NovelToon NovelToon

ISTRI KEDUA

1. Sekilas tentang Aruna

Aruna POV:

Selama ini aku adalah tipe orang

yang simple terkesan cuek. Kepribadian ku tomboy, lebih suka memakai celana

daripada rok, kurang suka berdandan, lebih suka lagu pop rock dan RnB, dan aku

lebih suka mengikuti kegiatan beladiri dibanding belanja atau hangoutDengan

teman-temanku di mall. Aku tomboy bukan berarti penampilan aku seperti cowok,

aku masih memiliki rambut panjang, dan aku bisa masak.

Aku memiliki teman atau lebih

dekatnya sahabat. Dia bernama Mika Gunawan. Mika memiliki paras yang cantik.

Rambutnya tebal panjang, wajahnya imut, kulitnya putih, namun tingginya tak

lebih dariku. Mika lebih pendek dariku, ia memiliki kepribadian yang feminism,

suka memakai pakaian yang girly dan cukup sexy, pintar memasak, pintar

berdandan, dan dari semua itu, ia memiliki banyak teman cowok dan banyak juga

yang menyukainya. Pernah satu hari ia di tembak Dengan tiga cowok sekaligus.

Kalian kebayangkan, dia cantiknya gimana? Berbeda Dengan ku tentunya. Kalau

kita berdua di sandingkan, akan terlihat seperti aku adalah pengawalnya, karena

penampilan ku yang memang tomboy.

            “Runa!

Bengong aja lu! Kesambet Jin gendut baru tau lo” ujarnya mika yang baru saja

keluar dari kelasnya. Hari ini jam matkul kita berdua berbeda, aku hanya satu

pelajaran, dan mika memiliki dua matkul. Kami berdua berada di jurusan yang

berbeda, mika di jurusan ekonomi dan aku di jurusan Administrasi perkantoran.

            “Apaan

sih lo mik. Udah selesai jam lo?” Tanya ku

            “Udah.

Mau kemana nih kita abis ini? Atau ke mall yuuk!” ajak mika Dengan semangat.

            “Aduh,

males ah. Nanti gua pegel ngikutin elo jalan-jalan gak jelas di mall” gerutuku.

            “Ya

elah.. nggak kok. Ayok! Kita makan donat. Kayaknya lo lagi jetlag!” ujar mika.

            “Jetlag…

emang gua dari arab?” gerutuku. Memang aku lagi badmood hari ini karena tugas

ku menumpuk. “Yaudah, J’co ya. Gua mau makan red velvet” ujarku. Dan kami

langsung meninggalkan area kampus.

Sampailah sekarang gua di gerai

J’co yang ada di salah satu mall Jakarta. Aku memindai apa saja yang ada di

etalase J’co. dan pilihan ku jatuh pada cake red velvet dan Avocado Frape.

Sedangkan mika memilih beberapa donat dan strawberry Frape. Lalu kami berdua

duduk di salah satu meja.

                “Runa,

kuliah kitakan tinggal dua semester lagi nih, lo udah ada bayangan mau kemana?”

Tanya mika. Aku sedang focus menikmati cake  red velvet, memindahkan pandangan ku pada mika.

                “Gua

belom tau mik. Kayaknya gua mau langsung cari kerja. Lo tau sendiri, ibu tiri

gua gimana, dia itu mau nyekolahin si Dena labih tinggi dari gua, trus pake

duit gua lagi. Gempor gua lama-lama mik” ujarku. Aku tinggal bersama ibu tiri

dan saudara tiri ku. Ibu kandungku meninggal saat aku SMP karena jatuh di kamar

mandi, dan ayah ku meninggal gara-gara menyelamatkan ku dari tabrak mobil saat

aku masih SMA. Sejak ayah ku meninggal, aku di paksa ibu Rita yaitu ibu tiri ku

untuk bekerja demi menghidupi kami. Ibu rita sebenarnya kerja dengan membuka

warung sembako hasil jual motor ayah. Tapi uangnya tidak pernah di bagi untuk

kebutuhanku yang lain kecuali makan. Yah hitung-hitung, itu bayaranku atas

tenaga ku untuk membersihkan rumah. Sedangkan kebutuhanku yang lainnya aku

memakai uangku sendiri. Karena jika meminta pada ibu rita, dia akan mencaci ku

dan menghinaku bahwa aku ini benalu dan pembawa sial.

