Aruna POV:
Selama ini aku adalah tipe orang
yang simple terkesan cuek. Kepribadian ku tomboy, lebih suka memakai celana
daripada rok, kurang suka berdandan, lebih suka lagu pop rock dan RnB, dan aku
lebih suka mengikuti kegiatan beladiri dibanding belanja atau hangoutDengan
teman-temanku di mall. Aku tomboy bukan berarti penampilan aku seperti cowok,
aku masih memiliki rambut panjang, dan aku bisa masak.
Aku memiliki teman atau lebih
dekatnya sahabat. Dia bernama Mika Gunawan. Mika memiliki paras yang cantik.
Rambutnya tebal panjang, wajahnya imut, kulitnya putih, namun tingginya tak
lebih dariku. Mika lebih pendek dariku, ia memiliki kepribadian yang feminism,
suka memakai pakaian yang girly dan cukup sexy, pintar memasak, pintar
berdandan, dan dari semua itu, ia memiliki banyak teman cowok dan banyak juga
yang menyukainya. Pernah satu hari ia di tembak Dengan tiga cowok sekaligus.
Kalian kebayangkan, dia cantiknya gimana? Berbeda Dengan ku tentunya. Kalau
kita berdua di sandingkan, akan terlihat seperti aku adalah pengawalnya, karena
penampilan ku yang memang tomboy.
“Runa!
Bengong aja lu! Kesambet Jin gendut baru tau lo” ujarnya mika yang baru saja
keluar dari kelasnya. Hari ini jam matkul kita berdua berbeda, aku hanya satu
pelajaran, dan mika memiliki dua matkul. Kami berdua berada di jurusan yang
berbeda, mika di jurusan ekonomi dan aku di jurusan Administrasi perkantoran.
“Apaan
sih lo mik. Udah selesai jam lo?” Tanya ku
“Udah.
Mau kemana nih kita abis ini? Atau ke mall yuuk!” ajak mika Dengan semangat.
“Aduh,
males ah. Nanti gua pegel ngikutin elo jalan-jalan gak jelas di mall” gerutuku.
“Ya
elah.. nggak kok. Ayok! Kita makan donat. Kayaknya lo lagi jetlag!” ujar mika.
“Jetlag…
emang gua dari arab?” gerutuku. Memang aku lagi badmood hari ini karena tugas
ku menumpuk. “Yaudah, J’co ya. Gua mau makan red velvet” ujarku. Dan kami
langsung meninggalkan area kampus.
Sampailah sekarang gua di gerai
J’co yang ada di salah satu mall Jakarta. Aku memindai apa saja yang ada di
etalase J’co. dan pilihan ku jatuh pada cake red velvet dan Avocado Frape.
Sedangkan mika memilih beberapa donat dan strawberry Frape. Lalu kami berdua
duduk di salah satu meja.
“Runa,
kuliah kitakan tinggal dua semester lagi nih, lo udah ada bayangan mau kemana?”
Tanya mika. Aku sedang focus menikmati cake red velvet, memindahkan pandangan ku pada mika.
“Gua
belom tau mik. Kayaknya gua mau langsung cari kerja. Lo tau sendiri, ibu tiri
gua gimana, dia itu mau nyekolahin si Dena labih tinggi dari gua, trus pake
duit gua lagi. Gempor gua lama-lama mik” ujarku. Aku tinggal bersama ibu tiri
dan saudara tiri ku. Ibu kandungku meninggal saat aku SMP karena jatuh di kamar
mandi, dan ayah ku meninggal gara-gara menyelamatkan ku dari tabrak mobil saat
aku masih SMA. Sejak ayah ku meninggal, aku di paksa ibu Rita yaitu ibu tiri ku
untuk bekerja demi menghidupi kami. Ibu rita sebenarnya kerja dengan membuka
warung sembako hasil jual motor ayah. Tapi uangnya tidak pernah di bagi untuk
kebutuhanku yang lain kecuali makan. Yah hitung-hitung, itu bayaranku atas
tenaga ku untuk membersihkan rumah. Sedangkan kebutuhanku yang lainnya aku
memakai uangku sendiri. Karena jika meminta pada ibu rita, dia akan mencaci ku
dan menghinaku bahwa aku ini benalu dan pembawa sial.
