NovelToon NovelToon

Berbagi Cinta: Mistress (Wanita Simpanan)

M1 : COUPLE GOALS

M1🥀: COUPLE GOALS

Sebuah ballroom hotel bintang 5 yang megah, tampak semakin mewah setelah disulap dengan sedemikian rupa. Lampu Kristal yang menggantung di langit-langit rungan, menjadi salah satu ikonik untuk setiap netra. Dekorasi ruangan yang didominasi oleh warna rose gold itu semakin meriah dengan hadirnya orang-orang kenamaan di tanah air. Sepasang pengantin tampak tengah berdiri di pelaminan dengan senyum sumringah terpatri di bibir. Tampak jelas raut bahagia tergambar di wajah mereka.

Salah satu penyanyi papan atas tanah air yang didapuk menjadi salah penghibur di acara pernikahan tersebut, menyanyikan lagu ‘A Thousand Year’ yang legendaris, request dari salah seorang pengunjung. Bersamaan dengan itu, sepasang anak Adan dan Hawa memasuki ruangan. Sontak seluruh netra beralih ke arah mereka.

Mereka adalah pasangan yang selalu digadang-gadang sebagai couple goals. Cantik dan tampan. Sama-sama mapan dalam urusan karier, dan memiliki latar belakang yang sama-sama diperhitungkan. Keduanya juga memiliki positif vibes yang bisa dirasakan oleh orang-orang di sekelilingnya.

“Wah, wah, couple goals kita datang juga,” sambut suara sang pengantin pria saat pasangan tersebut tiba di pelaminan.

Seulas senyum tersungging di bibir pasangan tersebut.

“Selamat untuk pernikahan kalian. Semoga menjadi pasangan yang langgeng sampai maut memisahkan.”

Wanita cantik dengan senyum memikat itu bersuara. Tubuh tinggi semampai bak gitar spanyol milik itu terbalut cut off shoulder dress maroon yang mempertontonkan bahu dan tulang selangka. Dilengkapi dengan heels bertumit tinggi berwarna senada dari Jimmy choo. Dia juga mengenakan satu set perhiasan bertaburan berlian Swarovski yang kian menunjang penampilannya. Jangan lupakan cloth elegan dari brand kenamaan yang ia bawa.

“Semoga cepat diberi baby-baby yang cute,” imbuhnya, setelah cipika-cipiki bersama pengantin wanita.

“Amin. Kalian juga, semoga cepet punya baby. Udah lima tahun, ‘kan?”

“Of course, jika Tuhan segera mengizinkan.” Wanita cantik itu menjawab seraya mengurai senyum. Tangannya masih setia melingkari lengan penuh bisep milik sang suami. Pria rupawan yang irit bicara itu hanya menanggapi sesekali.

“Ini juga, bapak Darren Aryasatya Xander jangan terlalu banyak kerja. Kasihan istri. Ev juga pasti pengen diperhatiin, bukan kerjaan terus yang diperhatiin.”

“Hm.”

“Jangan ham, hem, doang. Dilakuin dong, bro.”

“Hm.” Lagi, respon singkat, dan padat itu diberikan.

Darren Aryasatya Xander namanya. Suami dari Evelyn Angelista, seorang super model, beauty influencer, fashion influencer, dan bussines woman.

Darren memang tipikal pria dan irit bicara. Ia adalah seorang pengusaha barang impor-ekspor, mulai dari furniture, fashion, food, dan banyak lagi. Siapa yang tidak mengenal Darren? Salah satu eksekutif muda yang wajahnya sering wara-wiri di majalah FORBES.

Pria rupawan yang memiliki ciri-ciri surai hitam legam, alis menukik simetris, lengkap dengan sepasang mata tajam, hidung mancung, bibir sensual, dan rahang tegas. Kulitnya putih bersih, tubuhnya tinggi semampai, dengan proporsi yang hampir mendekati kata sempurna. Dengan rupa rupawan bak dewa-dewa dalam mitologi Yunani, siapa yang tidak menoleh dua kali jika berpapasan dengannya.

