NovelToon NovelToon

Mengandung Anak Musuhku

1. Arcelia

Tlak... Tlak.. Tlak..

Suara benturan high heel seorang wanita dengan lantai.

Ceklek..

Pintu yang bertuliskan R. Presdir itu pun terbuka.

"Silahkan Nona." Suara seorang pria yang membukakan pintu untuk atasannya.

...

"Oh ya.. mengenai pembelian saham perusahaan Q, bagaimana perkembangannya ?" Tanya wanita itu ketika ia sudah berhasil duduk di kursi singgasananya.

"Seperti yang anda inginkan Nona, mereka bersedia untuk menjualnya pada anda. Dan kini anda sudah legal menjadi salah satu pemegang saham tertinggi di sana. Ini Nona, beberapa berkas bukti kepemilikan anda atas perusahaan tersebut." Timpal pria yang merupakan asisten sekaligus orang kepercayaan wanita itu.

"Dan untuk lusa, akan diadakan pertemuan dengan beberapa petinggi dan para pemegang saham lainnya untuk membahas mengenai hal ini. Untuk jadwalnya, saya sudah siapkan semuanya Nona. " Sambung pria itu menjelaskan dengan lugas, ketika sang atasan mulai membuka dan membaca berkas yang tadi ia sodorkan.

"Hmm.. baiklah. Lalu bagaimana dengan semua persiapan untuk pekan depan, apa itu sudah siap? " Tanyanya lagi dengan tangan kanan yang kini mulai sibuk membuka beberapa file yang ada didepannya, setelah sebelumnya ia membaca berkas pembelian saham.

"Berjalan seperti yang anda inginkan Nona. Semua berkasnya sudah siap, apa Nona ingin mengeceknya kembali? " Sahut serta tanya pria itu dengan sigap.

"Ah tidak perlu, aku percaya hasil kerjamu Dev. Bukan kah selama ini, sekalipun kamu tidak pernah mengecewakanku jika soal ini. " Ucap wanita itu, dengan sedikit menyanjung bawahannya.

"Pastikan saja jangan sampai ada kekeliruan sampai hari itu tiba, karena akan ku pastikan bahwa kitalah yang akan mendapatkan tender itu Dev! " Sambungnya dengan disertai keoptimisannya.

"Iya, tentu Nona. "

"Dan terima kasih atas kerja kerasmu selama ini, kamu benar-benar bisa diandalkan Devin.." Kembali wanita itu berucap.

"Tentu Nona, itu sudah menjadi tanggung jawab saya. Dan untuk itu justru saya yang berterima kasih pada Nona, karena anda selalu menyambut baik hasil kerja saya. " Sahut sang asisten yang bernama bernama Devin itu yang dibalas dengan senyuman oleh atasannya.

"Apa ada hal lain yang anda butuhkan Nona?" Tanya Devin kembali ketika atasannya telah selesai membubuhkan tanda tangannya di semua berkas yang akan ia bawa.

"Untuk saat ini sepertinya tidak ada, kau boleh kembali Dev." Ujar wanita itu diakhiri dengan titahnya.

"Baiklah jika seperti itu Nona, saya pamit undur diri. " Pamitnya setelah mendengar jawaban dari bosnya.

Sesaat setelah kepergian asistennya itu..

"Lihat saja nanti, akan ku pastikan akulah yang akan mendapatkannya. Ya, itu pasti! Karena aku Arcelia Putri Darwin tidak kenal dengan kekalahan! " Monolognya sambil memainkan sebuah bolpen ditangannya.

Ya, dia adalah Arcelia Putri Darwin presdir cantik dari Perusahaan Alexander Corp, putri tunggal sekaligus pewaris dari kerajaan bisnis milik ayahnya yaitu Tuan Darwin Alexander. Putri yang lahir dari pasangan Tuan Darwin dan Almh. Nyonya Listiana ini selain terkenal karena kecantikannya, ia juga sangat cerdas dan berbakat dalam mengelola perusahaan. Kemampuannya dalam dunia bisnis sudah tidak diragukan lagi oleh para pebisnis lainnya, baik tua maupun muda semua rekan bisnisnya pasti akan langsung terkagum dengan kecerdasan dan segala kesempurnaan yang ia miliki.

