NovelToon NovelToon

The Future King

Eps 1

Asnee Yodrak, kini usia nya genap 16thn. Perjalanan hidup nya pun tidak mudah karena beberapa beban yang harus dia tanggung sebagai calon raja masa depan di kerajaan Yodrak.

Putra sulung dari Raja Aaron dan juga Ratu Prija. Asnee memiliki seorang kakak perempuan bernama Rayya Yodrak. Di samping itu, Asnee pun memiliki seorang paman kandung bernama Aat Yodrak.

Di kala remaja seusia nya melakukan hal sesuai keinginan, namun tidak dengan Asnee, dari kecil dia belajar di sekolah kebangsawanan dan di lanjut sekolah dengan pelajaran attitude dan juga pengembangan otak bertaraf internasional.

Sekolah itu bagaikan asrama, dari segi apapun telah di atur dari dalam, namun tidak membuat dirinya terbebani dengan alasan karena Mama nya, ibu angkat nya yang tentu dia adalah Nara Lucifer selalu saja mengunjungi dirinya tanpa sepengetahuan siapapun.

Bukan hanya Nara yang terlihat selalu mengunjungi Asnee di asrama waktu itu, namun keluarga besar Lucifer, Jakson, Jeffrey bahkan Smith tak luput silih berganti mengunjungi nya.

"Astaga tadi aku lihat ada nona cantik kembali mendatangi kantor kepala sekolah ! Waah sebenarnya siapa dia ini, tak tersentuh sama sekali. Ayo kita tampil setampan mungkin sebelum dia melihat ku yang mandi keringat ini." Begitu narsis dengan pose yang membuat Asnee menikam nya dengan tatapan tajam.

Robert, teman satu asrama Asnee itu baru datang dan langsung menyibakkan handuk kecil seraya melilit dan menggantungkan pada leher nya. Keringatnya terus bercucur gagah seakan bangga ke luar dari kulit tubuh Robert.

"Asnee, Asnee!" Teriak Kevin dari luar dan kini terhenti di ambang pintu dengan nafas terengah-engah.

Asnee menutup buku bacaan nya, lalu membenarkan duduk nya serta menjuntai kan kedua kaki nya bersamaan, sehingga turun menapaki lantai yang dengan cantik nya terbuat dari marmer.

"Lagi dan lagi ! Ada apa lagi ?." Dengan buku di tangan nya, dia berdiri dan kemudian berjalan menuju rak buku yang begitu panjang dan tinggi milik mereka bertiga.

"Itu nona itu benar-benar cantik, ini sudah hampir tiga tahun kita terakhir melihat nya dan saat ini datang kembali dengan wajah yang semakin fresh dan cantik ! Wah dewi itu datang dari mana sebenarnya." Kevin terus bernostalgia dengan kecantikan wajah Nara.

Asnee mendelik kesal dengan satu alis terus terangkat tajam.

"Aey aey jangan berekspresi seperti itu, kau bahkan tidak tahu bagaimana wajah nya!." Robert melempar handuk kecil berwarna pink muda itu pada Asnee. Kenyataan nya memang seperti itu, Asnee salah satu pria langka menurut kedua teman nya. Di saat para laki-laki memuja seorang gadis cantik baik yang ada di sekolah maupun di luar, namun tidak dengan Asnee, dia seakan tidak berminat.

Asnee tidak banyak bicara, tidak ingin terlibat dengan pikiran kedua teman nya yang terus memuja Nara, dia tidak suka dan marah. Tidak ada yang tahu bahkan seluruh sekolah dan asrama tidak tahu wajah kedua dari Asnee yang sebenar nya.

" Hei pangeran kau mau kemana?."

Robert memanggil-manggil dengan keras. Pandangan Robert juga Kevin bertemu dan bersamaan mengangkat kedua bahu mereka menandakan tidak mengerti akan sikap Asnee setiap kali seseorang yang mereka puja datang ke asrama.

Pernah ketika Shabila datang, semua penghuni asrama laki-laki dan perempuan gempar bahkan bukan hanya asrama, sekolah yang berada di samping pun gempar seakan baru pertama kali melihat sosok gadis yang karisma nya beda dari yang lain, sampai Asnee hanya bisa menajamkan penglihatan nya dan buru-buru masuk ke dalam kantor kepala sekolah guna menghampiri Shabila dan juga Reagan.