Akan tetapi, statusnya sebagai suami Evelyn Angelista, membuat para wanita itu mundur alon-alon. Siapa juga yang berani bersaing dengan titisan Dewi kecantikan seperti Evelyn?

Wanita cantik yang lahir dengan sendok emas di mulut, sudah digadang-gadang sebagai jodoh Darren semenjak masih dalam kandungan. Evelyn adalah putri satu-satunya di keluarga besar Atmarendra. Keluarga ningrat tersohor se-Indonesia Raya. Ev, begitu dia akrab disapa, memiliki dua orang kakak lelaki. Kakak sulungnya saat ini menetap di luar negeri, sembari mengurus bisnis keluarga. Sedangkan kakak yang satunya lagi, bekerja sebagai salah satu mentri di kabinet Presiden yang menjabat saat ini.

Ev dan Darren sudah mengenal sejak kecil. Mereka dijodohkan sejak anak-anak pula. Kemudian bertunangan saat beranjak SMA. Hidup mereka memang sudah seperti alur telenova yang puanjang kali lebar tiap part-nya telah ditentukan.

“Kita mbil makan dulu. Kamu belum makan, ‘kan?”

Pria ruapwan dalam balutan setelan suite hitam lengkap dengan whaitscoat hitam yang membalut tubuh pelukable-nya itu merespon singkat.

“Hm.”

Pasangan couple goals tersebut kemudian melenggang menuju area makanan, setelah turun dari pelaminan. Ada banyak rekan dan teman semasa sekolah yang mereka jumpai di tempat ini. Mengingat pengantin pria yang hari ini menikah adalah temah satu angkatan mereka saat SMA.

“Cuma itu?” pria rupawan itu mengeryitkan kening melihat menu di piring sang istri.

“Hm. Ini sudah lebih dari cukup untuk dinner.” Wanita cantik itu tersenyum tipis.

Di atas piring keramik berhiaskan bunga Anyelir itu, ada satu porsi Aglio E Olio with salmon. Ada juga panacotta blueberry yang menjadi dessert dinner mereka kali ini.

“Ayo makan, Darren.” Ev beralih, memperhatikan piring sang suami yang terisi dengan salmon with creamy garlic souce. “Kamu tidak suka? Mau aku ambilkan yang lain?”

Pria rupawan itu menggeleng. “Tidak. Ini sudah cukup.”

Ev mengangguk. Keduanya kemudian larut dalam keheningan dinner, di tengah-tengah etensi orang yang tengah menatap iri ke arah mereka. Namun, siapa sangka jika pasangan yang mereka elu-elukan sebagai couple goals itu hidup seperti orang asing selama bertahun-tahun.

“Kamu tidur di rumah malam ini?”

“Hm.”

Wanita cantik yang baru mengganti heels miliknya dengan sandal rumahan itu mengangguk. Sandiwara ala couple goals itu tidak lagi berlaku jika mereka sudah tiba di rumah ini. Rumah dua lantai yang 5 tahun lalu menjadi kado pernikahan untuk Ev dan Darren. Tempat di mana mereka bebas untuk mengekspresikan apapun, tanpa harus bersandiwara.

“Darren?”

Pria rupawan yang hendak menaiki anak tangga itu menoleh. Tubuhnya bergerak pasif, seraya menatap sang istri.

“Em, good night. Senang melihatmu ada di rumah malam ini.”

“Hm.”

Pria rupawan itu merespon singkat, kemudian melanjutkan langkah. Meninggalkan sang istri yang masih mematung di tempat. Mereka memang tinggal di atap yang sama, tetapi tidak pernah bertegur sapa. Karena kesibukan masing-masing, jarang sekali mereka bisa bersama-sama menghabiskan waktu di rumah.

Terkadang, saat schedule Ev kosong, Darren yang sibuk dengan berbagai perjalanan bisnisnya. Ketika Ev sibuk keliling dunia untuk mengisi undangan pashion show, Darren baru memiliki waktu luang. Karena kesibukan itu pula, mereka jarang sekali bertemu dalam satu waktu.

“Five years, Darren. Apa kamu lupa?” gumam Ev lirih, seraya tersenyum miris.

