Hai readers,
Author kembali dengan cerita terbaru tentang POLIGAMI. Gara gara ikutan lomba Berbagi Cinta.
***Sudut pandang Thor adalah menolak poligami ya!! ***
Jadi jangan salahkan Thor kalau kalian nanti gemas dan kesal dengan cerita ini, tapi tenang THOR PENCINTA HAPPY ENDING...
Jangan lupa untuk like, gift dan Vote ya. Kalau bisa sih sekalian di share kan supaya ceritanya bisa di ketahui oleh yang lain.
Like, vote dan gift kalian membuat aku jadi semangat update. Happy reading!!
***
Saat ini, Alesya Wijaya sedang di kantor bersama Gani Wibisana, asisten kepercayaannya yang sudah bersama dia dari dirinya tidak punya apa apa sampai sekarang ini. Gani ini adalah suami dari sepupu dekatnya, Melva Adiputra. Selain Gani ini asistennya, ia juga masih terikat hubungan saudara dengan Ale, gara gara istrinya.
“Gimana hasil investigasi kamu?” tanya Alesya sambil memjit pangkal keningnya dimana pusingnya bersumber.
“Kamu yakin ingin melihat?”tanya Gani hati hati, ia melihat bos sekaligus sahabatnya ini berwajah pucat seakan ada banyak hal yang ia pikirkan.
“Aku ini istrinya, tentu merasakan hal yang tidak beres saat suamiku tidak pulang selama 2 bulan dengan alasan klise, memajukan AleRa di Batam. Emang dia gak kangen sama anaknya? Di video call anaknya gak pernah mau, hanya mau telepon biasa aja. Emang aku orang bodoh?” sergah Ale bertubi tubi, salahnya! Ia gak boleh menumpahkan tinta ke sahabatnya, Gani hanya bertanya saja.
Gani mendesah resah. Ia sudah melihat video yang didapatnya melalui seorang detektif handal, entah gimana sang detektif bisa mendapatkan video percintaan panas antara Raymond Izaac, suami Ale dengan seorang gadis cantik nan seksi yang bernama Laura Elevosa, 21 th, istri muda dari Raymond Izaac yang baru 2 bulan ini dinikahinya secara siri.
“Le, aku hanya ingin menjaga
perasaan kamu. Kamu sadar gak kalau wajah kamu itu pucat. Kamu lagi tidak baik baik saja. Dan aku tidak mau dengan melihat kejadian di video itu kamu malah jatuh sakit dan kamu tidak bisa jagain Alex. Ingat!! Kalau kamu kenapa kenapa, yang senang mereka!” sahut Gani dengan nada bijaksana.
Ale berpikir, benar juga yang dikatakan oleh sahabatnya itu, kalau sampai dia kenapa kenapa, yang akan bersukacita atas kematiannya adalah Rara dan yang paling menyedihkan adalah dirinya.
“Untungnya semua asset itu adalah atas nama aku dan Alex. Untung aku tidak pernah berlaku bodoh dengan memberikan laki laki itu sedikitpun nama di semua harta yang kami miliki.” Kata Ale dengan kesal.
“Istirahatlah! Kalau perlu ke dokter dan minumlah vitamin.” Perintah sohibnya itu dengan nada tegas.
“Ijinkanlah aku melihat video itu, Gan!”
“Tidak akan!”
“Berarti kontennya sangat vulgar dan menyakitkan.” Kata Ale dengan lirih, dia bisa menebak karena sohibnya itu mati matian tidak mengijinkan dirinya melihat barang sedikitpun bukti yang sudah ada di tanga Gani. Pertanda video itu sangat panas dan menyakitkan perasaannya dan sahabatnya itu sedang menjaga hatinya.
