Luna Zack adalah seorang wanita cantik dan baik hati, Luna selalu ramah pada semua orang. Tutur katanya yang lembut dan sopan menjadikannya pujaan hati para lelaki.
Luna tidak tertarik pada lelaki manapun, karena baginya lelaki hanya menginginkan kecantikan dan tubuh untuk pemuas nafsu. Luna memiliki saudari kembar, bernama Lana. Wajah yang sama, sifat yang berbeda begitulah cara orang memandang. Termasuk orang tua Lana dan Luna.
Orang tua Lana dan Luna berniat menikahkan Lana, agar Lana berubah menjadi wanita yang baik. Tidak suka berkeliaran di luar rumah saat tengah malam dan berteman dengan laki-laki berandalan. Lana yang mengetahui niatan papa dan mamanya memilih kabur keluar negeri bersama kekasihnya.
Louis Zack dan Merry Zack, tidak mengetahui jika putrinya Lana pergi keluar negri dan sudah menetapkan tanggal dan hari pernikahan. Saat ingin menyampaikan kabar baik, Louis dan Merry mengetahui jika Lana melarikan diri. Louis dan Merry kebingungan, mereka tidak tahu harus berbuat apa.
Louis menghubungi keluarga pihak pria, dan mengatakan putrinya Lana sudah pergi melarikan diri keluar negeri. Tidak disangka-sangka pihak keluarga pria menginginkan Luna menggantikan Lana untuk menikahi putra mereka.
Louis dan Merry terkejut, sebenarnya tidak ingin Luna yang menikah, melainkan Lana. Louis dan Merry mencoba berbicara kepada Luna. Luna terkejut, tidak hanya masalah pernikahan saja yang didengarnya melainkan hal lain. Perusahaan Louis mendapat sokongan dana dari perusahaan keluarga pria yang akan dinikahinya.
Luna menyerah, mengerti maksud kata-kata papa dan mamanya. Luna sangat mengerti, inilah yang di sebut sebagai pernikahan bisnis. Karena Luna sangat menyayangi papa dan mamanya Luna pun dengan terpaksa menerima pernikahanya dengan pria asing tersebut.
Louis dan Merry tidak memberitahu Luna dengan siapa dan bagaimana wajah pria yang akan dinikahkan dengannya, karena Louis dan Merry sendiri belum pernah bertemu dan melihat calon menantunya itu. Bahkan tidak tahu siapa namanya.
Luna tidak mempermasalahkan semua itu, asalkan papa mamanya bahagia dan senang itu sudah cukup. Soal siapa dan bagaimana pria yang akan menikahinya itu tidaklah penting. Meski begitu, Luna selalu khawatir. Luna takut jika suaminya kelak berperilaku kasar padanya.
*****
Hari pernikahan tiba, hari pernikahan yang seharusnya menjadi momen bahagia bagi pasangan pengantin yang saling mencintai namun tidak dengan Luna dan pasangannya.
Luna terkejut, dikala melangkahkan kaki menuju altar penikahan. Luna melihat seorang pria tampan yang duduk dikursi roda lengkap dengan stelan jas. Luna akhirnya mengerti mengapa Lana pergi, mungkin saja Lana sudah mengetahui jika calon suaminya adalah seorang pria lumpuh yang hanya bisa duduk di kursi roda. Itu yang ada dalam pikiran Luna.
Apa pun yang terjadi, Nasi sudah menjadi bubur. Pernikahan tidak bisa dihentikan. Luna dan Kay (Rekay Hawn) mengikat janji suci pernikan. Dalam lubuk hati yang paling terdalam Luna berdoa agar suamianya mau menerima nya dengan setulus hati dan mau untuk mengasihinya.
Seletah janji suci diucapkan, pesta penikahan di gelar. Banyak orang bergosip, Luna mendengar namun tidak menghiraukan. Luna sudah menebalkan wajah dengan gosip-gosip para tamu.
Pesta selesai, Luna berpisah dengan papa dan mamanya. Kay mengajak Luna pulang ke rumah pribadinya, dirumah itu sebelumnya Kay hanya tinggal seorang diri dibantu seorang asisten bernama Nicky dan beberapa pelayan, penjaga dan supir.
Kini Luna sudah resmi menjadi nyonya Hawn. Luna harus menurut dan patuh pada perkataan suaminya Rekay. Apa pun itu, tidak ada alasan untuk menolak atau menghindari Rekay.