                “Iya

yah, tante rita kejam banget. Kayaknya makin kejam dia. Buktinya sekarang, SPP

kuliah si dena lo yang bayarin Na. Ya udah deh, berarti dari sekarang lo udah

harus cari referensi kerja, apalagi gua liat matkul bahasa lo bagus banget.”

Ujar mika.

                “Iya,

inshaa Allah deh. Semoga aja ketemu lowongannya” ujar ku. Aku benar-benar

berharap bahwa aku akan segera langsung mendapatkan kerja setelah lulus kuliah.

ARUNA POV END.

                “Assalamualaikum”

“Walaikumsalam”

Aruna sampai dirumahnya sekitar

jam lima sore.Keadaan rumah Aruna sangat sederhana. Hanya saja, dapurnya terbuat

dari dinding papan kayu. Terlihat ‘Rita’ sang ibu sedang berduduk santai

di halaman depan rumah sambil mengecap kuku-kukunya dengan kutek. Sejenak Aruna

memandang sang ibu. Ibu tirinya yang dulu baik sebelum ayahnya meninggal, kini

berubah menjadi monster yang jahat padanya. Tak ada lagi sikap lemah lembut,

dan penyayang yang kini ia rindukan. Aruna bermimpi jika saat ia sedang letih,

pulang dari kerja paruh waktunya, ia akan disambut oleh senyuman hangat san ibu

dan memeluknya dengan erat. Namun mimpi hanya tinggal mimpi. Yang ada saat ia

pulang dari kerja paruh waktunya, ia akan disuruh ini itu, memasak, mengepel,

mencuci dan jika tidak di kerjakan ia akan mendapat hukuman dengan dikunci di

kamar selama 24 jam tanpa di kasih makan. Aruna melangkah masuk kedalam rumah.

                “Ibu…

Assalamualaikum.” Sapa aruna sembari menyalami tangan rita.

                “Hm…

cepat masuk dan siapkan makan malam. Gua udah laper!” ketus rita pada aruna

                “Baik

bu…” jawab aruna dan langsung memasuki rumah. Aruna segera bergegas mandi dan

sholat. Ia langsung menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Sebelum jam

tujuh malam, ia harus menyelesaikan makan malam, jika tidak rita akan mengomel

dan menceramahinya kalau aruna anak yang letoy dan tidak berguna.

                “Masak

apa ya? Hm… masak ikan goreng, tumis kangkung, tempe goreng dan sambal! Hmm…

jadi makin laper gua.” Ujar aruna sambil menyiapkan bahan-bahan yang harus

dimasak. Aruna terlihat cekatan dalam mengolah dan memasak bahan dapur. Karena

sedari SMA dia sudah di tuntut agar bisa memasak menggantikan rita dengan

segala tugas rumah tangga. Awalnya memang terasa sangat berat bagi aruna. Tapi

saat ia memasrahkan semuanya, lama-lama ia menikmati dan merasa menjadi wanita

seutuhnya. Ah… alangkah indahnya jika ayah dan ibunya masih ada, aruna akan

sangat bangga memamerkan haasil tanggannya pada kedua orang tuanya, dan akan

mendapat berbagai pujian lalu disayang-sayang. Sedikit air mata menggenang di

pelupuk matanya. Ia merindukan ayah dan ibunya.

                “Selesai!

Sekarang tinggal ulek sambel.” Aruna membuat sambal tomat untuk cocol tempe,

dan sambal kecap untuk ikan goreng. Rita dan dena tidak pernah protes dengan

masakan aruna kecuali saat baru-baru aruna belajar masak karena aruna masak

keasinan atau kemanisan. Kini masakan aruna sangat enak. Setelah menyiapkan

hidangan di meja makan, aruna bergegas memanggil ibu tiri dan saudara tirinya

yang kini ada di depan TV

“Ibu… Dena… makan malamnya sudah siap”

ujar aruna.