“Iya
yah, tante rita kejam banget. Kayaknya makin kejam dia. Buktinya sekarang, SPP
kuliah si dena lo yang bayarin Na. Ya udah deh, berarti dari sekarang lo udah
harus cari referensi kerja, apalagi gua liat matkul bahasa lo bagus banget.”
Ujar mika.
“Iya,
inshaa Allah deh. Semoga aja ketemu lowongannya” ujar ku. Aku benar-benar
berharap bahwa aku akan segera langsung mendapatkan kerja setelah lulus kuliah.
ARUNA POV END.
“Assalamualaikum”
“Walaikumsalam”
Aruna sampai dirumahnya sekitar
jam lima sore.Keadaan rumah Aruna sangat sederhana. Hanya saja, dapurnya terbuat
dari dinding papan kayu. Terlihat ‘Rita’ sang ibu sedang berduduk santai
di halaman depan rumah sambil mengecap kuku-kukunya dengan kutek. Sejenak Aruna
memandang sang ibu. Ibu tirinya yang dulu baik sebelum ayahnya meninggal, kini
berubah menjadi monster yang jahat padanya. Tak ada lagi sikap lemah lembut,
dan penyayang yang kini ia rindukan. Aruna bermimpi jika saat ia sedang letih,
pulang dari kerja paruh waktunya, ia akan disambut oleh senyuman hangat san ibu
dan memeluknya dengan erat. Namun mimpi hanya tinggal mimpi. Yang ada saat ia
pulang dari kerja paruh waktunya, ia akan disuruh ini itu, memasak, mengepel,
mencuci dan jika tidak di kerjakan ia akan mendapat hukuman dengan dikunci di
kamar selama 24 jam tanpa di kasih makan. Aruna melangkah masuk kedalam rumah.
“Ibu…
Assalamualaikum.” Sapa aruna sembari menyalami tangan rita.
“Hm…
cepat masuk dan siapkan makan malam. Gua udah laper!” ketus rita pada aruna
“Baik
bu…” jawab aruna dan langsung memasuki rumah. Aruna segera bergegas mandi dan
sholat. Ia langsung menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Sebelum jam
tujuh malam, ia harus menyelesaikan makan malam, jika tidak rita akan mengomel
dan menceramahinya kalau aruna anak yang letoy dan tidak berguna.
“Masak
apa ya? Hm… masak ikan goreng, tumis kangkung, tempe goreng dan sambal! Hmm…
jadi makin laper gua.” Ujar aruna sambil menyiapkan bahan-bahan yang harus
dimasak. Aruna terlihat cekatan dalam mengolah dan memasak bahan dapur. Karena
sedari SMA dia sudah di tuntut agar bisa memasak menggantikan rita dengan
segala tugas rumah tangga. Awalnya memang terasa sangat berat bagi aruna. Tapi
saat ia memasrahkan semuanya, lama-lama ia menikmati dan merasa menjadi wanita
seutuhnya. Ah… alangkah indahnya jika ayah dan ibunya masih ada, aruna akan
sangat bangga memamerkan haasil tanggannya pada kedua orang tuanya, dan akan
mendapat berbagai pujian lalu disayang-sayang. Sedikit air mata menggenang di
pelupuk matanya. Ia merindukan ayah dan ibunya.
“Selesai!
Sekarang tinggal ulek sambel.” Aruna membuat sambal tomat untuk cocol tempe,
dan sambal kecap untuk ikan goreng. Rita dan dena tidak pernah protes dengan
masakan aruna kecuali saat baru-baru aruna belajar masak karena aruna masak
keasinan atau kemanisan. Kini masakan aruna sangat enak. Setelah menyiapkan
hidangan di meja makan, aruna bergegas memanggil ibu tiri dan saudara tirinya
yang kini ada di depan TV
“Ibu… Dena… makan malamnya sudah siap”
ujar aruna.
