Tepatnya di salah satu sekolah negri di Bandung, SMA Tunas Bangsa. Sedang berlangsung pertandingan bola antar sekolah, SMA Tunas Bangsa melawan SMA Bakti Mandiri, ini babak final untuk menentukan sekolah mana yang akan menjadi pemenangnya.
Suar riuh terdengar pendukung dari dua kubu yang berteriak histeris ketika salah satu dari idola mereka akan mencetak gol.
"Revan semangat!"
"Ayo kamu pasti bisa!"
"Ayo tendang bolanya!" Dan masih banyak lagi teriakan teriakan dari pendukung yang memekakkan telinga.
Namun, di kelas 12A ada satu perempuan yang tidak tertarik dengan pertandingan itu, dia hanya duduk d kursi dengan kedua tangannya memegang sebuah buku, ya dia sedang membaca novel sambil mendengarkan kan musik. Ruby nama perempuan itu, bukan siswi populer tapi banyak yang tau, dengan penampilannya yang terkesan tertutup, dia selalu memakai masker dan kacamata tebalnya sehingga banyak orang yang menganggapnya aneh.
"Ruby, ayo kita lihat pertandingan bola, aku ingin melihat Revan," ajak Tala teman Ruby.
Ruby memiliki 2 sahabat. Tala dan Rina, mereka sudah bersama-sama dengan Ruby sedari kelas 10.
"Tidak Tala, Rina. Kalian saja aku ingin tetap di sini." Ruby menolak ajakan sahabatnya itu.
"Ayolah Ruby. Kau tahu? kapten basket dari sekolah bakti mandiri sangat tampan," ujar Rina begitu antusias saat membicarakan kapten bola dari tim lawan sekolahnya.
Stefan nama lelaki yang sedang di bicarakan oleh teman Ruby, Stefan adalah laki-laki populer di sekolahnya maupun di sekolah lain. Laki-laki yang cuek, ketus, dan sombong itu memiliki saudara kembar yang bernama Stefani.
"Rina, mengapa setiap kali kau membicarakan tentang Stefan kau sangat bersemangat? Apa kau menyukainya?" tanya Tala dengan wajah tidak terima, baginya Revan yang terbaik.
"Memang kenapa kalau aku menyukainya? Lagi pula seharusnya kau senang kita tidak perlu bersaing," jawab Rina menggebu. Perdebatan itu berlangsung lama.
"Sudah-sudah kenapa kalian selalu berdebat? Bukannya kalian akan melihat pertandingan?" ujar Ruby melerai perdebatan kedua sahabatnya. Kemudian ia merebahkan kepalanya di bangku sekolah. Ruby selalu malas bila temannya berdebat tentang pria.
"Ruby benar. Apa yang sedang kita lakukan? Cepat sebelum pertandingannya berakhir." ujar Tala sambil menarik tangan Ruby, di susul oleh Rina yang mendorong tubuh Ruby supaya cepat berlari. Untung saja pertandingan belum berakhir sehingga mereka masih bisa menonton pertandingannya. Ya, walaupun sudah ketinggalan itu lebih baik dari pada tidak melihat laki-laki tampan, idola mereka.
"Kenapa kalian malah menarikku?" tanya Ruby protes, tetapi di abaikan oleh kedua sahabatnya itu. Bagi Ruby lebih baik diam di kelas atau pulang jika sekolah di bebaskan pulang. Dari pada melihat pertandingan hanya untuk melihat lelaki yang selalu mengganggunya.
Revan nama laki-laki itu. Cover boy dari sekolahnya itu selalu mengganggu Ruby, entah alasan apa yang membuat laki-laki tampan itu selalu mengganggunya.
Waktu terus berlalu pertandingan pun telah usai, dengan skor 2-1 SMA Tunas Bangsa unggul 1 poin. Tala sangat senang dengan hasil akhir itu, karena idolanya yang memenangkan pertandingan, sedangkan Rani memajukan bibirnya tanda kesal. Lalu Ruby? dia tidak perduli tim mana yang menang, baginya tidak penting. Ruby memilih kembali ke kelasnya meninggalkan kedua sahabatnya yang masih asyik memperdebatkan hal-hal kecil.
🌻
Mohon dukungannya ya teman-teman, ini adalah cerita pertamaku.
Bila ada nama tokoh atau cerita yang hampir mirip mohon maaf karena aku juga terinspirasi dari author besar di noveltoon.
Sekali lagi aku ucapkan mohon dukungannya.
"Hei gadis aneh! apa kau tidak akan mengucapkan salamat padaku?" tanya Revan sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil. Sebenarnya banyak perempuan yang ingin mengelapkan keringat Revan, termasuk Selfi cewek populer di sekolah.