“Ayo sayang kita makan. Mama sudah

lapar” ujar rita pada dena.

“Oke Ma..!” dena memang memanggil rita

dengan sebutan mama. Ia tidak mau terlihat kampungan dengan sebutan ibu. Dan

hanya dena yang boleh mennyebut rita mama. Dulu aruna juga menyebut rita dengan

mama. Tappi semua berubah sejak ayah aruna meninggal. Aruna disuruh memanggil

rita dengan sebutan ibu, jika di lihat orang yang tidak mengenal mereka, maka

terlihat jika aruna seperti pembantu. Dan Rita memperlakukan aruna seperti

memang pembantu.

Rita dan dena menikmati hidangan yang

di sajikan aruna. Aruna pun ikut makan malam bersama. Aruna dizinkan makan se

meja agar mereka mudah memerintah aruna ini itu dan menghina atau mencaci aruna

sepuasnya. Aruna hanya menanggapi dengan diam dan wajah datarnya. Ia terlalu

lelah untuk meladeni ocehan ocehan yang akan membuat jiwa raganya semakin

lelah.

“Heh runa! Elo nanti pas udah lulus,

langsung nikah sama Bang badri aja. Dia kaya! Juragan sawit. Enak lo bisa hidup

enak. Sekalian kan membahagiankan mama dan hidup gua juga terjamin.” Ujar dena

dengan se enaknya. Aruna paling malas dengan pembicaraan ini. Bang badri memang

kaya, dia juga tampangnya lumayan, tapi tidak dengan akhlaknya yang suka

mabuk-mabukan dan gonta ganti cewek. Beberapa kali badri meminta aruna untuk menjadi

pacarnya, tapi jelas aruna menolak. Ia tak ingin konsentrasinya terganggu

dengan hal yang menurutnya tidak penting.

“Iya runa. Kamu kawin aja yak sama si

badri. Dia kan ngejar-ngejar kamu” tambah rita sembari tersenyum manis yang di

buat-buat. Aruna jengah dengan keadaan ini, pembicaraan ini. Ia lalu meletakan

sendok dan garpunya diatas piring, lalu berdiri menyudahi makan malamnya.

Seleranya sungguh buyar akibat ocehan rita dan dena.

“Aku selesai. Permisi” ujar aruna dan

berlalu meninggalkan rita yang brteriak pada runa.

“DASAR ANAK SIALAN! TAK TAHU DIRI!

TOLOL LO ARUNA!” teriak rita dengan emosi.

Aruna memasuki kamarnya. Ia jengah

dengan celotehan dena dan rita yang merongrong aruna untuk menikahi badri. Ia

tidak menyukai badri, apalagi dengan sikap sombongnya dan juga kurang sopan

santun. Aruna tak ingin hidup selamanya dengan orang yang seperti itu. Lebih

baik aruna melajang seumur hidup dari pada hidup penuuh derita dengan orang

yang sama sekali tida ia cintai. Aruna bertekat setelah lulus kuliah, ia akan

mencari kerja yang jauh dan melepaskan diri dari ibu dan saudara tirinya. Ia

lelah jika harus terus menerus disiksa lahir dan batin seperti ini. Biarlah ia

hidup sebatang kara. Aruna yakin, ia pasti akan bisa melalui kesendiriannya

kelak.

“Ibu, Ayah… aruna capek. Aruna mau

ikut ibu sama ayah aja dari pada nikah sama bang badri. Aruna nggak mau” isak

tangis terdengar dari mulut aruna.

Beginilah kehidupan Aruna bersama Dena

dan rita. Tak ada kebahagian untuk aruna jika bersama keduanya. Ia ingin sekali

membenci dan membalas segala perlakuan yang ia dapatkan dari rita dan dena.

Namun ia teringat pesan ayahnya, Beladiri

dipakai untuk membela diri nak. Kamu tidak boleh memakai ilmu kamu untuk

sesuatu yang negative apalagi dalam keadaan emosi. Kamu tidak boleh sembarangan

memukul orang apalagi sama yang tua. Durhaka kamu kalau sampai melakukan itu

nak. Neraka ganjarannya. Ilmu beladiri bukan untuk menjadikan kamu orang jahat.

