Disebuah perumahan Elite di Surabaya. Hiduplah sebuah keluarga kecil yang sangat bahagia dan harmonis.
Tet ...Tet. Bel rumah besar itu terus saja berbunyi.
"Permisi ... Apa ada orang didalam. Halo anybody home."
Seorang wanita muda nampak kesal menekan-nekan bel rumah besar itu.
Aduh si Moza ini tetap aja g berubah. Sudah punya anak masih aja ceroboh. Kalau Moza sih gue maklumin. Gadis badung itu bisa insyaf jadi ustadzah mendadak gara gara jatuh cinta ma Putra yang kayak kiai gak jadi itu. Lah putra kok bisa teledor Kayak gini sih !
Anak main sendirian di taman kok pada ga nyariin, kalau ada apa apa ma ni anak, nyahok tu mereka berdua.
Wanita muda itu nampak kesal sambil terus-terusan memencet bel.
"Ya ampun siapa sih! Kok ribut banget. Siang-siang begini masih saja teriak-teriak kayak tukang rentenir nagih saja? Iya tunggu sebentar."
Moza sangat kaget ketika melihat wanita yang berdiri di depan pintu rumahnya. Wanita itu adalah Marissa yang tak lain sahabat yang paling dia rindukan.
"Lah loe ngapain sih Ca? Kok sampai teriak- teriak kayak gini.Malu tahu sama tetangga."
"Ih dasar ni orang bener-bener deh !
Kok malah loe yang sewot si Za? Seharusnya loe tu bilang makasih ma gue. Tuh lihat Anak Loe."
"Astaufirullah. Ya Tuhan anak gue Ca? Bisa-bisa dihadisin 7 hari 7 malam ni ma laki gue Ca."
"Lagian loe gimana sih. Anak masih kecil sudah ditinggal-tinggal begini." Ucap Marissa dengan kesal.
"Dulu saja waktu loe pengen punya anak. Dari Dokter sampai Paranormal se Indonesia loe datangin. Eh setelah loe dikasih kepercayaan ma Gusti Allah, malah di sia-siain kayak gini.
Dasar, ceroboh banget sih loe Za?"
"Iya .. iya Maaf.
Gue ketiduran, mungkin pas gue lagi tidur, Kirana pergi main Ca." Moza sedikit mengeles.
"By the way makasih banyak ya ca. Loe emang temen orok gue yang paling cantik manis dan tidak sombong se Indonesia deh."
Marissa Pov#
Marissa itu adalah sahabat kecilku. Hingga dewasa pun kami masih tetap tak terpisakan. sampai-sampai jodohnya pun aku yang cariin. Maklum saja, aku sangat takut kalau dia mendapat kan seorang suami yang gak bener. Untung saja dia nikah ma kakak tetanggaku yang baik. Itu pun aku yang jodohin.
"Za, ngomong-ngomong loe masih ingat gak sama janji kita waktu SMA dulu. Dulu Kita pernah berjanji kalau kita punya anak mau kita jodohin kalau dewasa kelak. Ingat gak loe."
Marissa berusaha mengingatkan Moza tentang perjanjian mereka dulu.
"Idiih, Apaan si loe Ca. Kok malah dianggap serius kayak gitu."
Sambil melihat Kirana.
"Gue serius Za? Lihat tuh Kirana, masih 5 tahun saja cakep nya bukan main. Jadi ngiler kan gue pengen jadiin dia mantu. Sudah gituh gue suka banget Za ma sifat anak Loe. Masih kecil saja dia udah tahu rasanya bersikap baik ma semua orang."
Kirana mulai berlari ke arah Moza ketika dia melihat seorang pengemis tua yang sedang berdiri lemah di pintu pagar.
"Bunda... Bunda. Kirana minta uang dong !" Kirana mulai merengek kepada Bu Moza.
Melihat Kirana merengek, Marissa mulai bertanya kepada kirana.
"Buat apa sayang?." Guman Marissa.
"Itu tante ada pengemis di depan. Kan kasian tante. Dia pasti belum makan."
Kirana hampir menangis ketika melihat seorang pengemis berdiri di depan pintu pagarnya.
