NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Sang Penari

Awal Kisah

"Hah...hah...hah...Aku harus berlari cepat!" Gumam Monday dengan napas tersengal-sengal.

Anak remaja itu jalan terseok-seok setelah lelah berlari dari kejaran Satpol PP. Ia tak ingin dirinya tertangkap petugas Satpol PP lagi. Cukup kemarin saja jangan hari ini. 

Hari ini sangat melelahkan baginya. Namun hari berat itu harus Ia lalui dengan tersenyum. Demi penonton yang menikmati tariannya di panggung kecil miliknya.

Dia tak ingin mengemis, namun dia harus mendapatkan uang lewat tarian kecilnya di bawah rambu lalu lintas.

Namanya Monday , berumur 16 tahun seorang yatim piatu, tak punya sanak saudara lainnya. Tinggal sebatang kara di rumah kecil peninggalan orang tuanya. 

Mendiang Ibunya dulu adalah guru tari dan kemampuan bakat tarinya menurun kepada Monday. 

Monday menguasai beberapa gerakan tarian tradisional dan berharap suatu saat nanti dia dapat sukses lewat tariannya itu dan membawa nama Indonesia harum.

Minatnya pada sebuah seni tak terbatas, selain Tari, dia juga dapat memainkan piano, biola , melukis dan bahkan menyanyi.

Setahun yang lalu Monday masih merasakan nikmatnya hidup dan makan-makanan bergizi. Juga masih merasakan nikmatnya bermain dengan anak seusianya tanpa harus memikirkan penghasilan yang didapat setiap harinya.

Monday anak yang cerdas, sehingga dia bisa sekolah dengan bantuan  beasiswa. Namun untuk kebutuhan lain, ia mengandalkan nasibnya. Terkadang harus berpuasa bahkan hanya makan nasi dengan kecap.

Sore harinya,  alam tak mendukung. Mendung gelap sudah menampakkan wujudnya. Gemuruh petir mulai meneriakkan suaranya. Namun hujan perlahan turun rintik - rintik, seakan menyuruh Monday untuk berlari cepat menuju tempat teduhnya.

Dalam perjalanan pulangnya Monday merasa ada yang membuntutinya. Tapi saat mengengok ke belakang, tak ada siapapun yang mencurigakan. Alih-alih takut jika itu penjahat atau pencopet, ia laku mempercepat langkahnya menuju ruko terdekat.

Monday berteduh diteras ruko milik sebuah toko perhiasan. Didekatnya ada beberapa orang yang juga ikut berteduh. Hujan masih gerimis, mengundang pejalan kaki untuk menghentikan  langkahnya dan segera berteduh. Beberapa diantaranya berhenti sekejap sambil mengeluarkan jas hujan dibalik jok motor nya.

Terlihat dari kejauhan seorang wanita berparas Londo bersama anaknya, berlari-lari kecil hendak berteduh di tempat yang sama dengan Monday.

 Sesampainya disana, wanita barat itu tersenyum sambil mengelap air yang membasahi sedikit mukanya. Anak kecil itu pun tersenyum dan bertanya pada Monday.

"Hallo, My name is Toddy , what is your name? "

tanya anak kecil itu memakai bahasa Inggris.

"Hallo Toddy, nice to meet you, My name is Monday." jawab Monday dengan senang. Ini pertama kalinya dia berbahasa asing dengan orang barat.

"Mommy mommy, what day is it." tanya anak kecil kepada ibunya

"Today is Monday, what wrong?" tanya ibunya kepadanya.

"Mommy my name should be 'Today' not 'toddy', because her name is Monday, hahaha." Anak itu berbicara pada ibunya seraya menunjuk Monday. Mereka bertiga pun tertawa. Memecahkan suara riuhnya hujan

Hujan semakin deras, sepertinya mereka akan lama berteduh.

"Hai Monday, saya Elisabeth panggil saja Elis. Saya berasal dari Belanda, namun sudah 3 tahun tinggal di Indonesia. Kamu terlihat pintar dan ramah. Salam kenal ya," sahut Elis yang juga ramah.

