NovelToon NovelToon

Cinta Lelaki Miskin : Harapan

Awal Yang Menjadi Sebuah Kisah

Sore hari pukul 16:00 disebuah cafe tepi pantai.

"Tunggu disini sebentar ya? dan tolong jaga Alfa sebentar" kata seorang wanita kepadaku sambil menyodorkan seorang bayi berumur 2 tahun.

"Emang mau kemana?" tanyaku

"Mau ke toilet sebentar" jawabnya sembari berjalan kearah toilet yg ada di cafe itu.

Lalu ku alihkan pandanganku kearah bibir pantai layaknya orang yg sedang melamun.

Namaku adalah Zwan Sebastian, tidak seperti keadaanku sekarang, Aku lahir dari keluarga yg tidak kaya, bahkan juga tidak sederhana, katakanlah miskin.

Dahulu aku seringkali dicampakkan oleh wanita, tidak lain alasannya karena keadaan ekonomiku.

Namun sekarang keadaanku berbeda, itu karena tak lepas dari perjuanganku.

Ini berawal dari 5 tahun yg lalu.

Dan ini adalah kisahku..

5 tahun yg lalu..

Pagi hari disebuah warung makan kecil.

"Zwan, kamu gak kerja?" tanya seorang wanita tua yg ramah.

Dia adalah bi Leha, pemilik warung makan kecil itu.

"Hari ini Aku mendapat jatah libur bi" jawabku.

"kemarin kan lembur sampai jam satu malam" lanjutku menjelaskan alasan aku libur kerja.

"ohh.. terus mau sarapan apa nih?" tanya bi Leha.

"apa aja boleh bi, yg penting jangan adukan semen" kataku sambil tertawa kecil.

"terus lauknya batu bata gitu?" kata bi Leha menimpali candaanku sambil ikut tertawa kecil.

"yaudah, bi Leha kasih sambal goreng tahu aja ya.. kamu kan alergi ikan tongkol. ini tinggal tahu, tongkol, tempe, telur dan beberapa jenis sayur" kata bi Leha menawarkanku.

"apa aja dah bi, sudah lapar nih, lagian sudah jam 10 juga, bukan sarapan lagi namanya" jawabku sambil memegang perut yg kosong.

Tak lama setelah aku selesai makan, datang seorang wanita. Dia anak dari bi Leha, pemilik warung makan dan kost yg aku tempati.

"eh fitri.. ngapain kesini fit?" tanyaku bermaksud gurau.

"suka-suka aku lah" jawabnya ketus namun sambil tersenyum.

"bosan dirumah kah?" tanyaku lagi.

"iya. makanya aku mau main dengan teman kampus" jelasnya padaku.

"oh begitu" kataku sambil menyantap hidangan yg ada didepanku.

"kalau temanmu ada yg jomblo boleh dong kenalkan kepadaku" gurauku.

"oke deh" sambil berjalan kearah bi Leha.

"bu, fitri pergi ketempat teman dulu ya, sekalian mau cari sesuatu untuk kebutuhan kuliah di toko buku, ini kunci rumahnya" kata fitri menjelaskan kepada ibunya.

"emangnya ayah tidak dirumah to Fit?" tanya bi Leha kepada ananknya itu.

"ayah baru saja pergi kerumah pak RT" jawab Fitri sembari mencium punggu tangan ibunya bertanda pamit.

"Fitri berangkat dulu ya bu, Assalamu'alaikum" kata fitri.

"Wa'alaikumsalam" sahut bi Leha dan aku.

Keesokan paginya setelah aku selesai mandi dan sarapan akupun bersiap untuk berangkat kerja.

"wah, hampir telat nih" aku bergumam sendiri karena jam sudah menunjukkan 07:15.

Sementara ketentuan ditempatku bekerja jam 07:30 harus sudah ada ditempat.

Akupun mempercepat langkahku menuju tempat kerjaku yg jaraknya memang tidak jauh dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Layaknya kariawan dan pekerja lainnya, keseharianku tidak banyak yg spesial. Mungkin karena kejombloanku. Hahahaha..

Haripun sudah menjelang sore, tepatnya pukul 16:00.

Ya, itu adalah tepat saat jam kerja berakhir.

Aku yg kelaparan mempercepat langkah kakiku agar cepat sampai di warung makan bi Leha.

"bi Leha, aku lapar nih" kataku saat baru saja tiba di warung bi Leha.

"ya kamu ambil saja sendiri, bi Leha sedang menggoreng tempe" ucapnya.

