NovelToon NovelToon

Misteri Menantu Pengganti

Keras Kepala

“Plak…, plak…! Dasar anak yang tidak tahu diuntung, papa sudah tua nak! Kamu itu anak tunggal pewaris semua usaha papa, jadi papa berharap kamu bisa meneruskan semua usaha papa! Apa yang kamu andalkan jika hanya menjadi seorang seniman yang tidak jelas masa depannya!” ucap Bagas Maheswara kepada putra tunggalnya. Agam Maheswara hanya diam dan tidak mau melawan papanya meskipun ujung bibirnya berdarah.

 Mamanya menangis karena tidak tega melihat perlakuan papanya kepada putranya. “Papa…, tolong jangan perlakukan anak kita seperti itu!” rintih mama Sandra karena memang sangat menyayangi putranya.

 “Mama tahu apa! Kalau kita biarkan seperti ini, anak kita bagaimana? Apa yang diunggulkan kalau mengandalkan hasil karya seninya saja!” ucap papa Bagas dengan tegas.

 “Karya seni juga akan menghasilkan uang pa! Contohnya Titian, Pablo Picasso, Leonardo Da Vinci, Michelangelo, Rembrandt semuanya terkenal dan bisa hidup dengan hasil karyanya,” ucap Agam tiba-tiba sehingga memicu emosi Bagas.

“Nak jaga ucapan kamu! Kamu turuti sajalah kemauan papamu!” mamanya mengusap kepala Agam sambil meneteskan air matanya.

 “Tidak ma, aku harus bisa buktikan kalau seniman bisa hidup dengan hasil karyanya!” ucap Agam santai.

 “Kalau kamu memang punya keinginan seperti itu ayo buktikan kalau berani! Ingat jangan pernah bawa fasilitas yang papa berikan! Keluarlah dengan sehelai bajumu itu!” perintah papanya yang bermaksud menakut-nakuti putranya. Namun agam yang keras kepala langsung memanfaatkan peluang tersebut. Agam ngeloyor pergi ke luar rumah hingga papanya marah-marah memanggilnya.

 “Papa…, aku mohon hentikan pa! Dia putra kita satu-satunya!” ucap mama Sandra memohon kepada suaminya. Bagas menghela nafasnya, dia terasa sakit juga kalau istrinya menangis dan memohon kepadanya.

“Agam berhenti kataku! Kalau kamu keluar rumah jangan harap kamu bisa kembali lagi!” ucap papanya agar Agam berhenti tidak melanjutkan aksinya. Agam dengan percaya diri tetap keluar rumah karena berfikir dia bisa memanfaatkan kartu kreditnya.

 “Papa keterlaluan, kalau papa tidak bisa membawa pulang Agam, aku akan pergi dari sini!” ancam mamanya kepada papa Bagas.

 “Ma…, dengarkan dulu! Papa tidak bermaksud seperti itu!Baiklah papa akan menyuruh Dimas untuk mencarinya!”janji papa Bagas kepada istrinya karena bagaimanapun Bagas sangat menyayangi istrinya.

 “Ok…, aku tunggu janji papa. Untuk saat ini mama akan tinggal di Villa saja!” ucap mama Sandra yang pergi meninggalkan suaminya.

 “Mama…, aku mohon beri waktu papa sampai satu bulan aku akan mencarinya! Biar varel yang mencarinya!” janji suaminya kepada mam Sandra.

 Papa Bagas langsung menelpon Varel berharap putranya berada di tempat Varel. Tidak berapa lama kemudian ponselnya terhubung dengan Varel.

 “Varel…, Agam ada di tempat kamu tidak?” tanyanya begitu ponselnya diangkat oleh Varel.

 “Tidak ada om! Dari tadi juga tidak menghubungi Varel!” jawab Varel yang berada di seberang sana.

“Ok, kalau begitu carilah dia dengan bodyguard kita, bawalah pulang! Ingat janganlah kau lukai dia seujung rambut pun!” perintah Bagas kepada Varel. Varel tidak berani membantah dan berharap segera menemukan Agam.