"Aku akan selalu menjadi pemenang untukmu ayah. Aku, anakmu ini berjanji akan berusaha dengan keras agar perusahaan kita tetap berada dalam kejayaan. Aku tidak akan mengecewakanmu Yah.." Lanjutnya sambil menatap bingkai bergambarkan seorang pria baya yang tengah menggendong seorang gadis kecil, yang tak lain adalah dirinya.

Ya, meski pun Arcelia masih terhitung baru didalam dunia perbisnisan, itu terlihat karena memang baru tiga tahun terakhir inilah ia berkecimpung di dunia yang juga digeluti oleh sang ayah selama berpuluh-puluh tahun itu.

Mungkin selain karena ia yang pintar dan cepat tanggap dalam mempelajari ilmu bisnis, bakat dan keterampilan yang dimiliki sang ayah juga sepertinya melekat kuat dan menurun pada dirinya. Dapat dilihat dari pencapaian yang diperolehnya saat tahun pertama ia memimpin Alexander Corp, prestasi-prestasi baru terus saja bermunculan di setiap bulannya dan karena hal itu juga lah namanya dengan mudah mengharum dan melejit di dalam dunia bisnis pada tahun itu.

Kenyataan itu tentu saja tidak absen dari pantauan dan pengetahuan Tuan Darwin, perasaan bahagia serta sangat bangga pada sang putri tak bisa untuk ia sembunyikan. Putri semata wayangnya, gadis kecilnya yang sedari dulu hanya merengek dan merengek saja yang dilakukannya meminta ini dan itu kepadanya, kini ia tumbuh menjadi gadis dewasa yang sangat pintar. Sebelumnya ia tak pernah mengira jika gadis manjanya itu sungguh sangat berbakat dan handal dalam berbisnis.

Namun, meski seperti itu hal ini tidaklah sampai membuatnya lengah dan terlena, dengan penuh kelembutan dan perhatiannya sebagai seorang ayah, Tuan Darwin terus saja memberikan nasehat pada anaknya agar ia tidak mudah puas apalagi sampai berbangga diri dengan apa yang telah dicapainya. Tuan Darwin juga mengingatkan sang putri agar selalu lebih berhati-hati lagi dalam menjalani profesinya itu, tak dipungkirinya dibalik kesuksesan yang kita raih akan banyak jugalah orang yang iri serta dengki terhadap pencapaian kita, tak peduli sebaik apapun kita memperlakukan dunia.

Bagaimana pun Tuan Darwin sadar betul posisi anaknya saat ini tidaklah mudah, apalagi cukup jauh untuk dikatakan aman. Dimana pasti akan ada banyak orang yang ingin menyingkir dan menyungkurkan sang putri dari posisinya saat ini, karena kenyataan itulah yang sudah sering ia alami juga dulu. Dan seperti yang kebanyakan orang yakini bahwa tidak akan ada orang tua yang menginginkan keburukan bagi anaknya, dan hal itu jugalah yang dirasakan dan akan dilakukan oleh Tuan Darwin.

Bila boleh jujur Tuan Darwin sebenarnya berat membiarkan putrinya masuk ke dunia yang sama dengannya, dunia yang memiliki banyak resiko dan tantangan. Namun nasi sudah menjadi bubur, mau bagaimanapun sekarang ini sudah terjadi, ia sudah kecolongan. Ia yang masa sekali tidak tahu menahu jika putrinya ternyata tertarik dengan dunia bisnis, kini ia hanya bisa memberinya dukungan dan memberi perlindungan yang terbaik untuk keselamatan putrinya.

Tuan Darwin tak mau usaha dan pengorbanannya selama bertahun-tahun ini sia-sia, sebagai orang tua tunggal berbagai macam cara telah ia upayakan untuk membahagiakan putri semata wayangnya itu. Melindungi dan memastikan semua yang ada di sekeliling putrinya itu berjalan dengan sempurna, ia tidak mau mengecewakan Almarhumah istrinya di alam sana. Ia sudah berjanji akan merawat putri mereka dengan baik dan penuh dengan cinta, meski pun mungkin Arcelia akan tumbuh tanpa cinta dan kasih sayang seorang ibu.

💅🏻

💅🏻

Assalamu'alaikum semuanya.. 😍 Selamat datang di karya keduaku, semoga kalian suka ya.. dengan ceritanya. Dan do'akan juga agar dalam penulisan novel ini tidak ada kendala apapun, hingga aku bisa selalu update tepat waktu.