Ya, lima tahun mereka telah menikah. Lima tahun mereka tinggal bersama di balik status suami-istri. Namun, dalam kurun waktu tersebut tidak lantas membuat mereka terikat oleh rasa yang sama. Mereka hanya terjerat, terikat, juga terkurung oleh status bernama pernikahan. Dengan rasa abstrak yang semakin hari semakin tak menentu.

...🥀🥀...

...TBC...

...Author Raditya Series bawa cerita baru🥳...

...Jangan lupa like, vote, komentar & follow Author ❤️...

...Sukabumi 11/11/21...

M2 : MARRIAGE WITH BENEFIT

M2🥀 : MARRIAGE WITH BENEFIT

Mentari bersinar dengar cerah pagi ini. Dibarengi dengan gumpalan mega putih yang menggantung, menghiasi Kanvas biru di atas sana. Seberkas senyum diterbitkan oleh Ev saat melihat seorang pria rupawan memasuki area ruang makan. Ia sendiri sudah menunggu kehadiran pria itu di meja makan sejak tadi.

“Good morning, Darren.”

“Hm. Good morning, Ev.”

“Hari ini Bibi masak nasi. Kamu mau aku buatkan sandwich? Kamu jarang makan nasi, ‘kan?”

Lima tahun bukanlah kurun waktu yang sebentar bagi Ev mengenal Darren. Hampir separuh hidupnya dihabiskan bersama Darren. Sedikit banyaknya, Ev mengetahui soal apa yang Darren ‘like or no’t like’. Termasuk soal urusan perut. Pria itu jarang nasi. Karena ia sendiri tumbuh di lingkungan orang tua yang memiliki darah campuran Western dan Asia. Sejak kecil Darren tidak terlalu banyak mengonsumsi karbo dalam bentuk nasi. Darren biasa menganntinya dengan bahan lain yang sama-sama mengandung karbo tinggi.

“Hm, jika tidak merepotkan.”

“Tentu saja tidak.” Ev beranjak cepat.

Wanita cantik dalam balutan outfit sport itu kemudian berlalu untuk membuat apa yang suaminya minta. Saat mereka sama-sama berada di rumah, Ev dan Darren akan menghabiskan waktu sarapan bersama setelah Ev menyelesaikan jadwal olahraga rutin. Wanita itu biasa berolahraga dengan jogging rute pendek hingga menengah di sekitar rumah. Jika cuaca sedang tidak mendukung, Ev akan memilih berlari di atas treadmill selama puluhan menit. Sesekali Ev juga menghabiskan paginya dengan melakukan yoga atau pilates.

Gaya hidup sehat memang sudah melekat dengannya sejak lama. Begitu juga dengan Darren. Hanya saja, pria itu lebih memilih olahraga di dalam ruangan. Mulai dari squat jump, push up, plank, dan latihan berat lainnya. Darren juga memiliki jadwal wajib nge-gym setiap dua sampai tiga kali seminggu.

Oleh karena itu, bentuk tubuh Darren tidak diragukan lagi. Jika dia mau menjadi model, mungkin iklan L-Men akan menjadi langganan. Tubuh Darren memang mengoleksi enam pack berderet yang sentuhable. Belum lagi dada bidang dan bahu tegapnya yang pelukable. Bohong jika ada wanita yang tidak mabuk kepayang jika disodorkan lelaki se-hot Darren. Manager Ev saja pernah mengatakan jika pihak brand kenamaan sekelas Calvin Klein saja siap mendapuk Darren sebagai brand ambassador jika pria itu bersedia.

“Bagaimana pekerjaanmu, Darren? Aku dengar sekarang produk ekspor-inpor sedang alaku keras di pasaran?”

“Hm.”

“Apa kamu tidak berenca untuk membuka cabang baru?”

Pria yang baru saja menyelesaikan acara sarapannya itu mengusap bibirnya dengan tisu. Kemudian pandangannya beralih pada Ev. Wanita yang dia nikahi lima tahun lalu.

“Aku harus pergi ke luar kota untuk beberapa hari ke depan.”

Ev menautkan kening mendengarnya. “Tiba-tiba begini? Bukannya kamu baru pulang?”