Akupun yg memang sudah sangat dekat dengan keluarga bi Leha langsung mengambil piring dan nasi, lauknya pun hanya sekedarnya saja mengingat aku tidak terlalu pemilih dalam hal makanan, kecuali yg membuatku alergi.

Setelah aku selesai makan dan membayar makanan yg sudah aku makan tadi, akupun langsung berjalan kearah gang yg berada tepat disamping warung makan bi Leha dan kembali ke kostku yg berada tepat dibelakang warung makan bi Leha serta tepat disamping rumah bi Leha.

"Baru pulang kerja kak?" kata Fitri ketika aku hendak membuka pintu kostku.

"iya nih fit" jawabku sembari menoleh kearah Fitri.

"siapa wanita-wanita itu dan seorang pria itu?" aku bergumam sendiri sambil masuk ke kostku karena sudah tidak tahan dengan aroma tubuhku yg dipenuhi keringat dan langsung ke kamar mandi.

Beberapa saat ketika aku sudah selesai dengan urusanku, akupun merasa penasaran dengan para bidadari yg berada di teras rumah Fitri yg sedang asik mengobrol.

"klek" suara pintu rumahku terbuka, aku menoleh kearah mereka sesaat aku keluar dari pintu kostku.

"eh kak Zwan. sini kemarilah, Fitri perkenalkan dengan teman-teman dan pacar Fitri" begitu kata Fitri padaku.

akupun langsung berjalan kearah mereka.

"kenalin nih. Kak zwan, dia orang yg tinggal di salah satu kost milik ayahku" ucap Fitri kepada teman-temannya dan pacarnya.

"Zwan Sebastian" kataku sambil menyodorkan tangan pertanda ingin berkenalan.

"Nihtagina Lukman, panggil aja Gina" ucap seorang wanita yg terlihat dingin.

"Vivian Tina, panggil aja Vivian" kata seorang wanita yg terlihat ramah dan bahkan tersenyum manis ketika memperkenalkan dirinya.

"Halo bro, kenalin gue Anton Herlansyah, panggil aja Anton. dan gue pacarnya Fitri. hehehe" kata seorang pria yg terlihat mudah akrab itu.

"kalian semua satu kampus dengan Fitri ya?" tanyaku kepada mereka.

lalu merekapun mengiyakan pertanyaanku.

dan mataku pun mencoba mencuri pandang kearah Gina yg terlihat cantik, terlebih lagi posturnya yg tinggi seperti wanita idamanku.

Fitri pun merespon dengan senyum kepadaku ketika aku mencuri pandang kearah salah satu temannya.

Hari semakin gelap, jam mengarah ke setengah enam sore, tak lama merekapun pulang.

"hayo.. kak Zwan naksir ya dengan Gina? dia jomblo loh" suara Fitri mengagetkanku yg sedari tadi memperhatikan Gina yg sedang berjalan kearah mobil mewahnya.

"boleh minta nomor Hp dia gak?" aku bertanya kepada Fitri.

"ini save aja, nanti aku yg jelaskan dengan Gina di kampus kalau dia bertanya siapa yg memberi nomor Hp nya ke kak Zwan" jelas Fitri padaku.

dan aku segera menyimpan nomor Hp Gina didalam kontak Hp ku.

pada malam harinya aku beranikan diri untuk mengirim pesan singkat kepada Gina. (Maaf tidak menyebutkan nama aplikasi pesan yg kami gunakan karena bersifat iklan)

"Hai.. ini dengan Gina kan? aku Zwan, teman Fitri" kataku mengawali percakapan.

"oh iya benar" jawab Gina singkat.

"Gina sedang apa? apakah aku mengganggu kesibukan Gina?" kataku berbasa-basi. Maklum saja, aku memang tidak terlalu handal dalam mendekati wanita.

"lagi santai saja, gk ganggu kok" jelasnya padaku.

"Gina sudah ada yg punya gk? takut ada yg marah nanti" aku bertanya dengan penuh harap andai Gina masih single.

"orang tuaku" Gina menjawab sekenanya.

"maksudku Gina sudah ada pacar atau belum?" aku menjelaskan maksud pertanyaanku.

-bersambung-

(*N****ote* mohon maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan kata dan ceritanya tidak menarik, Aku baru pertamakali menulis novel :D hehehe***.)

PDKT

"Gina sudah ada yg punya gk? takut ada yg marah nanti" aku bertanya dengan penuh harap andai Gina masih single.

"orang tuaku" Gina menjawab sekenanya.