"Senang bertemu dengan Anda Nyonya Elis , terimakasih atas pujiannya. Tapi bukankah kita harus bersikap ramah terhadap semua orang?" jawab Monday

"That right, oh hujan semakin lebat. Mobil saya mogok, dan saya sangat lelah. Saya melihat tidak ada angkutan lain lewat disini. Apakah kamu bisa membantu Saya?" pinta Elis meminta bantuan.

"Oh, tentu bisa, sekarang ada aplikasi ojek online. Anda bisa menghubungi mereka lewat aplikasi itu, apakah anda memilikinya?" tanya Monday.

"Saya tidak punya, bagaimana caranya? kamu bisa mengajari Saya?" tanya Elisabeth yang sedang kesusahan.

Monday segera membantunya. Dia hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk mengajari Elis. Lima menit kemudian ojek online siap mengantar mereka ke tempat tujuan.

"Oh ya jika butuh bantuan Saya, Kamu bisa menghubungi Saya kapan saja, ini kartu nama Saya.  Saya juga memiliki gallery lukisan, datanglah kesana untuk melihat-lihat , ok bye Monday, thank you."

Monday merasa senang mendapatkan teman baru.  Gallery lukisan. Mendengarnya saja sudah membuat Monday senang.

"Happy Monday, Monday." teriaknya bersemangat.

Musim penghujan datang. Monday tak dapat menari saat hujan, bisa saja dia menari dibawah hujan yang lebat, namun apa daya tubuhnya tetaplah manusia, yang rentan penyakit.

Sesampai dirumahnya  yang kecil. Monday masuk dalam kegelapan. Listrik padam bukan karena pemadaman dari pusat, namun karena ia belum dapat membayar listrik. Malam ini akan menjadi malam temaram di temani lilin kecil yang ukurannya sudah tak utuh.

Monday segera membersihkan diri. Mandi dengan air secukupnya. Kali ini ia menghemat sabun mandinya untuk esok pagi, biarlah malam ini tak memakai sabun.

Lilin hampir padam. Cepat-cepat Monday segera  memakai pakaian dan bergegas makan malam. Lagi-lagi dia hanya mampu membeli nasi rames di warung kucing depan gang. Memang porsinya tak banyak, tapi sedikit mengenyangkan.

"Alhamdulillah." ucapnya yang masih mengucap syukur.

Setelah membuang bungkus nasi itu dia pun mencuci tangan dan mulut. Monday selalu menjaga kebersihan tubuh. Meskipun hanya dengan air saja.

Saat akan memasukan buku ke dalam tas yang akan dibawa untuk pelajaran esok nya. Lilin terakhir yang Ia punya padam seketika. Gelap gulita menyala di tengah sunyinya malam.

Monday menangis meratapi nasibnya. Membayangkan hari saat dimana dia memiliki segalanya. Dia teringat dua tahun yang lalu. Saat dimana perusahaan Ayahnya bangkrut. Rumah mewah yang disita oleh bank, mobil mewah dan perabotan lainnya yang harus dijual untuk gaji karyawan. Sisa uang yang ada saat itu hanya cukup untuk membeli rumah sederhana yang kecil.

Mereka jatuh miskin seketika seperti membalikkan telapak tangan. Sangat cepat seperti mimpi.

Setahun setelah kebangkrutannya, kedua orang tua nya meninggal. Pertama Ayahnya meninggal  karena komplikasi stroke dan jantung. Beberapa hari kemudian disusul ibunya yang meninggal karena kecelakaan Bus.

Tinggallah Monday sendirian yang harus merasakan kejamnya hidup di Ibu Kota. Orang tuanya tak pernah menceritakan tentang dimana Paman, Tante, Kakek dan Nenek atau saudaranya yg lain tinggal. Yang ia tahu hanyalah tetangga sekitar dan alamat rumah mantan pembantunya dulu.

Dia sendirian  harus bangkit dari keterpurukan. Tak boleh sakit, tak boleh mengeluh. Namun Monday juga manusia yang bisa merasakan sakit dan sedih.