Sesampainya di rumah, Kay meminta pelayan mengantar Luna kekamarnya. Kamar Luna dan kamar Kay bersebelahan. Kay tidak ingin privasinya di ganggu oleh siapapun. Kay terbiasa melakukan semuanya sendiri. Luna menerima keputusan Kay, dan merasa keputusan Kay untuk berpisah kamar lebih baik. Jujur saja dalam hati Luna, Luna masih belum siap menjadi istri Kay.
Kay mendengar jika calon istrinya yang sebelumnya (Lana) adalah seorang yang arogan dan bisa di bilang seorang gadis malam. Kay menerka jika Luna kembaranya juga pasti memiliki sifat yang sama. Luna pasti hanya akan memandang uangnya saja, tidak akan pernah memandangnya sama sekali.
Kay mulai merancang sesuatu, Kay mencoba menguji Luna. Menawarkan penawaran yang menggoda, yaitu kemewahan. Namun siapa sangaka seorang Luna yang sudah terbiasa susah menolak kemewahan yang di berikan oleha Kay. Kay diam-diam meminta seseorang menyelidiki Luna. Bagaimana Luna saat berada di luar rumah.
Kay terkejut, Luna sangat berbeda dengan Lana saudari kembarnya. Wajah yang sama namun memiliki sifat yang berbeda, kini Kay mulai memahami karakter istrinya. Kay kagum dengan kegigihan dan kerja keras Luna. Meski mempunyai suami yang kaya raya namun Luna tidak pernah sekalipun menjadikan suaminya sebagai pion untuk mencari keuntungannya sendiri.
Waktu berlalu, seiring berjalannya waktu Luna dan Kay semakin dekat. Disaat Luna dan Kay berbulan madu, Luna dan Kay bertemu dengan saudara kembar Luna, yaitu Lana. Lana mengejek Luna, mengatai Luna dengan kata-kata yang buruk dan kasar.
Luna merasa sedih, Kay mengerti maksud kata-kata Lana. Luna dan Kay pergi meninggalkan Lana dan kekasihnya. Luna terus memikirkan kata-kata Lana, kata-kata yang begitu menusuk hati.
Sesampainya di hotel, hal kecil terjadi. Usai mandi dan keluar dari kamar mandi Luna terpeleset, Kay dengan gerakan cepat menolong Luna. Tanpa di sadari Kay bangkit dari kursi rodanya, Luna terkejut melihat Kay yang bisa berdiri. Begitu juga Kay, tidak menyangka jika keberaniannya muncul karena Luna.
Karena senang Luna memeluk Kay, Luna tidak sadar jika tubuhnya yang basah menempel pada Kay. Kay merasa aneh, Luna sadar jika dirinya belum mengenakan pakaian. Kay tidak melewatkan kesempatan, Kay menarik tangan Luna dan mencium Luna. Kay menyentuh tubuh Luna.
Kay sebenarnya sudah berobat dan menjalankan terapi, namun Kay selalu trauma akan kejadian kecelakaan yang dialaminya sehingga membuat dirinya tidak berdaya. Kay tidak punya keberanian untuk bangkit dan berjalan. Kini Luna lah penyemangat Kay, Kay meminta Luna untuk menjaga rahasia.
Kay menceritakan sesuatau pada Luna, Kay mengatakan jika Kecelakaan yang dialaminya bukan kecelakaan biasa. Melainkan kecelakaan yang di sengaja. Saudara tiri Kay yaitu Jeff (Jafferson) juga mama tirinya (Jenifer) ingin sekali menguasai harta milik papanya. Kay bercerita jika ibu kandungnya sudah meninggal karena kecelekaan, lebih tepatnya di saat itu Kay dan mamanya mengalami kecelakaan, Kay selamat namun harus rela menjadi orang yang lumpuh. Sedangkan mamanya meninggal dunia di tempat kejadian.
Beberapa tahun setelah mama Kay (Reiren) meninggal, papanya (Calvin Hawn) menikah kembali. Membawa seorang wanita yang sudah memiliki seorang anak pria seusia Kay. Awalnya Kay mengira bisa berteman baik dan menjadi saudara, namun semakin lama sifat asli mama tiri dan Saudara tirinya itu terlihat.
Mereka selalu berusahan menjatukan Kay. Namun Kay tidak bodoh, Kay terus berjuang dan berusaha keras sampai akhirnya berhasil mengusai 60% saham perusahaan papanya secara tersembunyi.
Jenifer dan Jeff tidak tahu soal ini, yang tahu hanya Calvin. Calvin tidak berdaya saat itu, saat dimana perusahaanya diambang kehancuran, diam-diam Kay menolong papanya, meski kesal sudah membawa rubah betina dan anak rubahnya ke rumah mereka namun Kay tidak bisa melupakan jika Calvin adalah papa kandungnya. Seorang pria yang sangat dicintai mamanya.