“Ayo sayang kita makan. Mama sudah
lapar” ujar rita pada dena.
“Oke Ma..!” dena memang memanggil rita
dengan sebutan mama. Ia tidak mau terlihat kampungan dengan sebutan ibu. Dan
hanya dena yang boleh mennyebut rita mama. Dulu aruna juga menyebut rita dengan
mama. Tappi semua berubah sejak ayah aruna meninggal. Aruna disuruh memanggil
rita dengan sebutan ibu, jika di lihat orang yang tidak mengenal mereka, maka
terlihat jika aruna seperti pembantu. Dan Rita memperlakukan aruna seperti
memang pembantu.
Rita dan dena menikmati hidangan yang
di sajikan aruna. Aruna pun ikut makan malam bersama. Aruna dizinkan makan se
meja agar mereka mudah memerintah aruna ini itu dan menghina atau mencaci aruna
sepuasnya. Aruna hanya menanggapi dengan diam dan wajah datarnya. Ia terlalu
lelah untuk meladeni ocehan ocehan yang akan membuat jiwa raganya semakin
lelah.
“Heh runa! Elo nanti pas udah lulus,
langsung nikah sama Bang badri aja. Dia kaya! Juragan sawit. Enak lo bisa hidup
enak. Sekalian kan membahagiankan mama dan hidup gua juga terjamin.” Ujar dena
dengan se enaknya. Aruna paling malas dengan pembicaraan ini. Bang badri memang
kaya, dia juga tampangnya lumayan, tapi tidak dengan akhlaknya yang suka
mabuk-mabukan dan gonta ganti cewek. Beberapa kali badri meminta aruna untuk menjadi
pacarnya, tapi jelas aruna menolak. Ia tak ingin konsentrasinya terganggu
dengan hal yang menurutnya tidak penting.
“Iya runa. Kamu kawin aja yak sama si
badri. Dia kan ngejar-ngejar kamu” tambah rita sembari tersenyum manis yang di
buat-buat. Aruna jengah dengan keadaan ini, pembicaraan ini. Ia lalu meletakan
sendok dan garpunya diatas piring, lalu berdiri menyudahi makan malamnya.
Seleranya sungguh buyar akibat ocehan rita dan dena.
“Aku selesai. Permisi” ujar aruna dan
berlalu meninggalkan rita yang brteriak pada runa.
“DASAR ANAK SIALAN! TAK TAHU DIRI!
TOLOL LO ARUNA!” teriak rita dengan emosi.
Aruna memasuki kamarnya. Ia jengah
dengan celotehan dena dan rita yang merongrong aruna untuk menikahi badri. Ia
tidak menyukai badri, apalagi dengan sikap sombongnya dan juga kurang sopan
santun. Aruna tak ingin hidup selamanya dengan orang yang seperti itu. Lebih
baik aruna melajang seumur hidup dari pada hidup penuuh derita dengan orang
yang sama sekali tida ia cintai. Aruna bertekat setelah lulus kuliah, ia akan
mencari kerja yang jauh dan melepaskan diri dari ibu dan saudara tirinya. Ia
lelah jika harus terus menerus disiksa lahir dan batin seperti ini. Biarlah ia
hidup sebatang kara. Aruna yakin, ia pasti akan bisa melalui kesendiriannya
kelak.
“Ibu, Ayah… aruna capek. Aruna mau
ikut ibu sama ayah aja dari pada nikah sama bang badri. Aruna nggak mau” isak
tangis terdengar dari mulut aruna.
Beginilah kehidupan Aruna bersama Dena
dan rita. Tak ada kebahagian untuk aruna jika bersama keduanya. Ia ingin sekali
membenci dan membalas segala perlakuan yang ia dapatkan dari rita dan dena.
Namun ia teringat pesan ayahnya, Beladiri
dipakai untuk membela diri nak. Kamu tidak boleh memakai ilmu kamu untuk
sesuatu yang negative apalagi dalam keadaan emosi. Kamu tidak boleh sembarangan
memukul orang apalagi sama yang tua. Durhaka kamu kalau sampai melakukan itu
nak. Neraka ganjarannya. Ilmu beladiri bukan untuk menjadikan kamu orang jahat.