"Ya sudah, Kirana kasihkan uang ini sama pengemis itu.Tante yakin Allah akan membalas semua kebaikan hati Kirana." Marissa mulai mengusap kepala Kirana.
"Makasih tante, tante cantik baik deh." Kirana pun berlari dengan cepatnya.
"Loe berhasil ya za didik anak loe sampai perfect kayak gitu."
Dengan muka di tekuk Marissa pun mulai bercerita tentang anak laki lakinya.
"Gue khawatir Za ma anak gue si Rendra." Marissa mulai menekuk dagunya.
"Memangnya kenapa dengan anak loe si Ca?" Ucap Moza yang masih kebingungan.
"Rendra itu kasar Za. Apalagi dingin dan kaku nya itu yang bikin gue sama Papanya bingung."
"Kok bisa gitu ya Ca? secara loe itu anaknya emang pendiam, sih ! Lah, kan memang mirip loe? Kok Loe mau minta yang bawel sih!"
Bu Moza mulai mengejek Marissa yang sudah sedikit stres.
"Bukan gitu Moza Oneng. Itu anak nakutin Za. Dia sangat kasar pada semua orang. Gue khawatir kalau dia punya istri kelak tidak akan bertahan lama."
"Eh..eh. Tunggu-tunggu." Sela bu Moza.
"Lah anak loe yang kayak gitu, masak mau loe jodohin ma anak gue si Ca? Jadi korban tar anak gue. Gak, gak. Pokoknya gue gak mau punya mantu kayak anak Loe itu."
"'Apaan si Loe Za, masak loe gak kasian ma gue. Itung itung timbal balik deh. Kan, dulu loe yang cariin gue jodoh Za dan itu pun gue mau-mau aja. Nah sekarang giliran gue ya Za."
"Lah apa loe gila ya Ca, masak gue mau dicariin jodoh lagi? Bisa-bisa loe di gorok tar ma laki gue."( sambil tertawa terbahak bahak )
"Serius Za? Aku tuh, sudah jatuh hati ma Kirana."
"Kirana... "
Kirana pun berlari lari menuju kami berdua .
"Iya tante cantik." Panggilannya ke padaku.
"Kirana cantik, mau gak jadi mantu tante. Kak Rendra itu cakep nya g ketulungan dan punya es krim coklat yang banyak banget. Gimana mau gak."
"Mau tante, kata Kirana dengan polosnya."
"Lah kok nyogok gitu Ca. Ya pasti mau tu Kirana kalau disogok es krim coklat."
"Ah diem loe. Gimana mau gak sayang?"
"Mau Tante." Sahut Kirana padaku.
"Tu lihatkan, Ca. Kirana saja mau, masak loe tega amat sih Ca ma diriku ini. Aku mohon Ca terimalah lamaran ku kali ini, Ca."
"Ya ampun Moza, loe serius ya kok sampai segitu nya."
"Gue yakin za cuma Kirana yang bisa bikin Rendra bisa berubah."
"Kok yakin gitu si loe, Ca?"
"Insting ibu Oneng."
Tittttt...tittttt. Klakson mobil pun berbunyi .
"Tuh lihat kak Sahid Uda jemput."
"Loe ngusir gue Za?"
"Apaan si loe, Ca."
Mereka berdua pun mulai berdebat.
Melihat kedua sahabat itu berdebat. Kak Sahid pun turun dari mobil beserta anaknya.
"Eh ada mantu cantik gue nih."
Kirana pun mencium tangan kak Sahid tanpa disuruh oleh Moza.
"Lah kok kak Sahid gitu juga sih. Kenapa kalian berdua kok ngebet banget si ma anak gue."
"Kami Uda sepakat Za."
"Lah kok beneran sih?Gue masih blm pengen pisah ma anak gue." ( sambil memeluk Kirana )
"Apaan si Loe, Za. Sapa juga yang mau ngawinin sekarang dodol."
"Emang nya kapan?" Ucap Bu Moza.
"Tar 13 tahun lagi kalau Kirana Uda lulus SMA ketawaku."