Air mata tidak bisa berhenti
dari mata Ale, padahal ia belum melihat apa apa, sontak membuat Gani cemas melihatnya. Dada Ale sangat sesak dengan penghianatan yang dilakukan oleh suaminya itu. Ia tidak menduga kalau suami yang kelihatan mencintainya dan mencintai anak mereka bisa melakukan hal yang sehina itu. Ia berkhianat dan menikahi wanita yang jauh lebih muda dari dirinya, bayangkan usianya baru 21 th. Dia tidak ingat kalau mereka sama sama berjuang dengan warisan yang dimiliki Ale untuk mengembangkan usaha tours travel yang dulunya kecil sampai mereka bisa memiliki hotel dan resort, gara gara kegigihan Ale yang suka berinvestasi.
“Le, jangan salahkan dirimu. Ini kesalahan Ray.” Kata Gani dengan keras, ia meremas ujung jasnya sendiri karena kesal dan marah dengan Ray yang sudah menodai kepercayaan istrinya itu.
“ Apa alasannya?” tanya Ale
dengan lemah, kepalanya yang pening mendadak semakin sakit. Kepalanya serasa berputar padahal ia masih duduk manis di kursi kebesarannya.
“Di jebak! Aku yakin Rara itu bukan wanita baik baik.” Katanya tanpa berpanjang deskripsi, ia rasa Ale wanita cerdas ia tahu kalau Ale pasti bisa menggambarkan tanpa ia harus menjelaskan secara detil.
Ale memegang kepalanya yang
serasa ingin pecah, matanya juga membengkak paska ia menangis tadi, Gani melihatnya semakin cemas.
“Ale? Kamu baik baik saja?”
“Tidak! Aku tidak baik baik saja! Panggilkan aku dokter Sava, sekarang! Kayaknya vertigo ku kumat. Aku ingin muntah.” Katanya sambil beranjak ke kamar mandi. Tapi karena tubuhnya yang lemah ia hampir terjatuh kalau tidak ditopang oleh Gani, Ale tidak bisa menahan rasa mualnya yang membuncah, sehingga ia memuntahkannya langsung di depan kamar mandi.
“Maaf.. maaf.. “ kata Ale sambil memegang kepalanya yang semakin berputar.
“Tidak apa, Le! Ini bisa dibersihkan oleh anak OB! Kamu kenapa? Kita langsung ke rumah sakit, ke tempat dokter Sava saja, Le!” perintah asistennya itu sambil menggendong tubuh ringkih Ale yang seakan semakin ringan karena diterpa masalah besar di pernikahannya.
“Ibu kenapa pak Gani?” tanya Suci sang sekretaris bos.
“Dia sakit kayaknya, CI! Kamu ikut saya, telepon supir dan juga dokter Sava di rumah sakit Pelita!” kata Gani sambil menggendong tubuh lemah bosnya.
“Telpon Melva juga agar dia segera ke rumah sakit Pelita, Biar dia yang akan jaga si bos disana. Nanti kamu sama supir harus jemput Alexander di toodler. Aku akan urus meeting penting siang ini.” Kata Gani dengan cepat.
“Kita ga usah kasih tahu pak Ray, pak?” tanya Suci lagi, ia tidak ingin kesalahan dalam menentukan sikap. Karena Ray adalah suami bosnya.
“Gak usah dulu. Mungkin dia
cuman kecapean. Ntar takutnya kita malah bikin heboh dan ibu bos gak suka bikin kehebohan kan?” kata Gani sambil memasukan tubuh Ale di pangkuan Suci, sedang dia duduk di depan bersama supir pribadi Alesya, pak Tono.
“Rumah sakit Pelita! “ perintah Gani.
“Siap pak! Ibu pingsan?” tanya Tono sambil melirik ke belakang, setahunya tadi bosnya baik baik saja.
“Iya, kecapean mungkin tadi sempat muntah muntah, eh Ci kamu tolong bilang OB untuk bersihkan bekas muntahan ibu bos yang di ruangannya tadi.” Kata Gani lagi. Emang Gani lebih banyak mengurus bisnis AleRa, seperti ketemu klien dan lainnya, kalau urusan dalam negri seperti surat menyurat, pantauan email dan semua yang berkaitan dengan kantor yang mengurus adalah Suci.