Penikahan Kay dengan Luna sebernarnya juga usul dari Jenifer, untuk mempermalukan Kay di depan banyak orang. Memperlihatkan jika Kay tidak layak menjadi penerus dan berharap Jeff lah yang memegang kendali atas perusahaan.
Setelah keluar dari rumah, Jenifer dan Jeff semakin menjadi. Mereka bagaikan nyonya rumah dan anak dari pemilik rumah. Jenifer pun mendesak Calvin untuk memasukan Jeff dalam perusahaan.
Kay pun diam-diam mengakuisisi sebuah perusahaan, Kay tetap mempekerjakan direktur perusahaan tersebut untuk mengelabuhi semua orang. Kay bekerja kerjas dan berhasil memajukan perusahaannya itu. Kay menjalankan semuanya secara tertutup dan rahasia, tidak ada seorangpun yang tahu. Hanya Kay, Nicky dan Ben (direktur)
Waktu demi waktu berlalu, sampai hari dimana Jenifer benar-benar menggila setelah kematian Calvin. Jenifer dan Jeff menguasai rumah dan perusahaan. Kay geram, karena kematian papanya berhubungan dengan Jenifer dan Jeff. Kay akhirnya menguak semua kebenaran dan menjebloskan Jenifer juga Jeff kedalam penjara.
Luna selalu mendampingi Kay, mendukung Kay dan mengerti Kay. Kay akhirnya menyatakan perasaanya kepada Luna. Begitu juga Luna, Luna hanya akan mencintai Kay. Luna ingin mengahabiskan seluruh hidupnya bersama Kay.
Sebuah pengakuan datang dari Kay, Kay mengatakan jika pemilik rumah sakit tempat Luna bekerja adalah dirinya. Luna terkejut, Luna semakin senang dimana Kay menceritakan alasan mengapa Kay membangun rumah sakit, Kay ingin mengobati banyak orang, tidak ingin anak-anak kehilangan anggota keluarga mereka seperti dirinya. Kata-kata Kay begitu menyentuh, membuat Luna semakin tertarik pada Kay.
-Thank you-
-Bye bye-
------------
Mentari pagi bersinar cerah, angin berhembus menerpa daun-daun kering yang berguguran. Seorang wanita cantik berlari kecil masuk dalam sebuah toko kue. Wanita cantik itu menatap sebuah lemari kaca yang meyuguhkan berbagai macam kue dan cake. Warna yang indah, bentuk-bentuk lucu yang menggoda. Didepan cake-cake itu tertempel nomor untuk memudahkan pelanggan saat memilih cake yang diinginkan, dan pelayan untuk melayani pembeli.
"Permisi nona, berikan aku cake nomor 4, 5,7,dan 9. Masing-masing 3 buah, berikan aku juga roti tawar kentang dan roti tawar gandung masing-masing 1 buah. Masukan dalam satu tempat saja." Celotehnya sembari tangannya menunjuk lemari kaca.
"Baik nona, silahkan menunggu. Kami akan segera membungkusnya untuk anda." Kata pelayan toko kue.
Wanita cantik itu dengan sabar menunggu. Seseorang tidak sengaja menabrak nya dari belakang sehingga tubuhnya tidak seimbang dan hampir jatuh. Wanita cantik itu berpaling dan menatap ke arah lain, matanya melebar, melihat saudari kembarnya bersama seorang pria asing yang tidak dikenalnya.
"Lana.." sapa wanita canrik itu mendekati saudara kembarnya.
Lana memalingkan wajah dan kaget, " Luna, sedang apa kau disini?" Tanya Lana.
"Aku membeli kue, itu siapa? Kekasihmu?" Tanya Luna kepada Lana.
Luna menatap ke arah pria di samping Lana. Lana gugup, entah mengapa tiba-tiba Lana menjadi gugup.
"Ini adalah James, dia kekasihku. (Lana menatap James) James, dia adalah saudari kembarku Luna." Lana saling memperkenalkan luna dengan James.
"Oh begitu, hai James.. aku Luna, senang bertemu denganmu." Ucap Luna dengan suara lembut.
"Hai Luna, aku juga senang bertemu denganmu. Aku tidak menyangka jika Lana memiliki saudara kembar. Kalian benar-benar tidak bisa di bedakan." Kata James.
"Jika kau teliti tentu kau bisa membedakannya James. Lana mempunyai tahi lalat di atas bibirnya, sedangkan aku tidak." Jawab Luna.