"maksudku Gina sudah ada pacar atau belum?" aku menjelaskan maksud pertanyaanku.

"Gak ada, tapi beberapa minggu ini sedang dekat dengan cowok" Gina menjelaskan kepadaku mengisyaratkan agar aku tidak mencoba untuk mendekatinya.

"okelah" gumamku dalam hati.

Aku memutuskan untuk menyudahi mengirim pesan kepada Gina dengan sebuah chat yg sopan agar terkesan baik walau aku gagal untuk mendekati Gina.

Beberapa hari telah berlalu, sama seperti biasa aku selalu disibukkan dengan pekerjaanku.

suatu waktu aku hanya menghabiskan libur kerjaku di warung bi Leha sambil menikmati kopi..

"Brmmm..." suara sebuah kendaraan terparkir tepat didepan warung makan bi Leha.

tak berselang lama 2 orang pria keluar dari sebuah mobil sedan yg baru saja terparkir.

"woy, sapi.. lu free kan hari ini?" tanya seorang pria berjaket hitam dan celana jeans hitam, pria itu jg berwajah lumayan tampan. dia nampak sedang berjalan kearahku. dia adalah Roy Zanawi, salah satu sahabatku.

"bi Leha.. ayo kita tutup warungnya bi" jeritku kepada bi Leha namun tidak terlalu bersuara keras.

"wah.. sialan nih sapi, kawan sengaja datang untuk ngajak nongkrong malah menyuruh bi Leha menutup warung" kata seorang pria satu lagi dengan bernada kesal. Pria itu bernama Didi Hardian.

melihat tingkah kami bi Leha hanya tertawa kecil saja. bi Leha sudah mengenal mereka sejak awal, tepatnya ketika aku mencari kost. merekalah yg menghantarku berkeliling mencari tempat yg lumayan murah tapi jg lumayan besar. hingga pilihan yg terbaik adalah kost bi Leha.

"lama kalian gk mampir kesini roy, didi" kata bi Leha kepada dua pemuda itu.

"biasa lah bi, namanya juga bujang yg sudah punya pacar, sudah pasti sibuk ngampus kalau gak sibuk pacaran" jawab Roy menjelaskan alasan mereka sudah jarang menghampiriku.

"iya bi, gak seperti jomblo akut seperti orang satu ini" kata Didi sambil membenturkan lidahnya ke bagian dalam pipi sebelah kirinya seolah sedang menunjuk kearahku yg sedang menyeruput kopi.

"dasar sapi.. kalian kesini cuma mau menyindirku?" kataku sedikit membentak karena kesal. namun mereka tidak menghiraukanku.

"bi Leha, minta es batu dong" Didi mengambil es batu dengan sesuatu lalu menggenggamnya.

dan tiba-tiba...

"aagghhhh.." aku menjerit karena kaget dan merasa dingin di keningku karena Didi menempelkan es batu itu ke keningku..

"hahahaha.." sontak mereka tertawa bersama.

"biar dingin tu kepala.. lu sih emosian mulu klo dibilang jomblo akut" kata Didi sambil tertawa.

setelah mengobrol ringan, Roy pun bertanya kepadaku.

"ayo lah kita nongkrong, udh lama gak kumpul nih"

"iya, malamnya kita lanjut ke cafe sky view" lanjut Didi menjelaskan.

"besok aja gimana? gue kan sabtu dan minggu libur kerja, kecuali lembur. gue hari ini masih belum beres-beres kost" aku menjelaskan kepada mereka berdua.

merekapun terdiam sejenak.

"hmm.. okelah, besok jam 10 gue jemput lu disini" Roy menentukan lokasi untuk menjemputku besok.

"gak usah banyak alasan lagi lu besok" tegas Didi kepadaku sambil berdiri untuk pergi dan kembali lagi besok.

"yee sapi, dah sana pergi lu pada" aku mengusir mereka dengan bercanda.

Tak berselang lama setelah perginya teman-temanku, Fitri yg entah darimana datang menghampiriku.

"jadi gimana dengan Gina? sudah ada progres kah?" Fitri tampak penasaran dari hasil perkenalanku pada Gina..

"hmm.." aku hanya menghela nafas pertanda tidak senang dengan hasilnya..

"Dia bilang kalau dia sedang PDKT dengan seorang cowok beberapa minggu ini" aku menceritakan keadaan yg sesungguhnya pada Fitri.

"haa?" Fitri sedikit terkejut.