Keluarga dari penguasa bisnis tiga negara itu silih berdatangan tanpa tahu tujuan apa yang membuat mereka datang. Lagi dan lagi hanya kepala sekolah dan Asnee yang tahu.

...**...

Di dalam ruangan kepala sekolah, Nara tengah duduk menikmati teh hangat yang sesekali disesap nya. Wajah itu semakin cantik saat usia nya semakin bertambah, seakan angka ukur pun malu dengan pertambahan nya. 38thn usia Nara namun wajah nya masih sama saat pertama Asnee bertemu, entah apa yang wanita itu kenakan untuk wajah dan juga tubuh nya sampai-sampai bisa seawet itu.

tok...

tok...

tok...

"Masuk!" Ucap kepala sekolah itu di sela bincang nya dengan Nara.

Pintu terbuka, kedua pasang mata yang ada di dalam menoleh ke asal suara reketan.

"Aresha, tuan Asnee ada di luar!." Tentu saja suara itu sangat di kenal. Collen, ya dia pria itu, pria yang setia mengabdikan dirinya pada Nara dan telah menikah dengan Vio.

"Aku tahu ! Itu dia di belakang mu." Tunjuk Nara dengan dagu nya dan reflek Collen memutar berdirinya.

"Silahkan!" Collen pun memilih ke luar kembali sesaat setelah memberi anggukan sopan pada Asnee.

Suasana ruangan mendadak sepi dan redup. Nara menatap Asnee yang setiap tahun tatapan nya terasa kosong.

"Silahkan! Jika begitu saya ada urusan lain di aula. Permisi!." Kepala sekolah itu pun pamit pergi. Nara pun merespon dengan sopan dan mengulas senyum tipis nya.

Pintu tertutup begitu rapat dan kini hanya ada Nara dan juga Asnee di dalam ruangan. Mereka diam, tidak ada yang mau mengalah hanya sekedar mengulas senyum.

Nara duduk kembali mengabaikan Asnee yang terus menatap nya selidik seakan seekor gagak yang tengah membidik calon bangkai nya.

"Jika bisa lain kali kalau mau berkunjung pakai penutup wajah ! Ma, lihatlah bahkan Robert dan juga Kevin terus memuji-muji wajah mu seperti pedofil." Asnee selalu saja memberengut, guratan di kening nya yang biasa tersirat perlahan hilang saat berhadapan dengan Nara.

Mata Nara membeliak dan untuk kesekian kali nya, putra sulung nya protes. "Sshhh astaga Asnee, terus mama harus bagaimana ? Sudahlah terima saja jika mama ini memang cantik!!"

Kepercayaan diri Nara memang tak tertelan oleh usia, dia masih saja tengil apalagi kini sikap Asnee hampir serupa dengan semua laki-laki yang ada di keluarga nya. Padahal tidak sedarah tapi entah kenapa, sampai Nara sempat berpikir jika perubahan Asnee hasil dari cuci otak para adik kembar, bahkan aneh nya Eiji dan juga Julian kini sangat dekat dengan Asnee entah dari kapan.

"Cantik bukan?!" Nara berdiri kembali dan berpose seperti model, menyibakkan rambut dan memutar cantik di hadapan putra sulung nya.

"Mama!!" Tegur Asnee tidak suka.

"Hahahaha iya iya maaf, maafkan mama !." Tawa menggelegar namun terdengar merdu mengisi seisi ruangan yang pengap menjadi menggelikan.

"Tidak lucu, 'mam!." Asnee terus merengut, dia sangat jengkel jika mama nya terus sengaja mengumbar-ngumbar kecantikan nya.

"Sini mama peluk, mama sangat merindukan Asnee yang manja ini,!" Nara pun menumpahkan rasa rindu nya. Jika dihitung-hitung Nara baru bisa mengunjungi putra nya itu dari tiga tahun silam karena kesibukan nya di rumah sakit dan juga organisasi nya.