“Baik om, akan segera dilaksanakan!” ucap Varel  dengan hormat. Setelah ponselnya dimatikan oleh Bagas, dengan  cekatan Varel menelpon seluruh bodyguard yang bekerja dengan om Bagas. Varel langsung memerintahkan untuk mencari Agam namun hingga menjelang malam Varel tidak menemukan Agam.

 Sementara itu Agam yang berjalan tidak menentu tanpa tujuan yang jelas langit begitu gelap dan hujan turun dengan sangat Deras. Agam berusaha mencari penginapan untuk berteduh, namun sangat malang kartu kreditnya tidak bisa dipakai yang ternyata sudah diblokir oleh papanya.

 Agam berusaha menghubungi semua teman-temannya, namun temannya begitu tahu kalau dia dalam keadaan miskin tidak berkenan untuk membantunya. Bahkan saat Agam pinjam uang pun tidak ada yang mau memberikan semuanya bener-bener tidak mau menganggap Agam sebagai teman.

 Agam putus asa, papanya juga mengancam lewat ponsel agar dirinya pulang karena mamanya sakit, namun Agam tidak menghiraukannya dalam hatinya itu pasti hanya gertakan papanya karena menginginkannya pulang. Agam menghela nafasnya kemudian dia terus berjalan mencari tempat untuk berteduh hingga akhirnya ketemu masjid dan ijin ke takmir masjid untuk sekedar menginap.

 Takmir masjid yang baik hati juga memberinya baju untuk menggantikan bajunya yang basah karena kehujanan. Agam sedikit lega karena masih ada orang baik yang mau membantunya. Bahkan Agam diberi tempat di masjid untuk menjadi marbot masjid.

 Keesokan harinya di pagi yang cerah Agam berniat untuk mencari sesuap nasi. Agam pergi ke pasar untuk sekedar kerja sebagai membawa barang agar bisa memperoleh uang untuk beli makan. Baru beberapa menit tiba-tiba dirinya melihat Varel bersama bodyguard papanya untuk mencarinya. Agam begitu ketahuan langsung berlari menjauh dari Varel. Varel berteriak kepada bodyguardnya untuk segera menangkap Agam.

 Agam berusaha sekuat tenaga agar tidak terkejar oleh bodyguardnya hingga akhirnya Agam masuk kedalam sebuah mobil mewah yang tidak terkunci yang ditinggalkan oleh pemiliknya.

 Tidak berapa lama kemudian masuklah seorang kakek-kakek bersama sopirnya ke dalam mobil tersebut.

 “Hai…, anak muda apa yang kau lakukan di dalam mobilku!” Teriak kakek tersebut yang menangkap sekilas pergerakan Agam yang sedang meringkuk di jok belakang mobilnya.

 “Maafkan saya kek. Aku mohon tolong selamatkan aku dari kejaran para mafia tersebut. Mereka memaksa aku hendak ikut menjadi gerombolannya karena Ayahku terlilit hutang dengannya,  hingga akhirnya ayahku pergi meninggalkanku. Ayahku sampai sekarang tidak jelas bagaimana kabarnya!” bisik Agam untuk mencari simpati dari kakek tersebut sambil meliahat ke luar mobil yang sudah ada beberapa orang dengan perawakan sangar mencari-carinya.

 “Busyet…, kemana larinya Bocah Tengil itu. Dasar menyusahkan saja,” ucap salah satu  bodyguard suruhan papanya.

 “Baiklah…, aku akan selamatkan kamu tapi kamu juga harus menolongku! Ayo pak segera meluncur ke hotel tempat resepsi cucuku!” perintah sang kakek yang ternyata adalah Danu Aditama orang terkaya di daerah tersebut.

 “Baik kek! terserah kakek saja aku akan menuruti semua kemauan kakek!” ucap Agam yang sudah tidak ada pilihan lagi. Dalam dirinya sudah berjanji untuk tidak pulang hingga dirinya sukses sebagai seniman pelukis.

 Tidak berapa lama kemudian, mereka sampai di hotel dengan pesta yang cukup meriah. Namun di suatu ruangan nampak seseorang yang sedang gelisah menunggu kehadiran mempelai pria.