Tapi kamu harus menjadi pelindung bagi orang jahat nak. Ayah pesan sama kamu

ya… jaga diri kamu, jadilah orang baik nak. Jadilah pengukir kebahagiaan orang

lain bukan perusak kebahagiaan orang lain”. Aruna menagis dalam do’anya

mengingat pesan sang ayah. Hanya mukena dan sajadah yang kini menjadi saksi

dalam do’a yang ia panjatkan kepada tuhan.

“Maafin Una yah… tolong bilang sama

Alllah dan malaikat,bantu lexa agar terus jadi orang baik”

2. Perkenalan Awal

Aruna sedang bersiap-siap untuk pulang,

karena hari ini rencananya ia akan mengikuti kelas taekwondonya. Aruna sudah

memiliki sabuk hitam, dan sudah beberapa bulan ia tak rutin mengikuti beladiri

tersebut, karena menjelang skripsi, banyak bahan yang harus ia cari.

            “Arunaaaaa!!”

teriak cempreng suara sahabatnya tersebut.

            “Apa

sih mik! Lo teriak-teriak kayak orang hutan aja lu!” ujar lexa.

            “Ish!!

Jangan marah-marahh mulu. Ayo ikut gua!” ujar mika bersemangat.

            “Kemana?

Tapi nggak deh. Gua mau ikut doojo” ujar Aruna sembari membereskan mejanya.

            “Aahh

runa ayok sekali ini aja. Ikut sama gua. Siapa tau nanti lo ketemu jodoh lo”

ujar mika.

            “Apaan

maksud lo?” kening Aruna berkerut penuh Tanya. “Jangan macem-macem deh

mik,”lanjut Aruna.

            “Ih.

Gua gak macem-macem. Satu macem aja kok. Temenin gua ke café yuk” ujarnya.

            “Ngapain?

Lo aja sendiri. Atau sama si Syifa deh” ujar Aruna. Sifa adalah sahabat mereka

satu lagi. Ia di jurusan akuntansi.

            “Aduh,

si syifa udah ada jadwal sama bokinnya. Sekarang saatnya cari bokinan lo. Biar

kita bisa triple date. Gua sama Radit, Syifa sama Sammy, lo sama cowok lo”

cerocos mika.

            “Duh

mik, please deh. Gak usah aneh-aneh. Udah ah gua mau balik” ujar Aruna sambil

meninggalkan mika. Dengan segera mika menahan tangan Aruna dan menampilkan

wajah imut memelasnya.

            “Ayolah

naaa. Yah please, gua mau ketemu sama Kenalan baru gua. Gak banyak kok Cuma

tiga orang cowok. Gua butuh temen. Please ikut ya.. ya.. ya..” ujar mika sambil

memelas. Aruna sangat malas sebenarnya, namun ia tak tega melihat mika memohon.

            “Yaudah.

Ayok! Tapi jangan lama-lama ya. Gua beneran mau latihan ini” ujar Aruna. Dan

langsung di angguki oleh mika.

Kini mereka berdua sudah samapai di

salah satu café yang tak jauh dari kampus mereka. Mika dan Aruna memasuki café

tersebut. Dan kini mika celingukan ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan

temannya. Aruna hanya mengekori dari belakang, karena sebenarnya ia malas

apalagi berhadapan Dengan kaum adam yang tak dikenalnya. Lalu terlihat

melambaikan tangannya pada mika. Mika menyambut llambaiannya. Lalu mika dan Aruna

menghampiri mereka.

            “Hai…

udah lama ya?” Tanya mika. Lalu ketiganya tersenyum.

            “Belum

kok. Baru sekitar lima belas menit. Apa kabar kamu mika?” Tanya soni.

            “Baik

son. Kamu apa kabar? Hei Algi, Galang apa kabar” ujar mika.

            “Baik”

jawab keduanya serempak.

            “Oya

kenalin ini temen aku. Son, Al” ujar mika.