"Putra mama sudah tinggi ya ! Tidak terasa sampai mama tidak sadar!." Nara mengelus lembut punggung Nara, dagunya dia kaitkan pada pundak Asnee.

"Bagaimana kabar mu, 'mam ? Aku pikir kau sudah tidak peduli pada ku sampai tiga tahun terakhir ini tak pernah menjengukku di sini!,"

"Kak Shabila bilang jika kau dan juga papa Leyka sedang sibuk,"

Asnee mengeratkan pelukan nya. Nara tersenyum indah dan tulus, wajah nya sangat menenangkan seperti laut namun ada kala nya berubah seperti monster gila.

Helaan nafas Nara terasa pada pundak Asnee, "Pekerjaan apa yang begitu penting mengalahkan diriku, mam ?!."

Nara melepas pelukan nya dan mengajak putra sulung nya itu untuk duduk. "Masalah kecil, tapi mama harus menyelesaikan nya bertahap ! Bukankah jika melakukan hal terburu-buru itu tidak baik ? Mama rasa itu juga salah satu pelajaran untuk mu, belajar bersabar dan belajar berpikir logis. Boleh dengan hati juga, namun jangan sepenuh nya karena hal itu juga tidak di perbolehkan."

"Asnee pun tahu apa profesi mama, bukan ? Untuk itu kamu mengerti jika mama tidak bisa selugas itu pada mu." Tangan jenjang Nara meraih pucuk kepala Asnee dan mengacak nya lembut.

"Iya aku mengerti mam !." Ujar nya melembutkan tatapan. Nara pun ikut mengulas senyum nya.

"Pintar" Seru Nara.

"Adik Zevan kenapa tidak ikut ? Biasanya dia yang paling wara-wiri," Asnee bertanya sembari mengedarkan pandangan nya seolah baru sadar akan ketidak hadiran adik tampan nya itu.

"Dia memilih bermain komputer bersama Sean juga Shane dibanding ikut dengan ku!." Wajah Nara tiba-tiba kecut mengingat pertengkaran kecil dengan putra bungsu nya sebelum berangkat.

"Mama berangkat dari Irlandia kah ?." Tanya Asnee.

"Eum ! Dia sangat merindukan sepupunya dan mengabaikan aku, jadi mama berangkat dari Irlandia saja!" Paling bisa Nara merengut pada Asnee, kadang Leyka pun cemburu pada putra sulung nya itu.

"Anak itu ada-ada saja!!." Gumam Asnee.

Nara mengecek jam ditangan nya dan menatap Asnee.

"Apa ?." Seru Asnee saat mata mama nya menyelidik.

"Kau tidak ada kelas hari ini ?." Tanya nya.

"Ada, mungkin prof Nero tengah membahas pelajaran nya saat ini." Ucap Asnee dengan santai nya.

Nara mencebik lalu berdiri. "Ayo mama antar ke kelas mu."

"Tidak tidak, apaan ! Tidak ya, nanti bisa-bisa kedua teman ku bertanya-tanya mengenai mu. Tidak, aku tidak mau!!." Tolak Asnee begitu yakin.

"Pelit ! Ya ampun salah apa aku memiliki putra seangkuh ini?!." Nara kecak pinggang kesal, namun terlihat lucu drama di antara anak dan ibu itu.

"Mama tidak akan pulang dulu kan ?."

Nara menggeleng pelan. "Tidak, mama akan menjemputmu kembali setelah pelajaran mu selesai ! Collen akan disini menemani mu, mama ada urusan sebentar."

"Urusan apa lagi ?." Heran Asnee.

" Hanya sebentar. Ok!,"

" Ya sudah cepat pergi, mama akan kembali secepat nya." Nara mendorong-dorong punggung Asnee sehingga terhenti di depan pintu.

" Jangan lama-lama." Ucap Asnee membuka pintu dan kemudian melangkah ke luar. Collen yang masih setia menunggu memberi hormat pada Asnee.

"Collen, kau tetap di sini ! Aku ada urusan sebentar."