"Cih, tidak ada gunanya." gumam Ruby namun masih bisa di dengar Revan. Ruby memilih berlalu meninggalkan laki-laki keren itu. Sedangkan Revan, menipiskan bibirnya sambil memperhatikan punggung Ruby yang semakin menjadi. Ia sama sekali tidak berniat mengejar perempuan yang selalu menggunakan kacamata itu.
Bagi Revan, menganggu dan membuat Ruby kesal sudah cukup menyenangkan. Tanpa mereka sadari ada yang melihat kejadian itu. "Menyebalkan," gerutu Selfi. Ia menghentak-hentakan kakinya di lantai kemudian berlalu.
🌻
Di tempat lain tepatnya di rumah Stefan, kini ia tengah uring-uringan. Stefan tidak terima dengan kekalahannya. "Sudahlah Kak, kau hanya kalah sekali bukan berkali-kali," ujar Stefani. Ia mencoba menenangkan Kakak kembarnya itu.
"Berhentilah ceramah! kau tak akan mengerti, aku tidak pernah terkalahkan!" setelah mengatakan itu Stefan berlalu, masuk ke dalam kamar mandi. Ia ingin membersihkan tubuhnya yang berkeringat juga mendinginkan otaknya yang panas.
Stefan adalah anak kedua dari tiga bersaudara, Kakak pertama Stefan bernama Stela. Ia seorang dokter di rumah sakit besar di Bandung, ia sudah menikah dengan rekan kerjanya. Karena itu orang tua Stefan memberikan tanggung jawab yang begitu besar kepada anak laki-laki satu-satunya untuk mengelola perusahaan keluarga. Dan untuk saat ini Stefan hanya di beri tugas untuk mengelola perusahaan cabang sebagai latihan menjadi pimpinan besar.
🌻
Ruby turun dari angkutan kendaraan umum tepat di depan rumahnya. Ruby anak angkat dari pasangan suami-istri yang tidak di karunia anak, mereka hidup sederhana.
Entah apa alasan di masa lalu sehingga Ruby di adopsi oleh orangtua angkatnya. 'Aa aku tidak di inginkan orangtua ku?' 'apa mereka membenciku?' itu adalah beberapa pertanyaan yang bersarang di benak Ruby. Namun, sampai saat ini pun ia tidak mengetahui alasan pastinya.
"Assalamualaikum." Ruby mengucapkan salam begitu masuk ke rumah. Ia langsung di sambut mama Tini, ibu angkatnya. "Waalaikum salam," jawab Mama tini. Ruby meriah tangan kanan mama Tini kemudian mencium punggung tangan wanita yang sudah merawatnya itu.
"Ma, Ruby ke atas dulu ya," ujar Ruby. Mama Tini mengangguk mengizinkan. Dengan gontai Ruby mulai menaiki satu persatu undakan anak tangga demi sampai ke kamarnya. Setelah masuk ke dalam kamar, Ruby langsung membuka kacamata dan masker yang selalu menempel di wajahnya ketika keluar rumah.
Sebenarnya Ruby merasa tidak nyaman harus memakai masker tiap keluar rumah. Namun, apa boleh buat? ini perintah orangtuanya.
Hari semakin gelap, sudah waktunya untuk makan malam. seperti di kediaman Stefan kini, ia dan keluarganya tengah berkumpul di meja makan, mereka sedang menyantap hidangan yang di masak oleh bi Atun pembantu yang sudah mengabdi sejak lama. Di sela-sela makan, ayah Albert berbicara. "Stefan sebenarnya ada yang mau ayah bicarakan."
Stefan menghentikan kunyahannya. Ia mendongakkan kepalanya demi melihat sang ayah yang ada di depannya. "Mau bicara apa ayah?" tanya Stefan. Ia di buat penasaran dengan apa yang akan di bicarakan oleh ayahnya. "Ayah mau kamu menuruti apa yang ayah bilang," ucap Ayah menjeda ucapannya.
"Apa itu?" tanya Stefan semakin penasaran. Ia menanti sang ayah melanjutkan ucapannya. "Sebenarnya kamu sudah kami jodohkan dengan anak teman Ayah," tutur Ayah yang membuat Stefan tercengang. "Apa? apa Ayah tidak salah? kenapa harus di jodohkan," pekik Stefan.
"Maafkan Bunda, Sayang. Ini memang sudah keputusan kita semua, lagi pula ini yang terbaik bagi kita," sambung Bunda Sofi memberi pengertian. "Memang siapa Bun, yang akan di jodohkan dengan Stefan?" Tanya Stefani. Ia sangat di buat penasaran dengan itu.
"Nanti juga Kalian tahu, karena besok kita akan ke rumahnya untuk membicarakan pernikahan," jawab Bunda. "Bunda, apa tidak salah? kenapa buru-buru seperti ini? aku aja belum memberikan keputusan, mau atau tidaknya," rengek Stefan. Ia tidak bisa menerima perjodohan ini, karena Stefan masih mencintai mantannya.
🌻
Terimakasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan jejak like love vote hadiah dan komennya ya.