Wasallam🙏

2. Tender besar

Hari yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya, bahwa hari ini Arcelia akan ada pertemuan besar yang sudah sangat dinanti-nanti olehnya. Bahkan dipertemuan ini tak hanya perusahaannya saja yang hadir, beberapa perusahaan besar lainnya pun ikut menghadiri pertemuan ini.

Mereka semua yang hadir tentu dengan mengharapkan satu tujuan yang sama, berlomba-lomba untuk memenangkan kontrak kerja yang akan sangat menguntungkan bagi perusahaan masing-masing.

Maka dari itu, tak heran jika mereka semua sangat berupaya untuk memberikan yang terbaik dari perusahaannya dipertemuan ini. Tak terkecuali perusahaan Alexander Corp yang telah mengerahkan berbagai penawaran brilian yang pastinya akan menggiurkan kliennya, hanya tinggal satu langkah kecil lagi dengan itu sudah dapat dipastikan hari ini adalah kemenangan untuknya.

Seperti yang lain, saat ini Arcelia pun sudah tiba di gedung tempat pertemuan tersebut tentu saja dengan ditemani oleh Devin, sang asisten. Melangkah dengan penuh kepercayaan diri, sebuah senyum manis terlihat terus terukir di bibirnya sejak memasuki gedung ini. Masih terus melangkah sambil menatap sekelilingnya, dimana para pengusaha besar lainnya berkumpul disini saat ini. Beberapa dari mereka terlihat sibuk dengan berbagai persiapan yang mereka miliki, mulai dari yang sibuk dengan persiapan presentasinya sampai dengan yang sibuk merapihkan penampilan dirinya.

Meninggalkan semua kericuhan itu, Arcelia mengarahkan langkahnya memasuki sebuah ruangan yang memang sudah dipersiapkan untuk pertemuan hari ini. Di sana sudah ada beberapa pengusaha yang lebih memilih langsung menunggu di ruangan tersebut, sama seperti dirinya. Dilihatnya jam cantik yang melingkar ditangan kanannya, sekitar tinggal 15 menit lagi pertemuan ini akan dimulai.

" Silahkan Nona. " Devin sudah menarik kursi dan mempersilahkan atasannya itu untuk duduk.

Arcelia mengangguk lalu mendudukkan dirinya di sana.

Seketika matanya tak sengaja bertatapan dengan orang duduk bersebrangan dengannya, memicingkan matanya berupaya menelisik orang itu.

" Dia? Sedang apa dia disini? Hehe.. Sepertinya dia sengaja datang kesini untuk menjemput kekalahannya. " Batin Arcelia dengan senyum miring menatap orang tersebut miris.

Sedangkan orang yang ditatap hanya melihatnya dengan tajam, tanpa menampilkan ekspresi apapun diwajahnya. Tak lama dari itu, ia pun mengalihkan pandangannya.

" Hei.. Senang bertemu denganmu lagi. Apa kau sudah siap, untuk kalah kembali kali ini? " Ejek Arcelia dengan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan dan diakhiri dengan kekehannya.

Mendengar perkataan yang jelas ia tahu ditujukan untuk dirinya, refleks pria itu menolehkan kembali kepalanya pada wanita cantik didepannya.

Tersenyum tipis, dengan tatapan yang tidak kalah mengejek kemudian berkata.

" Kita lihat saja nanti, siapa sebenarnya yang harus bersiap menerima kekalahan. " Tantang pria itu, lalu menegakkan tubuhnya dengan sedikit membusungkan dadanya.

" Cih.. Sepertinya kau sangat yakin ya, hati-hati takutnya nanti kau malah menangis kecewa. " Ucap Arcelia lagi dengan nada penuh ejekan.

Pria itu pun mendengus.

" Hati-hati untukmu juga Nona, karena terkadang kepercayaan diri pun itu tidak baik jika sudah berlebihan. " Balasnya tak mau kalah.

" Hmm.. Baiklah. " Acuh Arcelia sambil mengendikkan bahunya.

Pembicaraan yang akan lebih cocok disebut bersitegang diantara mereka pun akhirnya berhenti, keduanya kembali menyibukkan diri dengan urusannya masing-masing.

Tak lama setelah itu, ruangan sudah mulai dipenuhi orang. Kursi-kursi yang semula kosong kini sudah terisi penuh tanpa sisa, dalam waktu 5 menit pertemuan itu pun dimulai.