Masih dalam suasana kesedihan. Monday berhenti meratapi nasibnya. Dia segera pergi kedepan mengunci pintu. Tak berapa lama ada seseorang yang mengetuk pintu.

Siapakah yang datang, saat Monday tak lagi memiliki cahaya didalam rumahnya. Batinnya pun bertanya-tanya.

Kuli Panggul

Masih dalam suasana kesedihan. Monday berhenti meratapi nasibnya. Dia segera pergi kedepan mengunci pintu. Tak berapa lama ada seseorang yang mengetuk pintu.

Gadis itu membuka pintu. Rumahnya terlihat gelap. Namun teras rumahnya mendapatkan sedikit sinar dari lampu jalan. Yang datang adalah Ibu RT setempat.

"Selamat malam Ibu RT. Ada apa ya, maaf saya tidak mempersilahkan masuk. Di dalam sangat gelap dan saya kehabisan lilin." Kata Monday.

Melihat keadaan Monday tambah yakinlah Ibu RT untuk membantu Monday. Dia pun menawarkan Monday sebuah pekerjaan.

"Mon , Ibu dengar kamu pandai menari, menyanyi dan bermain musik. Besok Lusa ada pesta pernikahan anak ibu. Namun penyanyi yang akan Ibu sewa mengalami kecelakaan. Nah Ibu minta tolong apakah kamu bisa mengisi acara pesta di tempat Ibu, untuk menyanyi, memainkan musik dan sekaligus menari tradisional." tawar Ibu RT kala itu.

Mendengarnya membuat jantung Monday berdegup kencang. Sebuah jalan menuju pintu rejeki.

"Wah saya sangat berterimakasih karena Ibu RT telah mempercayakanya kepada saya. Saya akan menerima pekerjaan itu, dan akan  berusaha melakukannya dengan baik." Monday tampak senang.

Untuk pembicaraan lebih lanjut, Ibu RT menyuruh Monday datang esok hari sepulang sekolah. Gadis itu menyetujuinya, kemudian Ibu RT pulang dan berlalu dari hadapan Monday.

Monday merasa malam ini Allah mendengar doanya. Dia segera masuk rumah, lalu menutup dan mengunci  pintu dan jendela.

Ia bergegas tidur di atas kasur kapuk yang sudah usang.

******

Ke Esokan nya

Pukul 03.00 dini hari

Langit masih menghitam, matahari pun belum menampakkan dirinya. Kabut masih menyelimuti dinginnya pagi. Ayam pun masih terlelap tidur.

Namun yang dilakukan remaja 16 tahun ini adalah  berada di pasar untuk bekerja menjadi kuli panggul. Kuli panggul yang biasanya dikerjakan oleh seorang Pria juga disanggupi  oleh Monday.

Monday cukup kuat, bahkan sangat kuat. Meski badannya masih kecil, namun dia mampu. Kuncinya hanyalah sebuah ambisi. Ambisi untuk bertahan hidup.

Dia memasang mata, mengamati setiap pembeli dan mencari seseorang yang membutuhkan bantuannya. Saat ada yang memanggil, dia segera berlari kecil. Dia tak ingin mengecewakan pelanggannya jika harus menunggu lama.

Kali ini dia membawakan belanjaan pelanggan tetapnya, Ibu Berto . Ibu Berto yang berpawakan gendut dan susah jalan selalu memanggil Monday dengan sebutan "Monmon".

Meskipun wajahnya terlihat angkuh dan penampilannya seperti Ibu pejabat. Tetapi Ibu Berto sangat baik.

Ditangan kanan Monday sudah terdapat tiga plastik sayur ,kentang, wortel dan buah jeruk, sebelah kiri nya ada beberapa kilogram gula pasir, tepung, minyak, belum lagi yang dia bawa di bagian pundak kanannya 1 dos mie instan.

"Monmon, ini semua taruh di bagasi Saya ya. Setelah itu ambilkan lagi 5 kilogram telur di toko itu," perintah ibu Berto sambil menunjuk tempat tokonya.