“Ada urgent meeting yang harus aku hadiri.”

“Tapi, bukannya kamu baru kembali, Darren? Tidakkah kamu memikirkan tawaran Ibumu untuk berkunjung?”

“Ibuku akan mengerti jika putranya sibuk.”

Ev tersenyum pongah. Padahal belum 24 jam suaminya kembali, kini dia akan pergi lagi. Jika saja pernikahan mereka normal, layaknya pasangan pada umumnya. Apa yang akan terjadi jika suami kalian terus-menerus sibuk dengan pekerjaanya? Marah? Kesal? Atau, paling tidak merajuk.

Namun, semua itu tidak berlaku bagi Ev. Darren adalah Darren. Pria itu hanya membubuhkan namanya sebagai suami Ev, tetapi tidak dengan perasaanya. Mereka menikah karena dijodohkan, plus dengan benefit yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Ev tidak pernah menyesali keputusannya menerima lamaran Darren, karena Darren adalah pria yang tepat untuk marriage with benefit yang dia butuhkan.

Darren tidak banyak menuntut. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja, maka tidak ada pula indikasi baginya melanggar rules yang telah ditetapkan. Tidak akan ada perceraian di antara mereka, kecuali jika salah satunya ada yang melanggar rules. Maka tak ayal jika 5 tahun mereka bertahan dalam hubungan tersebut.

Jika pasangan lain saling menjaga keharmonisan menggunakan keromantisan, lain hal dengan keduanya. Mereka bertahan selama ini, hanya berpegang teguh pada kepercayaan juga feedback yang didapatkan. Setidaknya, karena mereka menikah, Ev bebas berkarir di dunia modeling tanpa harus diusik oleh keluarga besarnya. Begitu pula dengan Darren yang bisa duduk manis di kursi CEO karena menjadi suami Ev.

Perhatian Ev teralihkan saat melihat Bi Surti—asisten rumah tangga mereka—turun membawa sebuah koper yang dia yakini milik suaminya. Ev menautkan kening melihatnya.

“Kamu akan pergi sekarang?”

“Hm.”

Ev beranjak saat Darren beranjak. Pria itu tampak rupawan dalam balutan outfit formal bernuansa dark blue.

“Kamu tidak pergi dengan Damian?”

Darren yang mendengar nama sekretarisnya disebut-sebut, menaikkan sebelah alis. “Damian sedang ada di Labuan Bajo bersama istrinya.”

Ev terdiam. Benar juga, sekretaris suaminya tengah berada di Labuan Bajo. Dia dan istrinya tengah menikmati second honeymoon sebagai perayaan anniversary yang ke-3.

“Aku pergi.”

Sebelum pria itu benar-benar menghilang setelah mengambil alih kopernya, Ev kembali bersuara. Membuat Darren berbalik sejenak.

“Darren.”

“Hm?”

Ev tersenyum tipis, kemudian bersuara. “Hati-hati di jalan. See you soon.”

Untuk sejenak pria rupawan itu terpaku. Jarang sekali Ev yang cuek mengiringi kepergiannya dengan ucapan ‘sampai jumpa’. Selama ini Ev selalu abai dan berucap seadanya, berbeda dengan pagi ini. Namun, semua itu tetap tidak akan menahan Darren dari kepergian. Dia memiliki schedule perting di luar sana.

🥀🥀

“Camera, rolling, action!”

Mendengar aba-aba tersebut, seorang wanita cantik yang mengenakan gaun musim panas corak bunga-bunga dari Cecilie Bahnsen langsung bersolek di depan lensa kamera. Kepiawaiannya bersolek di depan lensa memang selalu berhasil membius setiap netra. Apalagi wajah menawan yang dimilikinya, kian mencuri banyak hati.

Siapa yang tidak mengakui kepiawaiaan Ev ketika berhadapan dengan lensa kamera. Dia pandai beradu akting, bersolek di atas catwalk, hingga melantunkan bait-bait lagu dengan merdu. Ev multitalenta. Hal itu juga yang membawanya terus bersinar kala berkiprah di dunia showblitz.

