🌱Happy reading guys 😁😁 🌿
.
.
Di hari pertama masuk Sekolah tentunya bersama febri dan juga brian teman gio sejak sekolah dasar yang terus mengekor kepadanya
Melakukan banyak hal gila bersama hingga membuat orang tua dari ketiganya terus di pusingkan untuk membereskan semua kegaduhan yang telah mereka buat
Hingga pada suatu hari "Aww.. " gadis itu meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya
"Ehh.. maaf aku tidak sengaja" ucap gio spontan
Tetapi dirinya mulai merasa panik setelah dirasa gadis itu terus terdiam dengan tatapan tajamnya
'apa sesakit itu?'
Sesaat kemudian pandangan gio tertuju pada benda yang terjatuh menggelinding ke lantai
Dengan gerakan cepat gio meraih benda tersebut berniat mengembalikannya kepada sang pemilik
Tetapi sepertinya niat baik ini tidak akan berdampak apapun karena gadis itu masih menatapnya tajam
Selang beberapa detik barulah gadis ini sedikit melirik penghapus yang sedari tadi sudah gio sodorkan padanya
'wajahku hampir dibuat berlubang oleh tatapannya itu' gio susah payah menelan saliva nya
Tanpa sepatah kata tangan kanan gadis itu meraih penghapus kemudian berlalu pergi untuk kembali duduk di kursinya
Gio sedikit tersentak ketika dirasanya ada sebuah lengan bersandar kepadanya
"Waw berita besar!!" seringai di wajah Brian yang semakin mengganggu gio
"dihari pertama masuk sekolah sudah ada adegan seromantis ini" lanjut brian kali ini dengan menggosok-gosokkan jemarinya ke dagu
"Sebaiknya kau jaga mulut tajamu bri!!" menghempaskan sandaran lengan brian kemudian berlalu pergi
Walaupun hanya beberapa detik tapi brian dapat menangkap perubahan wajah dari gio chan ravindra yang menurutnya tidak biasa ini
Semakin membuatnya tertantang untuk menggoda sahabatnya lebih dari ini
Bahkan saat ini isi kepalanya sudah dipenuhi oleh ide gila yang meronta meminta untuk bersenang-senang
Brian mulai melangkahkan kakinya setengah berlari untuk mengejar langkah gio yang semakin menjauh
Setelah langkah mereka beriringan "gadis yang manis, not bad "ucap brian dengan menarik salah satu sudut bibirnya
"Kamu juga--" ucap gio terhenti
"NOT BAD!! sepertinya kalian akan cocok" lanjut gio membalas ucapan sahabatnya ini
Brian menarik kedua sudut bibirnya sempurna 'bukan brian namanya jika sudah kalah di ronde pertama' gumam brian dalam hati
Seperti sudah menebak isi kepala dari sahabatnya ini gio yang tidak ingin pembahasan ini semakin melebar kemana-mana
dengan sengaja kembali berjalan semakin cepat untuk membuat jarak diantara keduanya
"Hai tunggu aku!!" pinta brian sambil terkekeh
🌼🌼
Sesampainya di kantin kedua manik mata mereka mulai sibuk menyapu setiap sudut ruangan mencari keberadaan seseorang yang sedari tadi tidak menampilkan batang hidungnya
Gio mulai meraih sesuatu ke saku celananya untuk menghubungi seseorang tersebut tetapi belum selesai ia menekan tombol memanggil
"Woi kalian berdua, kemarilah" terdengar suara toak febri yang seketika membuat beberapa siswa berada disekitarnya memandang sebal
Melihat hal tersebut membuat gio memutar kedua bola matanya, tidak habis pikir dengan kebiasaan sahabatnya yang satu ini
Keduanya kini mulai melangkahkan kakinya berjalan mendekat mengikuti arahan dari sahabatnya itu
Langkah gio terhenti dan sesaat kemudian menoleh kearah brian yang sedari tadi berjalan beriringan dengannya yang menampilkan wajah brian yang kebingungan
"Pesankan aku makanan" ucap gio dengan menarik salah satu sudut bibirnya
"dan siapkan tempat ternyaman untukku duduk" brian pun menarik kedua sudut bibirnya melengkung keatas sebelum berlalu pergi
Gio menganggukkan kepalanya tanda setuju kemudian melangkahkan kakinya kembali mendekati kursi yang telah febri siapkan untuk mereka
Belum sempurna gio mendudukkan tubuhnya febri sudah lebih dulu melemparkan pertanyaan yang seketika membuat gio kembali memutar kedua manik matanya dengan kebiasaan lain dari sahabatnya yang satu ini