"Saya tunggu disini," Ibu Berto kembali menimpali.

Segera setelah Monday meletakkan semua belanjaannya, Dia bergegas ke toko sembako seberang. Monday berlari agar pelanggannya tidak menunggu lama. Tetapi saat dia membawakan telur, tentu saja Monday harus berjalan pelan.

Tak lama Monday pun kembali dengan cepat.

semua barang belanjaan aman. Tak satupun ada yang pecah atau rusak. Hasil kerja Monday sangat memuaskan Ibu Berto. Ibu Berto pun tak segan memberikan tips tambahan.

"50 ribu? Ibu ini kebanyakan, jasa saya cuma 15rb saja kok Bu" Sahut Monday dengan jujur.

Ibu Berto malah merasa kasihan. Dia mengambil uang 50 ribu yang tadi,  lalu memberikan Monday uang 100 ribu.

"Monday tolong terima dan hargai pemberian Saya ini ya. Uang ini bisa Kamu pergunakan untuk sekolah Kamu. Ditabung ya sayang." Dengan ikhlas ibu Berto memberikannya.

"Baiklah. Terimakasih Ibu, sekali lagi terimakasih. Alhamdulillah," ucap Monday bersyukur.

Monday lalu mencari pelanggan baru. Matanya selalu mengawasi kesana kemari. Ada yang memanggilnya lagi. Seorang Ibu muda sepertinya, wajahnya masih terlihat sangat muda. Ibu itu mengenakan hijab dan terlihat anggun. Tak banyak yang Monday bawa, hanya 2 plastik besar berisi baju daster dan baju bayi.

Tak terasa sudah 3 jam berlalu. Monday harus ke sekolah. Pagi ini dia mendapatkan 3 pelanggan baru dan 4 pelanggan tetap. Cukup banyak penghasilannya, dia akan pergunakan untuk biaya listrik, makan dan transportasi ke sekolah.

Monday girang, Dia menghitung uang jasa dan bonus yang diberikan kepadanya di awang-awang kepala. Sekitar 240 ribuan yang dia terima. Dia terus tersenyum-senyum sendirian. Dia tak tahu kalau tingkahnya sedang di perhatikan oleh segerombolan preman.

Saat perjalanan pulang ke rumah. Beberapa preman pasar menghadangnya.

"Heh bocah kecil. Laku juga Lo ya.. Bagi duit. atau kalau gak lo bakal tahu akibatnya!"

Ancam seorang pemuda preman yang berwajah bengis, memakai rompi jeans berwarna biru muda, berkulit hitam dan banyak sayatan di muka dan badannya.

Dua pemuda lainnya berwajah lebih muda, berkulit sawo matang dan tak banyak luka, namun berpakaian kaos lusuh dan serba hitam.

Monday segera memberikan beberapa uang dikantong bajunya hanya ada 40 ribu rupiah.

Preman tadi tak percaya, karena sedari tadi mereka juga  mengamati kalau Monday paling banyak mendapatkan pelanggan pagi ini.

Merasa dibohongi preman yang satunya pun merogoh kantong celana Monday. Monday teriak dan segera menjauh.

"Jangan kurang ajar sama perempuan ya Bang!" cetus Monday dengan tegas. Si preman yang merogoh tadi berkata kosong dengan bos nya

"Itu memang penghasilanku hari ini. Karena mereka hanya membayarku 5 ribu. Kalau tak mau ya sudah, kembalikan. aku juga butuh makan!" timpal Monday meminta uang nya kembali.

"Kasian banget sih Lo, ni gue balikin 10 ribu lain kali naikkin tarif lo!" si preman hanya mengembalikan sedikit kepada Monday.

"Hey dasar preman! Kembalikan uang gadis itu!" ucap seorang pemuda baik.

"Hoho ada yang mau jadi pahlawan rupanya." kata seorang preman yang berwajah bengis.

"Sini lawan kita dulu haha," tantang preman yang berwajah lebih muda.