 “Kak…, bagaimana ini? Acara sudah akan segera dimulai tapi mempelai pria tidak kunjung datang?” tanya Erlita kepada suaminya.

 “Kamu yang tenang kakek sudah menemukan penggantinya! Bagaimanapun kita harus melakukannya karena kita tidak bisa menanggung malu seperti ini kalau pernikahannya batal!” jawab Riki dengan santai.

 “Itu dia, kakek sudah datang. Aku rasa orang yang dibawa kakek itu sangat lumayan. Segera kamu berikan baju pengantin prianya!” ucap Riki kepada MUA yang mengurusi acara pernikahan tersebut.

 “Kek…, apa maksud semua ini?” tanya Agam yang tidak tahu apa-apa.

 “Kau nikahi cucuku yang calon suaminya secara kurang ajar tidak bisa datang dan sangat sulit dihubungi!” ucap sang kakek dan terus berjalan meninggalkan dirinya.

 Sementara itu sang kakek menemui cucunya untuk menghibur cucunya agar tidak bersedih karena calon suaminya tidak datang Sang kakek juga memberitahu kalau pernikahan tetap berjalan dengan calon suami pengganti.

 Demikianlah akhirnya Agam menikah dengan cucu kesayangan kakek, yang diluar rencananya.

Terimakasih para pembaca yang setia, atas kontribusi anda dalam memberikan komentar, like, hadiah dan votenya. Bagaimana kisah selanjutnya ya? Akankah Agam bisa hidup bahagia? Mari kita simak kisah selanjutnya!

Setelah Pernikahan

Pernikahan karena balas budi terhadap kakek Danu telah terjadi. Kiara dengan sangat terpaksa menerima pernikahan tersebut, meskipun dia sesungguhnya tidak mengharapkan menikah muda.  Kiara masih tercatat sebagai siswa kelas 12 SMA Putra Harapan di sebuah sekolah swasta bonafit di daerah tersebut.

Kiara berada di dalam sebuah kamar dengan Agam yang telah resmi menjadi suaminya meskipun terpaksa. Kiara yang cantik dan lemah lembut tidak ingin dirinya langsung menyerahkan mahkotanya untuk suaminya.

“Gila, alangkah malangnya nasibku ini lepas dari mulut Harimau masuk juga nih ke mulut Buaya, tampang sih lumayan tapi masa depan tidak jelas. Ada-ada Si kakek, dapat orang seperti ini dari mana?” gumamnya lirih sambil naik ke pembaringan setelah mengganti bajunya. Demikian pula Agam yang sudah berganti baju hendak bergerak cepat mencoba tidur di samping istrinya.

“Kakak mau ngapain?  Sana tidur di bawah, atau tidur di sofa situ!” ucap Kiara yang melotot tidak suka dengan Agam.

“Tapi aku kan suami kamu, harusnya aku tidur di samping kamu!”ucap Agam membela dirinya.

“Suami pengganti tepatnya. Dan itu semua karena permintaan kakek. Kalau aku suruh milih aku pasti akan memilih tidak jadi menikah daripada menikah dengan kamu. Sebenarnya aku masih suka sendiri. Aku menikah dengan calon suami sebelum kamu juga karena kakak aku!” ungkap Kiara yang sebenarnya dirinya belum ingin menikah dan masih suka bermain dengan teman-temannya.

“Benar-benar ABG labil dan kurang ajar, kalau tidak cantik pasti aku sudah menendangnya,” ucap Agam  sambil membawa bantal dan selimut menuju sofa.

Agam selanjutnya karena capek tidur hingga  terbangun di pagi hari. Agam bergegas membersihkan dirinya dan berlanjut sholat subuh. Agam meskipun anak yang tidak patuh terhadap orang tuanya karena perbedaan profesi tapi untuk sholat tetap nomor satu.  Agam tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Agam masih melihat Kiara tertidur dengan nyenyak sehingga Agam turun tangan untuk membangunkannya.

“Hai…, adik gadis. Ayo bangun segera melaksanakan salat subuh. Waktu sudah menunjukkan  jam 6.30 wib,” Agam yang yang sedikit  mengusap tangan Kiara dengan lembut. Namun tiba-tiba Kiara dengan spontan membanting tubuh Agam hingga Agam tertindih di bawahnya.