"tapi tepat sebelum kalian berkenalan dia minta kenalin seorang cowok ke Fitri kok" Fitri menjelaskan padaku.

akupun mengerti maksud perkataan Gina di akhir chat kami.

Ya, dia mengisyaratkan bahwa dia tidak tertarik padaku.

"nih kalau mau sama Vivian aja, dia ramah kok. walau kalian baru saja kenal Fitri yakin pasti akan mudah akrab" kata Fitri sambil melihatku yg nampak enggan untuk berkenalan lagi.

Sejujurnya Vivian tak kalah cantik dari Gina.

Perbedaannya hanya pada Gina yg sedikit lebih tinggi dengan kakinya yg jenjang, sementara Vivian memiliki wajah yg mirip orang timur tengah, putih dan memiliki hidung yg mancung, postur tubuh yg ideal, serta rambut lurus sepanjang pinggangnya.

"okelah, aku akan mendekati Vivian saja" kataku pada Fitri yg sedang menunggu persetujuanku atas usulnya.

Tanpa menunggu lama lagi aku langsung saja mengirim pesan kepada Vivian sesaat setelah Fitri memberikan nomor Hp Vivian kepadaku.

"Hai.. ini Vivian kan? Aku Zwan, yg beberapa hari lalu berkenalan denganmu dirumah Fitri" kataku memulai percakapan didalam pesan singkat.

"oh iya, Vivian ingat kok. apa kabarnya kak Zwan?" Balas Vivian tak lama setelah aku kirimkan sebuah pesan kepadanya.

"Aku sehat kok, kamu sendiri bagaimana kabarnya?" aku kembali bertanya kepada Vivian.

Begitulah awal percakapanku dengan Vivian di sebuah aplikasi pesan.

Tak terasa hari sudah sore.

Aku berniat menyudahi percakapan kami dan akan melanjutkannya dimalam hari setelah aku menyelesaikan kesibukanku, tentunya mandi dan mengangkat jemuranku yg sudah aku jemur sejak pagi tadi.

Ya begitulah kesibukanku setiap hari mengingat aku hanya tinggal sendiri di kost kecil ini.

Gajiku pun hanya standar rata-rata dari kebanyakan orang. Maklum lah, aku hanya lulusan SMA, gaji segitupun sudah cukup bagiku mengingat aku yg hanya lulusan SMA.

Malam harinya aku mencoba untum menelpon Vivian.

tak disangka dia langsung mengangkat panggilan telpon dariku.

"Assalamu'alaikum Vivian" aku mengucapkan salam kepada Vivian.

"Wa'alaikumsalam kak Zwan" dia merespon salamku.

"ada apa nih, kok tiba-tiba nelpon? kangen ya sama Vivian?" kata Vivian melanjutkan salamnya tadi.

"tau aja Vivian, padahal baru saja kita saling kirim pesan dari siang sampai sore tadi, tapi sekarang pengen ngobrol lagi dengan Vivian" ucapku dengan santai.

"oh yaudah, Vivian juga sedang santai. Btw mau ngobrolin apa nih?" tanya Vivian untuk memulai obrolan kami lewat telepon.

Seperti kata Fitri, Vivian adalah gadis yg ramah. dia juga sangat pintar mencairkan suasana hening ketika obrolan kami terhenti.

Tak terasa sudah hampir dua jam kami mengobrol. entah apa yg kami obrolkan. mulai dari kesibukan sehari-hari, pekerjaan, urusan kampus, sampai urusan mantan pacar dan beberapa lelucon yg membuat kami tertawa bersama.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Kami sudahi obrolan kami mengingat esok pagi Vivian akan ngampus.

"yaudah, udah jam setengah sepuluh nih, Vivian istrahat gih. gak baik begadang." aku mencoba mengingatkan Vivian agar segera bersitrahat dan tidur.

"oke deh.. Vivian juga besok mau ke kampus, ada urusan sedikit dengan dosen" ucap Vivian menjelaskan apa yg akan dilakukannya besok dengan sedikit rasa malas untuk pergi ke kampus dihari libur.

"yaudah kalau gtu Vivian istrahat dari sekarang. Assalamu'alaikum" ucapku menyudahi percakapan.

"Wa'alaikumsalam calonku" kata Vivian tepat sebelum dia menutup panggilan telpon.

"ha..?? apa kata dia tadi?? apakah aku salah mendengar? hey, aku sedang tidak melamun kan tadi?" aku terkejut. wajahku sedikit memerah, entah itu karena senang, ataupun karena kaget.

aku memutuskan untuk segera tidur, dan menenangkan jantungku yg berdegup kencang.