“Baik pak!” kata Suci dengan patuh. Pak Gani dan Pak Ray itu kedudukan nya sejajar. Jadi kedudukan tertinggi tetap ada di tangan Alesya. Oleh karena itu Suci patuh dengan Gani juga karena ia juga masih termasuk jajaran bosnya.
Sesampainya mobil Ale ke rumah sakit Pelita, ia segera disambut dengan brankar karena Suci sudah menginfokan kepada dokter Sava tentang kondisi darurat yang dialami oleh bosnya itu.
***
“Hamil? Aku hamil?” tanya Ale saat dr Sava ,menceritakan penyakitnya.
“Yup! Udah 11 minggu, emang kamu gak ngerasa?” tanya dr Savannah, dokter pribadinya. Dr Sava saat ini bersama dengan seorang dokter wanita paruh baya yang bernama dr. Ningsih, dan dokter inilah yang membantu Alesya melahirkan Alexander.
Tok tok tok..
“Permisi ..” Melva masuk ke dalam ruang perawatan Alesya, sepupu sekaligus sahabat dekatnya.
“Ah, masuklah Va.” Kata Ale mempersilahkan sepupunya masuk.
“Kamu sakit apa, eh maaf dok!” kata Melva saat melihat ada orang berjas putih dan mengalungkan snelli di lehernya.
“Gak sakit kok ibu Alesya, dia hanya kecapean saja. Itu akibat hormon kehamilannya sih!” jelas dr Sava dengan nada ramah, ia mengenali Melva sebagai orang dekatnya Alesya.
“Aduh, Le! Kamu bikin aku iri sama kamu deh.. sudah berapa minggu?” tanya Melva antusias.
“ 11 minggu…”
“ Hampir 3 bulan dong? Astaga Ale!”
Melva bersyukur kalau ditengah badai rumah tangga sepupunya, ada berkah kecil yang harus Ale jaga. Meski daddynya adalah ba**ngan tapi anak ini tidak berdosa. Dan bukankah anak adalah anugerah yang terindah? Sedangkan Melva dan Gani yang sudah setahun ini menikah aja belum dipercaya sama Tuhan untuk dititipin anugrah yang terindah itu.
.
.
.
TBC
Hai readers, i am back!! Jangan lupa untuk like, gift dan Vote ya. Kalau bisa sih sekalian di share kan supaya ceritanya bisa di ketahui oleh yang lain. BTW, makasih buat yang sudah like dan vote, yang kasih gift besar juga aku ucapin terima kasih ya. Berkat kalian aku ada disini. Aku seneng karena dukungan kalian, aku jadi semangat update. Happy reading!!
***
Keesokan harinya, Ale
kembali ke kantor. Ia memaksakan diri untuk kembali bekerja walau ia sedang
berbadan 2. Untung saja kali ini anaknya mau bekerja sama dengan dirinya.
Alesya sengaja tidak ingin
memberitahukan suaminya kalau dirinya sedang hamil anak kedua mereka. Ia
sebenarnya ingin melihat reaksi suaminya saat ia mengatakan kalau dirinya
sedang hamil. Apakah ia sesenang waktu dirinya hamil Alexander dulu?
“Kamu ngantor?” tanya Gani
dengan suara cemas, saat diberitahu oleh Suci sekretaris CEO, kalau Ale ngantor
dalam kondisi kemarin dia sakit dan harus masuk ke Rumah Sakit.
“Iya!” kata Ale dengan acuh.
“Hmm, kebetulan kamu datang
ke kantor sih sebenarnya.” Kata Gani lirih karena ia masih bingung apakah ia
harus mengatakan atau menyembunyikan dari sahabatnya sekaligus bosnya itu.