“Aruna” Aruna

hanya tersenyum simpul tanpa berjabat tangan. Lalu mika melirik kearah galang.

“Lang, kenalin

ini Aruna” ujar mika. Lalu keduanya sama-sama hanya tersenyum simpul.

Aruna sedikit memperhatika ketiga

laki-laki kenalan mika. Dan matanya menangkap jika samar-samar ketiganya

sepertinya memiliki ketertarikan Dengan mika. Ya, benar.. bagaimana ada yang

tertarik pada Aruna jika tampilannya saat ini benar-benar tomboy dan sangat

natural. Aruna hanya menggunakan celana jeans straight panjang, dan kaos yang

kebesaran berwarna hitam, lalu rambutnya di kuncir buntut kuda dan wajahnya

seadanya saja tanpa makeup karena memang hari sudah sore dan dia baru saja

keluar kelas. Lalu Aruna mengalihkan pandangannya. Aruna merasa tak nyaman

berada di lingkungan atau di sekitar orang-orang yang ia tak kenal. Mika dan

ketiga kenalannya berbincang-bincang, dan Aruna hanya menjadi pendengar setia

saja, sesekali ia melihat layar smartphonenya.

“Mik..” bisik Aruna pada mika yang

sedang berbincang-bincang sembari menyenggol kaki mika Dengan kakinya. Aruna

memperlihatkan jam. Mika pun mengangguk mengerti maksud Aruna.

“Maaf ya guys. Kita harus balik

duluan” ujar mika.

“Yah kenapa? Ko cepet banget?” Tanya

galang.

“Iya, baru juga jam tiga sore, mau

kemana sih?” Tanya Algi.

“Ini si Aruna ada latihan jadi mau

pulang sekarang” ujar mika.

“Kan Aruna yang mau latihan, kamu sini

aja mik” ujar soni. Lalu semuanya menatap pada Aruna. Aruna hanya diam saja,

jika memang di harus pergi sendiri tak apa.

“Hmm… nggak deh, aku pulang bareng Aruna

aja.” Ujar mika.

“Yah… gak asik deh mik” ujar algi.

“Udah mik lo sini aja. Gua bisa balik

sendiri” ujar Aruna. Ia jadi tak enak Dengan cowok-cowok yang menunggu mika.

Namun mika menolak dan memilih pulang bersama Aruna. Kedua nya pamit dari

hadapan ketiga lelaki tersebut. Kini Aruna dan mika berada diatas motor Aruna. Aruna

mengantar mika pulang kerumahnya. Di jalan mika berceloteh tentang ketiga cowok

tersebut namun Aruna hanya diam saja. Sampai mika telah sampai dirumahnya dan

kini Aruna menuju ke jalan pulang rumahnya. Di lihatnya jam masih ada sekitar

tiga puluh menit lagi dia pergi ke doojo. Jadi ia memutuskan untuk mandi

sebentar dan memperbaiki penampilan.

Aruna bersiap dan memilik pakaian yang

akan ia kenakan, di lihatnya pantulan dirinya di dalam cermin. Wajahnya yang

berbentuk oval, Dengan skintone wajah asia warm beige, dan jika sedikit di

lihat lebih dekat, Aruna memiliki kelopak mata yang indah, bentuk mata Almond,

bola matanya berwarna coklat tua, Dengan tatapan yang tegas dan cukup dingin.

Rambut perpotongan segi sebahu berwarna hitam tanpa poni. Lalu menelisik ke

bagian tubuh, Aruna memiliki tubuh tinggi 165cm Dengan berat badan 60Kg, namun

dia tak terlihat gendut, karena Aruna memiliki keturunan sang ayah yaitu bahwa

tulangnyalah yang besar dan tegap, jadi badannya memang berat ke tulang bukan

karena lemak. Karena tubuh Aruna memiliki postur tinggi tegap. Dengan skintone

body asianya. Arunasebenarnya punya karisma nya tersendiri, Dengan gayanya yang

tomboy, namun dia tetap cantik walaupun kulitnya bukan kulit putih korea atau

jepang. Ordinary Indonesia.

