Perjodohan adalah salah satu cara orangtua menekan anak-anak mereka untuk mencari pasangan. Tentu saja orang tua iginkan yang terbaik dari semua pilihan yang ada. Demi masa depan putra-putri mereka.
Celine Greey, adalah salah satu contohnya. Orangtua Celine menjodohkannya dengan orang yang sama sekali tidak dikenal Celine. Tanpa meminta persetujuan Celine, mereka membuat janji temu keluarga.
Celine baru saja keluar dari kamarnya. Ia berjalan menuju meja makan untuk mengambl minum. Ia berpapasan dengan Mama tirinya.
"Celine ... " panggil Lidya, Mama tiri Celine.
Celine menghentikan langkah kakinya, "Ya, Ma. Ada apa?" tanya Celine.
"Akhir pekan ini ikutlah kami. Papamu dan aku akan mengajakmu bertemu calon keluarga suamimu." kata Lidya.
Celine mengernyitkan dahi, "Ca ... calon suami?" ulang Celine bingung.
Lidya melebarkan mata, "Kenapa? apa kau akan kabur melarikan diri, setelah tau akan dinikahkan?" tanya Lidya dengan meninggikan suaranya.
"Apa-apaan, ini? kenapa Papa tidak memberitahuku lebih dulu?" batin Celine.
Celine menggelengkan kepala, "Bukan seperti itu, Ma. Celine hanya sedikit kaget saja." jawab Celine.
Mendengar jawaban Celine, Lydia tersenyum masam. Terlihat sekali jika ia sangat tidak menyukai Celine.
"Ingat perkataanku ini, Celine. Meski aku adalah Mama tirimu, tetapi aku sudah membesarkanmu. Kau harus bisa diandalkan, bukan. Paling tidak, kau harus bisa mengembalikan apa yang keluarga ini berikan padamu. Kau paham?" jelas Lidya, yang kembali menekankan kata-kata.
Seketika, Celine merasakan seperti ada sesuatu yang menusuk hatinya. Hatinya terasa sakit dan pedih. Ia hanya bisa menunduk, tanpa menjawab ucapan Mama tirinya yang menyakitkan.
Karena tidak ada yang ingin disampaikan lagi, Lidya pun pergi meninggalkan Celine. Bukannya melanjutkan langkah kakinya, Celine justru berbalik untuk kembali ke kamarnya.
***
Tidak hanya Celine, ternyata Hezkiel juga mendapatkan perlakuan yang sama dari orangtuanya. Hanya saja, orangtua Kiel mengatakan niatannya dan alasan melakukan perjodohan.
Lily dan Hans sedang bersanta di kamar. Lily gelisah, karena panggilan teleponnya tidak dijawab oleh Kiel. Melihat sang istri yang mondar-mandir, Hans pun menegur.
"Sayang, bisakah kau duduk. Jangan buat aku sakit kepala," kata Hans.
Lily menatap suaminya, "Ah, maafkan aku. Aku sedang menghubungi putra kita." jawab Lily.
"Ada apa? anakmu tidak menjawab panggilanmu lagi?" tanya Hans.
Lily menganggukkan kepalanya, "Ya. Apakah dia sesibuk itu?" gumam Lily.
"Bukankah anakmu sedang ada di luar kota? Aku sudah bertanya pada Bastian." kata Hans memberitahu iatrinya. "Kau kirim pesan saja pada Kiel," lanjut Hans bicara.
"Ah, ok." jawab Lily.
Lily pun mengirim pesan ada Kiel. Pesan Lily, agar Kiel bisa meluangkan waktu untuk makan malam bersama.
***
Kiel baru saja keluar dari kamar mandi. Ia melihat ke arah tempat tidur, seorang wanita cantik sedang berbarig di atas tempat tidur. Ia pun berjalan menghampiri tempat tidur, duduk di tepi tempat tidur.
"Sayang, kau masih tidur?" tanya Kiel berbisik di telinga wanita yang sedang tidur itu.
Cup ....
Sebuah kecupan mendarat di bibir KIel. Wanita cantik itu tersenyum lalu membuka matanya.
"Pagi, sayang." sapaya pada Kiel.