“Pemuda miskin, sekali lagi hubungan kita hanya sebatas di atas kertas, ingat dan camkan itu!” ancam Kiara yang ternyata jago ilmu beladiri yang meskipun dia sebenarnya merupakan gadis yang lemah lembut.

“Hai…, adik gadis! Meskipun bagaimana prosesnya tapi aku tetap suamimu. Dan ingatlah jangan pernah durhaka kepada suamimu kalau kamu ingin masuk surga!” gertak Agam kepada Kiara yang sempat membuat Kiara takut.

Kiara pelan-pelan melepaskan suaminya dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah melakukan aktivitas paginya Kiara langsung mengganti bajunya dengan pakaian sekolahnya. Kiara melihat sekeliling ruang kamarnya tidak menemukan suaminya.

“Aku yakin, Pemuda miskin itu pasti sedang dikerjai oleh kak Riki dan si Erlita perempuan gatal itu!” gumam Kiara lirih sambil menghela nafasnya pajang. Kiara sendiri juga suka ditindas oleh kakak dan kakak iparnya. Meskipun Kiara punya ilmu beladiri tidak pernah melawan apa yang dilakukan oleh kakaknya.

Kiara setelah siap,  bergegas untuk turun  menuju dapur. Disitu dilihatnya Agam sedang dibentak oleh kakaknya Riki karena masakan Agam tidak enak.

“Ha…, masakan apa ini! Rasanya kayak comberan!” bentak Riki karena memang sengaja dia lakukan untuk menindas Agam.

“Aku rasa ini cukup enak kakak ipar! Aku sudah mencicipinya sebelum aku sajikan. Dan menurutku layak untuk dimakan.

“Bruk…,” Agam terjatuh tersungkur karena saat kembali hendak mencoba masakan di meja tiba-tiba kaki Riki dijulurkan nya.

“Jangan panggil aku kakak ipar!Pernikahan ini terjadi karena kakek dan kamu dijadikan suami pengganti keluargaku untuk menutupi aib keluarga karena calon suaminya tidak datang!” Teriak Riki dengan sangat keras, namun Agam yang tidak bisa berbuat apa-apa berusaha bangkit dari jatuhnya.

“Dan satu lagi jangan harap kamu akan hidup enak menjadi menantu keluarga kaya di daerah ini. Ingatlah, kamu tinggal  tidak gratis. Pekerjaan kamu di sini memasak, membersihkan rumah dan mengantar Kiara pergi ke sekolah. Satu lagi jangan harap kamu bisa menyentuh Kiara meskipun kamu suaminya. Kiara tidak pantas untuk kamu.  Aku berharap setelah kematian kakek kamu harus menceraikan Kiara! Aku yakin kakek tua itu umurnya tidak panjang karena sudah sakit-sakitan!” ucap Riki yang ternyata tidak sejalan dengan cucunya.

Sedangkan Kiara yang sudah berada di ruang makan hanya terdiam dan langsung duduk untuk mengambil makanan tersebut. Kiara  cuek tidak membela ataupun menyuruh kakaknya untuk menghentikan perbuatannya. Agam sebagai suaminya juga merasa sangat kecewa dengan sikap Kiara.

Setelah selesai makan, Kiara tidak memberi kesempatan kepada Agam untuk sarapan. Kiara melemparkan kunci mobilnya kepada Agam.

“Hai…, pemuda miskin. Ayo antarkan aku sekolah!” ucap Kiara memberi perintah kepada suaminya.

“Maaf, adik gadis aku tidak bisa menyetir!” ucap Agam merendah karena sebenarnya tidak ingin identitas dirinya diketahui oleh semua orang.

“Dasar pemuda miskin! Itu kunci motor menggantung di garasi, segera antarkan adikku ke sekolah sebelum terlambat!” perintah Riki yang jengkel dengan sikap Agam.

“Bener-bener pemuda miskin kak! Darimana si tua bangka itu dapat pemuda seperti itu!” ucap Erlita istri Riki dengan kasar.