Tidak beda jauh dengan kediaman Stefan, di kediaman Ruby pun mereke sedang berkumpul di meja makan. Berbeda dengan keluarga Stefan yang menyantap masakan pembantu, keluarga Ruby sedang menyantap hidangan yang di masak langsung oleh mama Tini. "Ruby, ada yang ingin papa bicarakan," ujar Papa Ton di sela-sela makannya.
"Mau bicara apa Pa?" tanya Ruby penasaran. "Besok teman Papa akan kesini untuk membicarakan pernikahan kamu, By," tutur Papa langsung kepada intinya. "Apa?" pekik Ruby. Tidak jauh berbeda dengan Stefan, reaksi Ruby pun sama. "Ruby tidak mau nikah muda Pa, Ruby masih SMA" ujar Ruby mencoba membela diri.
"Sayang, walaupun kamu masih SMA tapi sebentar lagi kamu akan lulus." Sekarang Mama tini yang angkat bicara. "Kamu tahu? laki-laki yang akan menjadi suami kamu itu anaknya baik, dia juga tampan. Kamu pasti suka," sambung Mama tini masih membujuk Ruby. "Kamu mau ya? ini juga untuk kebaikan kamu." Papa Toni pun ikut membujuk.
'Kalau dia tampan, apa mau sama aku?' tanya Ruby pada diri sendiri. Melihat Ruby yang diam saja, Papa Toni menganggap Ruby setuju. lagi pula Papa Toni tahu, Ruby tidak akan mungkin menolaknya. Ia tahu Ruby anak yang sangat penurut, jadi tidak perlu capek-capek membujuknya. Lagi pula ini demi kebaikan Ruby.
🌻
Keesokan harinya di sekolah, Stefan diam tidak menanggapi candaan temannya, Josef dan Beni. Walaupun Stefan populer disekolahnya, tetapi ia tidak memiliki banyak teman. Stefan tahu mereka mendekati hanya karena harta, tidak tulus ingin berteman.
Termasuk mantannya Adelia, menerima cintanya karena harta. Saat itu Stefan dan Adelia adalah pasangan yang paling serasi membuat siapa saja yang melihatnya akan iri. Namun, pasangan serasi itu harus putus saat Adelia ketahuan hanya memanfaatkan kekayaan Stefan.
Stefan masih memikirkan tentang perjodohan yang di bicarakan ayah tadi malam. Di benaknya Stefan bertanya-tanya. 'Apa perempuan itu sama seperti Adelia? yang hanya memanfaatkan harta yang dimilikinya saja?'
Adelia teman satu kelas Stefani, mereka berteman waktu itu. Namun, karena hubungannya dengan Stefan berakhir dengan tidak baik-baik. Membuat pertemanan itu renggang. Bel masuk berbunyi. "Stefan ayo masuk." Josef dan Beni menyadarkan Stefan dari lamunannya.
Stefan salah satu siswa berprestasi, ia selalu berpenampilan rapi. "Ah, iya." Stefan berjalan mengikuti Josef dan Beni untuk masuk kedalam kelasnya.
🌻
Di sekolah lainnya tepatnya di sekolah tempat Ruby ngais ilmu. Ruby tengah ada di dalam kelas, karena jam mata pelajaran sudah di mulai. Ia tidak fokus mengikuti pelajaran kali ini, karena masih memikirkan perbincangan semalam dengan kedua orang tuanya.
Revan yang memperhatikan Ruby pun menyadari Ruby seperti sedang memiliki sesuatu. 'Apa yang sedang di pikirkan gadis itu?' tanyanya pada diri sendiri. Saking asyiknya memperhatikan Ruby, ia tidak menyadari Guru yang sedang memperhatikannya.
"Revan apa yang sedang kamu pikirkan? kenapa tidak memperhatikan ibu?" tegur Bu Yanti guru matematika. Mendengar ada yang bertanya kepadanya, Revan mengalihkan perhatiannya kepada bu Yanti. "Bu, anu sedang memperhatikan Ruby," jawab Revan, kemudian nyengir kuda.
Jawaban Revan membuat Selfi mengumpat dalam hati. 'Cih, Ruby lagi Ruby lagi! apa bagus nya cewek itu?' Ruby yang mendengar ocehan Revan hanya diam, acuh tidak peduli.
Waktu istirahat tiba Ruby dan teman-temannya kini tengah berada di kantin, menikmati bakso dengan kuah super pedas. "Emmm. Teman, apa yang akan kalian lakukan jika kalian di jodohkan dan harus menikah di usia muda?" tanya Ruby dengan wajah serius.
Tala dan Rani yang sedang bercanda pun berhenti. Mereka menatap wajah Ruby dengan serius. Namun, detik berikutnya mereka tergelak kencang, merasa lucu dengan pertanyaan Ruby.
🌻
Terimakasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan jejak like love vote hadiah dan komennya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!