Si preman mendekat lalu memulai memukul pemuda baik. Si pemuda baik ini mengelak lalu menarik tangannya kebelakang dan memutarnya keatas. Si preman mengerang kesakitan. Si pemuda pun menendang preman itu hingga jatuh terjungkal.

Si preman yang berwajah bengis kembali menantang. Dia mengambil golok yang terselip di belakang celananya. 

Dengan banyak gaya dia mengibas-ngibaskan golok itu ke kanan dan kekiri lalu memutar-mutarkan golok itu dengan wajah menyeramkan dan mata yang melotot.

Si pemuda ini hanya tersenyum kecil. Tak banyak gaya dia pun langsung meninju muka si preman. 

Si preman bengis kesakitan, hidungnya berdarah. Si preman marah, kali ini dia tidak bermain-main lagi. Dia langsung menusukkan goloknya ke arah pemuda baik. Dengan sekali tendangan golok itu terlepas dari genggaman si preman.

Preman pasar itu pun mengembalikan semua uang yang diambil dari Monday kemudian berlalu dan pergi meninggalkan Monday.

Si pemuda baik ini pun menyerahkan uang Monday. Tanpa banyak bicara pemuda ini pergi dengan senyum.

"Siapa dia? Aku tak sempat berterimakasih dan menanyakan namanya." ucap Monday dalam hati.

Dia teringat harus kesekolah. Dia pun segera berlari mengejar waktu yang sudah ketinggalan.

"Sudah jam setengah 7 , Aku harus cepat pulang dan mandi , lalu naik bis kota. Oh tidak akan lama jika menunggu bis. Atau aku harus naik ojek di pangkalan dekat rumah" sahut Monday dalam hati

Sesampainya dirumah, Monday segera mandi . kali ini dengan memakai sabun. Saat mandi Monday tertawa kecil ,dia mengingat kejadian preman tadi, untung ada seorang pemuda baik yang menolongnya.

Tak hanya itu, jikapun preman itu berhasil mengambil semua uangnya, Monday masih tetap punya uang, karena Dia menyembunyikan uang penghasilannya yang lain di dalam sepatunya.

Monday terus kepikiran pemuda baik itu. "Sepertinya dia pemalu," ucap Monday dalam hati.

"Semoga besok bisa bertemu dengan pemuda ini. Ah Aku juga harus membeli keperluan bulanan. Pulang sekolah nanti Aku mampir ke supermarket dulu, setelah itu baru kerumah Ibu RT untuk membicarakan pekerjaan lusa nanti. Terimakasih Tuhan semoga ini menjadi awal kesuksesan Ku." Ucap Monday pada dirinya sendiri.

Ya Dia sudah lelah jika harus bekerja menjadi kuli panggul. Karena pekerjaan itu, dia sering mengantuk di Sekolah. Semoga Monday mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Pemuda Tampan

Monday berlari menuju pangkalan ojek dekat rumahnya. Ada genangan air bekas hujan semalam. 

Byuurrr

Sebuah motor melintas dengan kencang, menghantam genangan air itu dan terciprat mengenai sepatu, kaos kaki , rok , baju hingga pipi manis gadis itu.

Monday geram dan kesal lalu meneriaki motor yang melaju kencang

"Woy motor jelek. Main kabur aja. Tanggung jawab dong! " Teriak Monday. Meski teriakannya tak ada gunanya namun Monday merasa sedikit lega mengeluarkan sedikit amarahnya

" Ya Allah, seragamku . Ahh sudahlah. Aku sudah mau terlambat." Ucapnya seraya berlari kecil melanjutkan perjalanannya ke sekolah.

Dia berjalan kaki dengan terburu-buru. Terlihat motor yang melintasi genangan tadi berbalik . Kemudian berhenti didepan Monday.

Dia menghampiri Monday seraya membuka helm dan mengulurkan tangan. Lalu berkata, "MAAF, saya tidak melihat genangan air itu, saya buru-buru," seorang pengendara motor itu sangat tampan, hingga mengalihkan dunia Monday.

Monday tersadar, dia pun melihat pemuda itu memakai seragam yang sama dengannya.