“Benar-benar keluarga yang tidak ada akhlak, memperlakukan orang tua seperti itu. Kasihan kakek Danu punya cucu tidak bermoral dan tidak berperikemanusiaan,” gumam  Agam lirih  dan terus berjalan menuju garasi.

Agam mengambil motor matic yang ditunjukkan oleh Kiara kemudian Agam segera menyalakan mesin motornya dan mengantar Kiara menuju sekolahnya.

“Adik gadis labil sekolahnya di mana?” tanya agam di sela-sela bunyi kendaraan yang berising membelah jalan raya.

“SMA Putra Harapan, dari sini lurus terus lampu merah belok kiri. Kira-kira 12 meter sudah sampai di sekolah aku. Kakak turunkan aku di depan pintu gerbang,” ucap Kiara yang tanpa sengaja saat memberi petunjuk dirinya agak mendekatkan tubuhnya ke tubuh Agam agar mudah di dengarnya. Namun tiba-tiba dirinya merasakan ada sesuatu sengatan aneh yang menjalar di sekujur tubuhnya. Begitupun dengan Agam yang ternyata belum pernah merasakan sentuhan dengan seorang cewek karena terlalu sibuk dengan aktivitasnya.

“SMA Putra Harapan? Kita sudah sampai, ayo kamu segera turun!” perintah Agam kepada Kiara dan dengan tergesa-gesa Agam segera melajukan kendaraannya untuk pergi meninggalkan  Kiara.

Kiara yang jengkel dengan ulah Agam langsung berteriak kencang.

“Nanti jemput aku sekitar jam15.30 wib di depan sekolah juga ya?”

“Ok…,” teriak Agam juga sambil mengacungkan jempolnya. Agam sedikit bernafas lega karena telah jauh dari sekolah yang dirintis oleh mamanya. Dan Ternyata mamanya merupakan kepala sekolah di situ. Sekilas tadi Agam melihat mamanya diantar oleh Varel. Agam segera menghindari agar tidak bertemu dengan mereka. Begitulah untuk selanjutanya Agam selalu memakai masker untuk menutup mukanya setiap antar jemput Kiara.

Terimakasih para pembaca yang setia, atas kontribusi anda dalam memberikan komentar, like, hadiah dan votenya. Bagaimana kisah selanjutnya ya? Akankah Agam bisa hidup bahagia? Mari kita simak kisah selanjutnya!

Batas Kesabaran

Pernikahannya dengan Kiara berjalan sudah hampir 3 bulan akan tetapi Agam masih juga mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari keluarga Kiara. Kakak iparnya Riki dan Erlita memperlakukannya sangat tidak manusiawi.

 Agam sering diperintahkan untuk melakukan aktivitas selayaknya seorang pembantu, meskipun sebenarnya di rumahnya sudah ada beberapa pembantu. Bahkan Agam disuruh membersihkan kamar mandi seluruh rumahnya.

 Di suatu hari Agam merasa tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk melakukan aktivitasnya,  akan tetapi Riki memaksa Agam untuk menguras kolam renang yang ada di belakang rumahnya.

 Agam yang merasakan pusing di kepalanya tetapi tetap saja melaksanakan aktivitas tersebut karena dirinya tidak ingin dianiaya oleh Riki.

 “Byur…,” dirinya tercebur di dalam kolam dan tidak merasakan apapun karena pingsan. Kiara yang diam-diam memperhatikannya langsung berlari menceburkan dirinya di dalam kolam dan menolongnya.

 “Mang Ucok tolong  bawa kak Agam ke kamarku!” Teriak Kiara yang panik melihat keadaan Agam yang tidak sadarkan diri.

 Seketika itu juga Mang Ucok langsung berlari menuju ke kolam renang dan dan menggendong Agam untuk ditidurkan di kamarnya.

 “Mang tolong ambilkan minyak dan ganti baju kak Agam dengan baju kering!” teriak Kiara yang semakin panik karena badan Agam demam begitu tinggi hingga badannya menggigil. Seketika itu juga Mang Ucok melaksanakan instruksi nona mudanya.