Kiel tersenyum, ia berbaring lalu memeluk wanita itu. Dikecupnya kening wanita itu dengan mesra.
"Kiel, sepertinya tadi aku dengar ponselmu terus bergetar. Aku tidak melihat siapa yang menghubungimu. Karena aku masih sangat mengantuk." kata wanita itu.
Kiel meraba nakas dan mengambil ponselnya. Dilihat layar ponselnya, begitu banyak panggilan dari Mamanya.
"Siapa?" tanya wanita yang masih berada dalam pelukan Kiel.
"Mama," jawab Kiel.
Wanita itu mengerutkan dahi, "Ada apa? apa ada masalah? atau sesuatu yang penting?" cecarnya.
"Entahlah. Sepertinya sesuatu yang penting. Mama ingin aku bisa meluangkan waktu makan malam. Itu artinya, kita harus kembali siang ini." kata Kiel.
"Kau bisa kembali dulu. Aku masih mau di sini." jawab wanita itu.
"Kau yakin?" tanya Kiel menatap wanita dipelukannya.
Wanita itu menganggukkan kepala, "Ya, sangat yakin. Aku bisa minta Asistenku datang atau managerku. Mereka pasti mau untuk menjemputku." jawab wanita bernama 'Monna' itu.
"Monna ... " panggil Kiel. Ia mendekat, mengeratkan pelukan dan mencium bibir wanita yang dipeluknya dengan gemas.
***
Tiba di hari yang ditentukan. Kedua belah pihak keluarga bertemu untuk makan malam. Kiel dan Celine saling berkenalan satu sama lain.
"Bagaimana, Kiel. Celine cantik, kan?" tanya Lily menggoda.
Kiel hanya mengangguk dan tersenyum tipis, "Ya, cantik." jawab Kiel.
"Sudah kuduga. Kau pasti akan menyukainya. Celine adalah calon istri terbaik untukmu, Nak." kata Lily, begitu bersemangat.
"Jangan terlalu memuji, Nyonya Winter. Celine kami tidak secantik itu. Dia adalah wanita biasa yang sangat sederhana." kata Lidya merendah.
"Anda sudah membesarkan putri Anda dengan baik, Nyonya Greey. Pujianku tida berlebih, mataku tak akan salah menilai calon menantuku. Bukan begitu, sayang?" kata Lily menatap Hans, suaminya.
"Itu benar sekali. Memang tidak ada wanita lain yang akan cocok selain Celine untuk Hezkiel." jawab Hans.
"Semoga dengan adanya pernikahan ini. Kerjasama perusahaan kita semakin bagus ke depannya, Tuan Winter." kata Christian, Papa dari Celine.
"Tentu saja. Itulah harapan saya, Tuan Greey." jawab Hans.
Suasana makan malam pada saat itu terkesan harmonis. Kedua keluarga banyak berbincang mengenai pernikahan yang akan segera diselenggarakan.
Celine terlihat biasa saja, tetapi tetap menunjukan raut wajah yang ramah pada semua orang. Ia sesekali melirik ke arah Kiel, menilai sosok pria yang akan menikah dengannya.
"Apa aku akan menikah dengannya? Ya, lumayan juga. Setidaknya aku tidak dinikahkan dengan seorang duda tua yang sudah memiliki anak. Dia terlihat dingin dan angkuh. Sepertinya, dia tidak menyukaiku dan terpaksa dengan perjodohan ini. Hah, sudahlah. Terserah saja, asalkan aku bisa pergi dari rumah yang biasa kusebut neraka." batin Celine.
"Sial! andai saja aku bisa bicara yang sejujurnya pada Papa dan Mama. Bagaimana ini, ya? mau tidak mau aku harus menikahi wanita asing ini." batin Kiel, melirik ke arah Celine yang berada tepat di sampingnya.
Pandangan Kiel dan Celine bertemu, Celine yang kaget langsung buru-buru memalingkan pandangannya. Jantung Celine berdebar karena terkejut.
"Ah, kenapa dia menatapku? tatapan mata apa itu? aku sangat tidak nyaman jika seperti ini." batin Celine.
Kiel mengernyitkan dahi, "Huh, dia tidak mau melihatku? sombong sekali kau, Nona Greey." batin Kiel sedikit kesal.