James memandang wajah Luna lalu memandang wajah Lana, "benar juga ya, pantas saja Lana ku terlihat sangat manis."
"James.. diam!" Lana menatap tajam pada James.
"Baiklah, aku pulang. Lana, pulanglah tepat waktu. Aku akan sibuk besok pagi, tidak bisa mmebantumu sampai malam." Ucap Luna, yang langsung pergi.
Luna menghampiri kasir, membayar tagihan dan pergi membawa tas berisi cake pilihannya.
Lana dan James duduk, memanggil pelayan. Pelayan datang, Lana dan James langsung memesan makanan. Pelayan pergi membawa pesanan, James penasaran dan bertanya kepada Lana.
"Karena Luna, kau tidak ijinkan aku menjemput dan mengantarmu sampai di depan rumahmu? Kau takut aku salah mengenali kalian?" Tanya James.
"Ya, kurang lebih seperti itu. Dan James, tolong jangan terlalu dekat dengan Luna, kau cukup tahu saja Luna. Aku tidak suka kau melirik wanita lain selain aku." Kata Lana.
"Hei, aku bukan pria seperti itu sayang. Dilihat dari mana-mana Luna itu berbeda denganmu. Kau wanita yang aku impikan, kau berani dan tangguh." James menggoda Lana.
"Benarkah? Jangan hanya membual." Lana melirik kearah James.
"Haha.. (tertawa) aku sungguh-sungguh mencintaimu Lana, percayalah padaku. Sore ini pulanglah, kita bertemu kembali nanti malam di club." Kata James mendekat yang lalu mengecup pipi Lana.
"Mmmm.. oke" jawab Lana.
"Aku harus cari cara membujuk Luna untuk berakting dan berpura-pura menjadi diriku seperti biasanya." Dalam hati Lana.
Pesanan cake datang, pelayan menyajikan cake dan jus pesanan Lana dan James di meja, pelayan pergi, Lana dan James menikmati cake dan berbincang santai. Lana menceritakan saudari kembarnya Luna pada James, James hanya mengangguk-angguk karena James memang tertarik pada Luna. Meski kembar dan memiliki wajah sama namun hatinya terpaku pada Lana.
*****
Lana dan Luna, adalah sepasang anak kembar. Wajah yang sama tetapi memiliki sifat yang berbeda. Itulah yang orang-orang katakan.
Lana lahir lebih dulu dibanding Luna, mereka hanya berselisih waktu 5 menit. Lana cantik, namun Lana tidak sepandai Luna dalam belajar. Lana lebih berani didanding Luna, jika Luna hanya pasrah dan diam meski sebenarnya tidak menyukai hal-hal yang diperintahkan papa dan mamanya maka berbanding terbalik dengan Lana. Seorang Lana sering kali menolak terang-terang tanpa ragu.
Lana yang berani seringkali membuat papa dan mamanya kesal. Tidak hanya sampai di situ, Lana selalu berulah. Pulang dalam keadaan mabuk dan selalu merepotkan Luna. Lana sebenarnya bukan wanita jahat, hanya saja sikap dan prilakunya kurang baik akibat pergaulan yang salah.
Luna adalah wanita pekerja keras, meski papanya memiliki perusahaan yang bisa di bilang cukup besar. Luna memilih untuk tidak andil bagian dalam perusahaan, Luna lebih senang menjalani profesinya sebagai seorang dokter.
Luna bekerja sebagai salah seorang dokter dirumah sakit pusat kota. Luna terkenal ramah dan baik pada semua pasiennya. Luna disebut-sebut sebagai dewi di rumah sakit, tidak hanya cantik, ramah dan baik hati. Luna sendiri tidak segan bekerja dengan cuma-cuma tanpa memungut biaya, terutama untuk kalangan yang membutuhkan karena bagi Luna menyelamatkan nyawa lebih penting dari segalanya. Luna tidak bisa melihat seseorang terkapar tidak berdaya di depan matanya.
Jika di badingkan Luna, Lana adalah seorang nona muda yang malas, dia hanya sesekali datang keperusahaan untuk membantu papanya beberapa hal. Lana lebih memilih tidur dirumah, dan akan pergi ke club di malam harinya. Luna terkadang kesal, selalu menggantikan Lana tidur di kamar Lana agar tidak kena marah papa dan mama mereka.
*****
Luna sampai di rumah, Luna meletakan tas berisi cake yang di belinya. Luna ke dapur dan mencuci tangan, Luna mengambil piring, mengeluarakan bungkusan cake. Luna menata cake di piring.
