NovelToon NovelToon

Not A Sugar Baby

Jengah

Una mengecek ponselnya, membaca beberapa pesan grup dan private message.

'Babes, duduk jangan jauh ya. Quiz pak Edo malesin banget deh, gak prepare'

'Loe mah mana ada prepare ujian sih, prepare ketemu doi doang'

' kalo itu lahir batin preparenya, buruan gpl'

'Iya ini otw'

Una membalas pesan Meisya, sahabatnya sejak SMA yang mana saat kuliah pun ia mengambil jurusan yang sama dengan Una. Una keluar kamar dengan ransel kesayangannya menuju meja makan dengan harapan ia bisa sarapan mengawali hari dengan normal seperti manusia pada umumnya. Mengawali pagi dengan sarapan dan sekedar berbasa-basi ringan dengan keluarga sebelum sibuk dengan aktivitas masing-masing. Namun itu tidak

terjadi pada kehidupan Una, termasuk pagi ini.

"Na, Devi minggu depan ujian semester ayah kamu belum kasih uang," ucap ibu Una. Lebih tepatnya ibu sambung. Ayah Una menikah dengan Bu Fatma dengan masing-masing memiliki anak. Syamsul memiliki Una sedangkan Fatma memiliki Huda, hasil pernikahan Syamsul dan Fatma melahirkan Deviana.

"Gaji minggu kemarin hasil dari jaga cafe kan sudah aku kasih ke ibu, aku nggak ada lagi bu. Bulan depan juga aku ujian semester," jawab Una.

"Ya udah kamu berhenti kuliah saja. Nggak niat amat bantu orang tua, kamu sendiri tau ayah kamu kerjanya nggak jelas, sejak menikah sama ayah kamu semua urusan kamu ibu yang handle. Ayahmu mana mau tau, jadi udah waktunya kamu balas budi. Bantu uang sekolah Devi juga kebutuhan sehari hari kita," terang Fatma

Una menarik nafas sebelum menjawab perkataan ibunya.

"Dengan ijazah sma aku bisa kerja apa bu, paling jadi clining service. Gajinya nggak seberapa, nggak cukup juga untuk kebutuhan semua. Ibu jangan menekan aku terus, bang Huda suruh kerja jangan cuma balapan nggak jelas"

"Eh, kamu jawab aja kalo dikasih tau, bener-bener nggak tau diri."

"Aku berangkat bu, udah telat," ucap Una meninggalkan ibunya dan keluar rumah.

Mengendarai motor maticnya dengan pikiran kalut akibat ocehan ibunya. Kalimat yang sering kali ia dengar dari ibunya.

Brakk

'Mampus, nabrak kan. Mana mobil mahal kayaknya, apa kabur aja ya. Apes bener dah,' Ujar Una dalam hati.

Motor yang dikendarai Una menabrak mobil di depannya saat berhenti karena lampu lalu lintas. Pikiran kalutnya membuat ia tidak konsentrasi saat berkendara. Seorang pria keluar dari mobil tersebut

"Mana kartu nama kamu, kita selesaikan nanti. Aku sedang buru-buru," ucap pria pemilik mobil yang Una tabrak.

Una terpana dengan sosok pria yang menghampirinya, dengan tubuh menjulang tinggi yang jika disejajarkan

tinggi Una mungkin hanya sebahunya. Dengan wajah tampan, rahang tegas, type antagonis seperti dalam film action. Hidung lumayan mancung dan rambut khas pomade. Bahkan Una berfantasi serasa ingin bergelayut manja pada tubuh pria tersebut.

"Hey nona, kartu nama," ucap pria tersebut mengembalikan kesadaran Una

"Nggak punya kartu nama Om."

"What? Om!"

“Ya terus panggil apa dong ? Bapak ? Daddy atau sayang, ehhhh," canda Una sambil menutup mulutnya.

"Aku belum setua bapakmu dan sudah pasti aku bukan sugar daddymu. Ktp mu cepat, aku sedang buru-buru"

Una mengeluarkan dompet dalam ranselnya dan menyerahkan KTP nya.

"Aku nggak sengaja Om."

"Kamu pikir ada undang-undang yang membebaskan kesalahan yang tidak sengaja. Sebutkan nomor ponselmu"

Una menyebutkan sederet nomor

"Kita tindaklanjuti nanti," ucap pria tersebut sambil pergi meninggalkan Una. Una hanya termenung masih di atas motornya menyaksikan mobil tersebut perlahan menjauh bercampur dengan kendaraan lain.