Collen dengan peka memberikan kunci mobil pada Nara dan berjalan di belakang nya. " Kelas Ekonomi Moneter, dia ada kelas bersama prof Nero !." Ucap Nara di sela langkah nya. Collen mengangguk paham dan jalan berbelok ke koridor lain menuju kelas Asnee.

Para siswa dan siswi yang tengah belum masuk kelas samar-samar membicarakan sosok Nara yang sedikit pun tidak menoleh. Robert dan juga Kevin yang tengah menuju ke kelas nya seketika terhenti melihat Nara yang berjalan bagai dewi dari kayangan.

"Nona cantik." Teriak Robert begitu antusias. Nara menoleh sekilas di sela langkah nya dan tersenyum menanggapi, menggelengkan kepala nya pelan.

Reflek Robert dan juga Kevin senang bukan kepalang. Tingkah mereka seakan menggelitik hati, benar-benar membuat pemilik dara merasa menjadi model papan atas.

Eps 2

Tok.

Tok..

tok..

ketukan pintu terdengar samar, pintu tinggi berwarna coklat itu berdiri gagah sebagai pintu masuk ilmu pengetahuan semua siswa bangsawan kelas atas.

Pelajaran tengah berlangsung, semua siswa terganggu dan seketika menoleh ke asal suara.

Kreattt...

Pintu terbuka, Prof Nero pun masih menoleh tanpa melangkah.

"Astaga sedang apa dia,?" Batin Asnee bergumam begitupun pun dengan mata yang menyelidik malas. Asnee memalingkan pandangan nya ke jendela menghindari tatapan Collen yang seakan bicara jika dia akan berdiri di belakang nya.

"Maaf terlambat." Ucap Collen. Prof Nero hanya mengangguk miring dengan kerutan halus di pelipis nya.

Collen berjalan berwibawa, semua mata siswa tak luput memperhatikan dirinya, mungkin tengah berpikir siapa dia, kenapa datang ke kelas mereka.

"Tuan." Hormat sopan Collen pada Asnee yang duduk dari belakang. Sikap Collen pun akhirnya memberi jawaban atas pertanyaan para siswa bahwa mungkin pria yang baru datang itu adalah bodyguard agung sang pangeran.

Pelajaran pun kembali di mulai dengan tenang, Collen pun menikmati pelajaran itu dengan baik sembari menemani Asnee.

Ya, hanya sebagian yang tahu jika Asnee adalah, Calon raja Yodrak dari Thailand. Putra satu-satu nya dari raja Aaron dan keponakan kesayangan dari pangeran Aat-paman Asnee.

Namun mereka tidak tahu jika Asnee adalah putra dari Aresha-pemimpin bawah tanah yang masih di takuti sampai sekarang, putra dari dokter bertaraf internasional dan kini sudah menyandang profesor, Dokter Leyka Tanawat.

Adik dari Sean, raja bisnis muda dan juga salah satu petinggi penting di dalam organisasi Mafia terbesar. Adik dari Shabila, raja bisnis di bidang kuliner dan juga sedang menggarap perusahaan yang berada di Jerman dan juga China.

Asnee pun adik dari Shane, Pemimpin tertinggi di Mafia Red Phoenix serta seorang presdir dari Lu'an Company, perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Virus dan anti virus perangkat lunak yang kini masih berdiri kokoh, menjadi perusahaan yang belum ada saingan nya.

Tidak hanya itu, Asnee pun kesayangan dari semua anggota yang berhujankan etika dan uang, mereka semua terlahir dari darah biru dan disegani.

Hidup Asnee tak sesederhana itu, sampai raja Aaron dan semua anggota kerajaan tidak sadar akan keistimewaan pangeran Asnee untuk empat marga besar itu. ( Abraham, Smith, Lucifer, Jeffrey) keluarga itu sangat melindungi Asnee, Asnee Yodrak.

...**...

Swedia, ya sekarang Asnee sekolah di sana namun tak membuat Nara dan semua keluarga mengeluh akan jarak yang semakin jauh itu.

Wanita itu, masih mengendarai mobil nya dengan cekatan sesekali mengedarkan pandang nya ke ruas jalan setiap yang di lewati nya.

Sampai Nara di sebuah gedung yang sangat luas dan juga bergaya ke barat-baratan, bertuliskan gedung kedutaan besar Swedia.