"Aaaaggghhh.. kenapa aku terus memikirkan kalimat Vivian diakhir obrolan kami. sudah ah, aku harus bisa tenang" gumamku, lalu aku memejamkan mata diatas tempat tidurku.

Keesokan paginya. jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

aku bangun dan langsung mengecek Hp ku, barangkali Vivian mengirim pesan untukku.

"ahh.. mungkin tadi malam aku hanya salah dengar" kataku dalam hati karena tidak ada pesan dari Vivian.

Aku mengambil handuk dan pergi kekamar mandi.

setelah aku selesai mengenakan pakaian, aku kembali mengecek Hp ku.

"wah, tidak ada pesan dari Vivian, atau aku kirim pesan ke Vivian duluan ya? ahh sudahlah, akan kucoba menyapanya" gumamku dalam hati.

"pagi Vivian" begitulah pesan yg kukirim kepada Vivian.

Setelah aku mingirim pesan, aku langsung ke warung makan bi Leha untuk sarapan, mengingat teman-temanku akan segera menjemputku nanti.

"hmm.. belum ada balasan dari Vivian" kataku dalam hati sedikit kesal.

"kamu kenapa to Zwan? bi Leha perhatikan kamu seperti gelisah begitu" tanya bi Leha kepadaku.

"ahh, gak kok bi, hanya menunggu balasan pesan dari teman saja" jawabku seadanya.

"yaudah kamu makan saja dulu, siapa tahu setelah kamu selesai makan akan ada balasan dari temanmu" hibur bi Leha kepadaku yg seperti orang sedang gelisah.

"iya bi, yasudah Zwan makan dulu kalau begitu" dan aku langsung menyantap makanan yg ada dipiring tepat didepanku.

setelah aku selesai makan, aku berbincang sedikit dengan bi Leha.

tak lama kemudian,

"brmmm..." suara kendaraan yg terparkir didepan warung bi Leha.

"ayo buruan, kita langsung cabut, udah ditungguin sama yg lain nih" pekik Roy dari dalam mobilnya ketika jendela mobilnya terbuka.

"tunggu, gue bayar dulu sama bi Leha" balasku pada Roy.

"buruan" Roy memaksaku untuk kemobilnya dengan cepat.

"woy sapi, gue lagi bayar. nanti bi Leha nyusul ke tongkrongan kita untuk nagih uang makan kalau gue gak bayar" aku membalas dengan gurauan. dan bi Leha hanya tertawa dengan terkekeh.

Singkat cerita, kami sudah sampai di daerah cafe yg berada di pinggir lembah.

cafe itu cukup mewah dengan View pemandangan lereng bukit yg indah, didekat cafe itupun ada aliran sungai yg jernih dan indah.

dimalam hari, nampak keindahan lampu-lampu kota yg sangat indah untuk memanjakan mata.

tak kalah indah ketika kita melihat kearah langit, dimana bintang-bintang dan bulan terlihat sangat terang.

perpaduan antara lampu kota dan bintang itulah alasan cafe itu bernama SKY VIEW CAFFEE.

pemilik cafe itupun teman kami yg bernama Ryan Smith pemuda keturunan Indo-Inggris. namun kami memanggilnya dengan sebutan Nay.

"Woy bor, apa kabar lu.. lama gak nongol di cafe gue" begitulah kata Nay menyapaku yg baru keluar dari mobil sedan hitam milik Roy.

"baik nay" jawabku sedikit bad mood karena Vivian tak kunjung membalas pesanku.

"cerita bor, kalau ada masalah" kata salah satu orang disana ketika dia melihat raut wajahku yg mudah terbtebak olehnya. dia adalah Arman Pierce, salah satu sahabat terbaikku.

"wah kalian semua sudah sampai disini? sejak kapan?" aku bertanya pada rombongan yg sedang asik memandang pemandangan alam yg indah bak dalam lukisan.

"sejak doi berada dalam fikiranmu" Didi asal berkata seadanya.

"gue nanya malah dikacangin" Arman berkata dengan kesal. dan Roy hanya tertawa kecil mendengarnya.

"gue cuma lagi mikirin seseorang aja man" aku menjelaskan apa yg ada dalam fikiranku.

-Bersambung-

(*Note* Mohon Maaf Kalau Ada Kalimat yg Salah dan Cerita yg Membosankan, Authornya Baru Belajar Menulis Novel :D Hehehe*)

Cinta Yang Sederhana

"wah kalian semua sudah sampai disini? sejak kapan?" aku bertanya pada rombongan yg sedang asik memandang pemandangan alam yg indah bak dalam lukisan.