Tapi kamu harus menjadi pelindung bagi orang jahat nak. Ayah pesan sama kamu
ya… jaga diri kamu, jadilah orang baik nak. Jadilah pengukir kebahagiaan orang
lain bukan perusak kebahagiaan orang lain”. Aruna menagis dalam do’anya
mengingat pesan sang ayah. Hanya mukena dan sajadah yang kini menjadi saksi
dalam do’a yang ia panjatkan kepada tuhan.
“Maafin Una yah… tolong bilang sama
Alllah dan malaikat,bantu lexa agar terus jadi orang baik”
Aruna sedang bersiap-siap untuk pulang,
karena hari ini rencananya ia akan mengikuti kelas taekwondonya. Aruna sudah
memiliki sabuk hitam, dan sudah beberapa bulan ia tak rutin mengikuti beladiri
tersebut, karena menjelang skripsi, banyak bahan yang harus ia cari.
“Arunaaaaa!!”
teriak cempreng suara sahabatnya tersebut.
“Apa
sih mik! Lo teriak-teriak kayak orang hutan aja lu!” ujar lexa.
“Ish!!
Jangan marah-marahh mulu. Ayo ikut gua!” ujar mika bersemangat.
“Kemana?
Tapi nggak deh. Gua mau ikut doojo” ujar Aruna sembari membereskan mejanya.
“Aahh
runa ayok sekali ini aja. Ikut sama gua. Siapa tau nanti lo ketemu jodoh lo”
ujar mika.
“Apaan
maksud lo?” kening Aruna berkerut penuh Tanya. “Jangan macem-macem deh
mik,”lanjut Aruna.
“Ih.
Gua gak macem-macem. Satu macem aja kok. Temenin gua ke café yuk” ujarnya.
“Ngapain?
Lo aja sendiri. Atau sama si Syifa deh” ujar Aruna. Sifa adalah sahabat mereka
satu lagi. Ia di jurusan akuntansi.
“Aduh,
si syifa udah ada jadwal sama bokinnya. Sekarang saatnya cari bokinan lo. Biar
kita bisa triple date. Gua sama Radit, Syifa sama Sammy, lo sama cowok lo”
cerocos mika.
“Duh
mik, please deh. Gak usah aneh-aneh. Udah ah gua mau balik” ujar Aruna sambil
meninggalkan mika. Dengan segera mika menahan tangan Aruna dan menampilkan
wajah imut memelasnya.
“Ayolah
naaa. Yah please, gua mau ketemu sama Kenalan baru gua. Gak banyak kok Cuma
tiga orang cowok. Gua butuh temen. Please ikut ya.. ya.. ya..” ujar mika sambil
memelas. Aruna sangat malas sebenarnya, namun ia tak tega melihat mika memohon.
“Yaudah.
Ayok! Tapi jangan lama-lama ya. Gua beneran mau latihan ini” ujar Aruna. Dan
langsung di angguki oleh mika.
Kini mereka berdua sudah samapai di
salah satu café yang tak jauh dari kampus mereka. Mika dan Aruna memasuki café
tersebut. Dan kini mika celingukan ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan
temannya. Aruna hanya mengekori dari belakang, karena sebenarnya ia malas
apalagi berhadapan Dengan kaum adam yang tak dikenalnya. Lalu terlihat
melambaikan tangannya pada mika. Mika menyambut llambaiannya. Lalu mika dan Aruna
menghampiri mereka.
“Hai…
udah lama ya?” Tanya mika. Lalu ketiganya tersenyum.
“Belum
kok. Baru sekitar lima belas menit. Apa kabar kamu mika?” Tanya soni.
“Baik
son. Kamu apa kabar? Hei Algi, Galang apa kabar” ujar mika.
“Baik”
jawab keduanya serempak.
“Oya
kenalin ini temen aku. Son, Al” ujar mika.
“Aruna” Aruna
hanya tersenyum simpul tanpa berjabat tangan. Lalu mika melirik kearah galang.