Aruna menelisik seluruh yang ia miliki

didalam tubuhnya, ya dia memang tidak secantik sahabatnya, tapi dia tak jelek. Aruna

selalu berfikir positif, karena sampai saat ini dia belom pernah mendapatkan

pujaan hatinya. Kadang ia merasa iri, tak dapat di pungkiri… ia memang iri Dengan

mika. Mika Dengan mudah bisa mendapatkan lelaki yang ia mau berkat

kecantikannya. Aruna hanya bisa memendam perasaan ketika ia tahu bahwa

terkadang lelaki yang ia minati ternyata menaruh hatinya pada mika.

“Haaah… Sebenarnya apa yang salah di

gua ya?” beo nya.

Aruna lalu menghembuskan nafasnya. Ia

juga ingin memiliki tambatan hati, setelah dulu pernah menjalin hubungan sekali

Dengan seniornya yang berakhir putus, Aruna merasakan rindu kembali ingin

memiliki seseorang yang menyayanginya dan memperlakukannya Dengan lembut. Mika

pernah berkata, bahwa Aruna harus sering-sering tersenyum manis pada setiap

orang dan di ikuti bersikap manis, pasti banyak yang suka, namun itu cukup

sulit baginya. Aruna memiliki sebuah trauma yang memicunya menjadi pribadi yang

tomboy dan cuek. Dan kini, ia ingin memulai menjadi gadis yang manis dan banyak

senyum sedikit sulit. Ia telah berusaha, namun ternyata sulit di lakukan.

3. Mak comblang!

Aruna dan Syifa sedang menunggu mika

di sebuah café tempat biasa nongkrong mereka. Malam ini malam minggu, mika

mengajak Aruna dan syifa untuk hangout bareng. Syifa setuju karena Sammy yang

lagi tugas di daerah lain, dan pastinya Aruna yang akan setuju karena ia tak

pernah memiliki agenda saat weekend.

“Lo tumben Syif bisa hangout bareng.

Biasanya lo kencan mulu.” Tanya Aruna.

“Iya, Sammy lagi tugas di daerah

jatim. Maklum anak perhubungan kan kemana-mana.”ujar syifa.

“Halo Guys! Udah pada kangen gua ya?”

ceriwis mika yang baru saja datang.

Seperti biasa, mika akan jadi

perhatian beberapa orang di sekitar karena penampilannya yang cantik. Kini mika

menggunakan baju off shoulder Sabrina hitam Dengan rok satin berlapis tile

warna latte dan wedges hitam serta rambut yang di gerai. Ya, penampilan mika

cantik. Sedangkan syifa lebih memakai maxy dress motif bunga warna biru muda Dengan

hijab polos berwarna senada. Sedangkan Aruna, jumpsuit levis dark navy Dengan

baju dalam putih lengan pendek, seperti biasa rambutnya di kuncir kuda di

tutupi topi hitam, wajahnya hanya memakai bedak seadanya dan liptint.

“Guys, gua malam ini ngundang

temen-temen gua yang kemarin kita ketemuan runa!” ujar mika. Kening Aruna

berkerut.

“Tiga cowok kemarin?” Tanya Aruna. Dan

langsung di angguki antusias oleh mika. “mau ngapain? Lanjut Aruna.

“Yeehh.. elo. Ya kenalan lah!” jawab

mika. Aruna dan syifa hanya memutar malas bola matanya. Aruna dan syifa sudah

tau watak mika. Mika selalu saja mencari kesempatan untuk dekat Dengan cowok

yang menurutnya oke. Mungkin itu akibat mika LDR Dengan pacarnya yang sudah dua

tahun kerja di provinsi lain.

“Dih mik, gua kan udah ada calon, masa

gua juga di kenalin? Aruna aja noh” ujar syifa.

“Ck…! Gak bosen lo mik kenalan sama

cowok sana-sini? Nanti ketawan radit baru tau loh” ujar Aruna. Mika langsung

mengibas-ngibaskan tangannya.

“Tenang aja. Radit juga ada cewek kali

disana, dia sekarang agak cuek sama gua. Jadi yaudah gua cari yang baru aja.