'Suka mengomel seperti nenek tua'
"Kenapa lama sekali? kau tidak tahu apa ibu kantin sudah tiga kali bertanya padaku. mau pesan apa?, jika dalam lima menit kal--"
Belum selesai febri dengan kalimatnya tetapi dengan gerakan cepat gio sudah mengisi penuh mulut febri dengan gorengan
"Sialan!! kalau bukan teman akan kukubur kau hidup-hidup di padang pasir" ucap febri penuh amarah
Dengan wajah datarnya gio melempar pertanyaan "hmm mau tambah lagi?" tanya gio acuh
Setelah dirasa tidak ada jawaban dari sahabatnya gio mendaratkan gorengan tersebut kedalam mulutnya
Beberapa saat kemudian brian sudah ikut bergabung dan mendudukkan tubuhnya diantara mereka
"Hey feb, kau tau tadi ada adegan romantis didalam kelas" tutur brian dengan wajah seriusnya
Disisi lain gio yang sudah menebak kemana arah pembicaraan sahabatnya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan bahkan batinnya tidak lagi heran dengan sifat jail yang dimiliki oleh brian
"Apa? sepertinya aku sudah ketinggalan berita penting" ucap febri penuh penantian
Brian terkekeh melihat pancingannya dimakan mentah-mentah oleh sahabatnya itu, ia pun mulai menceritakan setiap jengkal kejadian yang tidak lupa ia tambahi dengan bumbu-bumbu imaginasinya sendiri
"Aku jadi semakin penasaran yang mana anaknya, berani sekali dia memperlakukan sahabatku ini dengan sangat pantas" ucap febri dengan merangkul pundak gio yang tidak lupa ia sematkan senyuman yang mengembang sempurna diwajahnya
'Menyebalkan' runtuk gio dalam hati
Gio yang sedari awal merasa dirinya akan berakhir ditertawakan oleh kedua sahabatnya itu kini mulai terusik ia pun menghentikan aktivitas makannya dan mulai menatap keduanya masih dengan wajah datarnya
"Pastikan rasa penasaranku terpecahkan bri" ucap febri
Yang dijawab anggukan oleh brian "SO pasti ma bro" jawab brian masih menampilkan wajah bahagianya
"Hmm kalau aku lihat, sepertinya kalian berdua bahagia sekali ya?" gio memandang febri dan brian bergantian
Sambil mengangguk-anggukan kepalanya pelan seolah disengaja untuk memberi penekanan sebelum gio kembali melanjutkan kalimatnya
"Terutama kau" menatap tajam sambil menunjuk kearah salah satu sahabatnya
Febri yang merasa dirinya ditunjuk semakin terkekeh, tangannya kini berusaha melipat telunjuk gio dengan wajah yang masih menampilkan senyuman indah ditempatnya
"Tenang dulu bro, jika melihat temannya bahagia. yo jelas to, aku melu seneng bukan begitu sobat?" tanya febri sambil menoleh kearah brian
keduanya kini terlihat cekikikan yang semakin membuat gio ingin mencekik leher keduanya agar berhenti menertawakannya
"jika sampai aku mendengar gosip tidak bermutu di sekolahan ini tentang diriku"
"maka kalianlah orang pertama yang akan aku mintai pertanggung jawaban" ancam gio menancapkan garpu tepat di atas piring seolah siap memangsa buruannya
Yang membuat brian serta febri saling menatap bingung "uuwow.. tunggu dulu, memang yang punya mulut serta mata hanya kami?" tanya brian tidak mau disalahkan
"Memang bukan hanya kalian tapi sumber masalahnya adalah kalian" jawab gio yakin
"Aku jadi semakin penasaran siapa gadis yang telah membuat gio chan ravindra terusik?" tanya febri dengan menarik kedua sudut bibirnya
Hingga menampilkan gigi putihnya yang terlihat rapih dengan wajah tanpa rasa bersalahnya terus mengunyah makanan yang ada didalam mulutnya
"Tunggu sampai kita masuk kedalam kelas" ucap brian penuh semangat dengan senyuman yang tidak kalah menawannya
Yang membuat gio kembali menggelengkan kepalanya pelan melihat kekompakan kedua sahabatnya itu
Mereka memang telah berteman sejak kecil hingga masalah apapun hampir tidak ada rahasia diantara mereka
'Entah kenapa aku memiliki firasat buruk tentang hal ini ' gio kembali menyendok makanan kedalam mulut dengan perasaan tidak nyaman
.