"Rendra sini Nak."( mengekor di belakang papanya) ayo Salim sama tante Moza.
" Iya ma." Sahud Rendra.
"Aduh-aduh anak cakep manis gini loe malah ketakutan, kalau kayak gini gue gak keberatan punya mantu kayak Rendra, Ca."
"Loe g tau aja za dibalik sikap dan wajah nya yang manis itu terdapat hati yang menakutkan." lirih Marissa dalam hati.
"Ayo sini Rendra kenalan ma anak tante?"
****
Pertemuan pertama antara Rendra dan Kirana akhirnya dimulai.
"Aduh...aduh...... Bunda" ( Sambil mengernyitkan dahi dan tangan)
"Sakit kak." Kirana mulai menangis.
" Rendra." Bentak Marissa dan kak Sahid.
Rendra pun melepas tangannya yang bersalaman dengan Kirana.
"Tu kan, Za?"
Sambil menangis Marissa menceritakan ke Moza tentang sikap Rendra yang pernah memukul temen-temennya di SD.
Rendra kurniawan #
Putra dari pengusaha sukses Sahid Kurniawan dan Marissa Nasution yang kini sudah duduk di kelas 3 SD.
"Sudah ...sudah. Kamu gak usah terlalu khawatir, Insya Allah Rendra akan berubah ca, dan kamu harus yakin semuanya akan baik-baik saja."
"Kamu gak tau saja Za, Sikapnya itu yang bikin aku ketakutan." Marissa mulai menangis'.
"Sudah-sudah."
Bu Moza mengelus -ngelus Marissa yang sudah menangis.
"Lebih baik kita ngobrol di meja makan. Kalian bertiga belum makan, kan. Kebetulan mas putra bentar lagi pulang. Sekalian kita ngumpul keluarga. Kita kan sudah jadi besanan."
Mungkin inilah cara ku untuk nenangin Marissa ma kak Sahid yang sudah mulai resah.
Bel pun berbunyi.
"Itu pasti Kak Putra sudah pulang."
Klik..pintu pun terbuka.
"Wah, Kok rame gini Bun. Kenapa Bunda gak bilang bilang si bun kalau ada kak Sahit ma Marissa disini."
Kak putra memanggil Sahid dengan sebutan kakak. karna usia kak Sahid memang jauh lebih tua dari kami bertiga yang seumuran.
"Putra. Kami pulang ya. Uda jam 8 malam. Kasian Kirana Uda ngantuk tuh."
( Kirana bermain kejar kejaran dengan Rendra dengan riang nya )
"Tu kan, Za. Aku gak perna lihat Rendra selepas itu bermain dengan siapa pun, Iya kan pa. Insting ku gak perna salah. Cuma Kirana yang bisa membuat Rendra berubah."
Marissa dan keluarga pun pamit pulang.
Setelah kepulangan Marissa. Aku pun berbicara sama kak putra dengan keinginan Marissa dan kak Sahid yang ingin menjodohkan anak mereka dan Kirana Saat kirana ber usia 18 tahun. Dan alangkah kagetnya aku ternyata kak putra pun juga menyetujui.
"Alhamdulillah, ternyata suamiku juga menyetujuinya."
12 tahun pun berlalu dengan seiringnya waktu. Tanpa terkecuali dengan kehidupan Kirana yang sebentar lagi lulus dari SMA 1 Surabaya.
Diruang tamu, Bu Moza mengatakan kepada Pak Putra tentang keinginannya untuk berlibur ke Bali setelah kelulusan Kirana. Bu Moza berniat merayakan keberhasilan putrinya itu dengan meriah. Mendengar handphonenya berbunyi, Bu Moza terdiam melihat no baru dilayar hpnya itu.
"Iya, Halo ini siapa ?"
" Za, ini Aku Marissa Za."
"Hah, Marissa beneran ini kamu?"
"Iya Za, ini aku Marisa? Aku sudah pulang sejak kemarin. Apa bisa besok kita ketemuan Za, sekalian ajak Kirana ikut bersama mu. Sudah kangen nih pengen lihat calon menantuku. Kamu gak lupa kan perjanjian kita dulu?"