Luna menatap cake di hadapannya, cake adalah makanan favorit Luna. Luna sangat menggemari makanan manis, bagi Luna memakan makanan manis bisa menjadi lebih bersemangat dan merasakan manisnya hidup.
Hari semakin sore, setelah mencicipi cake yang disudah di belinya, Luna beranjak dari duduknya berjalan menuju dapur. Luna memanggil seorang pelayan dan bertanya apakah sudah memasak makan malam atau belum.
"Bi, bibi.." Luna memanggil pelayan rumahnya.
"Iya nona, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan dengan sopan.
"Bi, mama dirumah?" Tanya Luna.
"Iya nona, nyonya ada di rumah." Jawab bibi pelayan.
"Apakah mama meminta bibi memasak sesuatu? Maksudku memasak unruk makan malam." Jelas Luna.
Bibi menggeleng, " tidak ada nona, nyonya belum terlihat keluar dari kamar sore ini." Jawab bibi pelayan.
"Baiklah bi, bibi bisa membantu saya untuk memasak makan malam. Aku akan masak makanan kesukaan papa dan mama, bibi bisa siapkan bahan, mencuci sayur dan bahan lainnya." Perintah Luna dengan nada suara lembut.
Bibi pelayan tersenyum, nonanya begitu baik san bertutur kata lembut. "Baik nona Luna, saya akan segera membantu anda." Jawab bibi dengan perasaan senang.
Luna dan bibi pelayan memasak, Luna begitu sibuk. Bibi pelayan kagum, tidak hanya cantik dan pandai, namun Luna juga baik. Bibi pelayan terkadang bingung, mengapa Luna dan Lana bisa memiliki sifat yang bertolak belakang, meski di rawat dan di besarkan bersama.
Sore berganti malam, akhinya hidangan makan malam siap. Luna melepas apron dan menyek keringatnya. Luna bangga akhinya bisa menyelesaikan semua masakannya.
"Akhinya, semua selesai tepat waktu. Bibi, bantu aku mencuci piring dan membersihkan dapur ya. Badanku terasa lengket, aku ingin mandi." Kata Luna.
"Baik nona, serahkan tugas ini kepada saya. Nona tidak perlu khawatir, nona bisa pergi mandi." Bibi pelayan begitu bersemangat membersihkan dapur.
Luna tersenyum, bibi pelayannya begitu baik. Selalu tersenyum, saat Luna membutuhkan sesuatu akan langsung di ambilkan atau di carikan, tidak pernah mengeluh dan selalu menyemangati Luna.
Luna beranjak pergi meninggalkan dapur, menuju kamarnya sendiri untuk mandi. Langkah Luna terhenti di depan pintu kamarnya, Luna membuka pintu kamarnya dan masuk. Luna kembali menutup dan mengunci pintu, Luna berjalan menuju kamar mandi, Luna ingin mandi agar tubuhnya merasa lebih segar.
*****
Makan malam akhirnya tiba, seperti biasa Lana melewatkan makan malam. Hanya ada Luna, papa dan mamanya saja.
"Dimana Lana?" Tanya Louis.
"Aku bertemu dengannya sore tadi di toko kue pa. Lana bersama temannya." Jawab Luna.
"Kamu tidak memintanya pulang?" Tanya Merry.
"Sudah ma, mama dan papa makanlah. Aku akan mengirim pesan pada Lana nanti." Jawab Luna.
Luna melanjutkan makanananya. Selesai makan Luna berdiri dari duduknya dan berpamitan untuk kembali ke kamar.
"Papa, mama, Luna kembali ke kamar. Luna akan istirahat lebih awal karena besok ada operasi. Selamat malam, mama, papa," Luna tersenyum cantik.
"Pergilah tidur sayang, selamat malam dan selamat tidur." Jawab Louis.
"Selamat malam Luna," jawab Merry.
Luna berjalan pergi meninggalkan meja makan. Louis juga sudah selesai makan. Louis berjalan menuju ruang kerjanya.
Merry diam dan melanjutkan makananya. Selesai makan Merry meringkas piring kotor dan meletakannya dindapur. Bibi pelayan membantu Merry membersihkan meja dan mencuci piring.
"Nyonya biarkan saya yang mengerjakan, nyonya silahkan beristirahat." Kata pelayan.
"Ya, terima kasih. Tidurlah jika pekerjaanmu sudah selesai bi," kata Merry.
Pelayan mengangguk, "baik nyonya."
Merry pergi meninggalkan pelayan dan berjalan masuk menuju ruang kerja Louis. Pelayan melakukan tugasnya membersihkan meja makan dan mencuci piring kotor.