Serep cuy serep!” ujar mika Dengan gembira.

Jujur saja Aruna tak suka Dengan satu

sifat mika yang ini. Aruna yang menjunjung tinggi sebuah perasaan dan kesetiaan

tentu bertolak belakang Dengan mika. Tak lama beberapa cowok menghampiri

mereka. Ternyata lebih dari tiga cowok. Mungkin sekitar lima atau enam. Aruna

benar-benar kurang nyaman di kelilingin kaum adam yang asing untuknya. Lalu Aruna

melirik kea rah syifa. Syifa hanya tersenyum sambil meringis. Syifa juga agak

kaku jika suasananya begini. Makanya ia hanya pasrah saja. Lalu terjadilah

prosesi kenalan Dengan lelaki yang baru mereka temui.

Setelah lama mengobrol-ngobrol Aruna

ingin mengajak mika dan syifa pulang.

“Maaf nih, ini udah jam setengah

sepuluh malam, kayaknya gua duluan ya” ujar Aruna dan seluruh mata mentapnya.

“Buka lah topinya dulu. Dari topinya

gak di buka. Kan jadi gak jelas wajahnya” ujar galang tiba-tiba. Aruna melirik

seilas kearah galang. Ternyata galang malamini sangat keren. Ia memakai baju

putih yang mencetak tubuh atletisnya. Wajahnya terkesan manly. Aruna baru

sadar, bahwa ada seorang laki-laki yang ganteng malam ini. Namun ini terasa

sudah malam dan ia tak ingin meninggalkan rita sendiri. Aruna hanya mengangkat

sedikit topinya agar wajahnya terlihat jelas.

“Maaf gua harus pulang duluan makasih”

ujar Aruna sembari melangkah menuju pintu keluar.

“Eh na tunggu. Ya udah ya kita balik

duluan” ujar mika di ikuti syifa yang menunduk sebagai pertanda pamit, lalu

meinggalkan para lelaki tersebut.

Kini Aruna sudah berada di depan rumah

mika. Aruna mengantar mika kerumah sedangkan syifa duluan pergi karena rumahnya

paing jauh.

“Aruna tadi galang ganteng tau, blaster na…!

Gimana, kalo lo gua jodohin sama dia? Galang sering chat gua loh jadi gampang

buat gua kerjanya. Dan lo Mau nggak gua jodohin sama galang? Ganteng loh.” Ujar

Mika sahabat dari Aruna. Aruna langsung menoleh pada mika.

“Apaan sih lo mik. Nggak ah! Orang dia minatnya

sama elo ngapain lo kasih ke gua?” ujar ArunaDengan acuh. Ia sedikit tercubit Dengan

tawaran mika. Terlihat jika galang menyukai mika, namun mika malah ingin

menjodohkan galang DenganAruna. Memangnya Aruna segitu tak lakunya hingga mau

di berika cowok koleksi kenalan mika.Aruna ingin si cowok sendiri yang ingin

berkenalan Dengannya.

“Ya nggak papa kaleee. Mau nggak nanti gua

kasih nomernya” Aruna tetap menggelengkan kepalanya.

“Percuma laah Mik. Lo mau comblangi

gua pake metode apapun, jurus apapun, atau gaya apapun akan percuma kalo dia

tertariknya sama elo, dan kalo dia Cuma ada hatinya sama elo. Gak akan bisa.

Mending gak usah deh. Jangan buang-buang waktu!” ujar ArunaDengan sedikit

kesal. Ia paling malas di sodor sodorkan Dengan hal yang seperti ini.

“Hmm.. yaudah deh gak papa.. terus

gimana feeling lo sama si rino? Masih naksir lo sama dia?” Tanya mika. Aruna

hanya diam dan mengendikan kedua bahunya. Ia paling malas jika membahas masalah

perasaan, karena kegagalannya yang tak pernah bisa mendapatkan orang yang ia

suka. Lalu Aruna pun meninggalkan area rumah mika dan pulang ke rumahnya.