"sejak doi berada dalam fikiranmu" Didi asal berkata seadanya.

"gue nanya malah dikacangin" Arman berkata dengan kesal. dan Roy hanya tertawa kecil mendengarnya.

"gue cuma lagi mikirin seseorang aja man" aku menjelaskan apa yg ada dalam fikiranku.

"Mikirin siapa emangnya sih bor? lu macam manusia aja bisa mikir" Celoteh Arman dengan santai sambil membuatkan kopi untuk Roy dan Aku.

"jadi gini bor..." belum selesai aku melanjutkan ucapanku tiba-tiba Didi memotong ucapanku.

"jadi gimana.. jadi gimana?" kata Didi sambil mengubah posisi duduknya sehingga menghadap kearahku dengan dagu diatas kepalan tangannya dan memasang wajah yg sok serius tepat dihadapan wajahku seolah benar-benar ingin menyimak.

"jauhin muka lu dari gua" kataku sambil mendorong wajahnya yg hanya berjarak 30 centimeter sehingga menjauh.

"benar-benar romantis ya kalian berdua, baru saja ketemu sudah mau berciuman" sindir Roy dengan senyuman rasa jijik dibibirnya.

"jadi kalian mau mendengarkan atau tidak?" nada bicaraku sedikit tinggi karena kesal.

"sudah, jgn emosi. ini minum kopi dulu biar bisa santai ngobrolnya" begitulah Arman menengahi kami yg sedang bergurau.

Arman adalah tipe orang yg sangat tenang dan bijak sana.

"lah, nay kemana? kok lu yg buat kopi?" kata Roy kepada Arman.

"tuh lagi nelpon dipinggir jalan dekat parkiran" tunjuk Arman dari tempat kami yaitu lantai 3 cafe itu kearah Nay yg sedang menelpon seolah sedang menunggu orang yg berbicara didalam telponnya dipinggir jalan.

Benar saja, tidak sampai 1 menit datanglah 2 mobil sedan mewah berwarna silver metalik dan putih masuk kedalam area parkir.

setelah pintu mobil silver itu terbuka nampak 2 orang wanita berambut hitam kecoklatan panjang sebahu dan memiliki poni yg panjangnya sealis matanya. dan wanita satunya mempunyai rambut bergelombang sepunggungnya.. mereka adalah Sera Arsyad, kekasih Arman. dan Septia Prety Phitaloka, Kekasih Roy.

Sementara dimobil berwarna Putih nampak 2 orang wanita lainnya. yg satu adalah wanita sedikit tomboy bernama Widiya Virginia, kekasih Nay.

satu lagi wanita bertopi bundar berwana putih yg ramah bernama Umayah Indira, kekasih Didi.

"Astaga, sebenarnya apa yg aku lakukan disini" pertanyaan konyol ini terlintas difikiranku sambil memasang wajah lesu.

"mereka semua nampak sedang kencan ganda, bahkan ada empat pasangan super meresahkan yg berada bersamaku" gumamku sendiri karena kesal dan sudah pasti menjadi satu-satunya orang yg paling konyol seperti obat nyamuk diantara mereka.

"maaf ya kalau kami telat, jalanan macet" kata Sera.

"iya nih, ingin sekali rasanya kuberi tinju pengguna motor tadi, tidak tahu jalanan macet apa? sampai menghidupkan klakson motor tepat didekat telingaku" kata widiya kesal atas perjalannya tadi.

Septia dan Umay hanya tersenyum saja menanggapi emosi teman wanitanya itu.

"kenapa gak pulang aja kalian, daripada kesal terkena macet" kataku sedikit jengkel karena kejombloanku sendiri.

"yee. bilang aja kalau kamu iri karena jomblo" begitulah kata Sera sembari mereka duduk disamping pasangannya masing-masing.

"Hadeh" keluhku pelan sambil menenggelamkan wajahku diatas lipatan kedua tanganku yg sedari tadi berada diatas meja.

"Cling" suara pesan di Hp ku tiba-tiba berbunyi.

"wah.. Vivian..!!" aku terkejut ketika pesan itu berasal dari seseorang yg aku tunggu sedari pagi tadi dan langsung saja kubaca.

"Maaf kak Zwan, Vivian baru saja selesai bertemu dosen, dan baru saja selesai jam 11 ini" Vivian menjelaskan alasannya telat membalas pesan.