✨✨✨

" Sekali lagi, saya ucapkan selamat kepada anda Nona Arcelia. Saya sangat menantikan proyek kita itu. " Ucap pria paruh baya menyalami Arcelia lagi mengakhiri pertemuan mereka hari ini.

Ya, setelah pertemuan panjang yang memakan waktu sampai berjam-jam di ruangan tadi, hingga akhirnya Arcelia lah yang kembali memenangkan sebuah kontak kerja sama. Membuat berpuluh-puluh pengusaha lainnya menelan kekecewaan karena pulang dengan tangan kosong. Bagaimana tidak, jika tender besar yang selama ini sangat mereka impi-impikan, bahkan mereka sampai rela kurang tidur dan istirahat demi untuk memenangkan tender ini kini harus mereka relakan jatuh ke tangan orang lain.

Padahal mereka sudah berangan-angan akan segala keuntungan yang akan mereka dapatkan, sebuah keuntungan dan keberuntungan yang akan sangat memudahkan hidup mereka beberapa tahun ke depan. Karena dengan tender itu sudah dapat dipastikan perusahaan mereka akan dalam keadaan stabil dan mungkin meraih kejayaan beberapa tahun ke depannya.

" Ya, terima kasih Tuan. Tentu, silahkan dinantikan saya tidak akan mengecewakan anda. Kalau begitu, saya permisi dan sampai jumpa dipertemuan selanjutnya. " Sahut Arcelia berpamitan, sedikit membungkukkan tubuhnya kemudian melenggang pergi dengan anggunnya meninggalkan rekan kerja barunya itu.

" Hufft.. Akhirnya selesai juga Dev! " Ucap Arcelia pada asistennya ketika mereka sudah memasuki mobil dengan menghela napas lelah.

" Iya Nona, saya ucapkan selamat untuk anda Nona. " Sahut Devin kemudian ia pun menyalakan mobil dan mereka meninggalkan tempat itu.

" Oh ya, Daddy pasti sudah sampai kan Dev? " Tanya Arcelia setelah beberapa saat terdiam.

" Sudah Nona, Tuan besar sudah ada di rumah sejak siang tadi. " Devin dengan sigap menjawab.

" Baiklah, kita langsung pulang saja kalau begitu. Jadwal hari ini sudah selesai kan? " Berucap dengan tangan yang sibuk mengotak-atik handphonenya.

Sebenarnya ia hanya iseng bertanya karena jadwalnya untuk hari ini memang menghadiri pertemuan tadi saja, ia memang yang memintanya seperti itu.

" Untuk hari ini sudah semua Nona, anda hanya perlu beristirahat. " Balas Devin masih dengan fokus mengemudi.

Arcelia pun hanya mengangguk anggukan kepalanya tertanda ia mengerti.

Kini ia hanya diam menatap keluar kaca jendela mobil, dengan perasaannya yang bertanya-tanya.

" Apa yang sebenarnya ingin Daddy bicarakan? Kenapa terasa aneh? " Gumam Arcelia dalam hati.

Beberapa hari yang lalu Ayahnya menelpon, dikarena keberadaan sang ayah yang sejak beberapa bulan yang lalu memang berada di luar negeri membuat keduanya hanya bisa berkomunikasi dan berbincang melalui jalur udara. Saling bertukar kabar dan mengungkapkan kerinduannya masing-masing, akan tetapi perbincangan mereka kemarin sedikit berbeda.

Arcelia menjadi cemas, tiba-tiba saja Ayahnya ingin membicarakan hal yang sangat serius. Ya, itu memang wajar tapi dari nada bicara beliau kemarin ada hal lain yang Arcelia tidak tahu apa itu, yang pasti itu membuatnya sangat cemas.

" Huh.. Daddy bahkan langsung pulang hanya untuk membicarakan hal ini. Apa ini mengenai kesehatannya? "

" Tapi.. selama ini hasil laporan kesehatan Daddy semua baik, harusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan kan? " Hati Arcelia bertanya-tanya dalam kebimbangannya.

......................

3. Permintaan?!

" Aaaaaaaa " Teriakan keras yang diikuti oleh suara benda berjatuhan.

Prang

" Sialan! " Umpatnya dengan terus melempar dan menghancurkan benda benda disekitarnya.