12 tahun yang lalu, Marissa dan keluarga pindah ke UK mengikuti Suami tercinta untuk mengurus perusahaan yang telah berkembang di luar negeri. Demi kelancaran perusahaan, Marissa sekeluarga memutuskan untuk pindah ke UK serta membawa putra mereka untuk menetap dan bersekolah disana.
****
"Ya ampun. Bunda bisa gak jalannya sedikit pelan? Sebenernya Bunda mau kemana, Kok seneng banget kayak gini?"
"SUdah, kamu ikut bunda saja. Jangan bawel deh."
Mereka berdua tiba di cafe dekat kantor cabang Kurniawan grup di Surabaya.
"Moza sebelah sini. "Panggil Marissa.
"Sudah lama ya Ca, nunggunya?"
"Gak kok Za, baru juga nyampek sebelum kamu. Eh..eh. Ini Kirana ya?" Tanya Marissa sambil membolak-balik tubuh Kirana.
"Eh, iya Tante. Ini betul Kirana."
Kirana menjawab dengan segala kebingungannya.
Kirana mulai memperhatikan Bunda nya yang sedang keasyikan ngobrol dengan teman lamanya tersebut.
Tiba-tiba Kirana langsung tersedak ketika mendengar percakapan kedua wanita paruhbaya itu
"Apaan sih Tante?"
"Loh beneran sayang. Kita berdua memang sudah sepakat mau jodohin kamu dengan anak Tante."
Kirana langsung melongo saking terkejutnya .
"Maaf ya sayang. Selama ini bunda memang gak pernah cerita padamu. Bunda takut nanti Kirana kepikiran, jadi bunda dan ayah gak pernah ngomong."
Hah. Pantas saja Bunda gak pernah ngizinin Kirana pacaran Ampek lulus SMA. Jadi ini toh masalahnya. Guman Kirana dalam hati.
Bukan hal baru lagi. Kirana selain sangat cantik dia juga sangat pintar serta mempunyai sifat yang ceria. Entah sudah berapa banyak cowok yang sudah Kirana tolak demi menghormati keinginan bundanya yang melarang dia pacaran selama SMA.
Mereka pun bercerita panjang lebar tentang masa lalu dan kedepannya tentang rencana pernikahan Kirana dan Rendra.
"Ehemmm ... Permisi."
Seorang laki-laki tampan berdiri didekat Marissa. Tubuh nya yang tinggi dan badan nya yang sixpex itulah gambaran yang bisa kita lihat dari laki-laki tersebut.
"Eh,eh. Putra mama sudah datang. Ayo sini, mama kenalkan sama calon istrimu." Marissa menyeret Rendra agar duduk disampingnya.
"Hah. Apa Rendra g salah denger ma?
(dengan nada membentak).Loh kok gitu si Ma. Kenapa mama gak ngomong sebelumnya. Rendra bukan anak perempuan yang harus dijodoh-jodohin Ma. Rendra juga bukan Siti Nurbaya Ma." Bentak Rendra.
Brak.
Sebuah gebrakan meja terdengar dengan keras.
"Beginikah cara mu membalas semua pengorbanan mama. Apa kamu mau melihat mama jantungan dengan kata kata mu itu Ren." Ucap Marissa.
"Bukan begitu Ma. Rendra hanya gak suka saja dengan rencana mama yang begitu konyol. Masak cewek kayak gini mau dijodohin ma Rendra ma?" Sambil melirik ke arah Kirana.
"Ya ampun. Apa yang tadi kamu katakan." Kirana mulai kesel mendengar segala ocehan yang keluar dari mulut Rendra.
"Perempuan kayak gini. Denger ya Tuan Siti Nurbaya? Saya, Kirana, Putri dari Bunda Moza dan ayah Putra Pratama. Dengan ini menolak secara tegas perjodohan ini. Apalagi harus menikah dengan cowok kayak kamu. Ih, najis banget."
Mereka berdua mulai ribut. Bu Moza dan Marissa pun tak henti-hentinya melerai pertikaian itu.
