikan kode pada sang kakak bahwa dirinya terancam bahaya
Zen yang melihat tingkah Zofa merasa geli sendiri "Apaan sih dek, kamu udah gak waras ya, setahun ngejomblo gini nih" ujar Zen yang menarik paksa lengannya
Wajah Zofa terlihat kesal, kakaknya ini tidak mau diajak kerjasama
"Apa benar mbak sudah menikah?" tanya Ita
"Sudah ini....."
"Hahahaha dia nikah, gak putus sama pacarnya aja udah syukur" tawa Zen yang membuat Zofa bertambah kesal
"Jadi mbak belum nikah kan?"
"Belum mah dia, kalau ada yang cocok hubungi saya ya" canda Zen, ia masih saja terkekeh, nampaknya melihat wajah kesal Zofa merupakan kesenangan tersendiri baginya
"Ada kok mas, ada yang cocok itu bang Ammar" tunjuk Ita pada pria yang sudah berjalan mendekat
"Eh lumayan dek"
"Ta kamu apa-apaan sih, saya kan sudah bilang saya tidak melakukan perbuatan hina itu, kenapa kamu gak percaya pada suamimu sendiri" ujar Ammar ia berusaha sabar menghadapi istrinya, meski dalam hati ia menyimpan sejuta emosi
"Gak bang, aku tetap gak percaya, daripada kamu berzina lebih baik kamu menikahi perempuan ini, kalian cocok kok"
"Eh mbak istrinya kan? Bukan pembantunya kan? jangan gila dong" bentak Zofa yang membuat Ita terkejut, begitu pula orang yang ada disekitarnya
"Mbak berani berbuat harus berani bertanggung jawab" ujar Ita berusaha tegar
"Hahahaha lucu banget sih, mbak mau ngancurin masa depan saya ya?" tanya Zofa sinis
"Udah di bilangin kita gak pernah melakukan perbuatan seperti itu, gak percaya? Tanya langsung sama Allah"
"Ayo kak pulang" Zofa menarik lengan Zen
"Kamu godain suami orang fa?" bisik Zen
"Diem kamu kak, kayak gak ada laki-laki lajang lain aja di dunia ini" degus Zofa kesal
"Ta ayo dong percaya sama saya" mohon Ammar, ia hendak meraih tangan istrinya namun segera di tepis begitu saja
"Bang aku tetap tidak percaya padamu, segera nikahi dia, kalau tidak lebih baik kita bercerai" ujar Ita tajam
Seketika tubuh Ammar membeku mendengar perkataan istrinya, salah apa ia selama ini, sudah satu tahun lebih pernikahan mereka bertahan namun Ita masih belum bisa menerimanya, kalau memang tidak mau kenapa menyetujui lamaran Ammar dulu, kenapa mertuanya memohon agar Ammar mau melamar putrinya, jika pada nyatanya hati istrinya masih terbelenggu oleh suami pertamanya
***
Mohon dukungannya yo, thanks for your reading, jan lupa like and comment sebanyak-banyaknya, sampai ketemu di episode berikutnya, please tinggalin jejak yoo, Ilal iqo' 👋
"Saya gak mau ta" ujar Ammar dengan suara yang ia tinggikan
"Kenapa? Bukankah seharusnya kamu berterima kasih padaku karena aku mengizinkan kamu untuk menikah lagi, bukankah banyak pria diluar sana yang menginginkan menikah lebih dari satu wanita, harusnya kamu bersyukur bang" ujar Ita tak kalah tinggi
"Bersyukur? Justru dengan menerima apa yang menjadi milik saya saat ini itu bentuk kesyukuran saya pada Allah"
"Bukankah poligami itu sunnah, kamu orang yang taat agama kan pasti juga tahu, apa kamu tidak ingin menjalankan sunnah yang satu ini?" ujar Ita, karena ia tahu betul bahwa Ammar orang yang taat pada Allah dan Rasulnya
"Ya benar, semua perbuatan Rasullullah serta perkataan Rasulullah itu sunnah"