Para penjaga berbalutkan baju keamanan CIA dan juga SWAT berdiri di setiap sudut gedung namun juga tak terlalu mencolok.

"Ada yang bisa kami bantu ?." Keamanan itu menghadang Nara yang hendak melangkah pada anak tangga menuju pintu besar yang terbuka di depan sana.

Nara tersenyum ramah. "Saya ada perlu dengan tuan Corner, sudah membuat janji juga ! Jika tidak percaya maka silahkan untuk di beritahukan pada beliau." Tutur Nara dengan anggun nya.

Bukan nya apa namun siapa yang tidak tahu tuan Corner, pejabat diplomatik yang sangat disegani dan di hormati, untuk itu tak akan ada sembarang orang yang bisa menemui nya begitu saja.

Keamanan itu menyampaikan dari balik earphone nya dan segera tersambung ke dalam, penjagaan di dalam pun tak kalah ketat sehingga setiap pintu dan koridor gedung itu di tanam para keamanan tingkat tinggi.

Nara menunggu sekitar lima menit lama nya namun tak kunjung di persilahkan masuk.

"Maaf tuan apa sekarang saya sudah bisa masuk ? Saya tidak bisa berlama-lama karena harus kembali mengunjungi putra saya." Ucap Nara sedikit mengeluh pada mereka, namun mereka tetap memberikan ekspresi dingin pada Nara dan sesekali menelisik jauh pada apa yang terbalut pada tubuh Nara, seakan sekarang Nara seperti benda mencurigakan.

Di dalam gedung itu, sang sekretaris dari tuan Corner hendak menyampaikan pemberitahuan dari luar.

"Pak."

"Kau tidak lihat jika saya sedang sibuk sekarang ?." Sembari sibuk berkutat dengan alat tulis, dia berulang mengecek komputer nya seakan tengah menyamakan data.

"Ada seorang wanita yang ingin bertemu, dia masih di tahan di luar oleh keamanan ! Dia mengatakan telah membuat janji pribadi dengan anda sebelum nya!." Tutur nya memberi sikap rapih dengan kedua tangan di simpan di depan. Kaca mata bening kotak nya menyempurnakan kekurangan dari pandangan nya.

"Katakan jika saya sibuk ! Orang mana yang bisa berbohong seperti itu, tidak bermoral sekali. Tidak kah dia merasakan beban pekerjaan ku ? Menyebalkan !." Tuan Corner malah marah-marah sendiri, dia terus mengeluh akan pekerjaan yang tiada habis nya sampai-sampai bisa melupakan keluarga di rumah yang tengah menunggu nya pulang.

"Baik pak ! Silahkan lanjutkan pekerjaan mu, saya tidak ganggu lagi." Ucap sang sekretaris dan langsung ke luar memberitahukan pada keamanan.

Eps 3

...***...

Terik matahari mulai menjadi, Nara sudah merasa kesal di luar.

"Bagaimana ?." Seru Nara saat suara masuk ke dalam telinga para keamanan.

"Maaf nyonya, tuan Corner sedang sibuk dan tak bisa di ganggu ! Silahkan untuk datang di waktu yang lain, atau anda bisa menghubungi dengan kontak pribadi anda." Ucap nya.

Kebenaran nya, Handphone Nara tentu sudah berada di dalam genggaman Asnee, dia tidak sadar jika handphone nya di copet oleh putra sulung nya itu, alasan nya sederhana yang di tangkap oleh Nara, mungkin Asnee takut jika Nara tidak kembali lagi menemui nya.

"Saya tidak bawa handphone." Ucap Nara malas.

"Jika begitu, silahkan datang kembali nanti!"

"Tidak bisa, saya hanya punya waktu hari ini ! Dengan tidak mengurangi rasa sopan saya, bolehkah saya meminjam handphone anda ?." Nara masih kekeh dengan pendirian nya. Enak saja si Corner itu tak ke luar dan dengan mudah mengusir nya lagi.

Keamanan itu masih mengamati Nara, merekapun masih sabar dengan keras kepala Nara untuk itu salah satu dari mereka meminjamkan telpon genggam nya.