“Apa lagi? Ada masalah? Aku
tebak ini berkaitan dengan Ray?” tanya Ale dengan tatapan menyelidik.
“ Ehm.. aku..”
“Sudah.. ngomong saja..”
“Ada pengeluaran pribadi
yang cukup besar dari rekening kamu, Le!”
“Berapa jumlahnya?” Ale
memijit keningnya lagi. Dipikir suaminya itu apakah uang jatuh dari langit?
“5 miliar..totalnya” kata
Gani dengan nada takut takut, ia takut kalau sahabatnya ini jatuh pingsan
mendengar hal ini.
“Apa??!!” teriak Ale dengan
nada paling tinggi.
“Ehm sabar, Le! Aku dengar
dari Melva kalau kamu sedang hamil, awalnya aku tidak ingin menceritakan ini,
tapi aku perlu ijin dan tanda tangan kamu untuk memblokir pengeluaran
selanjutnya, karena bukan hanya itu saja….”
“Apa? Bukan hanya 5 miliar
saja?” tanya Ale dengan menjerit. Ia kesal dan sungguh kesal. Dadanya sesak,
nafasnya tersengal karena kesal.
“Huum, ehm…ada pengalihan
hak atas kepemilikan AleRa berpindah nama menjadi Rara tours and travel…”
“Apa?? Dia mengalihkan hak
milik atas AleRa untuk istri sirinya itu? Bagaimana bisa? Bukankah surat tanah
disana atas nama aku?” tanya Alesya sambil menenangkan hatinya yang sesak dan
perutnya yang mendadak kram.
“Tenang, Le! Kamu pucat
banget… tenangkan dulu perasaan kamu! Ingat kamu sedang berbadan dua.” Kata
Gani yang ikutan pucat melihat kondisi Alesya, ia takut kalau sampai Ale kenapa
kenapa ia tidak bisa memaafkan dirinya, mungkin istrinya juga bakalan menyate
dirinya kalau Ale dan bayinya kenapa kenapa.
“Aku gak apa apa..” kata Ale
setelah beberapa saat dirinya menenangkan hati serta pikirannya.
“Syukurlah..” kata Gani saat
melihat rona di wajah Ale, tanda ia sudah baik baik saja.
“Trus apalagi?” tanya Ale
sambil menghela nafasnya, agar ia tidak terpancing emosi.
“Sementara ini baru itu yang
terungkap.” Kata Gani sambil menyeka keringat di dahinya, saat melihat Alesya
pucat kayak tadi membuat hatinya hilang separuh, bahkan saat mendengar Ale
hamil lagi dengan ba**ngan itu sudah membuatnya kesal karena ia menganggap Ray
itu tidak tahu berterima kasih. Bayangkan kalau Ale sampai masuk ke rumah sakit
lagi, Melva bakalan menyuruhnya tidur di luar.
“Gan, boleh aku minta tolong
Melva untuk pergi bersama ku ke Batam?” tanya Ale dengan memejamkan mata. Ia
ingin menghadapi apapun yang harus ia hadapi sekarang. Seorang pengkhianat dan
Seorang pelakor adalah hama yang harus ia basmi. Baginya, seorang suami yang
setia tidak akan mengkhianati cinta dengan menikah lagi di belakang istri
sahnya. Kalau pun Ray ingin menikah lagi, maka keputusan mutlak dirinya adalah
bercerai! Karena ia tidak ingin di madu.
“Kamu sedang hamil, Le!”
Gani ingin memberi pengertian kepada Alesya dengan hati hati. Ia ingin
dirinyalah yang akan membereskan Ray, tapi tampaknya sahabatnya ini ingin
membasmi keduanya dengan tangannya sendiri.
“Tangan aku gatal ingin
menampar sang pelakor dan sang pengkhianat! “
“Jangan, Le! Aku gak mau
kalau kamu sampai kenapa kenapa. Ingat kamu sedang berbadan dua.” Peringat Gani
dengan nada lembut.