Tidak Berapa lama kemudian Agam terbangun dari pingsannya. Kiara yang tidak tega  dengan keadaan Agam meminta Mang Ucok untuk memberinya makan se mantara Kiara begegas mengganti bajunya yang basah kuyup karena melompat ke kolam renang menyelamatkan Agam.

 “Mang Ucok, siapa yang menyelamatkan diriku?” tanya Agam terbata-bata karena dirinya tadi sekilas sempat melihat Kiara menyelamatkannya.

 “Nona Kiara, nak!Sebenarnya Nona Kiara itu gadis yang berhati lembut dan tidak pernah menyakiti orang lain. Kalau dia bersikap kasar, pasti ada seseorang dibelakangnya! Yakinlah nak semua yang kau lihat itu belum tentu benar!” ucap Mang ucok seperti memberi sinyal agar Agam percaya kepadanya.

 Agam bernafas lega karena dirinya ada yang menyelamatkan, namun untuk percaya pada Mang Ucok dia belum bisa sepenuhnya. Agam mengingat suatu kejadian yang membuatnya ingin marah namun dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.

 Tepatnya seminggu yang lalu, Riki mengadakan pesta pernikahannya ke-2. Riki dan Erlita mengundang teman-temannya untuk datang ke rumahnya. Namun yang ada Agam diperlakukan kasar olehnya hingga dijadikan pelayan untuk melayani dirinya dan teman-temannya.

 “Hai pelayan, kau layanilah mereka! Mereka membutuhkan makan dan minum. Ingat minumnya adalah minum yang spesial,” ucapnya kepada Agam di hadapan teman-temannya.

 “Baik, kak!” jawab Agam yang membawa nampan yang penuh berisi makanan dan minuman. Namun tiba-tiba ada seorang laki-laki teman Riki menabraknya hingga semua makanan dan minuman tersebut membasahi baju pemuda tersebut.

 “Dasar pelayan miskin! Kamu telah mengotori pakaianku. Gajimu sebulan saja tidak mampu untuk membeli pakaian ini!” teriak pemuda tersebut sambil mengguyurkan minuman di atas kepala Agam kemudian menyuruhnya mengelap pakaiannya di hadapan semua orang.

 Agam mendapat hinaan seperti itu masih bisa menahannya, namun yang tidak bisa dia pikirkan adalah sikap Kiara istrinya sendiri yang cuek dan tidak memperdulikannya. Tiap hari dia terima hinaan, cacian dan makian yang tidak luput darinya. Mungkinkah Kiara yang seperti itu yang menolongnya?”

Agam tersadar dari lamuananya ketika mendengar suara langkah kaki mendekatinya dan membawakan makanannya.

Setelah makan, kesehatan Agam kembali normal. Agam pelan-pelan duduk di sofa kamar dan minum seteguk minuman hangat yang diberikan oleh mang Ucok. Baru setengah minum, tiba-tiba Kiara muncul dan menyuruhnya dengan kasar.

 “Bagus ya? ternyata kamu enak-enakan di sini! Ayo kamu lanjutkan pekerjaan kamu! ingat sebelum kakak pulang semuanya harus bersih!” bentak Kiara dihadapan suaminya kemudian berlalu meninggalkannya.

 Agam dengan tubuh yang masih lemas pelan-pelan meninggalkan kamarnya dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Agam menghela nafasnya hingga akhirnya memutuskan untuk pergi dari rumah itu. Batas kesabaran yang dia miliki sudah habis, Agam bisa bertahan karena janjinya kepada kakek Danu yang menolongnya.

 Namun entah kenapa sejak pernikahannya dengan Kiara, kakek Danu tidak muncul kembali.

 Agam dengan keadaan lemas pelan-pelan membuka ponselnya kemudian mengaktifkan kembali nomer lamanya. Agam ke luar rumah tersebut pelan-pelan dan menelpon sahabatnya Varel. Namun Agam sebelum pergi meninggalkan pesan di laci kamar Kiara untuk Kiara.

 Agam memencet nomor sahabatnya kemudian tidak lama kemudian diangkat oleh Varel.

 “Varel tolong jemput aku!Aku tunggu di depan rumah gedongan yang alamatnya nanti aku share!” ucap Agam begitu ponselnya diterima oleh Varel.