Selain cantik, Kirana merupakan gadis yang sangat periang dan jahil, serta suka bicara asal jeplak saja, tapi itulah kelebihannya seorang Kirana Az-Zahra, gadis cantik yang belum pernah pacaran.
"Sudah-sudah tante dan bunda sudah pusing dengan tingkah kalian yang seperti tom and Jerry saja. Pokoknya kami berdua sudah sepakat. Bulan depan kalian akan bertunangan dan tidak ada penolakan. Apa kalian mengerti."
Marissa pun menatap interaksi antara Rendra putra nya dan Kirana. Aku memang gak salah pilih. Selama ini belum pernah ada perempuan yang menolak pesona Rendra. Apalagi membentak Rendra dengan kasar, kecuali menantu cantik ku.
He..he.. Marissa pun tersenyum dengan riang.
"Kamu kenapa Ca." Sela Bu Moza.
"Jangan-jangan kamu kesambet ya? Pulang dari luar negeri kok kamu malah aneh gini."
"Apaan sih kamu Za. Lihat tuh anak kita. Cocok kan. Dibalik pertengkaran mereka berdua. Aku yakin mereka berdua bisa jatuh cinta dan saling menjaga seumur hidup." Jawab Marissa.
Rendra kurniawan Pov#
Laki laki ber usia 23 tahun yang sangat perfect dan sangat dingin serta angkuh.
Kirana Az-Zahra Pratama.Lihat saja nanti.
Berani kamu menerima perjodohan ini. Aku buat kau hidup tak mau matipun tak mampu.
😅😅Maaf ya temen..temen..kalau cerita nya banyak typo nya ..maklum baru belajar nulis 🤭🤭🤭
Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi.
Heh .... Pas banget Nih.Entah kenapa lagu ini pas banget buat nasib ku.
Semenjak Pertemuan kemarin. Kirana sudah tidak bisa makan apalagi tidur. Pikiran resah selalu bergelayut dalam benak Kirana.
Ini gak bisa kayak gini terus. Aku harus cari solusi yang tepat untuk masalah pelik ini.
Huh .... Sepertinya cuma ayah yang bisa menolong ku dalam masalah ini.
Pagi oh pagi cepat lah berlalu. Hamba sudah tidak sanggup tuhan menahan beban ini. Kirana mulai terlelap dalam tidurnya
"Kirana ... Kirana. Ayo bangun sayang. Sudah waktunya makan. Bunda sudah masak semua makanan kesukaan Kirana." Sahut Bu Moza.
Akhirnya, Percakapan di ruang makan itu berubah menjadi tegang. Pak Putra yang biasanya menjadi sosok ayah yang hangat, tiba-tiba tersentak dan mulai berbicara dengan nada yang tinggi .
"Kirana ! Dengarkan ayah bicara dulu?
Dan jangan pernah mencela ketika Ayah berbicara." Keluh Pak Putra.
"Ayah kok tega, sih. Ini hidup Kirana yah. Masa depan Kirana." Air mata Kirana mulai terjatuh. Gadis cantik itu sudah tidak kuat menahan segala tekanan yang berusaha dia coba tahan.
"Kirana gak mau menikah di umur Kirana yang masih muda ini yah. Kirana mohon untuk kali ini saja. Tolong Ayah kabulkan permintaan Kirana, yah."
Bujukan Kirana pun tetap tak bisa menggoyahkan dan merubah keinginan Bu Moza dan pak putra .
"Maaf kan ayah sayang. Kali ini tetap gak bisa. Karna kami berdua telah sepakat dan berjanji. Itu pun harus kami tepati."
"Maksud ayah, dengan cara mengorbankan masa depan kirana, yah !"
Dengan terisak Kirana pun berlari menuju kamar nya.
Ya Allah. Berilah jalan terbaik untuk masa depan Kirana. Sekiranya memang ini jalan terbaik. Luluhkan lah hati ini untuk menerima perjodohan ini, tetapi apabila ini menjadi keburukan untuk masa depan ku kedepannya. Hamba mohon jauhkan lah perjodohan ini ya Allah.