Di sisi lain, ada seseorang yang hanya diam mengamati. Seseorang itu, tidak lain adalah Dion Greey. Anak yang dibawa oleh Lidya saat memasuki kediaman keluarga Greey. Saat ini, Dion aktif membantu Papa tirinya mengurus perusahaan. Diam-diam, sebenarnya Dion ini mempunyai kesan dan menaruh perhatian lebih pada Celine.
Pada saat mendengar perbincangan Papa dan Mamanya mengenai rencana pernikahan Celine, Dion merasa sedikit kecewa dan kesal. Dia ingin sekali buka suara menentang. Namun, ia tahu benar posisinya.
"Lihat pria itu. Dia bicara dingin seakan tidak tertarik pada Celine. Nyatanya pandangannya begitu lekat seperti perekat menatap Celineku. Ingin ku congkel dua matanya itu." batin Dion geram.
Dion yang begitu berambisi, selalu menyiksa Celine baik secara batin maupun fisik. Tujuannya hanya satu, ia ingin Celine menyerah dengan keadaan dan selalu bersandar padanya. Dion ingin Celine hanya bergantung padanya, melihatnya sebagai seorang pria, bukan sebagai Kakak.
Sebaliknya, karena takut terlibat masalah dan tidak menyukai sikap Dion yang kurang ajar, Celine pun selalu berusaha menjaga jarak dengan Dion. Sebisa mungkin, Celine menghindari bertatapan langsung, maupun berpapasan dengan Dion. Baik itu secara sengaja ataupun tidak sengaja.
Hampir sekitar satu jam, mereka semua menghabiskan waktu bersama untuk makan malam dan mengobrol. Dari hasil perundingan, waktu pernikahan pun ditentukan. Celine dan Kiel akan menikah seminggu ke depan.
Meski terkesan terburu-buru, kedua pihak keluarga tidak mempermasalahkan. Bagi mereka, lebih cepat anak-anak mereka menikah, akan lebih baik.
Mendengar itu, Kiel merasa bingung. Ia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada Monna. Ingin menentang dan mengatakan apa yang sebenarnya, tetapi ia tidak bisa kehilangan sosok yang sangat dicintainya.
Celine tidak terlalu memikirkan. Baginya, ia hanya ingin cepat pergi meninggalkan neraka yang selama ini menyiksa batin, pikiram juga fisiknya. Tidak peduli, apa dan bagaimana kehidupannya ke depannya setelah menikah dengan Kiel. Ia hanya ingin segera pergi jauh dari Mama dan Kakak tiri yang terus menerus menganggunya.
*****
Pernikahan yang mewah pun diadakan. Kedua belah pihak keluarga mengundang beberapa klien besar, kerabat jauh serta beberapa staf perusahaan.
Celine terlihat sangat cantik dan memesona dengan mengenakan gaun pengantin yang berwarna putih. Ia ada di ruang tunggu, sedang menunggu sang Papa yang akan menjemputnya.
"Apa masih lama? kenapa Papa belum datang, ya." gumamnya lirih.
Tok ... tok ... tok ....
Pintu ruangan diketuk dari luar. Celine sedikit kaget dan melihat arah pintu tanpa berpindah tempat dari posisinya.
"Siapa? apa itu Papa?" batin Celine bertanya-tanya.
Pintu ruangan terbuka. Tidak beberapa lama masuklah seseorang yang tidak diharapkan oleh Celine, yaitu Dion. Melihat Kakak tirinya yang datang, membuat Celine merasa kesal.
Celine mengernyitkan dahi, "Apa yang kau lakukan di sini, Dion?" tanya Celine dengan kesalnya.
Dion berjalan menghampiri Celine. Ia pun berdiri tepat dihadapan adik yang dikaguminya. Dion tersenyum tipis melihat Celine, di matanya Celine tampak begitu seksi dan membuatnya bergairah.
Merasa aneh, Celine pun memalingkan pandangannya. Ia tidak mau betatapan muka dengan Dion. Ia ingat akan kejadian-kejadian sebelumnya, di mana Dion selalu menatapnya lekat penuh hasrat birahi.