"Silahkan!." Ucap keamanan itu. Mereka masih penasaran dengan Nara, dari arah jauh pun sudah siap penembak alih-alih bersikap baik.

"Yaaakkk tua bangka!!." Nara berteriak sangat kasar dan menghentakkan kaki nya ke atas tangga setelah nya, sampai keamanan di sana terundang untuk menoleh. Tidak ada yang tidak kaget sampai keamanan yang berada di samping Nara terperanjat hampir tersandung tangga.

Corner yang dengan asal meletakan handphone nya reflek melempar nya ke meja. Corner berdiri tegap, dia menyusut kedua telapak tangan nya yang berkeringat dan perlahan meraih kembali handphone nya.

"Hal... lo?." Ucap Tuan Corner gagap.

"Ke luar sekarang atau gedung ini akan hancur seketika !," Nada suara Nara terus meninggi dan mengancam, sampai keamanan di sana langsung menodongkan senjata ke arah Nara dengan cepat, namun tak membuat Nara ketakutan dan masih meletakan handphone itu di daun telinga nya.

"Uh ?!." Corner sudah hendak pingsan, jantung nya terpompa cepat tanpa aba, keringat dingin mulai menetes karena jiwa dan raga itu tahu pemilik dari suara yang tengah meninggi di seberang sana.

"Uh ? Cepat ke luar, kulit ku sudah mau melepuh ! Jika itu benar terjadi maka kedua mata mu taruhan nya." Nara sudah benar-benar kesal dan reflek meremas handphone itu dan menginjak-injak sampai layar nya hancur.

Sang pemilik Handphone hanya menatap jengkel dan memelas dengan senjata api terus menodong pada kepala Nara.

"Angkat tangan anda dan berlutut sekarang juga!," Ancam sang keamanan dengan aura membunuh.

Nara kecak pinggang dan meniup rambut pendek tipis yang menutupi kening nya. Dia pun angkat tangan di simpan di belakang kepala, namun saat hendak berlutut sebagian dari keamanan membalikkan posisi berdiri mereka, menurunkan senjata sampai gerakan itu terdengar seperti tengah baris berbaris, mereka memberi hormat pada Corner yang berlari terbirit-birit.

"Hentikan." Teriak Corner.

Keamanan yang jarak nya dekat dengan Nara pun ikut menurunkan senjata dan menundukkan setengah badan mereka memberi hormat pada tuan Corner.

Nara masih mengangkat tangan nya dan menatap tajam tubuh tuan Corner.

"Selamat siang Aresha, Ma... a!."

"Maafkan saya.." Tuan Corner bukan lagi menundukkan setengah badan, namun dia berlutut dan menundukkan pandangan sampai keamanan di sana terkejut bukan main.

Posisi yang sekarang yang tengah terjadi adalah, semua keamanan dari yang tertinggi sampai yang terendah memberi hormat pada tuan Corner, namun di waktu yang sama orang yang mereka hormati tengah berlutut begitu saja di hadapan wanita cantik dengan perkataan yang begitu tajam.

Bisik-bisik kecil pun tak terelakan lagi, siapa yang tidak heran dan penasaran saat ini.

"Pak, apa yang tengah anda lakukan ?." Tegur kepala keamanan di sana yang juga sekaligus pemilik handphone yang di rusak oleh Nara.

"Turunkan senjata kalian." Perintah nya masih dalam posisi berlutut.

"Berdirilah ! Kau tidak pantas berlaku seperti ini di hadapan mereka." Nara membantu nya berdiri dan menepuk-nepuk celana serta baju yang terlihat kotor.

"Maaf, saya tidak tahu jika anda yang berkunjung."

"Tidak masalah, saya hanya berkunjung sebentar dan akan kembali menemui Asnee !."

"Tuan muda ? Dia tidak dalam kendala apapun bukan ?." Ucap nya dengan gentar.

Tuan Corner mengkode dengan tangan nya agar keamanan kembali bertugas, sebagian orang yang bekerja di gedung itupun kembali masuk dan kembali melanjutkan pekerjaan mereka.