.
.
🌱 Bab pertama telah selesai 😁😁 next➡️
🌱Happy reading yaa guys😁🌿
.
.
Setelah selesai mereka bertiga langsung bergegas menuju mushola yang sempat mereka urungkan
Menghindari antrian yang menggila yang membuat mereka kompak untuk lebih memilih mengisi perut mereka terlebih dahulu
Tepat seperti dugaan mushola akan semakin sepi ketika waktu mendekati bel masuk kembali ke dalam kelas
Walaupun pada kenyataannya masih terlihat ramai tapi siswa yang sedang menunaikan ibadah tidak begitu padat seperti tadi
"Bri jangan lupa" ucap febri sambil menepuk pundak brian
yang seketika membuat brian menautkan keningnya "apa?"
Febri memutar kedua manik matanya sebal "Janjimu yang tadi" tuturnya terpotong kini kedua manik matanya memeriksa keadaan sekitar
Terlihat febri menghembuskan nafasnya kasar sekali sebelum melanjutkan ucapannya
"aku ingin melihat gadis itu. apa dia cantik?" kini kedua sudut bibirnya melengkung keatas
Seketika membuat brian terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu yang paling tidak bisa menahan rasa penasarannya
"Tenang saja, tapi nanti akan aku beri tahu lewat isyarat" goda brian agar membuat sahabatnya semakin penasaran
Karena diantara meraka bertiga sedari dulu yang terlihat tidak tertarik pada pembahasan apapun menyangkut perempuan adalah gio
Sehingga ketika hal seperti ini terjadi akan membuat keduanya memanfaatkan situasi untuk menggoda gio habis-habisan
"Memang kenapa?" ucap febri semakin penasaran
"Aku takut akan ada yang marah nanti" jelas brian sambil menunjuk kedatangan gio lewat gerakan dagunya sebelum ia melanjutkan kalimatnya
"kita lanjut nanti, ayo sebaiknya kita sholat dulu" ucap brian yang diikuti anggukan oleh febri
Sesampainya didalam kelas febri langsung memasang mata elangnya dengan sesekali melirik kearah brian yang tidak menampilkan ekspresi apapun
Membuat febri menyenggol lengan sahabatnya tersebut agar mengingat percakapannya tadi
Brian yang mulai menangkap sinyal tersebut menggerakkan dagu menunjuk ke arah sisi kiri yang menampilkan segerombol siswi sedang sibuk bergosip (🤣🤣🤣mungkin)
"Gadis yang duduk dipojok nomor dua dari belakang" ucap brian pelan tanpa mengeluarkan suara seperti sedang komat-kamit
Mata febri mengikuti arahan brian kemudian selang beberapa detik ia mengangguk paham dan sepakat tidak melanjutkan pembahasan ini
(Tetapi apakah hal tersebut akan benar terjadi? saya rasa tidak😂😂)
Seorang guru masuk kedalam kelas kemudian memperkenalkan diri dilanjut dengan mengabsen satu per satu siswanya
Tanpa sadar selama sesi perkenalan berlangsung gio terlihat acuh seakan tidak peduli dengan keadaan disekitarnya
Sampai pada seorang siswi yang memiliki tatapan tajam hingga terlihat begitu dingin mulai membangunkan tubuhnya
Siswi itu bernama hydrangea arella gadis yang tergolong pendiam dan tidak terlihat suka mengobrol dengan teman sebangkunya tersebut
Terlihat begitu tenang memperkenalkan dirinya hingga membuat wali kelas terlihat ingin mengujinya "Apa kamu sudah memiliki seorang kekasih?"
"Pak guru pertanyaan macam apa itu?" timpal siswi lain
"Hei tidak apa kami juga ingin mengetahuinya?" selorong siswa yang duduk paling belakang
"Bagaimana apa kamu ingin menjawabnya?"