"Oh god, quiz pak Edo" ucap Una sambil melajukan motornya.

yang baru bergabung untuk baca, jangan lupa like tiap bab ya,

__

Hay gaes, semoga suka dengan ceritanya. Jangan lupa ramein ya, komen, like, vote dan kirim kopi atau bunga juga boleh

All 'bout the money

"Hai gaes," teriak Una saat masuk kelas.

"Ehh, hampir telat loe," ujar Meisya sambil serius dengan ponselnya membalas pesan sang kekasih.

"Aruna Aruna, you look so beautiful, bahkan hanya dengan pake kaos kedodoran dan celana jeans belel kecantikanmu tetap terpancar," terang Mario dengan sok puitisnya.

"Lebay," ujar Meisya dan Bira kompak, Una sendiri hanya terkekeh.

"Selamat pagi," sapa dosen yang baru saja masuk kelas.

"Pagi pak," jawab mahasiswa kelas pak Edo kompak.

"Sesuai jadwal hari ini kita quiz, Mario bagikan kertas soalnya."

"Yes, sir."

.

.

Una dan kawan-kawan berada di kantin setelah melewati quiz pak Edo dan jadwal kuliah lainnya. Mereka sedang menikmati makan siang sambil diselingi candaan.

 "Woy, ngapain bengong. Baru juga beres makan," seru Meisya

"Bete, hari ini penuh drama, udah kayak cerita di novel online gituh," jawab Una

"Bagus dong Na, lanjutin aja bikin naskah biar bisa dijadiin drama tv ikan terbang," canda Bira

"Lo pikir drama azab atau istri yang tersakiti."

"Cerita dong Aruna, siapa tau kita-kita ini bisa bantu atau meringankan beban dengan menjadi pendengar yang baik." Mario dengan kalimat bijaknya.

"Kenapa sih, palingan masalah ibu tiri lo lagi ya," tebak Meisya

"Awalnya iya, bikin gue kepikiran.Terus gw ngelamun eh nabrak mobil tau. Mana mobil mewah pasti mahal."

"Rusaknya parah gak?"

“Lo suruh ganti berapa?" Tanya Bira dan Meisya bergantian

"Kalian kompak ya, mungkin jodoh," balas Una

"Gue gak tau harus ganti rugi berapa, yang punya mobilnya buru-buru pergi. Katanya diselesaikan nanti aja. Masalahnya bukan itu sih."

"Terus?"

"Yang punya mobil ganteng banget," jawab Una

"Huh."

"Dasar be_go," ujar Meisya diikuti timpukan gulungan tisue ke arah Una oleh Bira dan gelengan kepala Mario.

"Gimana kalo ternyata loe harus bayar mahal, secara loe bilang mobil mewah. Atau sebagai ganti karena loe gak sanggup bayar loe diajak kawin kontrak sama yang punya mobil," ucap meisya

"Lebay, drama lagi aja. Gimana nanti ajalah, toh dianya belum bilang jumlah kerugiannya. Seingat gue nggak parah sih".

"Eh Na, Alan bilang loe nggak jawab pesan dia. Terus dia nanya jadwal nyanyi loe di Glow cafe," sela Bira

"Sepertinya ada aura cinta-cintaan di sini," sahut Mario

"Iya kayaknya Alan suka sama loe Na, kenapa nggak welcome aja sih."

"Apa sih Sya, gue nggak mau nanti gue terpesona terus jatuh cinta. Tau sendiri dibolak balik gimana juga hidup gue udah banyak drama, nggak perlu tambah drama si miskin dan si kaya jatuh cinta. Nggak bakal bahagia. Karena cuma di FTV pelayan cafe bisa nikah sama calon direktur, atau cerita dalam novel yang mengisahkan anak yang tidak disayang berjodoh dengan CEO," tutur Una

"Mikir loe jauh amat sih Na."

"Justru gue harus mikir dan rencanakan sejauh mungkin, kita harus mikir besok gimana bukan gimana besok."

"Siapa tau emang Alan jodoh loe Na, kelar semua masalah loe," sahut Bira

"Kalo jodoh, kalo enggak ? Yang ada nyesek doang karena gue udah cinta sama dia. Udah ah, dari pada berandai andai mending gue lakuin yang udah jelas, waktunya nguli di Aldente Cafe."

"Harus diakui untuk umuran kita-kita, loe the best, menyibukan diri bekerja di Aldente Cafe dan Nyanyi di Glow cafe. Bravo, bravo," ujar Mario sambil tepuk tangan

"Terpaksa gaes, It's all 'bout the money It's all 'bout the dum dum da da dum dum And I think we got it all wrong anyway," jawab Una sambil berdendang lagu all 'bout the money.