“Makanya aku ingin Melva
menemani aku. Gak usah takut, aku bahkan akan membawa pengawal. Oh ya tambahkan
pengawalan buat aku dan Alex! Ganti pengawal yang biasa dengan pengawal yang
sama sekali tidak mengenal Ray dan keluarganya.” Kata Alesya sambil memijit
keningnya yang kini berdenyut nyeri lagi.
“Kamu ingin makan apa pagi
ini? Kata mbok Yem, kamu belum makan apa apa. Eh kalau kamu ngidam apa apa,
bilang sama aku dan Melva ya, kami akan berusaha untuk memenuhi keinginan sang
jabang bayi. Tapi jangan lupa nanti kalau anak kamu lahir, dia bakal aku angkat
jadi anak angkat aku. Oke?” kata Gani dengan senyumnya yang lebar. Alesya
menatap sahabatnya yang mungkin sudah menginginkan seorang anak bersama dengan
Melva, maka ia hanya mengangguk sambil tersenyum lemah. Sedangkan wajah Gani
tampak berseri karena ia emang suka dengan anak kecil, bahkan Alex juga sering
dibawanya main, entah kenapa mereka tidak berusaha melalui jalan medis,
nantilah kalau urusannya selesaai ia akan membujuk mereka untuk melakukan
pemeriksaan medis.
“Oke nanti kalau anak aku
ini pingin apa apa, aku bakalan ngerepotin ayah dan ibu angkatnya.” Kata Ale
dengan senyum tulus, melihat sukacita tergambar di wajah calon ayah angkat
anaknya kelak itu.
“Le, aku akan mencari kuasa
hukum untuk mengurus masalah kamu dan Ray. Dia gak pernah hubungi kamu lagi?”
tanya Gani dengan suara sinis.
“Ehm kemarin ia tidak
telepon aku sama sekali. Biarlah! Aku akan menemuinya hari ini.”
“Konsul ke dokter kandungan
kamu dulu saja! Kita berangkat besok saja ya! Sembari aku juga mencari kuasa hukum untuk kamu bawa ke Batam. Aku juga
sudah gatal untuk mengambil kembali hak milik kamu. Aku dan Melva akan ikut
kesana.” Kata Gani dengan suara mantab, sambil membuka ponselnya untuk
menghubungin Melva, istrinya agar menyiapkan perjalanan mereka besok, serta
menyiapkan Alex untuk ikut mereka, Gani yakin Ale tidak akan meninggalkan Alex,
ia pasti membawa Alex, mbok Yem dan juga Suci untuk ikut bersama dengan mereka.
“Iya iya, sudah sana kamu
cari kuasa hukum dan pengawal yang baru buat kita berangkat besok.” Katanya
sambil mengibaskan tangan tanda ia mengusir keberadaan Gani yang masih bercokol
di kantornya. Gani hanya bisa nyengir melihat kelakuan sahabat baiknya ini.
Tapi ia menuruti kehendak Ale dan segera meninggalkan Ale yang sedang
menyibukan diri dengan email email yang masuk ke email kantornya itu.
Tiba tiba mata Ale tertumpu
pada sebuah flash disk yang tergeletak di sana. Ia tahu kalau ini pasti milik
Gani, asistennya.
Ia penasaran dengan apa yang
menjadi isi flashdisk ini, maka ia mencolok flash disk itu ke laptop yang
sedang ia pakai. Matanya menatap ke sebuah folder yang bertuliskan rahasia dan
mengekliknya.
Dan ia tidak menyesali saat
ia membuka folder itu, karena kini ia tahu kenyataan sebenarnya tentang apa
yang terjadi dengan pernikahan itu dengan suaminya yang bernama Raymond Izaac.