"Kamu Sekolah di SMA Y? sama denganku, Aku juga buru-buru. Tolong tanggung jawab terhadap seragamku. Jika Aku terkena marah oleh guru. Katakan padanya itu ulahmu!" Monday marah seraya mengarahkan telunjuknya pada pemuda didepannya itu, tapi pemuda itu malah tertawa.

"Oke. Anak yang aneh.. Kita satu sekolah, bagaimana kalau kita berangkat bareng," ajak pemuda itu.

Monday pun mengiyakan. Segera mereka menaiki motor dan menuju sekolah mereka.

Selama perjalanan Mereka diam satu sama lain. Didalam kepala kedua orang itu penuh pikiran. "Jangan terlambat" namun hati mereka berkata "Dia siapa ya? Kenapa Aku tak pernah melihatnya". Sungguh lucu.

Tak berapa lama mereka sampai, Waktu menunjukkan pukul 06.50 masih ada waktu 10 menit. Pemuda itu seenaknya memarkirkan motornya di depan pos satpam.

Monday turun dan merasa canggung. Kemudian pemuda itu memberikan kunci motornya kepada pak Agus, salah satu satpam sekolah yang berjaga saat itu.

"Pak dhe tolong parkirin ya, ini fee-nya," Pemuda itu memberikan uang seratus ribu kepada satpam itu. Lalu berlalu begitu saja. Meninggalkan motornya juga meninggalkan Monday.

"Ok mas siap, beres." Jawab si satpam dengan senang hati karena mendapat uang cuma-cuma.

"Seenaknya saja mentang-mentang punya uang," gerutu Monday.

Ucapan Monday yang terdengar samar didengar juga oleh pemuda itu dan ia tersenyum saat mendengarnya.

Monday sedikit kecewa, dia berharap paling tidak dia dapat mengetahui siapa nama pemuda itu. Monday pun lekas menuju kelas dan membersihkan cipratan tadi  dengan tisu basah.

Monday kelas, 11 IPA. Banyak murid kutu buku di kelas itu dan hampir semuanya pendiam. Kelas ini pasif dalam sosialisasi. Pantas saja Monday menjadi salah satu murid yang tidak tau ada pemuda seganteng itu.

Pelajaran pertama Matematika dimulai. Guru Matematika Pak Eko mengumumkan bahwa 5 hari lagi akan ada lomba matematika tingkat nasional.

Monday ditunjuk untuk mewakili kelasnya.Tanpa ragu Monday menyetujuinya.

Kemudian Pak Eko berkata setelah istirahat pertama, semua yang mengikuti lomba berkumpul di ruang rapat guru untuk diberikan arahan tentang lomba.

****

Istirahat jam 9.00 pagi

Perut Monday berbunyi tak hanya sekali namun berkali-kali. Melihat uang di dompetnya ia pun pergi ke kantin membeli roti isi pisang dan air mineral kemasan botol.

Teman-teman lain memandangi Monday dan berkata " Habis jatuh di air comberan ya , hahaa, " mereka tertawa terbahak-bahak, senang melihat temannya dibully.

Monday malas membuat keributan dia hanya tersenyum dan pergi setelah membeli roti.

Dari kejauhan terdengar seorang pria memanggil namanya.

"Monday....!" Teriak seorang pria. Monday menoleh ke arah suara itu .

"Itu bukannya pemuda yang tadi?" Tanya Monday dalam hati. Pemuda tadi berlari kecil dan menghampiri Monday.

"Nama kamu benar Monday kan?"

"Iya benar , nama kamu?" tanya Monday

"Nama kita hampir sama, Aku Friday." Mereka berjabat tangan dan saling berpandangan. sepertinya ada chemistry yang terjadi diantaranya.

"Ehh maaf, Aku terpesona sama kecantikan kamu.  hehe. Nih seragam ganti. Maaf ya sedikit lama karena harus cari ukuran yang pas sama kamu. Ambil ya, ini sebagai bentuk tanggung jawabku sama kamu." Sahut pemuda ganteng itu.

"Ini serius buatku?" Tanya Monday memastikan dan dijawab anggukan kepala oleh Friday. "Makasih ya," ucapnya lagi.