“Lang, kenalin
ini Aruna” ujar mika. Lalu keduanya sama-sama hanya tersenyum simpul.
Aruna sedikit memperhatika ketiga
laki-laki kenalan mika. Dan matanya menangkap jika samar-samar ketiganya
sepertinya memiliki ketertarikan Dengan mika. Ya, benar.. bagaimana ada yang
tertarik pada Aruna jika tampilannya saat ini benar-benar tomboy dan sangat
natural. Aruna hanya menggunakan celana jeans straight panjang, dan kaos yang
kebesaran berwarna hitam, lalu rambutnya di kuncir buntut kuda dan wajahnya
seadanya saja tanpa makeup karena memang hari sudah sore dan dia baru saja
keluar kelas. Lalu Aruna mengalihkan pandangannya. Aruna merasa tak nyaman
berada di lingkungan atau di sekitar orang-orang yang ia tak kenal. Mika dan
ketiga kenalannya berbincang-bincang, dan Aruna hanya menjadi pendengar setia
saja, sesekali ia melihat layar smartphonenya.
“Mik..” bisik Aruna pada mika yang
sedang berbincang-bincang sembari menyenggol kaki mika Dengan kakinya. Aruna
memperlihatkan jam. Mika pun mengangguk mengerti maksud Aruna.
“Maaf ya guys. Kita harus balik
duluan” ujar mika.
“Yah kenapa? Ko cepet banget?” Tanya
galang.
“Iya, baru juga jam tiga sore, mau
kemana sih?” Tanya Algi.
“Ini si Aruna ada latihan jadi mau
pulang sekarang” ujar mika.
“Kan Aruna yang mau latihan, kamu sini
aja mik” ujar soni. Lalu semuanya menatap pada Aruna. Aruna hanya diam saja,
jika memang di harus pergi sendiri tak apa.
“Hmm… nggak deh, aku pulang bareng Aruna
aja.” Ujar mika.
“Yah… gak asik deh mik” ujar algi.
“Udah mik lo sini aja. Gua bisa balik
sendiri” ujar Aruna. Ia jadi tak enak Dengan cowok-cowok yang menunggu mika.
Namun mika menolak dan memilih pulang bersama Aruna. Kedua nya pamit dari
hadapan ketiga lelaki tersebut. Kini Aruna dan mika berada diatas motor Aruna. Aruna
mengantar mika pulang kerumahnya. Di jalan mika berceloteh tentang ketiga cowok
tersebut namun Aruna hanya diam saja. Sampai mika telah sampai dirumahnya dan
kini Aruna menuju ke jalan pulang rumahnya. Di lihatnya jam masih ada sekitar
tiga puluh menit lagi dia pergi ke doojo. Jadi ia memutuskan untuk mandi
sebentar dan memperbaiki penampilan.
Aruna bersiap dan memilik pakaian yang
akan ia kenakan, di lihatnya pantulan dirinya di dalam cermin. Wajahnya yang
berbentuk oval, Dengan skintone wajah asia warm beige, dan jika sedikit di
lihat lebih dekat, Aruna memiliki kelopak mata yang indah, bentuk mata Almond,
bola matanya berwarna coklat tua, Dengan tatapan yang tegas dan cukup dingin.
Rambut perpotongan segi sebahu berwarna hitam tanpa poni. Lalu menelisik ke
bagian tubuh, Aruna memiliki tubuh tinggi 165cm Dengan berat badan 60Kg, namun
dia tak terlihat gendut, karena Aruna memiliki keturunan sang ayah yaitu bahwa
tulangnyalah yang besar dan tegap, jadi badannya memang berat ke tulang bukan
karena lemak. Karena tubuh Aruna memiliki postur tinggi tegap. Dengan skintone
body asianya. Arunasebenarnya punya karisma nya tersendiri, Dengan gayanya yang
tomboy, namun dia tetap cantik walaupun kulitnya bukan kulit putih korea atau
jepang. Ordinary Indonesia.