"iya gapapa kok, Vivian langsung cari kantin trus makan gih" kataku seolah memberi perhatian.

entah mengapa moodku terasa seperti berubah 180 derajat, yg sejak awal merasa badmood sekarang menjadi sangat bahagia. bahkan tidak memperdulikan orang-orang disekitarku lagi.

itu karena fokusku hanya kearah layar Hp ku.

"pengennya sih makan bareng kak Zwan. hehehe" kata Vivian manja.

"wah.. ada apa ini? kenapa jantungku berdebar kencang?" aku bergumam dalam hati.

"nanti ada yg marah kalau aku ajak Vivian makan bareng aku" kataku mencoba untuk tetap tenang.

"siapa yg akan marah? suka-suka Vivian dong mau makan dengan siapapun, apalagi kalau makan dengan kak Zwan, gk perduli orang mau ngomong apapun yg penting Vivian suka" jelas Vivian kepadaku.

"Apa? Suka? suka gimana maksudnya tuh?" aku mulai salah tingkah dan wajahku memerah.

"pokoknya suka, gk boleh tanya alasannya kecuali kalau kak Zwan mau ajak Vivian makan" Vivian semakin membuatku penasaran.

"Gimana kalau besok malam? aku jemput Vivian ditempat Vivian. beritahu saja alamatmu besok malam pasti aku jemput" sambil berharap Vivian mau menerima ajakanku.

"gak usah kak, nanti Vivian yg jemput kakak pakai mobil Vivian, gaboleh nolak, titik" tegas Vivian.

"Oke deal" tanpa berpikir panjang aku mengiyakan perkataan Vivian serta menyudahi pesan chat kami.

"Wooooy..!!" teriak Didi tepat ditelingaku. sontak aku terkejut dan reflek mendorong wajah Didi kearah Roy dan.... cup!! kening Roy dicium Didi tanpa sengaja.

kami yg melihat adegan itu terbelalak melihatnya seolah mata kami akan melompat keluar.

Roy dan Didi pun saling pandang dengan perasaan syok sesaat kejadian itu berlalu.

"Wahahahaha..!!!" Nay sudah tidak tahan lagi untuk menahan tawanya dan disambut tawa oleh kami semua.

hari semakin gelap, nampak lampu-lampu dari gedung dan rumah seperti kilauan bintang kecil. bintang dilangitpun terlihat sama terangnya, seolah kita sedang melihat bintang melalui genangan air yg jernih, atau melihat bintang melalui cermin yg tergeletak dibawah.

suara aliran sungai kecil yg jernih tepat didekat Cafe itu menambah keromantisan disekitar Cafe.

Begitulah indahnya pemandangan malam disini, jadi wajar saja kalau Nay menamai Cafenya SKY VIEW CAFFEE.

Aku mencoba mengambil beberapa foto keindahan yg sedang aku lihat dan mengirimkan beberapa foto itu kepada Vivian.

Tak berselang lama Hp ku berdering, rupanya Vivian melakukan panggilan Video kepadaku, akupun menjauh dari teman-temanku dan menerima panggilan Video itu sambil membelakangi pemandangan yg indah di SKY VIEW CAFFEE itu.

"Assalamu'alaikum Vivian" kataku mengawali percakapan.

"Wah.. itu dimana kak Zwan? Indah Banget, Vivian mau kesana" rengek Vivian dengan manja.

"Vivian kok gak ngejawab salam dari aku?" tanyaku.

"ohh iya maaf khilaf, Wa'alaikumsalam kak Zwan, maaf ya tadi Vivian terpesona sama keindahan yg ada disana" dia menjelaskan alasannya kepadaku.

"itu?" sambil jari telunjukku mengarah kepemandangan indah yg ada dibelakangku.

"bukan, tapi pemandangan indah yg tepat didekat layar Hp kak Zwan" ucapnya membuat wajahku memerah.

ya, pemandangan indah yg dimaksud Vivian adalah wajahku sendiri.

"kok diem sih? yeee.. dipuji kok malah merah seperti tomat wajahnya. hehehehe" Vivian tertawa senang.

"Vivian mau gak kalau besok malam aku ajak kesini?" aku bertanya pada Vivian.

"Mau...!!! tentu sangat mau. kak Zwan beneran ajak Vivian kesana ya besok, awas aja kalau sampai gak kesana" Vivian berkata sambil berteriak kesenangan.

"besok jam tujuh malam kita kesini, aku tunggu di kostku ya?" ucapku padanya.