Kemarahan dan kekesalannya kali ini benar-benar tidak bisa ia kendalikan lagi. Sekali lagi, dan lagi lagi ia dibuat malu dan seakan diinjak-injak tanpa pernah bisa melakukan perlawanan apapun.

Padahal tinggal sedikit lagi tender itu akan bisa jatuh ke tangannya, dengan semua persiapan dan data yang telah ia siapkan dengan sempurna dari jauh-jauh hari. Bahkan sudah dapat ia pastikan bahwa ia akan memenangkannya, semuanya berjalan dengan sempurna dan sesuai dengan prediksinya. Namun sialnya, di detik-detik terakhir semuanya hancur berantakan hanya karena rivalnya itu berhasil mengungguli dua poin di atas darinya.

" Aaaaaaaaaaa " Teriaknya lebih keras lagi dari sebelumnya.

Harga dirinya sebagai seorang laki-laki rasanya telah tercabik-cabik, bahkan mungkin rasanya ia sudah tidak memiliki harga diri lagi, semua harga dirinya seakan hancur dan dirampas secara paksa dengan begitu saja. Bukan, bukan karena ia tidak mampu menerima kekalahan! Jelas bukan karena hal itu. Kalah dan menang itu adalah hal biasa dan bukan sesuatu hal yang baru lagi dalam kehidupannya. Namun semua hal itu akan berbeda jika sudah berkaitan dengan 'dia'. Ya!Kenapa lagi lagi harus dia? Kenapa harus wanita arogan dan sinting itu lagi yang harus membuatnya merasakan kekalahan?

" Berani-beraninya! Aaaa.. Berani sekali kau mempermalukan ku! " Teriaknya dengan penuh ketidakterimaan.

Mungkin jika pemenang tender kali ini bukan gadis itu, keadaannya tidak akan sekacau ini. Mungkin ia akan jauh lebih tenang dan tidak akan merasa kalah seperti ini. Karena sejujurnya meski ia kalah dan tidak memenangkan tender ini sekali pun, hal ini bukan masalah besar untuknya. Dan tidak akan sampai mempengaruhi kinerja dan kualitas berjalannya perusahaan milik keluarganya. Lagi pula ia bukanlah seseorang yang terlalu berambisi dan selalu mengupayakan segala hal demi mencapai apa yang sedang diinginkannya.

Hanya saja saat ini egonya sedang menguasai dirinya, dia benar-benar tidak mengerti mengapa jika sudah berurusan dengan gadis satu itu segala sesuatu yang ada disekelilingnya menjadi tak terkendali. Hal yang sama pun pernah terjadi disaat dia masih di bangku sekolah menengah atas dulu, hari itu merupakan pemilihan calon ketua osis dan dia salah satu kandidat yang mencalonkan diri sebagai ketua osis. Dia bahkan yang digadang-gadang akan menjadi ketua osis berikutnya, karena hampir seluruh siswa pada saat itu mendukung dirinya.

Tapi entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja keadaan berubah. Posisinya tergeser dan malah membuatnya terpilih menjadi wakil ketua osis mendampingi orang yang telah berhasil menggeser posisinya itu. Dia bahkan harus rela bekerja sama yang lebih tepatnya menjadi pesuruh dari gadis tengil yang terpilih sebagai ketua osis kala itu, yaaa.. Lagi-lagi gadis itu si Arcelia itu yang telah dan selalu membuatnya kalah.

" Tidak, aku tidak terima! Kenapa harus dia? Dan kenapa selalu dia? " Ucapnya lagi dengan kembali mengobrak abrik seluruh isi ruangannya.

Ruangan yang semula rapih itu, kini sudah hancur tak berbentuk. Seluruh isi ruangan itu sudah teronggok mengenaskan dilantai, menjadi sasaran kemarahan sang pemilik. Setelah lama meluapkan segala emosinya, hingga akhirnya kini ia mendudukkan dirinya di sofa sambil tatapannya memandang lurus ke depan. Masih dengan napasnya yang memburu berusaha menetralkan kembali emosi dan pikirannya. Namun bukannya tenang, ia justru kembali teringat ucapan Arcelia yang sangat menjengkelkan tadi.