*****
Dikamar Luna mengirim pesan pada Lana.
(Isi pesan Luna)
"Lana, jam berapa kau akan pulang? Aku harus tidur awal, besok ada operasi."
Drrtt..
Drrtt..
Lana membalas pesan Luna.
(Isi pesan Lana)
"Aku akan sampai salam 5 menit."
Luna menghela nafas, naik ke ranjangnya. Luna masuk dalam selimut dan berbaring. Matanya perlahan tertutup dan terlelap tidur, hanyut dalam mimpi.
-Thank you-
-Bye bye-
------------
Lana pulang ke rumah dengan mengendap-endap. Lana mengeluarkan kunci pintu dari tasnya dan membuka pintu utama rumahnya. Lana masuk dan menutup pintu perlahan lalu mengunci pintu kembali. Lana takut ketahuan papa dan mamanya jika pulang larut malam dan berkeliaran di jalan.
Lana berbalik dan dikejutkan dengan lampu ruang tamu yang tiba-tiba menyala. Dilihatnya papanya sudah berdiri bersandar dinding dengan melipat dua tangan di dada.
"Kau.. jam berapa baru ingat pulang?" Louis melebarkan matanya menatap Lana.
"Mmm, papa aku baru dari bermain bersama teman." Jawab Lana.
"Lana, sudah jam barapa ini? Ini sudah pukul 02.00 dini hari dan kau baru pulang? Kau seorang gadis lana, mau sampai kapan seperti ini? Jangan sampai papa menghukummu berat karena tingkah lakumu yang keterlaluan ini." Louis menakut-nakuti Lana.
"Maaf papa, Lana bersalah! Maafkan lana.." Lana menunduk merasa bersalah.
Louis menghela nafas, selalu merasa tidak tega. Louis akhirnya melepaskan Lana. "Masuklah, dan cepat tidur. Kita bicara lagi saat matahari terbit." Ucap Louis yang langsung pergi meninggalkan Lana diruang tamu seorang diri.
Louis berjalan kembali ke kamarnya, didalam kamar Merry menegur Louis.
"Ada apa? Apakah Lana sudah kembali pulang?" Tanya Merry.
"Hmm dia baru saja pulang, bagaimana bisa aku punya anak gadis sepertinya. Pergaulannya benar-benar buruk sekali." Ujar Louis.
"Tenangkan dirimu, jangan pikirkan lagi. Ayo cepat tidur." Merry kembali berbaring untuk tidur.
Louis naik ke atas ranjang masuk dalam selimut dan berbaring di samping istrinya Merry. Louis masih tidak bisa tenang memikirkan Lana yang semakin hari semakin tidak bisa di kendalikan.
Bahkan Lana berani meminta bantuan Luna untuk berpura-pura menjadi Lana. Sebenarnya Louis sudah mengetahui jika Lana yang terkadang di lihatnya di kamar sedang duduk membaca buku adalah Luna. Sedangkan Lana pergi entah kemana, Louis tidak pernah menegur karena masih ingin melihat sejauh mana Lana akan melangkah.
"Kali ini benar-benar di luar batas, seorang gadis berkeliaran di luar rumah sampai dini hari. Ck..!" Guman Louis dalam hatinya.
"Sayang, kau punya pendapat mengenai putri kita? Maksudku Lana." Louis buka suara, Louis mengubah posisi tidurnya menghadap Merry.
Merry membuka mata perlahan, "apa maksudmu?" Tanya Merry.
"Lebih baik kita mencarikan pria yang bisa diandalkan. Bisa menjaga dan melindungi Lana kita, dan juga bisa membuat Lana kita berubah menjadi gadis yang penurut. Aku sungguh tidak tahan, kau juga tidak mengijinkan aku memarahinya jika salah." Louis mengeluh.
Merry meraba wajah Louis, "sayang.. dengarkan aku. Aku tau kau begitu khawatir akan Lana, alasan mengapa aku tidak mengijinkan kau marah adalah, aku tidak ingin kau menjadi emosi dan memukul Lana hanya karena dia tidak patuh pada kita. Memukul bukan hal yang bisa membuat Lana sadar, namun sebaliknya. Lana akan semakin liar, apa kau mengerti? Aku akan bicara pada Lana, setiap hari aku juga sudah ingatkan Lana untuk selalu waspada dan menjaga diri." Jawab Merry menjelaskan.