Dikamarnya Aruna merenung. Ia

memikirkan perkataan mika yang ingin menjodoh kan galang Dengannya. Galang

memang ganteng dan terlihat baik. Juga seagama. Oya ngomong-ngomong masalah

agama, Mika adalah seorang Kristiani. Aruna menelisik kembali, mungkin taka da

salahnya jika ia menerima perjodohan tersebut.

“Kayaknya boleh juga deh kalo di

comblangin sama galang” cicitnya sambil merebahkan tubuh diatas kasurnya. Namun

keningnya kembali berkerut.

“Tapi buat apa?, toh galangnya aja

naksir sama mika, dang aka ada sedikitpun dia berkeinginan untuk kenalan sama

gua. Itu artinya, sama aja gua yang ke ganjenan deketin cowok yang gak naksir

sama gua? Ogah ah! Mau di taro mana harga diri gua? Ngambil stok inceran sobat

gua, udah gitu stok nya malah demennya ke sobat gua bukan ke gua! Gak gak gak!

Malu!” oceh ArunaDengan gulang guling diatas kasur.

Aruna memiliki harga diri yang tinggi.

Ia tak mau di anggap murahan atau gampangan atau pun genit. Makanya ia tak

terlalu banyak berteman Dengan kaum adam atau beramah tamah Dengan mereka. Ia

sangat menjaga dirinya di depan laki-laki. Kecuali di depan para kawan yang mengenalnya,

pasti tau bobroknya.

ARUNA POV:

Pagi ini aku bangun dan langsung

menuju dapur setelah cuci muka dan gosok gigi. Karena aku sedang PMS (Palang

Merah Seminggu) jadi aku nggak solat subuh. Saat bangun tiba-tiba perut ku

lapar dan ingin memakan Mi asin ala Kalimantan. Aku buru-buru menyiapkan

sarapan sedikit lebih awal, karena aku ingin ke alun-alun dan memakan mi asin.

Setelah semua selesai tepat pukul tujuh pagi, aku siap-siap menuju alun-alun

Jakarta untuk mencari mi asin dan bila perlu berbagai jajanan makanan.

“Mau kemana kamu?” Tanya rita di depan

pintu kamarnya.

“Ke alun-alun” jawab ibu.

“Jangan lama-lama kamu belom

bersih-bersih rumah”

Aku tak menjawab, dan langsung berlalu

dari hadapan ibu rita. Aku pun langsung menuju alun-alun Dengan menggunakan

motornya. Aku hanya menggunakan celana training hitam dan kaos abu-abu yang

pastinya cukup besar agar tak menampakan lekuk tubuhku.

“Bang, Es kelapanya satu ya. Pake gula

merah bang” ujarku. Lalu aku beralih ke tukang Mi asin yang ada di sebrang tukang

bubur.

“Bu, Beli mi asinnya satu ya bu gak

pake kacang yaa..”pesanku. aku berniat ingin berbalik menuju tukang bubur,

namun saat berbalik wajahku tepat membentur sesuatu.

“Aduh! Sshhh…! Lirihku. ‘apasih ini, makin pesek dah idung gua’

“Aduh maaf, maaf ya” ujar seseorang

yang ternyata laki-laki. Aku mengangkat pandangan ku, dan ternyata itu adalah

galang.

“Ah… iya gak papa. Gua juga minta maaf

udah nabrak elo.” Ujarku. Dan galang pun hanya mengangguk. Lalu berlalu dari

hadapanku.

Aku memakan mi asin bangku alun-alun.

Melihat berbagai macam orang dengan berbagai macam kegiatan membuat ku sedikit

relax. Aku tersenyum melihat banyak keluarga bahagia yang membawa anak-anaknya

berjalan mengelilingi alun alun. Ada juga pasangan dan muda mudi yang bermain sepeda

atau sketboard. Tiba-tiba aku tteringat dengan pertemuanku dengan galang tadi.

“Hmm…” aku menghembuskan nafas. “Tadi

aja dia gak ada respon apapun sama gua, padahal kita berdua udah kenalan. Yang

kayak gitu mau di comblangin? Nggak deh!” cicitku lalu menyuap mi ke dalam

mulutku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!