"Friday!" Salah satu teman Friday memanggilnya dari kejauhan. Sepertinya mereka mengajak Friday untuk bermajn bola basket.

Friday menoleh pada temannya dan memberi acungan jempol isyarat tanda setuju.

"Udah dulu ya, cantik." Goda Friday kemudian berlari menjauh.

"Apaan sih," ucap Monday dengan wajah merona kemerahan.

"Jadi namanya Friday." Sahut Monday  tersenyum sendiri.

Monday senang mengetahui nama pemuda itu. Nama pria itu seperti dirinya, memakai nama hari dalam bahasa Inggris, Friday. Belum sempat berkenalan lebih lama , namun  terlihat sikap Friday menunjukkan dia pria baik dan bertanggung jawab.

Monday menghabiskan roti dan minumannya. Lumayan mengenyangkan walau hanya sedikit. Ia pun segera berganti pakaian di ruang ganti.

Belum puas membully Monday dikantin. Mia , lolli dan ana, mengikuti Monday dan menghampirinya diruang ganti , membuang baju Monday yang terkena cipratan air genangan tadi.

"Ehh kutu buku, asik ya dapat seragam baru, kamu siapanya Friday. Sampai dia perduli padamu, aku yang pacarnya saja gak pernah di beliin baju." Ucap Mia dengan marah.

"Ya ampun Mia kamu juga pengen seragam ya.. kenapa ga minta aja sama Friday." Timpal lolli yang pemikirannya lemot bagaikan komputer pentium satu.

"Kalau gitu kamu kasihan ya. Kamu pacarnya ga dibeliin. Aku simpanannya aja dibeliin haha." Sahut Monday berbohong sedikit dan tertawa .

Monday lalu mengambil baju yang dibuang tadi dan berlalu meninggalkan 3 kurcaci. Monday paling malas meladeni orang-orang seperti Mia. Mia yang bermulut besar memang pantas di bohongi.

Istirahat pertama berlalu. Monday segera ke ruang rapat guru untuk rapat persiapan lomba matematika. 

Ia duduk di kursi tengah , di belakangnya  duduk seorang pria yang sangat wangi. Wanginya khas, Monday ingat wangi itu seperti wangi pemuda tadi pagi. Dia pun menoleh ke belakang. Matanya terbelalak seperti mau copot ketika tahu bahwa itu adalah Friday .

Friday melihat Monday dan menyapanya

"Hay kamu juga lomba Matematika. " Friday pindah ke kursi disamping Monday

" Iya , Aku dipilih sama pak Eko, kamu juga dipilih atau inisiatif sendiri? kelas berapa kamu?" tanya Monday yang memborong banyak pertanyaan.

"Eits kayak wartawan nih. Inisiatif sendiri dong , kan murid teladan, Aku anak 11 IPS. Eh aku kasih tau ya, fokus belajar boleh. Tapi kehidupan itu gak luput dari sosialisasi. Ku perhatiin kamu jarang nongkrong ya sama temen kamu." ucap Friday.

"Hah jadi diam-diam kamu merhatiin aku?" Monday tidak menjawab malah bertanya balik.

"Haha abisnya Aku tuh sampe gak kenal, kalo di sekolah ini tuh masih ada yang manis kayak kamu," goda Friday lagi.

"Tapi Aku gak nyangka loh, kamu berani juga ya sama Mia," ucap Friday membuat Monday salah tingkah.

Jangan-jangan Mia mengadu apa yang Dia omongkan ke Friday. Monday sudah gelagapan.

Namun Dia tetap memasang ekspresi datar agar terlihat biasa saja lalu mengalihkan pembicaraan.

"Makasih sarannya habis ini aku pasti bakal lebih bisa bersosialisasi sama teman lainnya kok. emangnya, Mia pacar kamu itu ngomong apa ke kamu? " Tanya Monday yang mengira jika Mia pacarnya.

"Mia pacarku? sejak kapan?" Pemuda itu mengernyitkan dahinya seolah tak mengerti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!