 “Ok, Aku segera meluncur kesana!” jawab Varel dan langsung mengambil berdiri hendak mengambil kunci mobilnya!

 “Varel, mau kemana kamu!” tanya Bagas yang saat ini sedang berada di dekatnya.

 “Mau menjemput Agam, Om!” jawab Varel ya ng kemudian pamitan kepada om Bagas.

 “Baguslah! Sadar juga dia! Mudah-mudahan otaknya tidak terbalik dan kembali normal!” ucap Bagas santai yang justru memicu amarah mama Sandra.

 “Apa kamu bilang? memangnya papa suka kalau otak anak kita terbalik!” ucap mama Sandra emosi hingga akhirnya berusaha meninggalkan om Bagas di ruang keluarga.

 Varel menggelengkan kepalanya karena sudah pasti tahu karakter mereka. Setelah marah-marahan paling ujung-ujungnya juga ke tempat tidur. Varel tersenyum sendiri mengingat tingkah laku om dan tantenya.

 Varel meluncur di lokasi yang telah dikirim oleh Agam. Setelah kurang lebih 20 menit Varel sampai di tempat Agam.

 “Astaga, Agam jadi selama ini kamu tidak jauh dari kita ya? Tapi kenapa kamu tidak bisa aku temukan!” ucap Varel terkejut oleh keadaan Agam yang dekil dan kurus.

 “Ya begitulah…, aku memang sengaja menghindarimu! Bahkan aku juga melihat kamu di sekolah nyokap! Aku lihat kau mengantar mama ke sekolahnya!” ucap Agam serius hingga Varel mengerutkan dahinya untuk mengingat sesuatu.

 “Astaga…, kamu yang ada di depan gerbang sekolah itu ya? Kamu menurunkan seorang gadis cantik yang pakai seragam sekolah Putra Harapan?” tanya Varel penasaran.

 “Iya…, itu aku makanya aku langsung cabut melajukan kendaraan aku, karena aku tahu kamu mulai curiga kepadaku!” ucap Agam pelan.

 “Gila bro…, lalu siapa cewek itu?” tanyanya penasaran.

 “Istri aku!” jawab Agam yang tiba-tiba mengejutkan Varel hingga mengerem mobilnya secara mendadak. Agam spontan langsung menabok bahu VArel karena terkejut.

 “Istri! Wah seleramu ternyata ok juga ya? Aku kira kamu tidak ingin nikah dan selamanya ingin jadi bujang akut!” ucap Varel semakin penasaran ingin mengetahui kisah cintanya Agam.

 “Iya istri. Tapi…?” ucap Agam yang menghentikan ucapannya sehingga membuat Varel semakin penasaran.

“Tapi kenapa?” tanyanya berusaha mencari jawaban dari Agam.

 “Kita menikah karena terpaksa! Aku dijadikan sebagai suami pengganti karena kakeknya! Aku hutang budi sama kakeknya yang menolongku dari kejaran bodyguard papa yang kamu kirim!” jawab Agam jujur.

 “Agam…, Agam ternyata kisahmu rumit!” ucap Varel yang prihatin dengan kisah sahabatnya.

 Tidak lama kemudian mereka sampai di halaman rumah Agam. Mama Sandra yang mendengar suara mobil dari luar rumahnya langsung ke luar menghampirinya. Mama Sandra memeluk Agam dan mengucurkan air matanya.

 Papa Bagas nampak senang melihat kebersamaan mama dan putranya hingga akhirnya beliau juga ikut bergabung memeluk putranya dan membawanya masuk.

 Agam meminta maaf kepada papanya dan mau melanjutkan bisnis papanya namun dengan syarat untuk sementara menjadi pengajar di sekolah mamanya selama 6 bulan. Papa Bagas pun menyetujui permintaan putranya.

Terimakasih para pembaca yang setia, atas kontribusi anda dalam memberikan komentar, like, hadiah dan votenya. Bagaimana kisah selanjutnya ya? Akankah Agam merencanakan sesuatu? Mari kita simak kisah selanjutnya!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!