“Lusa kita terbang ke Paris, you udah bilang sama suami?” tanya pria dengan bulu mata cetar anti badai bak Princess Syahrini tersebut.

“Dia sudah pergi pagi tadi,” jawab Ev malas seraya meraih segelas lemon water yang disediakan untuknya.

“Again?”

“Hm. Urgent meeting katanya.”

Pria yang berlagak seperti wanita itu berdecak seraya menyimpan peralatan Ev di dalam tas. Syuting terakhir telah selesai dilaksanakan. Setelah ini, mereka akan bertolak ke Grand Indonesia untuk melakukan meeting.

“Suami you itu terlalu busy, Ev. Dia enggak ada waktu sama you.”

“Karena perioritasnya adalah pekerjaan.”

“Oh my god, jangan bilang kalau kemarin dia lupa sama anniversary kalian?”

Ev memutar bola mata malas mendengar ucapan sang manager. It’s true. Jika benar Darren lupa, dia harus apa? Toh, tidak penting juga mengingat hari jadi mereka.

“Kita berangkat jam berapa?”

“Jam delapan, tapi jangan mengalihkan pembicaraan.”

“Please, Dimi. Aku gak mau bahas Darren.”

Pria yang dipanggil Dimi itu mengangguk paham. “But, Ev, gimana sama undangan couple itu? You gak mau dateng?”

Ah, sekarang Ev baru ingat. Undangan yang harus dia hadiri bersama sang suami. Namun, sekarang sudah percuma. Pria itu sudah pergi ke luar kota, dan nomer teleponnya akan sulit dihubungi. Pekerjaan Ev bertambah lagi. Dia harus memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Ibu mertuanya, soal ketidakhadiran sang putra nantinya. Merepotkan, pikir Ev.

🥀🥀

Sukabumi 13/11/12

M3 : TOXIC

M3 🥀 : TOXIC

Seorang gadis cantik yang mengenakan dress rumahan berwarna baby blue tampak tengah menyiram tanaman bunga Fuschia yang merambat dengan apik pada besi penyangga yang dibentuk sedemikian rupa, saat sebuah mobil memasuki kawasan pekarangan rumah. Senyum mengembang lebar di bibirnya, saat mengetahui siapa yang keluar dari pintu kendaraan tersebut.

“Mas.”

Dia memanggil seraya menjatuhkan selang yang tadinya dia gunakan sebagai alat untuk menyiram tanaman. Dengan segera dia berlari, mengabaikan kondisisnya yang beberapa kali hampir tersandung kerikil. Ketika sudah dekat dalam jangkauan, gadis cantik bersurai indah itu memeluk pria yang dia rindukan setengah mati. Aroma citrus yang segar, khas prianya, menyeruak masuk ke indra penciuman.

“Kenapa hm?”

Ditanya demikian, gadis cantik itu menggeleng. Dia masih tetap mempertahankan posisi memeluk sang suami. Tubuh pria itu terlalu candu untuk segera dia hapus dalam benak berselimut rindu.

“Katanya Mas pulang kemarin. Kok sekarang baru nyampe?” gadis cantik dengan netra bulat berbinar itu bertanya seraya melonggarkan pelukan.

“Kamu marah?”

Gadis itu menggeleng, seraya meraih punggung tangan lawan bicaranya untuk disalami. “Lupa, belum salim,” ujarnya seraya tersenyum lebar. Memperlihatkan cekungan sabit di kedua kelopak matanya.

Pria rupawan itu mengikis jarak guna menjatuhkan satu kecupan di kening gadisnya. Satu momen intim yang selalu dia ingat jika bersama gadisnya.

“Masuk dulu, Mas. Tadi aku sama Bibi masak rendang jamur, dendeng asam-manis, sama gulai cumi isi tahu. Mas udah makan siang belum?”

“Belum sempat.”

Gadis cantik yang tengah menggandeng ‘suaminya’ itu tersenyum lebar. Dia memang tidak tahu jika pria itu akan kembali sekarang, padahal jadwal kepulangannya adalah kemarin. Tetapi dia positif thingking saja, mungkin suaminya sedang banyak pekerjaan di kota. Toh, ia juga tahu jika suaminya itu orang yang sibuk.