"Rasulullah melakukan poligami itu sunnah, tapi jangan kamu lupakan bahwa Rasulullah juga pernah menentang Ali untuk mempoligami Fatimah dan bahkan beliau mempertegas perkataannya sebanyak tiga kali, bukankah perkataan Rasulullah itu juga sunnah? Coba kamu pikir gimana perasaan bapak kamu ketika putrinya di madu, begitu pula Rasulullah yang tak ingin menyakiti hati putrinya" ujar Ammar yang membuat istrinya terhenyak, ini adalah pendapatnya dan sebisa mungkin orang lain harus memahami
"Jika saya ingin mendapatkan pahala lebih saya akan melaksanakan sunnah lainnya, tapi tidak dengan ini" ujar Ammar tegas
Ammar pergi meninggalkan Ita sendiri di dalam kamar, Ammar hanya ingin menjalani kehidupan rumah tangga seperti Rasulullah dengan Siti Khadijah, atau seperti Ali bin Abi Thalib dengan Siti Fatimah, agar tak ada hati yang saling menyakiti
Ita menangis sendirian di dalam kamar, batinnya merasa tersiksa kala melihat Ammar yang selalu memperlakukan ia dengan tulus, menghargai ia sebagai istrinya meski ia belum menjadi istri yang sempurna untuk sosok yang sempurna seperti Ammar, ya baginya Ammar adalah sosok yang sempurna namun ia tak bisa mengkhianati cinta suami pertamanya yang sekarang ntah kemana antara mati dan hidup
Ammar lebih memilih berjalan ke pondok pesantren tempat ia mengajar, pondok pesantren itu milik keluarganya, ia juga ikut andil dalam mengurusnya
"Assalamualaikum ustadz"
"Assalamualaikum ustadz"
Sepanjang jalan ia mendapatkan salam dari santri-santri yang belajar di pondok tersebut, siapa yang tidak mengenal cucu pemilik ponpes itu, orang yang sangat sopan dan berwibawa namun tegas dan disiplin
Tujuannya saat ini adalah masjid yang terletak di pondok itu, ia hendak itikaf di sana, jam memang sudah menunjukkan pukul sepuluh tapi masih banyak santri yang berkeliaran
"Assalamualaikum" satu tepukan di pundak Ammar membuat ia terkejut
"Waalaikumsalam Bim, bikin kangen aja" ujar Ammar
"Lagian nte ngapain bengong, kirain dzikir tau-tau nya mikir" ujar Bima yang merupakan salah satu ustadz di sana sekaligus teman dekat Ammar waktu masih nyantri dulu, Bima lebih memilih untuk mengabdikan dirinya di pondok
"Bima kalau seandainya nih ya nte udah nikah SEANDAINYA loh ya, tapi tiba-tiba istri pertama nte ngizinin nte nikah lagi, gimana tanggapan nte?" tanya Ammar, namun kata seandainya itu mampu menohok ulu hati Bima
"Kata seandainya gak usah di perjelas juga kali" gerutunya kesal
"Udah jawab aja pertanyaan ane"
"Mau lah, itu namanya rezeki" ujar Bima sumringah
"Emang salah nanya orang" gumam Ammar
"Lah benerkan, jarang-jarang lo ada seorang istri yang mau nawarin dirinya di madu, itu namanya kesempatan emas" ujar Bima
"Ehh tunggu dulu kok tiba-tiba nte nanya gitu?" tanya Bima yang mencium bau-bau kecurigaan
"Itu tandanya Ammar lagi mengalami masalah seperti itu, nte ingat gak saat Ammar tanya dulu, kalau seandainya ada seorang bapak-bapak yang meminta pada seorang pria untuk melamar anaknya karena anaknya sedang terpuruk atas kepergian suaminya dan masih memiliki anak usia dua bulan apakah pria tersebut harus menikahinya. Ingat kalau ada kata SEANDAINYA yang keluar dari bibir Ammar itu artinya menunjuk ke arah dirinya sendiri" terang Yuda tiba-tiba yang membuat dua orang itu segera menoleh ke arah Yuda dengan tatapan bingung