Aruna menelisik seluruh yang ia miliki
didalam tubuhnya, ya dia memang tidak secantik sahabatnya, tapi dia tak jelek. Aruna
selalu berfikir positif, karena sampai saat ini dia belom pernah mendapatkan
pujaan hatinya. Kadang ia merasa iri, tak dapat di pungkiri… ia memang iri Dengan
mika. Mika Dengan mudah bisa mendapatkan lelaki yang ia mau berkat
kecantikannya. Aruna hanya bisa memendam perasaan ketika ia tahu bahwa
terkadang lelaki yang ia minati ternyata menaruh hatinya pada mika.
“Haaah… Sebenarnya apa yang salah di
gua ya?” beo nya.
Aruna lalu menghembuskan nafasnya. Ia
juga ingin memiliki tambatan hati, setelah dulu pernah menjalin hubungan sekali
Dengan seniornya yang berakhir putus, Aruna merasakan rindu kembali ingin
memiliki seseorang yang menyayanginya dan memperlakukannya Dengan lembut. Mika
pernah berkata, bahwa Aruna harus sering-sering tersenyum manis pada setiap
orang dan di ikuti bersikap manis, pasti banyak yang suka, namun itu cukup
sulit baginya. Aruna memiliki sebuah trauma yang memicunya menjadi pribadi yang
tomboy dan cuek. Dan kini, ia ingin memulai menjadi gadis yang manis dan banyak
senyum sedikit sulit. Ia telah berusaha, namun ternyata sulit di lakukan.
Aruna dan Syifa sedang menunggu mika
di sebuah café tempat biasa nongkrong mereka. Malam ini malam minggu, mika
mengajak Aruna dan syifa untuk hangout bareng. Syifa setuju karena Sammy yang
lagi tugas di daerah lain, dan pastinya Aruna yang akan setuju karena ia tak
pernah memiliki agenda saat weekend.
“Lo tumben Syif bisa hangout bareng.
Biasanya lo kencan mulu.” Tanya Aruna.
“Iya, Sammy lagi tugas di daerah
jatim. Maklum anak perhubungan kan kemana-mana.”ujar syifa.
“Halo Guys! Udah pada kangen gua ya?”
ceriwis mika yang baru saja datang.
Seperti biasa, mika akan jadi
perhatian beberapa orang di sekitar karena penampilannya yang cantik. Kini mika
menggunakan baju off shoulder Sabrina hitam Dengan rok satin berlapis tile
warna latte dan wedges hitam serta rambut yang di gerai. Ya, penampilan mika
cantik. Sedangkan syifa lebih memakai maxy dress motif bunga warna biru muda Dengan
hijab polos berwarna senada. Sedangkan Aruna, jumpsuit levis dark navy Dengan
baju dalam putih lengan pendek, seperti biasa rambutnya di kuncir kuda di
tutupi topi hitam, wajahnya hanya memakai bedak seadanya dan liptint.
“Guys, gua malam ini ngundang
temen-temen gua yang kemarin kita ketemuan runa!” ujar mika. Kening Aruna
berkerut.
“Tiga cowok kemarin?” Tanya Aruna. Dan
langsung di angguki antusias oleh mika. “mau ngapain? Lanjut Aruna.
“Yeehh.. elo. Ya kenalan lah!” jawab
mika. Aruna dan syifa hanya memutar malas bola matanya. Aruna dan syifa sudah
tau watak mika. Mika selalu saja mencari kesempatan untuk dekat Dengan cowok
yang menurutnya oke. Mungkin itu akibat mika LDR Dengan pacarnya yang sudah dua
tahun kerja di provinsi lain.
“Dih mik, gua kan udah ada calon, masa
gua juga di kenalin? Aruna aja noh” ujar syifa.
“Ck…! Gak bosen lo mik kenalan sama
cowok sana-sini? Nanti ketawan radit baru tau loh” ujar Aruna. Mika langsung
mengibas-ngibaskan tangannya.
“Tenang aja. Radit juga ada cewek kali
disana, dia sekarang agak cuek sama gua. Jadi yaudah gua cari yang baru aja.