"Siap.. Vivian pasti ketempat kak Zwan kok besok" Ucapnya seolah berjanji padaku.

"Yaudah kalau begitu aku mau kumpul dengan teman lagi, gak enak kalau aku tinggalin mereka lama-lama, kami kesini sengaja untuk kumpul bareng" aku mencoba menjelaskan alasanku menyudahi panggilan Video kepada Vivian.

"Ohh lagi kumpul sama kawan ya? laki atau cewek? berapa orang? trus ngapain aja disana?" Pertanyaan bertubi-tubi dari Vivian seakan mengintrogasiku.

"sama laki dan cewek, temanku ada 8 orang, 4 laki dan 4 cewek, mereka berpasangan kecuali aku, dan kami hanya berkumpul dan mengobrol sembari melihat pemandangan." aku menjawab semua pertanyaan Vivian tanpa protes.

"Ohh.. mereka berpasangan ya? trus kak Zwan sendiri? sudah jangan sedih, kan ada Vivian. besok kita kesana ya, berdua aja pokoknya" sekali lagi Vivian mencoba menegaskan kepadaku.

"Iya Vivian, janji deh kita berdua aja" akhirnya aku berjanji kepada Vivian.

"Yaudah kalau mau lanjut kumpul dengan temannya, Vivian jg mau istrahat dulu. sudah jam 10 malam." ucapnya kepadaku.

"yaudah, Assalamu'alaikum Vivian"

"*Wa'alaikumsalam kak Zwan sayang"

"tuu...t*" Panggilan Video pun terputus.

"......" aku mematung tanpa berbicara dan bergerak.

"deg.. deg.. deg.. deg.." suara detak jantungku seakan terdengar oleh telingaku sendiri.

"aku tidak bermimpi kan? dan apa yg aku dengar kemarin malam adalah sebuah kenyataan kan?" kataku dalam hati.

aku tidak dapat berfikir jernih. Dunia ini seolah berhenti sejenak ketika Vivian mengucapkan kata SAYANG kepadaku.

"Woy.. ngapain lu ngelamun disitu, ayo kita udh mau pulang nih" suara teriakan Roy mengeluarkanku dari dunia yg terhenti.

"Hmmm.." Didi memperhatikan wajahku dengan seksama.

"kenapa wajah Zwan seperti tomat ya?" Mungkin maksud Didi adalah karena wajahku terlihat memerah.

akupun langsung bergegas turun ke area parkir tanpa menghiraukan mereka.

"hey.." Didi berteriak dan mau mengejarku.

"eit.. sudah cukup, jgn lakukan lagi. cukup Roy saja yg keningnya lu cium" Nay membuat mereka semua tertawa geli sambil berjalan menuju area parkir.

"Astaga, mengapa Vivian selalu membuat wajahku memerah walau hanya dengan ucapannya saja, hampir saja teman-temanku memergoki diriku yg sedang menahan rasa bahagia karena Vivian" ucapku lega karena teman-temanku tidak tahu bahwa aku sedang merahasiakan sesuatu.

sepanjang perjalanan kami saat pulang, aku hanya membayangkan kecantikan Vivian, dan suara lembutnya yg menyejukkan.

"woy sapi, lu bengong mulu dari tadi. lu mau pulang ke kost lu atau mau minep didalam mobil gue? udah sampai di kost lu nih" Roy mulai sewot kepadaku.

"ha? oh.. maaf gua ngantuk banget nih, makanya jadi gak fokus" aku berdalih dengan segala alasan.

"yaelah si sapi, ngantuk kok matanya melotot macam ngeliat cewek seksi" Ucap Roy

"yaudah lah gua langsung cabut ya, udh ngantuk berat" begitulah alasanku menyudahi percakapan kami. aku keluar dari mobil Roy dan masuk ke kost ku.

hari yg melelahkan, penuh kejutan, penuh pertanyaan, dan penuh kekonyolan.

itulah gambaran hari ini.

keesokan harinya setelah aku pulang dari bekerja dan baru selesai mandi.

"Huft.. laper banget ni perut, padahal baru aja jam 5 sore. lebih baik gue stok mie dulu deh biar ngirit dan gak makan di warung terus" keluhku karena keadan ekonomi ditanggal tua.

"tok.. tok.. tok.."

"hmm?? seperti ada yg mengetuk pintu kost ku" gumamku sendiri.

"klek" aku membuka pintu kostku.

".........."

-Bersambung-

(*Note* mohon maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan kata dan ceritanya membosankan, authornya baru belajar menulis novel :D*)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!