____

Jangan lupa like, koment dan votenya ya, biar makin semangat

Kalo Aruna like money, kalo author sukanya kopi sama bunga dari readers

Pinangan

Karena hari ini Una tidak ada jadwal kuliah, ia sedang duduk malas di sofa ruang keluarga menonton televisi sambil memainkan ponselnya. Terkadang senyum menghiasi wajahnya membaca pesan-pesan grup chat yang diselingi canda teman-temannya.

"Aruna, kemarilah ayah ingin bicara!" Perintah Syamsul pada putrinya

Aruna beranjak menghampiri sang Ayah yang sedang menyesap secangkir kopi ditemani Fatma. Duduk pada salah satu kursi meja makan tempat ayahnya berada dengan sedikit bertanya-tanya apalagi yang keluarga tersebut ingin dirinya lakukan.

"Kemarin Pak Broto menemui ayah, dia bermaksud meminangmu," ucap pak Syamsul

"Ayah, aku enggak mau dijodohkan. Apalagi dengan Pak Broto," jawab Una

"Una, Pak Broto itu orang kaya. Toko perhiasannya ada di beberapa pasar tradisional dan mall. Kamu enggak bakalan repot nyanyi dan jadi pelayan di cafe" sela ibu Fatma

"Pak Broto sudah punya 3 istri bu, bisa jadi nanti ada yang ke 5 dan seterusnya. Aku enggak bisa, lagian dia itu seumuran ayah."

"Dia akan memberikan mahar sebesar 50 juta dan memenuhi seluruh kebutuhan keluarga kita tiap bulan," jelas Syamsul ayah Una

"Sampai kapan? Kalau dia sudah mendapatkan istri baru apa dia tetap memenuhi kebutuhan kita. Aku enggak yakin ? Dia cuma manis di awal karena ada maunya. Aku enggak mau. Kalau kalian maksa kenapa enggak Devi saja yang kalian nikahkan dengan pak Broto"

"Aruna!" bentak Syamsul

"Dasar anak kurang ajar, tidak tahu terima kasih. Kita itu lagi sulit, banyak hutang yang harus dibayar," ujar bu Fatma

"Kenapa harus aku yang harus berkorban. Ini sama saja kalian menjual aku. Kenapa bukan Kak Huda diminta cari uang atau ayah kembali kerja jangan hanya mabuk dan judi."

Plakkk. Pak Syamsul menampar pipi kiri Una.

Una meringis terkejut menerima tamparan ayahnya. Sakit namun lebih sakit hatinya. Tidak menyangka jika ayahnya tega menyakitinya. Mengelus pipi dan tak kuasa menahan air mata yang sudah mengembun dimatanya.

"Kalau kamu tidak bersedia menerima pinangan pak Broto, terserah kau mau cari uang dari mana. Yang jelas bantu

bayar hutang keluargamu atau rumah ini akan disita. Memang kamu mau tinggal di kolong jembatan."

Aruna menuju kamarnya, merebahkan diri di ranjang. Tak habis pikir dengan orang tuanya, kenapa dia yang harus menyelesaikan persoalan keluarganya.

Drt drt,, notifikasi pesan pada ponsel Una.

'Resto X, ruang VIP pukul 15.00. Jangan terlambat!'

'Ini siapa ?' balas Una

'Urusan kita belum selesai, aku pemilik mobil yang kau tabrak'

Astaga, masalah satu belum kelar sudah muncul lagi masalah lain

Una kembali merebahkan diri, menutup wajahnya dengan bantal lalu berteriak sambil kakinya menendang udara.

"Argggggg," teriakannya teredam oleh bantal yang menutupi wajahnya.

*

Ben, tersenyum membaca pesan yang terkirim kepada kontak Aruna. Memandang KTP milik Una. Mengingat pertemuan dengan Una saat mobilnya ditabrak oleh motor Una. Banyak wanita yang sudah hadir dalam hidup seorang Ben Chandra. Meskipun bukan seorang player* namun dia bisa dengan mudah mendapatkan wanita yang diinginkan. Dengan wajah tampan miliknya serta nama besar keluarga dan kekayaannya membuat para wanita itu dengan sendirinya menghampiri Ben.

Aruna saat itu terlihat cantik tanpa sentuhan make up berlebihan, bahkan dengan busana sederhananya membuat Ben tertarik. Tampilan wanita seksi dengan dandanan extra ordinary sudah biasa dia lihat namun seorang Aruna terlihat berbeda. Cinta pandangan pertama, jelas bukan, namun hasrat pada pandangan pertama. Ben adalah laki-laki yang tidak terlalu percaya pada cinta. Namun keluguan dan kesederhanaan Aruna menjadi daya tarik sendiri menimbulkan perasaan dan keinginan aneh pada diri Ben Chandra.

 

___

jangan lupa komen, like dan votenya untuk abang Ben ya

muachhhh

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!