Sama hal nya dengan Kirana. Rendra pun memohon pada kedua orang tuanya untuk membatalkan perjodohan tersebut.
"Ini salah mama. Rendra tetap gak bisa bertunangan dengan gadis bodoh itu, Ma. Apalagi sampai menikah." Rendra berusaha membujuk Marissa.
"Jangan bicara omong kosong seperti itu Ren. Mama dan papa tau, Apa yang terbaik untuk hidup mu."
"Sudahlah Ma. Ini bukan untuk kebaikan Rendra, tapi demi kesenangan mama, kan?"
Rendra pun tersenyum seperti mengejek kedua orang tuanya.
Rendra. Mama yakin suatu saat kamu pasti berterima kasih dengan semua keputusan kedua orang tuamu ini, Nak. Ucap Marissa dalam hati.
*****
Lihat saja kamu Kirana. Aku akan membuat hidup mu menderita secara lahir dan batin. Keluh Rendra dalam hatinya.
"Mama harap, kamu tidak akan melakukan tindakan yang aneh aneh-aneh, Nak. Jangan buat hidup mu hancur dengan kebiasaan mu yang kau pikir kami berdua tidak tahu." Sentak Marissa.
Kirana gadis yang baik. Demi mewujudkan pernikahan kalian, kedua orangtuanya melarang dia pacaran, Apalagi bersentuhan dengan laki laki lain . Bersyukur lah dirimu, Nak. Tampa mama dan papa jelesin, kami sudah tau seperti apa perempuan yang berkeliaran di sekitar mu itu.
Rendra akhirnya menyetujui pernikahan ini. Sama hal nya dengan Kirana. Mereka berdua akhirnya setuju dengan perjodohan tersebut, demi berbakti kepada kedua orang tua mereka berdua.
Hari kelulusannya Kirana pun tiba.
Tanpa terasa air mata Kirana mengalir dengan sendirinya. Mita yang tak lain sahabat deket kirana pun terkejut melihat Kirana menangis dengan kencangnya .
"Loe kenapa Ran. Yang lain pada sorak- sorak gembira. Loe malah nangis seperti ini? Apa Loe sangat bahagia sampai-sampai air mata Loe jatuh kayak gitu." guman Mita.
"Jangan-jangan. Apa bunda Moza sudah mengizinkan loe buat pacaran, ya?" Tegur Mita.
"Bukan hanya ngizinin pacaran Mit, tapi nikah juga ngizinin." Celetuk Kirana.
"Hah, Gila loe ya, Ran. Masak belum pernah pacaran malah langsung nikah, sih." guman Mita keheranan.
"Beneran dodol.1 bulan lagi Gue bakalan nikah, Mita."
"Hah... Jangan bercanda Loe ran. Candaan Loe garing amat."
Mendengar ocehan Mita yang tidak mempercayainya, tak terasa air mata Kirana mulai terjatuh dan mengalir deras di pipi cantik nya itu.
"Ya ampun, kenapa Loe menangis seperti ini, Ran. Coba cerita semua kepadaku." Mita membujuk Kirana agar bisa menceritakan segala permasalan yang sedang menimpanya.
Akhirnya, Kirana pun menceritakan semua permasalahan yang menimpanya kepada Mita. Selama ini, cuma Mita lah yang bisa ngertiin Kirana dengan baik dibandingkan dengan sahabatnya yang lain.
"Gini aja. Gimana kalau loe kabur saja dari pernikahan paksa loe itu. Kebetulan, Gue dan bokap Gue bakalan pulang kampung ke Bandung dan kuliah di Jakarta. Kamu bisa juga tinggal bareng Gue disana Ran.
Gimana, mau gak?"
"Ya gak bisa Mita. Gue gak bisa bikin bunda ma Ayah malu Mita?" Kirana menolak ajakan Mita.
"Lah terus gimana. Apa loe sudah setuju?" Mita terkejut dengan keputusan Kirana.
"Mau gimana lagi Mit, mungkin ini memang takdir ku."
"Takdir ilahi kali." Canda Mita.