"Saya rasa tidak!" tegasnya dengan ekspresi datarnya
Semua seisi kelas dibuat terkejut "Baiklah sudah cukup terima kasih hydrangea kamu boleh duduk kembali"
dari semua ekspresi sok yang mendengar penolakan gea hanya wajah febri yang terlihat menganga dengan pikiran yang terlihat sejenak terhenti
Tidak terasa waktu berlalu begitu saja hari ini kelas diisi dengan perkenalan dengan sedikit canda tawa sebelum besok akan dimulainya pembelajaran
kemudian bel pulang berbunyi "aku langsung cabut" ucap gio seraya melangkahkan kaki pergi menjauh dari kedua sahabatnya
Gerak tubuh febri seolah berkata 'ada apa?' menatap kearah brian
Yang ditanya malah menggelengkan kepalanya pelan menandakan keduanya sama tidak tahunya dengan rencana gio
Sesampainya dirumah gio berjalan gontai dengan ekspresi suram melempar tas nya ke atas sofa yang diikuti tubuhnya
Gio memandang langit-langit begitu kosong hingga membuatnya berulang kali menghela nafasnya kasar
Assalamu'alaikum' gumamnya dalam hati
"Ehh den gio sudah pulang" suara wanita paru baya yang berasal dari arah dapur
Suara yang sangat familiar diikuti sosoknya yang menyembul dari bibir pintu dapur
Wanita paruh baya itu selalu menemaninya sedari kecil bahkan sudah dianggap gio seperti neneknya sendiri
Bahkan jika diingat kembali lebih banyak waktu yang telah gio habiskan bersamanya dari pada dengan keluarganya sendiri
"Nek aku mau tidur sebentar, nanti kalau temanku kesini jangan boleh masuk ya" ucap gio terhenti
membangunkan tubuhnya kemudian kembali menengok kearah nenek duriyah yang terlihat mematung ditempat
"bila perlu usir saja keduanya" lanjut gio yang terlihat sangat lelah dan tidak ingin meladeni teman-temannya yang g*bl*g itu
Karena melihat ekspresi gio yang tidak ingin dibantah nenek pun hanya menganggukkan kepalanya pelan
Setelahnya gio langsung menuju ke lantai dua masuk ke dalam kamar yang terlihat begitu rapih
Kamar dengan dinding berwarna putih sedangkan mebel yang terlihat berwarna gelap senada
di sebelah kiri ada begitu banyak buku berjejer di rak kemudian pintu penghubung ke kamar mandi dilanjut sofa yang terlihat nyaman untuk diduduki
sedangkan tepat disebelah kanan ada tv yang menggantung di dinding tidak jauh dari sana berdiri tegak lemari baju
'Berulang kali aku melihat semua ini dan rasanya tetap sama' gumam gio dalam hati
Gio menjatuhkan tubuhnya tepat di ranjang hingga selang beberapa menit kesadarannya menghilang terlelap dalam kesunyian
🌼🌼🌼
Tepat seperti tebakan gio selang tiga jam kemudian kedua sahabatnya tersebut datang dan langsung ditemui oleh nenek duriyah. "den gio baru saja tertidur maaf kalian harus pulang" ucap nenek duriyah
'Hebat ni satpam satu, kalau menjalankan tugas dari gio selalu totalitas' gumam brian dalam hati
"Kenapa masih berdiri disini, saya masih ada pekerjaan lain" ucap nenek dengan halus tapi penuh penekanan
'Sial, kenapa ada kucing meong yang sulit ditembus pertahanannya' runtuk febri dalam hati
"Baiklah nek, tolong sampaikan pada gio bahwa kami sempat mampir dan akan menunggunya di cafe depan komplek" ucap brian
Baru beberapa langkah menuju halaman mereka sudah dihadapkan pada kepulangan satpam pangkat dua, yang dari tatapannya saja sudah tidak bersahabat
'Sial kenapa harus bertepatan dengan kepulangannya kerumah ' gumam febri dalam hati
Sejenak keduanya pun menghentikan langkah mereka berniat untuk sedikit berbasa-basi dengan perasaan yang dipaksakan
Walau pun sudah jelas pada kenyataannya ingin rasanya keduanya menghilang bagai buih
"H hai bang baru pulang?" ucap brian basa basi sambil sekuat tenaga menatap wajah lawan bicaranya
"HAII BANG?!! sejak kapan gue jadi abang lo? sama sekali tidak sudi" ucap bastian melangkah menjauhi kedua orang yang masih menganga ditempat. meratapi mentalnya yang terpental jauh oleh ucapan telak bastian
.