Air mata Alesya meluruh saat
ia melihat video Suami dan seorang gadis muda yang nampak cantik dan seksi,
yang katanya telah menjadi istri kedua suaminya. Video percintaan panas
suaminya dan istri keduanya, membuat hati Alesya membeku. Padahal dia dan
suaminya menikah karena saling cinta. Bahkan dari pernikahannya itu mereka
sudah memiliki Alexander Izaac yang berusia 3 tahun.
Sesak di dada Ale tidak
kunjung hilang, perutnya seperti kram dan membuatnya ingin pingsan. Beruntung
sekejap kemudian Gani masuk lagi ke dalam kantornya karena ia hendak
mengabarkan kepada Ale kalau ia sudah mendapatkan kuasa hukum yang terkenal
yang tidak pernah gagal memenangkan setiap kasus.
“Ale… apa yang terjadi? Ya
Tuhan, Aleee!!” suara Gani yang terakhir ini membuatnya harus menutup
telinganya karena Gani berteriak cukup keras sehingga telinganya seakan menjadi
tuli. Dia memejamkan matanya dan Gani telah merebut laptop yang memutar setiap
******* panas Ray dengan istri muda yang tak pernah ia restui sebagai madunya.
“Aku tidak apa apa, Gan!”
katanya dengan suara lemah. Karena teriakan Gani, Suci bahkan ikut masuk untuk
melihat kondisi bosnya, dan tanpa panjang kata ia langsung mengambilkan teh
manis hangat yang sudah ia sediakan dari tadi.
“Bohong!!! Aku sudah bilang
kalau kamu tidak usah melihat video sampah ini!!” kata Gani mengerang marah
sambil mencabut flash disk yang nangkring manis di laptop milik Ale.
Ale hanya mendesah, mungkin
matanya sudah seperti kadal karena membengkak pasca ia menangisi laki laki
ba**ngan yang sudah mengkhianatinya. Dadanya sesak, pikirannya kacau, dan
perutnya kencang. Teh manis hangat yang disodorkan Suci ia teguk perlahan
supaya ia tidak kehilangan kesadaran seperti yang sudah sudah.
Tubuhnya melayang, saat Gani
dengan lancang menaruhnya di kamar pribadi yang sering buat Alex, anak lelakinya beristirahat
kalau ikut mommynya ke kantor.
“Suci sudah mengabari dr
Ningsih untuk memeriksa kamu. Dan please, jangan membantah kami! Kami terlalu
sayang sama kamu dan anak yang ada di kandungan kamu.” Suara Gani bergetar
karena menahan amarah dan juga kaget pasca melihat sahabatnya seperti manusia
yang kekurangan darah saat ia masuk ruangan tadi.
.
.
.
TBC
Hai readers, i am back!! Jangan lupa untuk like, gift dan Vote ya. Kalau bisa sih sekalian di share kan supaya ceritanya bisa di ketahui oleh yang lain. BTW, makasih buat yang sudah like dan vote, yang kasih gift besar juga aku ucapin terima kasih ya. Berkat kalian aku ada disini. Aku seneng karena dukungan kalian, aku jadi semangat update. Happy reading!!
***
Setelah dr Ningsih selesai
memeriksa Ale dan pulang,Gani jadi tahu kalau sebenarnya Ale tidak kenapa
kenapa, bahkan dokter juga menyatakan kalau Ale bahkan boleh berpergian ke luar
kota, seperti ijinnya, karena kondisinya baik baik saja. Jadi kemungkinan Ale
kram karena shock saja.
“Kamu dengar sendiri kan,
Gan? Aku itu gak apa apa! Aku harus mengambil apa yang harusnya menjadi hak aku
dan anak anakku.” Kata Ale dengan nada geram, perutnya kencang lagi, mungkin
sang anak masih membela daddynya.
“Tidak bisa!! Aku tetep
melarang kamu untuk menemui mereka. Please, ingatlah akan anak kamu yang ada di
dalam kandungan kamu. Dan aku lebih prefer kamu kasih aku surat kuasa untuk
pemblokiran akun rekening bersama yang kalian miliki sehingga tikus itu tidak
lagi bisa menggerogoti harta kamu.” Katanya sambil memegang bahu sahabatnya
itu. Ia tidak mau mengambil resiko, kalau sampai Alesya menghampiri mereka.