“Mas mau makan atau mandi dulu?” tanyanya, saat mereka sudah tiba di kamar utama.

Rumah yang dibangun di tengah tanah yang luas itu, memang memiliki dua lantai. Ada 4 kamar tidur di dalamya. Interior bangunan tersebut dibuat klasik, menggabungkan unsur kayu tropis dengan gaya biophilic, yaitu penggabungan unsur alam ke dalam lingkungan rumah. Mengingat jika nyonya rumah tersebut sangat mencintai tumbuhan. Sangat kontras dengan letak rumah yang strategis, berada di dekat perkebunan teh yang memiliki pemandangan asri.

“Mandi.”

“Kalau gitu biar aku siapin airnya dulu,” usul gadis cantik tersebut seraya membantu sang suami melepaskan dasi.

Pria rupawan dengan balutan setelan berwarna gray itu tersenyum tipis, saat melihat ketelatenan jemari lentik gadisnya membantu. Tubuh mungil gadis tersebut bahkan tidak sampai menyentuh dagu. Membuatnya teramat kecil jika berada di hadapannya.

“Apa kamu makan dengan baik selama aku pergi?” tanyanya seraya menyentuh surai hitam sang gadis.

“Iya. Kemarin aku, Bibi, sama Mang Ujang masak nasi liwet. Kita makan bertiga di saung belakang. Niatnya mau sekalian nungguin Mas pulang, tapi enggak datang-datang.”

“Kamu menunggu?”

Gadis cantik itu mengangguk. “Nunggu sambil bercocok tanam. Kemarin Wati bawa benih bunga Matahari. Aku tanam di belakang rumah, enggak apa-apa?”

“Hm.”

Gadis itu terdiam setelahnya. Ia masih sibuk berkutat dengan membantu sang suami. Hilir mudik kesana-kemari, menyimpan jas di-hanger, menyimpan koper di dekat almari, semua itu tidak lepas dari amatan netra gelap milik Darren Aryasatya Xander.

Pria rupawan itu kemudian beralih, meraih tangan mungil gadis cantik tersebut saat hendak pergi ke kamar mandi.

“Ella.”

“Kenapa, Mas? Aku mau siapin air buat mas mandi.” Gadis cantik itu mengernyitkan kening. Menunggu kalimat sang suami berikutnya.

Namun, alih-alih menjawab, pria itu malah mengkis jarak. Membuat manik keemasan milik gadis yang dipanggil Ella itu terbeliak untuk sesaat. Detik berikutnya, Darren memangkas jarak yang terbentang di antara mereka. Mempertemukan dua labium, menciptakan rasa manis yang tak terkira. Membayar rindu yang sempat tercipta di antara dua insan yang saling dimabuk asmara.

Seumur hidupnya, dia sudah beberapa kali berciuman. Dari ciuman sebatas kecupan hingga luar biasa sensual. Akan tetapi, tidak ada rasa yang dia dapat seperti milik gadisnya. Manis yang membuat candu. Menghilangkan dahaga efek merindu. Membuat lupa akan rotasi waktu. Tak peduli jika selama ini ada gurat toxic di antara hubungan yang dia bangun bersama gadisnya.

🥀🥀

Seorang wanita cantik yang mengenakan cut of shoulder dress berwarna hitam dengan model mermaid yang memiliki belahan tinggi pada kaki, memasuki sebuah ballroom hotel seorang diri. Ketukan heels bertumit tinggi bertaburan gilter yang dia kenakan, tampak mencuri perhatian beberapa orang yang telah hadir di sana. Siapa yang tidak akan terpesona melihat kecantikan titisan Dewi kecantikan, Aphrodite. Dia memang selalu bercahaya di manapun berada.

“Ev,” panggil seorang wanita paruh baya yang tampak cantik dalam balutan dress berwarna dark blue.

“Mama di sini, juga?” Ev memasang tampang terkejut saat Diana Xander menghampiri.

Mantan putri Indonesia itu masih tampak menawan walaupun sudah tidak muda lagi. Dia menggunakan dress berbahan siffon yang tampak memancarkan aura keanggunan seorang ningrat.