.
Like dulu biyar senyum Author tambah manis😊
🌱Happy reading yaa guys 😁
.
.
Hari ini begitu berat bagi bastian ditambah sebelum masuk kedalam rumah ia melihat dua pengacau berkeliaran di kawasannya yang membuat mood nya semakin buruk
Di tambah lagi ketika dirinya masuk ke dalam rumah bastian kembali disuguhi dengan pemandangan yang membuat sakit kepalanya semakin parah
Dilihatnya pengacau yang lain tertidur pulas ditemani televisi yang entah sejak kapan dinyalakan olehnya
Seketika membuatnya semakin ingin memaki dan menjadikan seseorang yang terlelap dihadapannya sebagai pelampiasan
Tetapi kewarasannya datang lebih dulu hingga bastian mencoba menghilangkan amarahnya dengan berulang kali menghela nafasnya kasar
Berlalu pergi masuk ke dalam kamar untuk sejenak membersihkan diri yang seharian berkeringat karena aktivitasnya yang begitu padat
Setelah rutinitas pribadinya rampung bastian keluar kamar berencana mencari sesuatu untuk mengganjal perutnya yang kosong
Diliriknya gio masih tertidur pulas langkahnya semakin mendekat hingga berulang kali ia mengguncangkan bagian tubuh sang adik
Barulah sekitar sepuluh menit gio mulai menggeliat "hmmm.. udah pulang bang" ucap gio dengan suara seraknya lalu gio mulai merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku
melihat tingkah adiknya tersebut membuat bastian tidak habis pikir
"Berapa umurmu sekarang? masih saja menunggu sambil menonton tv hingga ketiduran seperti itu" tanya bastian pelan penuh penekanan
(Wait, saran aku. Abang basbas jangan nyari masalah sama singa yang tertidur pulas😰)
Tatapan gio menajam "kenapa si bang? kalau capek yaa tidur sanaa" perintah gio dengan nada yang meninggi kemudian membangunkan tubuhnya dari sofa
Sejenak bastian memejamkan matanya sekuat tenaga mencoba menahan emosi yang berulang kali ditahannya tetapi kini kembali memuncak sampai ke ubun-ubun
Pletakk "kalau ngomong itu pakai saringan, karena yang aku lakukan pasti ada .." ucap bastian terputus
"Terserah apa lo kata bang" ucap gio geram sambil meninggalkan bastian
Gio membanting pintu kamar kemudian menguncinya "sial, kenapa kebiasaan tidurku juga dikomentarinya" runtuk gio sambil mengacak rambutnya
Walau tidak melihatnya secara langsung tapi nenek duriyah yang sedari tadi di dapur dapat mendengarkannya dengan jelas
Ia hanya dapat mengelus dada menahan rasa kekhawatirannya terhadap gio
Karena dirinya sangat hafal dengan setiap kepribadian dari tuannya tersebut
Kalau sudah seperti itu sang kakak mudah merasa bersalah kemudian akan mencari perhatian dari sang adik
dengan terus berada diruang tengah yang terhubung langsung dengan semua ruangan
Sedangkan sang adik akan terus mengunci diri di dalam kamar sampai waktu yang hanya ia dan Sang Pencipta yang tau (🤣🤣🤣yaa kali sampai segitunya)
Malam semakin larut tetapi rumah ini masih berselimutkan keheningan hingga tepat pada pukul 20.10 WIB sang bunda kembali ke rumah dengan langkah yang gontai
Bastian yang melihat kondisi tersebut menatap iba padanya "bun.." ucap bastian
menyadarkan bunda lidya yang sedari tadi berjalan tetapi tidak fokus dengan sekelilingnya
Sebelum mendekat bundanya menghela dengan berat melepaskan lelahnya kemudian menampilkan wajah bahagianya kepada sang putra
"Sayangku belum tidur?" ucap bunda lidya sambil terus melangkah mendekati bastian
Melihat ekspresi bunda lidya yang mencoba menampilkan wajah semangat 45
membuat bastian menarik kedua sudut bibirnya "Belum bunda, ada banyak tugas yang minta diservis satu persatu" ucap bastian
"rajinnya anak bunda" ucapnya sembari tersenyum
Kini pandangan bunda lidya menelusuri setiap sudut ruangan mencari keberadaan putra yang lain