"Kau menghindari tatapanku, Celine. Kenapa? padahal aku sangat merindukanmu hari ini. Kau membuatku kecewa." kata Dion.
Tangan Dion membelai wajah putih mulus Celine. Tentu saja Celine kaget dan langsung menepis tanagn Dion tanpa aba-aba.
"Apa yang kau lakukan, Dion? Dasar tidak sopan!" seru Celine mengernyitkan dahi.
"Hahaha ... " tawa Dion. Ia mencengkram dahi Celine dan mendekatkan wajahnya ke wajah Celine. "Tidak sopan, kau bilang? ingin kutunjukan apa yang kau katakan 'Tidak sopan' itu, hah?" geram Dion.
"Ahh ... sa-sakit, Dion. Le-lepaskan tanganmu." keluh Celine berusaha meningkirkan tanagn Dion yang mencengkram dagunya.
Dion kembali tersenyum. Ia mengamati paras cantik adik tirinya tanpa berkedip.
"Sial! wanita ini kenapa cantik sekali. Pria itu beruntung sekali." batin Dion merasa kecewa.
"Celine ... " bisik Dion di telinga Celine. Ia bahkan sengaja mengembuskan napasnya dan mencium leher Celine tiba-tiba.
Celine melebarkan mata, ia langsung mendorong Kakak tirinya itu dan mengusap leher yang dicium Dion. Celine tajam menatap Dion penuh rasa benci.
"Kau berani sekali, Dion. Pria kurang ajar. Aku sangat membencimu." kata Celine dengan jengkel.
Melihat Celine yang marah-marah. Hanya membuat Dion tersenyum tipis tanpa bicara apa-apa.
"Brengsek! dia berani sekali menciumku. Ingin rasanya aku membunuhnya." batin Celine.
Beberapa saat kemudian, Christian masuk ddalam ruanga. Ia melihat Celine dan Dion.
"Oh, kalian sedang bersama rupanya." kata Christian.
"Papa ... " gumam Celine menatap Papanya.
"Oh, Papa." sapa Dion, ia tersenyum palsu pada Papanya, "Aku hanya ingin melihat adik kesayanganku saja, Pa. Bukankah setelah ini aku tidak bisa bertemu dengannya. Aku hanya ingin Adikku ini tahu, betapa Kakaknya ini akan sangat rindu ke depannya." lanjut Dion bicara bermanis-manis.
Christian tersenyum, "Hm, ok. Upacara pernikahan akan segera dimulai. Ayo, Nak." ajak Christian menatap Celine.
"Iya, Pa." jawab Celine.
Christian menutupkan tudung transparan ke kepala Celine. Keduanya lalu beriringan berjalan pergi meninggalkan ruangan. Di belakang, Dion mengikuti dengan langkah kaki perlahan.
***
Upacara pemberkatakan pernikahan dimulai. Baik Celine mapun Hezkiel saling mengucapkan sumpah janji setia sehidup semati bersama.
Usai melangsungkan upacara, mereka langsung menyambut tamu yang memberikan selamat. Pemberkatan dan resepsi pernikahan digelar disebuah Hotel mewah.
Celine mulai mengembangkan senyumannya saat para tamu menghampiri dan memberikan ucapan selamat. Begitu juga Kiel yang terlihat jelas sedang resah dan gelisah. Keduanya berakting bahagia sampai pesta usai.
***
Kini Celine Greey telah berganti menjadi Celine Winter. Ia resmi menyandang status barunya, yaitu Nyonya muda Winter. Itu artinya, Ia bukan lagi Celine yang akan dianggap remeh oleh orang lain, terutama Mama tirinya.
Celine pun dibawa pulang ke kediaman pribadi Hezkiel. Di rumah, Celine mendapatkan sambutan hangat dari pelayan yang biasa melayani Hezkiel.
"Selamat datang, Nyonya Muda." sapa salah seorang pelayan paruh baya.
"Ah, iya. Terima kasih." jawab Celine tersenyum.
Setelah saling menyapa, Hezkiel membawa Celine masuk dalam kamarnya. Ia ingin bicara dengan Celine hanya berdua saja.
Di kamar, Celine merasa canggung, karena Kiel hanya diam saja tanpa bicara. Celine tidak tahu, apa yang harus ia lakukan dan apa yang harus ia katakan.