“Haiz, lalu ada keperluan
apa kamu tadi ingin menemui aku.” Kata Ale menyerah dengan keinginan sahabatnya.
Hal ini membuat Gani senenag karena sahabatnya itu mau menuruti keinginan baik
dari dirinya.
“Aduh aku lupa, kalau aku
sudah membuat janji dengan pengacara terkenal yang mau menjadi pengacara kita,
yah sebagai nara sumber dan pembela kita kalau ada masalah. Kita kan buta
masalah seperti ini. Jadi kita berkonsultasi kepada pengacara ini.” Kata Gani
menjelaskan.
“Siapa orangnya?” tanya Ale
tak bersemangat. Gani sadar kalau Ale masih cinta banget sama Ray, kejadian
pengkhianatan itu tidak membuat Ale langsung luntur cintanya kan? Dia cuman
sangat kecewa, kenapa orang yang ia beri kepercayaan macam Ray, orang yang ia
gantungi pengharapan, malah mengkhianati dirinya. Dia gak habis pikir, apakah
salah dan dosanya kepada Ray, sampai Ray mengkhianati dirinya.
Kalau ia percaya dengan suaminya emang salah? Bukannya kalau istri
percaya dengan suaminya itu malah sudah seharusnya ya? Inilah kenapa Alesya
sangat kecewa dengan suaminya.
“Namanya adalah Zaki Elsakha
Hakim, S.H., M.Psi. Biasa dipanggil dengan pak Zaki. Dia sering memenangkan
setiap kasus yang di pegangnya, dia juga orang yang bersih dan jauh dari kasus
suap.” Kata Gani sambil menyerahkan portofolio yang dimasukkan olehnya di
amplop coklat yang gede, sehingga sahabatnya itu bisa segera membaca file yang
sudah ia kumpulkan tadi.
“Zaki? Namanya familiar
deh!” katanya sambil mengambil amplop yang tergeletak di meja kebesarannya.
“By the way kamu belum kasih
tahu Ray kalau kamu hamil anaknya?” tanya Gani dengan pandangan kesal.
“Belum, aku juga gak akan
beritahu dia sekarang.” Kata Ale dengan tatapan terluka, anaknya yang kedua itu
bisa dipastikan kalau tidak akan bisa bersama dengan daddynya. Ale terluka,
karena pengkhianatan.
Ale cukup terkejut dengan
portofolio Zaki yang diperkenalkan oleh Gani. Ini adalah orang yang pernah ada
di dalam masa lalunya.
“Gan, aku kenal orang ini..
dia..”
Tok tok tok..
Suci masuk dan mengintip di
depan ruangan kantor Alesya serta berkata kepada Ale dan Gani.
“Permisi bu, ada bapak Zaki
yang meminta bertemu dengan ibu dan bapak Gani.” Gani dan Ale berpandangan
sebentar dan mempersilahkan Suci untuk mengajak tamunya untuk masuk ke dalam
ruangan itu.
“ Silahkan pak Zaki, “ kata
Suci mempersilahkan seorang laki laki tampan, dengan tinggi 188cm, dan
berperawakan sangat gagah. Kemeja hitam, celana hitam dan jas blue navy
membentuk tubuhnya yang tinggi dan atletis. Bau parfumnya pun perpaduan antara
musk dan mint. Ale tertegun menatap wajah tampan itu.
“Long time no see, Sa!” kata
Zaki dengan suara lembut.
“Zaki? Its that you?” tanya
Ale dengan mata berkaca kaca.
“Huum, I am!” sahut Zaki
lagi. Zaki sudah membaca kasus yang menyangkut Ale yang di sampaikan oleh Gani
kepada dirinya.
“Wow!! Its kind of surprise!