Seketika bastian pun langsung mengerti "Karena sudah larut malam sepertinya setelah selesai belajar gio langsung pergi untuk tidur" ucap bastian masih dengan mata fokus ke layar laptop
"Sebaiknya sekarang bunda lekas membersihkan diri sehingga dapat langsung beristirahat" lanjut bastian kali ini dengan menatap kearah bunda lidya
Bunda lidya tersenyum merasa bahagia dengan kepekaan putranya tersebut "baiklah sayang, jangan terlalu malam yaa begadangnya. Ingat, tetap jaga kesehatanmu" ucap bunda lidya sambil mengelus puncak kepala putranya
🌼🌼
DI PAGI HARI
Gio yang menuruni anak tangga sudah mengenakan seragam lengkapnya beserta tas ransel
Wajahnya yang terlihat datar menandakan amarahnya masih belum reda
mulai mendudukkan tubuhnya di atas kursi tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari layar hp sambil menunggu sarapannya datang
"Bunda dimana nek?" tanya gio masih fokus dengan benda pipih yang kini berada ditangan kirinya
sedangkan tangan satunya lagi untuk menyuapi roti kedalam mulutnya
"Nyonya masih di kamarnya den" saut nenek duriyah yang sudah kembali kedalam dapur
Beberapa saat kemudian nenek duriyah keluar dari dapur dengan membawa susu putih untuk gio
baru saja nenek duriyah hendak melangkahkan kakinya kembali masuk kedalam dapur untuk melanjutkan menyiapkan sarapan untuk anggota keluarga yang lain
Matanya kini dikejutkan oleh kedatangan bastian yang terlihat menyembul keluar dari kamarnya yang berada dilantai satu
seketika kedua manik mata nenek duriyah melirik kearah gio yang terlihat sama sekali tidak peduli pada keadaan disekitarnya
"Mau sarapan pagi dengan apa den bastian?" ucap nenek duriyah
mulai ketar-ketir menatap kedua tuannya bergantian, takut kedua bom granat kembali meledak di pagi hari
Bastian mendudukkan tubuhnya di atas kursi tepat dihadapan gio "samakan saja seperti punya gio nek" ucap bastian acuh
'What the? drama apa lagi kali ini? hilang sudah selera makan ku, cabutlah' gumam gio dalam hati
Dongkolnya dari kemarin dan semua kekesalan yang tertumpuk selama ini ia terima tanpa tahu apa penyebabnya
Gio mulai meletakkan sendok kemudian meminum susu lanjut mengenakan kembali ranselnya
"Kenapa terburu-buru ini masih setengah tujuh, tumben sekali kamu--" belum selesai bastian menyelesaikan ucapannya
Gio yang tidak berniat merespon apapun yang akan bastian katakan padanya lebih memilih berlalu pergi menjauh menghilang ditelan pintu
'Memang ada hal positif tentangku yang tersimpan di memorimu bang? kurasa tidak ada' gumam gio kembali dalam hati
.
.
Mood yang buruk sedari kemarin masih membekas sampai detik ini hingga membuat gio tidak konsentrasi saat mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru
Bahkan saat diajak bicara oleh kedua sahabatnya, ia tidak meresponnya dengan benar hanya tubuhnya saja yang hadir dan bersama mereka tapi tidak dengan pikirannya
'Ni anak g*bl*g satu kenapa diajak ngomong gak ada responnya sama sekali ' gumam febri dalam hati karena sudah menahan dongkolnya terhadap gio
Kemudian febri memberi Signal kepada brian untuk membuka chat yang ia kirimkan barusan
Kali ini dengan cepat tanggap brian menangkap signal dari febri
Febri : "ni anak g*bl*g satu napa? diajak ngomong gak nyambung sama sekali"
Brian : "Tadi katanya berantem sama abangnya"
Febri : 'ohh.. ' seketika mampu membuat salah satu sudut bibirnya ditariknya keatas "bagaimana kalau kita berikan sedikit electric shock agar otaknya kembali berkerja"
Brian : 'hmm '
seketika membuat brian mengernyit kemudian selang beberapa detik barulah ia menganggukkan kepalanya pertanda setuju "aku punya ide bagus"
.
🌻Jangan ditiru yang buruknya yaa guys, ikuti yang positifnya aja🤗🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!