"Kau tahu, kan. Aku tidk menyukaimu. Pernikahan kita ini, murni atas dasar perjodohan dan bisnis. Aku akan mempertegas semuanya lagi, Celine. Kau memang istriku, kau bisa gunakan semua fasiltas dan uangku tanpa batas. Akan tetapi, satu hal yang harus kau ingat. Jangan pernah mengharapkan cinta dan kasih sayang dariku. Aku tidak akan bisa melakukan dua hal itu meski kau memaksa. Kau paham?" jelas Hezkiel.
"Ah, sudah kuduga. Pria ini memang tidak menyukaiku sedikitpun." batin Celine.
Celine menganggukkan kepalanyaperlaha, "Hm, soal tugasku? aku boleh melakukan semua kewajibanku, kan?" tanya Celine tanpa ragu.
"Tentu saja. Itu harus. Kau harus memenuhi semua tanggung jawabmu sebagai seorang suami, begitu juga aku yang akan menghidupimu seumur hidupmu. Ingat ini juga, jangan pernah bicara yang tidak-tidak pada orang lain. Mau itu keluargamu ataupun keluargaku. Kau tahu jelas maksudku, kan. Aku yakin kau bukan wanita bodoh, karena kau adalah wanita yang berasal dari keluarga terhormat." kata Hezkiel dingin.
Lagi-lagi Celine menganggukkan kepala, "Aku mengerti." jawab Celine.
***
Malam harinya, Celine dan Hezkiel melakukan malam pertama mereka. Hezkiel yang kesal dan jengkel karena Monna tak bisa dihubungi, melampiaskan semua kekesalannya pada Celine.
Celine sampai menangis. Ia tidak sangka suaminya begitu kasar tanpa kelembutan sedikitpun.
"A-apa, ini? tubuhku sakit semua. Ouch ... " batin Celine.
"Sialan! ada di mana Monna sekarang. Dia berani mengabaikan panggilanku. Lihat bagaimana aku akan menghukumnya nanti." batin Hezkiel.
"Bi-biakah kau melakukannya de-dengan perlahan, Kiel. Itu sangat sa-sakit." lirih Celine dengan derai air mata.
"Diam! jangan bicara dan nikmati saja. Bukankah tugasmu sebagai istri adalah patuh pada suamimu?" sentak Hezkiel. Ia semakin kasar dan liar pada Celine.
Celine seketika diam membisu. Ia merasa kecewa dan sedih saat suaminya bicara kasar juga membentaknya.
Usai melakuakn malam pertama. Hezkiel pun pergi meninggalkan Celine yang masih ada di dalam selimut. Kiel bahkan tidak memberitahukan, akan ke mana dia pergi.
Diam-diam, Celine menangis. Ia memeluk erat bantal. Rasanya sungguh kacau. Ia merasa kesal, kecewa juga sedih. Ia kembali teringat akan ucapan Hezkiel yang memintanya untuk tidak mengharapkan apa-apa.
***
Tiga Bulan kemudian ....
Hari demi hari berlalu. Tanpa terasa, sudah tiga bulan terlewati begitu saja. Kini Celine paham benar maksud ucapan gari suaminya. Ia pun belajar untuk iklas menerima semua perlakan yang suaminya berikan.
Tidak hanya itu, Ia juga sudah terbiasa dibentak bahkan sampa kena marah oleh suaminya itu. Sikap dingin dan egois Hezkiel, membuat Celine harus banyak bersabar.
Celine sedang duduk membaca majalah di ruang tengah. Tiba tiba saja, ia melihat Hezkiel pulang.
"Kau sudah pulang," sapa Celine tersenyum.
"Ya," jawab singkat Hezkiel.
Pada saat ingin menghampiri Hezkiel, Celine melihat sosok wanita cantik nan seksi muncul di belakang Hezkiel. Tidak hanya itu, wanita yang tidak dikenal Celine itupun, memanggil mesra Hezkiel dengan panggilan 'sayang'.
"Sayang, aku lelah." kata wani asing yang datang bersama Hezkiel.