“Iya. Mama datang sama Papa.” Diana Xander tersenyum tipis setelah cipika-cipiki dengan menantunya. Kemudian dia menoleh, mencari keberadaan seseorang.

“Di mana Darren?”

“Darren ada, Mah.”

“Wait, jangan bilang kalau anak itu ada di suatu tempat dan sedang mengurusi pekerjaan?”

Ev tersenyum kecil seraya mengangguk. Camera, rolling, action. Dalam hari, Ev mengintruksi diri sendiri. dia tahu jika konsekuensi datang ke acara ini pasti akan berujung begini. Kehadiran pasangan suami istri Xander yang tidak lain dan tidak bukan adalah mertuanya sendiri, pasti akan menimbulkan banyak pertanyaan.

“Darren sibuk, Mah. Dia memiliki tanggungjawab terhadap perusahaan yang menaungi ribuan pekerja.”

Diana Xander tersenyum tipis. Tangannya bergerak menyentuh tangan sang menantu. “Kamu adalah istri yang pengertian sekali, Ev. Kamu bisa mengerti Darren yang sifatnya sebelas-dua belas seperti ice bear.”

Ev tersenyum kecil. “Iya, ice bear yang dapat membuat Ev jatuh hati.”

“Ah, kamu bisa aja.” Dia tersenyum kecil. “Tapi, kenapa kalian jarang main ke rumah? Mama sudah siapkan perayaan kecil-kecilan untuk merayakan anniversary kalian.”

“Kemarin kita harus menghadiri pernikahan teman, Ma. Maaf, belum sempat mampir.”

“Tidak apa-apa.” Diana berucap seraya mengenggam punggung tangan sang menantu.

Ev baginya adalah menantu idaman. Dia cantik, baik, attitude and manner-nya bagus, terpelajar, anggun, dewasa, dan dapat mengerti putranya. Sejak kecil, Diana khawatir dengan Darren yang selalu tertutup pada dunia luar.

Darren kecil lebih suka menghabiskan waktu di dalam kamar, bersama dengan seperangkat personal computer dan gadget. Namun, semua itu perlahan berubah saat Darren dijodohkan dengan Ev. Sedikit banyaknya, ia bisa beraktifitas di luar rungan karena kerap kali harus menemani Ev pemotretan.

“Asalkan Ev, ingat satu hal.”

“Iya, Mah?”

“Jangan sampai kecuekan kamu terhadap sikap Darren membuatnya lupa akan kewajibannya terhadap kamu.”

Ev terdiam. Kewajiban Darren terhadapnya hanya sebatas benefit yang telah disepakati. Pria itu tidak memiliki kewajiban apapun setelain itu. Termasuk soal peduli akan perasaan Ev.

“Kamu adalah istri Darren, perioritas di atas segala perioritas.” Ev mengangguk tanpa menjawab. “Mama harap kalian bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Ini sudah lima tahun, Ev. Bukankah sudah waktunya kalian memikirkan soal momongan?”

“Iya, Ma.”

“Jangan iya-iya terus, Ev. Coba realisaikan. Kalian harus mulai memikirkan untuk memiliki keturunan. Keluarga besar kita menanti kehadiran cucu dari kalian.”

Ev mengangguk tanpa kata. Karena setelah berkata demikian, perhatian Diana Xander teralihkan. Suara pembawa acara di panggung membuat Ev terselamatkan. Setidaknya dari pertanyaan keramat bagi usia pernikahannya yang sudah menyentuh angka 5.

Ev berusaha semaksimal mungkin menimpali setiap permbicaraan menyangkut momongan. Padahal dia tahu sendiri, jika pria yang berstatus sebagai suaminya selama ini bahkan tidur di ruangan terpisah. Jangankan merealisasikan keinginan mereka untuk segera memiliki cucu, Ev sangsi jika dalam kurun waktu yang belum ditentukan, badai akan menerjang rumah tangganya dengan Darren.

...🥀🥀...

...TBC...

...Setelah ini, badai akan terungkap. Ev pintar memprediksi juga, ya. Kira-kira sampai kapan Ev akan abai?...

...Sukabumi 15/11/12...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!