Kapan pulang dari Amerika? “katanya dengan ramah, namun wajahnya masih sayu
pengaruh kehamilannya. Tentunya itu tidak mengurangi kecantikannya, karena Ale
emang cantik dan anggun walau tanpa make up.
“Ehm.. maaf ya, ini masih
ada orang lain di tempat ini. Reunian di lain waktu? Sekarang bahas kerja
dulu!’ kata Gani dengan wajah kesal, karena mereka berdua, Zaki dan Alesya
seakan berada di dalam ruangan sendirian, ga ada Suci dan dirinya.
“Oh sorry pak Gani! Sudah
lama tak bertemu dengan Sasya membuat saya sedikit lupa diri.” Kata Zaki dengan
salah tingkah.
“Oke kita bahas dulu
kesediaan pak Zaki untuk menjadi kuasa hukum bagi nyonya Alesya. Jadi apakah
bapak bersedia?” tanya Gani dengan formal. Gani selalu begitu, ia bisa
memisahkan antara pekerjaan dan pribadi.
“Kedatangan saya kesini
sebenarnya yang pertama ingin memastikan bahwa klien yang akan saya ampu adalah
Sasya, dan tentu saja saya mau menjadi kuasa hukum mewakili Sasya. Ada
beberapa hal dan bukti yang perlu saya minta berkaitan dengan harta bersama
yang anda labeli, yang katanya sekarang dipindah alihkan namanya menjadi nona
Laura Elevosa.” Jelas Zaki dengan nada formal juga. Tapi tatapannya hanya
mengarah kepada Alesya yang sedari tadi hanya diam dan seakan pikirannya tidak
ada disini.
“Bukti dan berkas
kelengkapan akan saya berikan kepada anda setelah kita menandatangani surat kesepakatan
untuk menyewa pengacara sekondang anda.” Kata Gani dengan nada sedikit sarkas,
entah kenapa perasaannya sedikit kesal dengan tatapan Zaki kepada Ale yang
sedikit tendensius. Gani hanya tidak mau kalau sampai ada berita miring tentang
sahabatnya itu.
“Oke saya tidak masalah,
saya juga akan survey ke Batam dan melaporkan kejadian itu disana, karena yang
ingin disengketakan adalah AleRa Batam kan?” tegas Zaki dengan nada tegas.
“Hmm, jadi kita perlu
kesana?” kata Ale sambil memijit pangkal keningnya, yang tiba tiba berdenyut
nyeri.
“Saya yang perlu kesana,
karena saya yang mewakili kamu disana.” Kata Zaki sambil menunjuk dadanya.
Wajah pucat Ale membuat Gani
khawatir. Ia jelas tahu apa yang menjadi perasaan sahabatnya itu.
“Kamu kan gak perlu ikutan,
Le! Cukup kuasa hukum kamu saja yang mengurus segalanya.” Kata Gani sambil
menyodorkan air minum beserta vitamin
yang harus diminum oleh Ale, tadinya itu diambilkan oleh Suci tapi karena Suci
terhalang oleh Gani jadi ia menyuruh Gani yang menyerahkan sama Ale.
“Hmm..” Ale hanya berdehem
saja, karena ia sedang berkonsentrasi meminum obat dan juga vitaminnya. Semua
pergerakannya di awasi oleh Zaki yang menatap dengan penuh minat.
“Jangan ngeyel!’ kata Gani
yang tahu arti tatapan Alesya yang penuh harapan.
“Maaf, emang kenapa kalau
Sasya ikutan ke Batam? Takut emosi gitu ya?” tanya Zaki yang tidak megerti akan
ke overprotektifan dari pak Gani ini.
“Dia sedang hamil muda, jadi
dia tidak boleh pergi kemana mana!” kata Gani menegaskan, tapi itu membuat Zaki
melotot tidak percaya.
“Hamil?” kata Zaki dengan
sedikit tertekan.
.
.
.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!