Celine melangkah mendekati Hezkiel, "Si-siapa dia?" tanya Celine pada Hezkiel. Iya sangat penasaran akan apa yang dilhatnya.
Hezkiel menatap wanita di sisinya, lalu menata Celine. Ia pun memberitahukan siapa wanita itu pada Celine.
"Dia Monna, kekasihku. Seseorang aku cintai dan sayangi." jawab Hezkiel.
"Apa?" kaget Celine melebarkan mata.
"Apa aku tidak salah dengar? kekasih?" batin Celine.
"Kenapa?" tanya Hezkiel pada Celine.
"Ti-tidak. Tidak ada apa-apa. Aku akan melanjutkan pekerjaanku. Kau bisa istirahat." jawab Celine yang langsung berbalik dan pergi meninggalkan KIel dan Monna.
Seketika dada Celine terasa sesak dan nyeri. Ia tidak menyangka, suaminya akan mengenalkan padanya, seorang wanita asing yang baru ia lihat sebagai 'Kekasih'. Meski 'Istri' hanya sebatas statusnya, tetap saja Celine merasa sakit hati.
*****
Celine meminta penjelasan pada Kiel. Ia meminta waktu bicara berdua saja. Mereka membahas tentang datangnya Monna ke rumah yang tiba-tiba.
"Apa ini, Kiel?" tanya Celine. Ia menatap ke arah Kiel dengan rasa penasaran yang menumpuk.
"Ini, maksudmu?" tanya balik Kiel.
"Aku tahu kau bukan pria bodoh yang tidak mengerti maksud ucapanku, Kiel." kata Celine.
Hezkiel mengusap tengkuknya, "Ya, apa lagi yang ingin kau tahu.? bukankah aku sudah katakan siapa dia tadi." kata Kiel menjelaskan.
"Jadi, kau selingkuh?" tanya Celine.
Pertanyaan Celine membuat Hezkiel terkejut. Ia tidak sangka akan mendengar pertanyaan demikian dari Celine.
"Apa? selingkuh? Aku tidak selingkuh. Monna itu ... " kata-kata Hezkiel tiba-tiba terhenti.
"Sial! hampir saja aku kelepasan bicara. Bisa gawat jika Celine tahu aku dan Monna sudah menikah diam-diam sebelum aku menikah dengannya." batin Hezkiel.
"Ya, Monna kenapa?" tanya Celine menatap tajam mata Hezkiel.
Hezkiel mengusap kasar wajahnya. Ia berusaha memikirkan apa yang seharusnya ia katakan dan yang tidak.
"Kau salah jika mengira Monna selingkuhanku. Aku sudah cukup lama menjalin hubungan dengannya, jauh sebelum kita menikah. Aku menyayanginya, aku juga sangat mencintainya. Aku tidak bisa kehilangannya." jelas Hezkiel.
Kening Celine berkerut, "Aku tahu jelas, Kiel. Kita memang menikah tanpa adanya rasa. Namun, tidak bisakah kau hargai statusku? aku istrimu, sedangkan dia? bagaimana bisa kau bawa pulang simpananmu dan membuatnya tinggal satu atap dengan istrimu." keluh Celine.
"Monna bukan simpanan. Jaga ucapanmu, Celine. Kau memang istriku, tetapi kau tidak pantas menguruhiku. Ingat baik-baik apa yang aku katakan ini. Jangan ikut campur dengan hubunganku dan Monna. Cukup jalani saja peranmu sebagai istri dengan baik dan benar. Kau mengerti? jangan buat aku semakin kesal dan muak melihatmu." kata Hezkiel kasar.
"Muak? kau muak padaku? apa salahku, Kiel?" cecar Celine.
"Monan akan tinggal di sini. Sampai kapan itu masih belum pasti. Yang jelas, jangan sampai kau mengadu Pada Papa dan Mama. Jika sampai ada orang yang mengusik Monna, kaulah orang pertama yang harus bertanggung jawab. Apa kau paham?" sentak Hezkiel.
Celine kaget, "I-iya. Aku paham," jawab Celine.
Hezkiel pergi meninggalkan Celine seorang diri. Celine merasa sedih, hatinya juga terasa perih. Tanpa sadar, air matanya jatuh membasahi pipi.