Louis memeluk Merry, "kau tidak pernah berubah, selalu sabar dan pengertian. Hmm, aku bangga padamu istriku. Aku harap kau juga bisa lebih tegas lagi pada Lana." Louis mencium kening Merry dengan lembut, mendekap tubuh Merry.
Merry mengusap dada Luois, "bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa semuanya baik?" Merry mendongak kan kepala menatap Louis.
"Jangan pikirkan pekerjaanku, ayo tidur." Jawab Louis tersenyum. Louis mengecup kilas bibi Merry.
Merry tersenyum, tidur dalam pelukan Louis.
-----
Lana berbaring di ranjangnya, Lana mendapat panggilan dari James kekasihnya. Lana dan James berbincang di telepon.
(Percakapan di telepon)
"Sayang, apa kau ketahuan?" Tanya James.
"Emhh, begitulah. Papa mengomel dan melotot padaku." Jawab Lana.
"Ahaha.." James tertawa, "aku tertawa membayangkan papamu melotot Lana. Tenang saja, semua orang tua hanya akan mengomel jika anaknya melakukan kesalahan. Kita masih bisa bersenang-sennag bukan?" Ucap James.
Lana tersenyum, "hmm kita akan tetap bersenang-senang. Aku mencintaimu James." Jawab Lana.
"Aku juga mencintaimu sayang, tidurlah.. sampai jumpa besok sayang." James mengakhiri panggilannya.
Lana menatap layar ponselnya, ada foto James dan dirinya. Lana mengusap gambar James dan mencium James dalam layar ponselnya.
"Selamat tidur sayang," ucap Lana lirih.
Lana meletakan ponselnya di meja dekat ranjang. Lana menarik selimut menutup kepalanya dan terlelap tidur.
-----
Keesokan harinya..
Luna sudah bersiap ingin pergi bekerja. Luna keluar dari kamarnya, Luna mantap kamar Lana. Luna membuka pintu kamar dan menghampiri Lana yang masih tidur.
"Lana.. Lana bangun," Luna menggoyang-goyangkan tubuh Lana perlahan. "Lana bangunlah, jangan terus tidur." Ucap Luna gemas.
Lana bergerak, "ahh.. mhhh.. jangan berisik kau cepatlah pergi ke rumah sakit." Suara Lana serak, Lana menutup wajahnya dengan selimut.
Luna menggelengkan kepala, membuka selimut yang menutupi wajah Lana. "Hei, kau pulang tepat waktu semalam?" Tanya Luna.
"Tidak, aku baru pulang pukul 02.00 dini hari. Dan aku dipergoki papa di ruang tamu saat aku pulang." Lana bebicara dengan mata yang masih tertutup.
"Apa? Lalu? Kau baik-baik saja?" Tanya Luna.
Lana membuka mata perlahan, mengusap matanya. "Apa lagi, papa mengomel dan melotot padaku." Lana menguap karena masih mengantuk.
"Sudah aku katakan, kau harus cepat pulang." Ucap Lana, Lana melihat jam ditangannya. "Aku pergi dulu, hari ini ada operasi penting. Lanjutkan tidurmu, bye." Luna dengan langkah cepat pergi menuju meja makan untuk sarapan.
Lana mengerutkan dahi, hal biasa jika Luna berlarian kesana-kesini demi mengejar waktu. Bagi Luna waktu begitu berharga, bagaikan nyawa. Sedetik saja terlambat maka akan menjadi penyesalan seumur hidup.
Lana kembali tidur, menutup wajahnya dengan selimut. Lana yang pemalas selalu melakukan apapun sesuai keinginannya.
-----
Luna menarik kursi dan duduk, "pagi papa.. mama.." sapa Luna dengan senyuman.
Seperti biasanya, Luna selalu terlihat ceria dan berseri.
"Pagi sayang, kau lebih bangun? Papa melihatmu kelaur untuk berolah raga pagi ini." Ucap Louis.
"Ya pa, aku ada operasi penting pagi ini. Harus bisa menjaga kesehatan tubuhku sendiri sebelum menjaga pasienku bukan?" Jawab Luna.
Louis tersenyum, "baiklah dokterku.. makan lah dan pergi bertugas. Pasienmu sudah mengantri." Louis menggoda Luna.
"Papa.. jangan bicara seperti itu." Luna merasa canggung.
"Dimana Lana? Kau menemuinya? Apakah masih tidur?" Tanya Merry.
"Hmm, Lana bercerita semalam papa memergokinya dan melotot." Jawab Luna.
"Oke, makanlah sayang. Biarkan saja Lana. Nanti mama yang akan mengurusnya." Ucap Merry.