Serep cuy serep!” ujar mika Dengan gembira.
Jujur saja Aruna tak suka Dengan satu
sifat mika yang ini. Aruna yang menjunjung tinggi sebuah perasaan dan kesetiaan
tentu bertolak belakang Dengan mika. Tak lama beberapa cowok menghampiri
mereka. Ternyata lebih dari tiga cowok. Mungkin sekitar lima atau enam. Aruna
benar-benar kurang nyaman di kelilingin kaum adam yang asing untuknya. Lalu Aruna
melirik kea rah syifa. Syifa hanya tersenyum sambil meringis. Syifa juga agak
kaku jika suasananya begini. Makanya ia hanya pasrah saja. Lalu terjadilah
prosesi kenalan Dengan lelaki yang baru mereka temui.
Setelah lama mengobrol-ngobrol Aruna
ingin mengajak mika dan syifa pulang.
“Maaf nih, ini udah jam setengah
sepuluh malam, kayaknya gua duluan ya” ujar Aruna dan seluruh mata mentapnya.
“Buka lah topinya dulu. Dari topinya
gak di buka. Kan jadi gak jelas wajahnya” ujar galang tiba-tiba. Aruna melirik
seilas kearah galang. Ternyata galang malamini sangat keren. Ia memakai baju
putih yang mencetak tubuh atletisnya. Wajahnya terkesan manly. Aruna baru
sadar, bahwa ada seorang laki-laki yang ganteng malam ini. Namun ini terasa
sudah malam dan ia tak ingin meninggalkan rita sendiri. Aruna hanya mengangkat
sedikit topinya agar wajahnya terlihat jelas.
“Maaf gua harus pulang duluan makasih”
ujar Aruna sembari melangkah menuju pintu keluar.
“Eh na tunggu. Ya udah ya kita balik
duluan” ujar mika di ikuti syifa yang menunduk sebagai pertanda pamit, lalu
meinggalkan para lelaki tersebut.
Kini Aruna sudah berada di depan rumah
mika. Aruna mengantar mika kerumah sedangkan syifa duluan pergi karena rumahnya
paing jauh.
“Aruna tadi galang ganteng tau, blaster na…!
Gimana, kalo lo gua jodohin sama dia? Galang sering chat gua loh jadi gampang
buat gua kerjanya. Dan lo Mau nggak gua jodohin sama galang? Ganteng loh.” Ujar
Mika sahabat dari Aruna. Aruna langsung menoleh pada mika.
“Apaan sih lo mik. Nggak ah! Orang dia minatnya
sama elo ngapain lo kasih ke gua?” ujar ArunaDengan acuh. Ia sedikit tercubit Dengan
tawaran mika. Terlihat jika galang menyukai mika, namun mika malah ingin
menjodohkan galang DenganAruna. Memangnya Aruna segitu tak lakunya hingga mau
di berika cowok koleksi kenalan mika.Aruna ingin si cowok sendiri yang ingin
berkenalan Dengannya.
“Ya nggak papa kaleee. Mau nggak nanti gua
kasih nomernya” Aruna tetap menggelengkan kepalanya.
“Percuma laah Mik. Lo mau comblangi
gua pake metode apapun, jurus apapun, atau gaya apapun akan percuma kalo dia
tertariknya sama elo, dan kalo dia Cuma ada hatinya sama elo. Gak akan bisa.
Mending gak usah deh. Jangan buang-buang waktu!” ujar ArunaDengan sedikit
kesal. Ia paling malas di sodor sodorkan Dengan hal yang seperti ini.
“Hmm.. yaudah deh gak papa.. terus
gimana feeling lo sama si rino? Masih naksir lo sama dia?” Tanya mika. Aruna
hanya diam dan mengendikan kedua bahunya. Ia paling malas jika membahas masalah
perasaan, karena kegagalannya yang tak pernah bisa mendapatkan orang yang ia
suka. Lalu Aruna pun meninggalkan area rumah mika dan pulang ke rumahnya.