Hiks ... hiks ... hiks ....
Tangis Celine pecah. Ia bersimpuh di lantai dengan memeluk kedua lututnya.
"Bagaimana bisa dia begini padaku? aku ini dia anggap apa sebenarnya? aku memang istrinya, tetapi aku tidak juga seperti istrinya." batin Celine terus menangis.
***
Pada saat yang sama, di mana Hezkiel dan Celine berbincang. Monna sedang menguping dengar pembicaraan mereka.
"Dasar wanita rubah. Berani sekali dia mengataiku simpanan. Lihat saja, aku tidak akan tinggal diam. Detik ini juga, akan kubuat hidupmu bagaikan tinggal di neraka." batin Monna kesal.
Monna terus menguping dengar sampai percakapan Hezkiel dan Celine berakhir. Ia melihat Hezkiel keluar dari ruang baca dan menyapa.
"Sayang ... " panggil Monna dengan suara lembut.
"Monna, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Hezkiel. Ia menjadi gelisah, takut jika kesayangannya itu dengar percakapan antara dirinya dan Celine.
"Aku sudah dengar semuanya. Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, Kiel. Kata Monna memasang wajah memelas.
Hezkiel memeluk Monna, "Maaf, sayang. Aku hanya belum bisa melindungimu dengan baik. Maafkan aku," kata Hezkiel sedih.
Monna tersenyum tipis, Ya, tidak apa-apa. Asalkan hatimu untukku, itu sudah lebih dari cukup." jawab Monna.
Kedua melepaskan pelukan. Hezkiel dan Monna saling memandang dan tersenyum. Monna merangkul lengan Hezkiel, meatap Hezkiel dengan tatapan mata yang menggoda.
"Kau akan tidur denganku, kan?" tanya Monna.
"Ya, tentu saja. Kenapa kau masih bertanya, sayang." jawab Hezkiel.
"Tidak, bukan apa-apa. hanya saja, aku akan cemburu jika kau memilih tidur bersama wanita itu. Dia terlihat sangat tidak suka padaku." kata Monna murung.
Hezkiel mengusap kepala lalu meraba wajah Monna. Diciumnya kening kesayanagnnya itu.
"Jangan hiraukan dia. dalam hatiku dan yang kubutuhkan hanya kau seorang. Biakan saja dia ingin melakukan apa. Dia tidak lebih hanya istri yang tidak dianggap oleh suaminya." jelas Hezkiel.
Monna tersenyum cantik, "Oh, sayang. Aku semakin mencintaimu." kata Monna merayu Hezkiel.
"Ya, aku juga mencintaimu. Sangat, sangat mencintaimu." jawab Hezkiel.
Hezkiel mendekatkan wajahnya lalu mencium mesra bibir Monna. Dari balik pintu Celine melihat adegan yang menurutnya tidak pantas dilakukan seorang suami yang sudah beristri.
Celine hanya diam, dengan air mata yang jatuh berlinangan. Tangannya meremat ujung gaunnya erat-erat. Ia ingin berteriak, tetapi ia tidak ingin membuat Hezkiel kesal dan semakin tidak menyukainya.
Beberapa saat kemudian, Hezkiel dan Monna pergi. Karena masih penasran akan hubungan Hezkiel dan Monna, ia pun segera keluar dari ruang baca dan mengikuti suami juga simpanan suaminya itu.
"Apa aku boleh lakukan ini, ya? kenapa aku jadi seperti tikus yang harus bersembunyi seperti ini." batin Celine kesal.
Ternyata, Hezkiel dan Monna masuk ke dalam kamar yang ke depannya akan dipakai oleh Monna. Celine hanya bisa mengikuti sampai di depan pintu, ia tidak bisa masuk ke dalam kamar. Karena pintu kamar sudah ditutup.
Dari dalam kamar terdengar suara teriakan Monna yang minta Hezkiel untuk tenang dan bersabar. Mendengar itu, Celine kembali hanya bisa diam membisu.
"Baiklah jika ini maumu, Kiel. Kau ingin membuatku memainkan peranku, kan. Begitu juga denganku. Aku akan membuatmu berperan sebagai suami. Jangan harap wanita rendahan itu bisa menginjakku. Statusku di rumah ini adalah Nyonya rumah. Aku tak akan menyerahkan posisiku ini begitu saja." batin Celine.