Luna memakan sarapannya, setelah selesai Luna meneguk habis susu dalam gelas. Luna mengelap mulutnya dan berdiri dari tempat duduknya.
"Pa, ma, Luna berangkat dulu, bye.." Luna berjalan meninggalkan meja makan.
Louis dan Merry saling menatap, "bagimana bisa Lana dan Luna begitu berbeda? Satu pemalas dan satu sangat rajin." Keluh Merry.
"Ntahlah, apapun itu aku bahagia punya dua putri yang cantik." Jawab Louis.
Luna pergi ke rumah sakit dengan baik angkutan umum. Luna ingin berbaur dengan lingkungan sekitar. Meski tergolong orang berada namun Luna tidak suka memamerkan harta kekayaan orang tuanya. Luna suka dengan kesederhanaan, dengan bertemu banyak orang Luna merasa lebih baik.
Bus berhenti di halte, Luna turun dari bus, dan berjalan menuju rumah sakit tempatnya bekerja.
Luna memandang gedung rumah sakit tempatnya bekerja. Luna tersenyum cantik, "semangat untuk hari ini Luna." Luna mengepalkan tangan, menyemangati diri sendiri.
Luna begitu semangat, bagi Luna bekerja sebagai dokter adalah keputusannya yang paling tepat. Berawal dari ketakutannya melihat darah, Luna akhinya bisa mengatasi rasa takutnya saat melihat darah dan memutuskan mejadi dokter semenjak kejadiaan di malam itu. Malam dimana Luna menolong seseorang pria tampan yang terluka karena ditembak.
(Kilas balik)
Luna pulang sekolah, karena ada tambahan pelajaran Luna harus belajar sampai malam. Luna berjalan pulang kerumah.
Bus sekolah sudah tidak beroperasi malam itu, Luna memberanikan diri berjalan dan sesekali melihat jalan untuk mencari taxi.
Lama berjalan dan melihat-lihat sekitar, Luna tidak mendapatkan tumpangan. Luna akhirnya mengambil jalan pintas agar sampai dengan cepat ke rumah. Luna melewati jalan-jalan tikus yang kecil.
Saat Luna melewati sebuah rumah kosong, Luna mendengar erangan seseorang. Jantung Luna berdetak kencang, rasa takut dan penasaran melanda. Luna tidak menghiraukan dan terus melangkah, namun tidak jauh Luna berhenti. Luna berbalik dan mendekati rumah tersebut, Luna menempelkan telinganya di pintu, mendengar baik-baik apa yang terjadi.
Luna merasa takut, apakah itu suara manusia atau hal aneh. Di sekolah teman-temannya menceritakan hal-hal yang tidak masuk akal. Meski tidak percaya namun Luna tidak memungkiri jika hal di luar nalar itu memang benar-benar ada.
Luna meraba gagang pintu dengan perasaan ragu-ragu. Luna membuka pintu, pintu terkunci. Luna akhirnya mencari jalan lain, mencari celah untuk mengintip apa yang terjadi di dalam rumah kosong itu.
Luna menemukan pintu masuk dari belakang, debu dan kotor tidak menghalangi rasa penasaran Luna. Luna akhirnya masuk dan mencari, samar-samar terdengar suara rintihan seseorang.
"Ouh.. hhhhhh.. mhhhh"
Luna menerik nafas dan mengeluarkan dengan cepat. Luna mengepalkan tangan, rasa penasaran dan rasa takut bsrcampur menjadi satu. Ditambah dengan cahaya lampu yang remang-remang.
Perlahan Luna melangkah mencari arah suara, semakin lama semakin jelas. Sampai akhirnya Luna melihat seseorang tergeletak dengan posisi meringkuk.
Luna menutup mulutnya karena terkejut, tangannya gemetar. Luna mendekat dan melihat kondisi seseorang tersebut. Luna membalik tubuh pria di hadapannya, mata Luna melebar. Wajah Luna seketika pucat, Luna merasa sesak dan gemetar melihat sarah yang membasahi kemeja putih pria di hadapannya.
Luna terjatuh, Luna merasa takut. Luna takut melihat darah ingin sekali berlari dan pergi.
Pria tersebut melihat Luna, memegang perutnya yang terluka. "To..to.. too..long a..ku" ucap pria tersebut dengan suara terbata-bata.
"Ahh.. hahhhhh.. to..looong." rintihnya kesakitan.
Luna gemetar terdiam, jaraknya dengan pria itu begitu dekat. Darah terus mengalir, Luna tidak tau harus berbuat apa. Apakah menolong atau membiarkannya begitu saja.
Thank you..
Bye-bye..
------------
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!