"Sudah -sudah. Gimana kalau kita ke mall saja. Otak loe yang uda sepet kayak gitu, bikin gue merinding saja." Mita mengajak Kirana pergi ke mall agar bisa sedikit melepas masalah yang menimpa sahabatnya itu.
"Iya deh. Siapa tau dengan pergi ke mall Kepala gue bisa dingin lagi."
Kirana pun berusaha melupakan semua kegelisahan nya. Aline dan Raisa pun bergabung di cafe tempat biasa mereka nongkrong.
"Gue ke toilet dulu ya mit. Udah gak nahan nih, sahut Kirana."
"Dasar loe. Cepat sana gih." Celetuk Raisya.
Bugh... Benturan terjadi antara Kirana dan seorang pria.
"Aduh kepalaku. Dasar, gak punya mata ya?" Kirana mulai mengusap-usap kepala nya yang sakit tanpa melihat lelaki tampan di depannya itu sambil mengomel.
"Maaf nona. Maafkan aku." Keluh laki laki tersebut. Namun tanpa aba-aba tiba-tiba lelaki tersebut menarik Kirana ke dalam toilet dan menguncinya dari dalam.
"Hah, Kamu gila ya?"
Tanpa aba-aba laki laki tersebut langsung menyumbat mulut Kirana.
Shit..
"Tolong pelankan suara mu dan bantu aku.
Please, Aku mohon."
Sambil membuka tangan laki laki tersebut, Kirana pun berkata. "Aku Gak mau."
Lelaki tersebut terkejut atas penolakan Kirana namun laki-laki itu tak kehilangan akal, dia memberitahu Kirana dengan situasi genting yang sedang terjadi.
"Nona, coba lihatlah keatas."
Laki-laki itu mengarah kan telunjuknya ke atas.
Kirana pun mengalihkan pandangannya ke atas sesuai perkataan laki-laki itu.
"Ini kan toilet perempuan, ngapain kamu kesini."
"Makanya itu nona, Aku mohon bantulah aku.
Apa nona mau kita tertangkap satpam disini."
Melihat keadaan yang terjadi, pada akhirnya Kirana pun mengangguk dan menyetujui semua arahan dari laki-laki tersebut.
"Nanti kalau suasananya sudah sepi, baru kita keluar, Ok."
Akhirnya, Mereka berdua pun keluar dari dalam toilet, setelah menunggu hampir 20 menit. Laki-laki Itu pun mulai memperkenalkan jati dirinya kepada Kirana.
"Kenalkan. Nama ku Ardi Kurniawan."
Ardi pun mulai menjelaskan semua hal yang terjadi di dalam toilet tanpa sedikitpun terlewatkan.
Sebelum Kirana menjawab perkenalan tersebut, dari arah depan Mita pun muncul dan mulai menyeret tangan Kirana.
"Hah ... Modus !"
"Jodoh orang tau?" Sambil menarik lengan Kirana.
Ardi pun hanya bisa tercengang melihat kepergian Kirana .
"Ran , loe itu harus tau, mana laki laki yang baik or laki laki yang modus kayak tadi itu.
Oh iya, ngomong-ngomong loe ngapain sih lama-lama di toilet. Semedi ya?" Canda Mita.
"Gila loe." Balas Kirana .
" Sudah, cepetan kita pulang. Semua temen-temen yang lain pada ngomel menunggu mu. Aku harap kamu tidak terjebak lagi dengan pria modus kayak tadi itu."
****
Dari dalam cafe, Ardi pun memandang kepergian Kirana dengan wajah penuh penasaran.
Ehmmmm.
Gadis yang sangat lucu, guman Ardi.
"Woi ... Loe kenapa Ar. Tumben Loe bersikap aneh kayak gini." Rava mulai menepuk-nepuk pundak Ardi.
Ardi tersenyum manis melihat bayangan Kirana berlalu dari hadapannya.
"Dia sangat manis dan aku sangat menyukainya." Ardi mulai bergumam aneh.
"Apaan sih. Maksudnya suka apa? Es ini." Sela rava.
"Sudah lah Rav, Aku malas mendengar kan mu." Ardi pun berjalan meninggalkan Rava yang mulai kebingungan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!