"Sejak kapan nte disini?" tanya kedua orang itu kompak
"Sejak Bima ngucapin salam" ujar Yuda santai
"Hah kenapa kita gak sadar" gumam Bima
"Eh beneran Ning Ita pingin nte nikah lagi?" cerocos Bima kembali ke permasalahan awal
Ammar hanya terdiam dan kemudian ia mengangguk pelan
"Pasti ada alasannya" ujar Yuda
"Iya pasti ada, emang apa alasan Ning Ita meminta hal seperti itu?" tanya Bima
Akhirnya Ammar menceritakan tentang kejadian tiga hari lalu yang menimpanya, namun tentu saja ia tak akan menceritakan soal Ita yang belum mau diberi nafkah batin olehnya, ia hanya menceritakan bahwa istrinya nampaknya tak mempercayai ia
"Itu berarti rezeki nte, udh terima aja, lumayan ada dua bidadari di rumah" ujar Bima yang mendapat tatapan tajam dari Yuda
"Poligini tuh gak semudah itu" ujar Yuda
"Poligami kali" ujar Bima
"Poligini, makanya kalau belajar sesuatu tuh jangan setengah-setengah, jenis poligami tuh di bagi jadi dua poligini dan poliandri, poligini itu seorang pria yang memiliki istri lebih dari satu sedangkan poliandri seorang wanita yang mempunyai suami lebih dari satu" ujar Yuda memberi penjelasan
"Ya habis semua orang pada bilang poligami" gerutu Bima
"Itu namanya penyempitan makna dalam bahasa Indonesia"
"Terus intinya ini ane harus ngapain?" tanya Ammar yang nampak frustasi sekaligus ia melerai perdebatan kedua temannya
"Ya nte harus meyakinkan Ning Ita kalau nte gak melakukan hal seperti itu" terang Yuda
"Udah tiga hari ini kita berdebat soal itu, dan ia masih tidak mempercayai hal itu, bahkan ia sudah tiga kali ini mengancam akan mengajukan gugatan cerai"
"Apa Ning Ita mencintai nte?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir Bima
Ammar hanya terdiam "Cinta? Ia sama sekali tak mencintaiku karena ia masih sangat mencintai suaminya dulu" batin Ammar
"Ok fiks gak bisa jawab berarti ia tak mencintai nte, sekarang balik lagi ke nte apa nte mencintai nya?" Bima memutar haluan pertanyaan
Lagi-lagi Ammar terdiam "Apa aku mencintainya? Dia istriku tentu saja sudah kewajiban ku untuk mencintainya"
Dulu Ammar memang melamarnya karena permintaan ayah mertuanya, Pak Mino meminta tolong agar Ammar mau melamar Ita di saat Ita sedang terpuruk karena suami pertamanya, apalagi saat itu Ita harus mengurus bayinya semenjak kehamilan hingga melahirkan tanpa dampingan suami"
"Ya ane mencintainya" ujar Ammar, bagi Ammar mencintai istri adalah sebuah kewajiban mau tidak mau ia akan memaksakan hatinya untuk mencintai istrinya dan tak ada wanita lain selain istrinya
"Kalau begitu pertahankan" ujar Yuda
"Tunggu dulu, namun ane tak pernah melihat ada tatapan cinta dari mata nte untuknya" sanggah Bima
"Tau apa nte soal cinta, masih jomblo juga" timpal Yuda
"Iya juga ya" Bima menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
"Coba tanyakan lagi pada hati nte, minta petunjuk sama Allah" Yuda menepuk pelan dada Ammar
***
Holla semuanya, happy reading oh ya mohon dukungannya ya, jangan lupa like and comment, see you again kawan-kawan👋
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!