"Pekerjaan mu sepertinya sangat-sangat banyak, Corner !." Nara melihat-lihat berkas yang sedikit berserakan di atas meja kerja tuan Corner.

"Meskipun begitu saya bisa menyelesaikan nya dengan baik ! Saya tidak akan pernah sekalipun merasa menyesal atas apa yang sudah anda pilih dan buktinya kehidupan saya dan juga keluarga saya semakin membaik, tanpa ada riwayat kotor sekalipun yang tertulis di atas kertas hukum." Ucap nya merasa bersyukur atas bantuan dari Nara.

"Masalah kecil tak perlu di perbesar, toh saya pun mengajukan syarat untuk beberapa tahun, tidak dengan tangan kosong menolong mu!." Angkuh nya namun dengan hati yang sangat tulus dan lembut, Corner tahu itu karena dia pernah merasakan ketulusan Nara walau melalui perkataan tajam.

"Putra anda sangat berbakat, Aresha! Dia tidak hanya cerdas tapi juga pandai dalam setiap segi ilmu yang di ajarkan, "

"Tentu seperti itu, saya yakin itu ! Tapi Aresha, kenyataan nya adalah jika tuan Asnee adalah putra tunggal dari raja Aaron,"

"Setiap hari saya penasaran dengan kebenaran itu namun sayang tidak ada celah utuk saya mengetahui."

Nara meletakan selembar kertas kerja dan segera berdiri. Tuan Corner merasa lancang berkata seperti itu, untuk itu dengan cepat menjatuhkan kedua lutut nya ke atas lantai.

"Maaf atas kelancangan saya..."

"Tidak masalah ! Sebentar lagi putra saya akan kembali pulang, keamanan putra saya masih menjadi tugas mu ! Lakukan apapun yang terbaik untuk nya dan sebagian bawahan saya yang ada di sini akan membantu memperingan pekerjaan mu."

Nara berjalan ke arah pintu dengan langkah bijak hendak ke luar karena jam pelajaran Asnee akan berakhir sebentar lagi.

"Baik Aresha ! Terimakasih untuk semua nya." Ucap tuan Corner.

"Salam untuk keluarga mu dan malam natal akan tiba beberapa hari lagi, pulang dan berkumpul lah dengan mereka ! Dan tolong belikan kepala keamanan handphone baru, jika bisa yang lebih mahal dan canggih, biaya ganti nya nanti saya transfer ke rekening mu."

Nara pun kembali melanjutkan langkah nya.

"Baik Aresha." Sahut nya membuntuti Nara sampai ke luar dan sekretaris dari tuan Corner yang ikut mengikuti dari belakang langsung pergi dengan cepat ke gerai handphone atas kode dari atasan nya.

Para keamanan di luar masih setia menjaga, langkah Nara seakan seperti ketukan mengadili sampai-sampai keamanan di sana tak elat terus memperhatikan Nara.

"Sampai bertemu kembali, Aresha." Tuan Corner sedikit berteriak saat mobil milik Nara telah melaju, meninggalkan area gedung.

...**...

Asnee, kelas nya sudah selesai dan Collen dengan setia mengikuti setiap langkah nya. Robert dan juga Kevin sampai harus jalan mundur mencermati Collen, orang asing yang enggan untuk meninggalkan mereka.

"Siapa dia ? Apa bodyguard khusus yang di kirimkan papa mu, pangeran ?." Ucap Robert dengan sedikit berbisik. Asnee di apit oleh kedua teman nya namun tak membuat dia terhimpit dan risih.

"Ini sekolah dan aku tinggal di asrama, di sini kita sama, tidak ada yang beda dan apakah kau pernah melihat bodyguard selain hari ini?." Tutur Asnee dengan nada tenang seperti biasa nya, dia itu malas menanggapi teman nya itu namun harus bagaimana lagi ? Nasib nya tidak mujur mendapat teman yang berwatak aneh.

"Tidak juga ! Aeh benar juga sih ! Papa mu saja paling berkunjung ke sini bisa dihitung jari begitupun dengan anggota kerajaan yang lain, sama lah ya dengan keluarga kita, tidak beda jauh !." Pikir Robert dan Kevin mengangguk membenarkan perkataan nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!