Dikamarnya Aruna merenung. Ia
memikirkan perkataan mika yang ingin menjodoh kan galang Dengannya. Galang
memang ganteng dan terlihat baik. Juga seagama. Oya ngomong-ngomong masalah
agama, Mika adalah seorang Kristiani. Aruna menelisik kembali, mungkin taka da
salahnya jika ia menerima perjodohan tersebut.
“Kayaknya boleh juga deh kalo di
comblangin sama galang” cicitnya sambil merebahkan tubuh diatas kasurnya. Namun
keningnya kembali berkerut.
“Tapi buat apa?, toh galangnya aja
naksir sama mika, dang aka ada sedikitpun dia berkeinginan untuk kenalan sama
gua. Itu artinya, sama aja gua yang ke ganjenan deketin cowok yang gak naksir
sama gua? Ogah ah! Mau di taro mana harga diri gua? Ngambil stok inceran sobat
gua, udah gitu stok nya malah demennya ke sobat gua bukan ke gua! Gak gak gak!
Malu!” oceh ArunaDengan gulang guling diatas kasur.
Aruna memiliki harga diri yang tinggi.
Ia tak mau di anggap murahan atau gampangan atau pun genit. Makanya ia tak
terlalu banyak berteman Dengan kaum adam atau beramah tamah Dengan mereka. Ia
sangat menjaga dirinya di depan laki-laki. Kecuali di depan para kawan yang mengenalnya,
pasti tau bobroknya.
ARUNA POV:
Pagi ini aku bangun dan langsung
menuju dapur setelah cuci muka dan gosok gigi. Karena aku sedang PMS (Palang
Merah Seminggu) jadi aku nggak solat subuh. Saat bangun tiba-tiba perut ku
lapar dan ingin memakan Mi asin ala Kalimantan. Aku buru-buru menyiapkan
sarapan sedikit lebih awal, karena aku ingin ke alun-alun dan memakan mi asin.
Setelah semua selesai tepat pukul tujuh pagi, aku siap-siap menuju alun-alun
Jakarta untuk mencari mi asin dan bila perlu berbagai jajanan makanan.
“Mau kemana kamu?” Tanya rita di depan
pintu kamarnya.
“Ke alun-alun” jawab ibu.
“Jangan lama-lama kamu belom
bersih-bersih rumah”
Aku tak menjawab, dan langsung berlalu
dari hadapan ibu rita. Aku pun langsung menuju alun-alun Dengan menggunakan
motornya. Aku hanya menggunakan celana training hitam dan kaos abu-abu yang
pastinya cukup besar agar tak menampakan lekuk tubuhku.
“Bang, Es kelapanya satu ya. Pake gula
merah bang” ujarku. Lalu aku beralih ke tukang Mi asin yang ada di sebrang tukang
bubur.
“Bu, Beli mi asinnya satu ya bu gak
pake kacang yaa..”pesanku. aku berniat ingin berbalik menuju tukang bubur,
namun saat berbalik wajahku tepat membentur sesuatu.
“Aduh! Sshhh…! Lirihku. ‘apasih ini, makin pesek dah idung gua’
“Aduh maaf, maaf ya” ujar seseorang
yang ternyata laki-laki. Aku mengangkat pandangan ku, dan ternyata itu adalah
galang.
“Ah… iya gak papa. Gua juga minta maaf
udah nabrak elo.” Ujarku. Dan galang pun hanya mengangguk. Lalu berlalu dari
hadapanku.
Aku memakan mi asin bangku alun-alun.
Melihat berbagai macam orang dengan berbagai macam kegiatan membuat ku sedikit
relax. Aku tersenyum melihat banyak keluarga bahagia yang membawa anak-anaknya
berjalan mengelilingi alun alun. Ada juga pasangan dan muda mudi yang bermain sepeda
atau sketboard. Tiba-tiba aku tteringat dengan pertemuanku dengan galang tadi.
“Hmm…” aku menghembuskan nafas. “Tadi
aja dia gak ada respon apapun sama gua, padahal kita berdua udah kenalan. Yang
kayak gitu mau di comblangin? Nggak deh!” cicitku lalu menyuap mi ke dalam
mulutku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!