Ia lalu berbalik dan hendak melangkah pergi. Namun, ia dikejutkan oleh Anha. Kepala pelayan sekaligus pengasuh Hezkiel saat masih kecil.
"Bi-bibi ... " gumam Celine.
"Maaf, Nyonya. Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Anha penuh harap.
Celine menganggukkan kepalanya, "Ya, tentu saja. Ayo," ajak Celine.
Ia melangkah pergi, Anha mengikuti berjalan di belakang Celine. Keduanya berjalan menuju kamar tidur Celine.
***
Malam harinya ....
Celine sudah duduk tenang menunggu makan malam disajikan. Hezkiel baru saja datang dan duduk. Ia melirik sesaat ke arah Celine lalu melihat ke atas meja yang sudah penuh dengan makanan.
"Dia sudah tenang rupanya," batin Hezkiel.
Tidak lama, Monna datang. Ia mengenakan gaun malam super seksi dengan belahan dada yang terlihat jelas. Monna melirik ke arah Celine, ia pun tersenyum masam.
"Sayang, apa makan malam kita?" tanya Monna yang langsung duduk dipangkuan Hezkiel.
Monna sengaja, ia ingin memanas-manasi Celine. Namun, usaha Monna gagal. Karena Celine hanya fokus pada piring yang ada di hadapannya saja tanpa memedulikan dua orang di depannya yang sedang bermesraan.
"Monna, buka mulutmu." pinta Hezkiel.
"Aaaa .... "
Hezkiel menyuap potongan daging untuk Monna. Monna tersenyum cantik lalu mengecup bibir Hezkiel.
"Jangan menggodaku, sayang. Kau tau kan akibatnya." kata Hezkiel.
Monna kembali melirik Celine, "Umh, apapun hukumannya akan aku terima. Aku tahu jeals hukuman yang maksud itu, Tuan Winter." jawab Monna.
Monna kembali tersenyum, "LIhat ini wanita rubah. Suamimu hanya peduli padaku, kan. Aku akan membuatnya selalu ada di sisiku setiap saat. Tidak akan kubiarkan dia melihatmu meski hanya sesaat." batin Monna.
"Bibi Anha ... " panggil Celine, menatap Anha yang berdiri tidak jauh darinya.
"Ya, Nyonya." jawab Anha.
"Tadi ada undangan, kan?" tanya Celine lagi.
"Ya, ada undanga yang mengharuskan Tuan dan Nyonya hadir. Karena Tuan dan Nyonya besar juga hadir. Nyonya besar bahkan sudah menghubungi tadi. Meminta saya untuk menyampaikan pada Anda, jika Anda dan Tuan harus datang." jelas Anha.
"Oh, begitu rupanya. Hm, bagaimana, ya. Sepertinya aku hanya aku yang akan datang, Bi." kata Celine seakan menyindir Hezkiel.
Monna langsung kesal, "Cih, dasar rubah. Apa maksudnya dia dan pelayan rendahan itu bicara seperti itu di depanku." batin Monna.
Hezkiel merasa tidak nyaman, Ia langsung meminta Monna berpindah tempat duduk dengan alasan napasnya sesikit sesak.
"Monna, bisa kau pindah dari pangkuanku? napasku sedikit sesak. Maaf," pinta Hezkiel.
Monna yang kesal semakin kesal. Perlahan Monna berdiri dan duduk di kursi, di samping Hezkiel.
"Makan ini," kata Hezkiel meletakan piring berisi steak daging yang sudah dipotong di hadapan Monna.
"Emh ... " gumam Monna kesal.
"Aku harus bicara dengan Celine setelah makan. Mana bisa aku biarkan dia pergi sendiri, sedangkan Mama sudah meminta kami pergi bersama." batin Hezkiel.
Pada saat bicara dalamhati, Hezkiel terus menatap ke arah Celine yang masih bicara dengan Anha. Tentu saja, itu membuat Monna cemburu dan semakin kesal. Monna pun meletakan kasar garpu yang dipegangnya, dan pergi dari meja makan dengan langkah kaki setengah berlari.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!