" ... Hati-hati takutnya nanti kau malah menangis kecewa. "

" Aaaaaaaa.. Sialan! Awas saja kau! " Teriakan yang disertai umpatan kembali terdengar ketika suara itu terus terngiang dan tak henti merecoki isi kepalanya. Bahkan lengkap dengan senyum mengejek dan wajah menyebalkan gadis itu.

✨✨✨✨

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di sebuah rumah mewah mobil yang Arcelia tumpangi baru saja sampai.

Dengan sedikit berlari kecil Arcelia memasuki rumah tersebut, sudah tak sabar rasanya ingin segera berjumpa dengan sang Ayah. Wajar saja, setelah berbulan-bulan lamanya mereka tinggal berjauhan dan berkomunikasi hanya melalui via telepon, kini saatnya ia meluapkan segala kerinduannya pada sang Ayah.

" Daddy... " Teriaknya ketika sudah berhasil masuk dan berada di ruang keluarga.

Kembali melangkah mencari sosok yang dirindukan, sampai akhirnya sampailah ia di halaman belakang rumahnya. Di sana terlihat seorang pria paru baya sedang duduk sambil menyesap minumannya.

" Daddy! " Panggilnya dengan berlari menghampiri dan menghambur ke pelukan tubuh penuh kehangatan itu.

Bergelayut manja dan memeluknya dengan erat, sangat erat sambil merasai bau harum tubuh pria sangat ia sayangi dan rindukan itu.

" Hahhaha.. Hallo sayang, bagaimana kabarmu? " Sapa Darwin disertai tawa dan kedua tangan yang menahan tubuh putrinya yang kini sedang bergelayut ditubuhnya dengan kedua kakinya yang melingkar di pinggangnya.

" Ternyata kamu berat juga ya sekarang. " Keluhnya masih dengan tertawa renyah, sengaja meledek putrinya.

" Aah.. Daddy! Biarkan saja, aku akan tetap begini sampai Daddy merasa lelah. Ini adalah hukuman untuk Daddy karena pergi sangat lama. " Sahut Arcelia dengan mencebikkan bibir dan menatap sang Daddy dengan tatapan tajam menunjukan aksi protesnya.

" Hahaha.. Baiklah, baiklah. Lakukan sesukamu, sayang. " Ucap Darwin kemudian ia mengecup kening sang putri dan membiarkannya tetap dengan posisinya.

Setelah beberapa saat, Arcelia pun turun dari pangkuan Tuan Darwin. Menatap ayahnya seolah ingin menemukan sesuatu dibalik wajah tampan sang ayah yang meski kini sudah dihinggapi beberapa garis halus di wajah tegasnya itu. Lama menatap dan sang ayah pun membiarkan, hingga kemudian hanya helaan napas lah yang keluar dari bibir mungil Arcelia.

Mendudukkan dirinya di kursi santai di sana yang kemudian diikuti oleh sang ayah yang duduk disebelahnya. Arcelia menyerah, ia benar-benar tak bisa membaca apapun yang kini ayahnya pikirkan.

" Dad.. " Serunya setelah beberapa saat lalu saling terdiam.

" Apa, yang sebenarnya ingin Daddy bicarakan? " Tanya Arcelia akhirnya benar-benar menyerah dan ingin segera tahu.

" Ekhmm.. " Tuan Darwin pun berdehem seolah sedang bersiap untuk memulai pembicaraan, tatapannya lurus melihat taman indah yang begitu subur didepannya.

" Ya, mengenai itu.. Daddy mempunyai permintaan padamu, Lia. Daddy berharap kamu mengerti dan mau memenuhinya. " Ujar Tuan Darwin terdengar sedikit ragu, meski begitu ia sudah mempertimbangkan hal ini dengan sangat matang.

" Permintaan?! " Bingung Arcelia menoleh menatap sang ayah, dan disahuti oleh anggukan kepala sang ayah.

Bukan karena apa, namun ia merasa aneh saja karena baru kali ini ayahnya meminta sesuatu darinya. Dia bahagia, dan tentu saja Arcelia akan memenuhinya dengan segenap jiwa raganya. Akan tetapi terdengar dari nada ayahnya bicara, ini bukan sesuatu hal yang biasa dan karena hal itu jugalah ia menjadi sedikit ragu.

" Apa itu Dad? Selama aku bisa, aku pasti akan memenuhinya. " Jawab Arcelia mantap meski hatinya ada sedikit takut.

......................

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!