......................
Selama hidupnya, Lyra Serafina Estrella selalu mendapat apa yang ia inginkan. Namanya saja diambil dari nama bintang seperti tradisi keluarga Estrella yang selalu menamai keturunan mereka dengan nama bintang ataupun bunga sesuai dari marga "Estrella" yang diambil dari bahasa latin "Estelle" yang berartikan Bintang. Lyra berarti Berani sedangkan Serafina mempunyai arti Malaikat. Jadi, bisa diartikan bahwa namanya memiliki arti Malaikat Pemberani keluarga Estrella.
Gadis cantik berambut coklat keemasan yang bergelombang dengan mata hazel itu dengan malas dan ogah ogahan terbangun dari tempat tidurnya tak kala mendengar teriakan mommynya yang menggema diseluruh penjuru Mansion.
"Lyra! Bangun! Turun, sayang. Kau harus sekolah". Yang di selangi dengan ketukan tak henti henti dari pintu kamarnya.
Lyra mendesah malas. Gadis itu berjalan dengan gontai menuju pintu kamar berwarna putih itu dan kemudian membukanya, menyambut wajah mommynya yang tengah berdecak.
Lily Estrella, atau nyonya di keluarga Estrella menatap putrinya dengan tatapan tak percaya. Hampir pukul tujuh dan putrinya baru bangun?
Lyra menyengir tanpa rasa bersalah, "Maaf mommy, semalam aku terlalu suntuk karena membaca buku"
"kau ini alasan saja! Mommy tahu ya Lyra, kalau kau diam diam melihat drama Korea semalam"
Lyra tersenyum tanpa dosa.
Lily menggeleng melihat kelakuan putrinya, "Sudahlah, kau mandi saja. Setelah itu turun, ya? kami semua sudah menantimu"
"siap, Mommy!". Ujar Lyra sembari memberi hormat pada Lily.
Gadis cantik itupun mulai melakukan rutinitas paginya. Seperti mandi, kemudian berpakaian. Setelah selesai memilih pakaian dari walk in closet megah miliknya, Lyra berjalan menduduki kursi riasnya. Mematut wajah ayunya di depan cermin.
Gadis itu memilih untuk memoles wajahnya dengan makeup simple. Kemudian menyisir rambutnya. Dan iapun siap!
Lyra harus menuruni tangga untuk sampai diruang makan mereka. Dapat ia lihat, Lily —Mommynya, Orion –daddynya dan Leo –kakak laki lakinya tengah bercanda gurau di meja makan.
Atensi mereka pun teralihkan ketika Lyra memasuki ruangan. Orion merentangkan tanganya yang disambut pelukan manja dadi Lyra.
"Morning, my star". Ujarnya, mengelus rambut putri kesayanganya dengan penuh cinta.
Setelahnya, Lyra beralih mengecup Kening mommynya dan mendudukkan diri disebelahnya, tepat diseberang Leo
"Siang sekali kau bangun. Benar benar pemalas". Ejek Leo.
Lyra mendelikkan matanya tak suka, "Jangan bicara sembarangan ya!".
Leo terkekeh, "pemarah sekali". Ujarnya.
Lyra tidak memperdulikan Leo. Memilih untuk mengisi piringnya dengan berbagai santapan yang sudah tersedia di meja. Sementara Orion dan Lily hanya menggeleng melihat kelakuan kedua anak mereka.
Sarapan mereka habiskan dengan tenang. Setelah itu, Lyra dan Leo pun berpamitan dengan kedua orang tua mereka.
Lyra saat ini tengah menempuh pendidikan di Royal College of Art. Sementara Leo mengambil jurusan Bisnis di Imperial college.
"Take care, Lil sis" Leo memeluk Lyra erat.
"You too". Balas Lyra. Mereka pun berpisah jalan.
Biasanya Lyra tidak suka menaiki mobilnya sendiri. Jika ada supir kenapa kau harus repot repot mengemudikanya sendiri? Namun tidak dengan hari ini. Pasalnya ia memiliki rencana yang kedua orang tuanya tidak tahu dan mau tak mau ia harus mengemudikan mobilnya sendiri.
Iapun segera menuju ke garasi. Dimana tempat segala mobil mewah milik keluarga mereka disimpan. Gadis itu menghampiri mobil lamborghini aventador svj warna orange. warnanya memang mencolok, namun selaras dengan harganya yang dibandrol sebesar dua puluh dua milyar. Serta jumlahnya yang hanya diproduksi sebanyak 800 didunia.
Dengan itu, Lyra mengemudikan mobilnya. Menembus jalanan padat kota London dengan kawasan metropolitanya.
Selang beberapa menit, ia pun sampai dibangunan megah Royal College of art yang merupakan satu satunya sekolah seni di Inggris serta sekolah seni terbaik nomor satu didunia dengan biaya kuliah 255.900.000. Rata rata siswanya adalah anak dari kalangan atas. Lyra sangat menyukai design sejak kecil. Itulah mengapa kedua orang tuanya menyekolahkanya disini.
Sampai disana, Lyra dapat melihat sosok kedua sahabatnya, Ashley dan Kenzie yang melambai padanya.
Lyra merangkulkan lengannya pada pundak kedua sahabatnya. Berasama mereka berjalan memasuki sekolah. Sepanjang perjalanan, tidak sedikit laki laki yang bersiul ataupun memandang dua kali ketika Lyra lewat. Tak mengherankan memang, ketika Lyra merupakan siswa paling populer disana karena kecantikkan dan juga nama keluarganya yang terpandang. Semua orang tau si Queen bee yang satu ini.
"Nanti malam jadi kan?". Tanya Ashley —yang berambut merah dengan makeup tebal dan stilleto diantara mereka.
Lyra menanggapinya dengan semangat, "tentu saja jadi! aku sangat membutuhkan hiburan, kau tahu?".
"Geez... tidak biasanya. Kau kan anak rumahan. Tapi biar kutebak, keluargamu tak tahu kau akan pergi?". Tebak gadis bermata hijau dan rambut hitam sebahu, Kenzie.
Lyra memutar bola matanya malas, "Lalu kenapa? toh, aku sudah besar. Bisa menjaga diriku sendiri?"
Mereka bertiga memiliki rencana untuk pergi ke club ternama dikota ini. Memang benar, Lyra adalah anak paling dijaga, oleh karena itu kedua orang tuanya dan terlebih Acturus akan marah besar jika putri polos mereka diam diam pergi ke tempat laknat itu.
...****************...
Setelah pulang kuliah, mereka bertiga sepakat untuk berkumpul di rumah Ashley, dikarenakan orang tuanya yang tidak pernah dirumah.
Saat ini, ketiganya tengah bersiap siap dengan mengaplikasikan make up pada wajahnya kemudian memakai pakaian seksi yang mereka bawa.
"wow! kau seksi sekali Lyra! lekukanmu tentu akan membuat laki laki disana bertekuk lutut padamu!". Puji Kenzie.
"Damn Girl, jika aku laki laki. Aku tidak akan menyia nyiakan waktu untuk memakanmu". Imbuh Ashley sembari menaik turunkan alisnya.
Lyra mendengus, kemudian memeluk kedua sahabatnya itu, "Sudahlah, kalian berdua juga sangat cantik. Tapi terima kasih atas pujianya"
Merekapun berangkat. Hingga beberapa menit kemudian mereka sampai di club malam ternama bernama "Kore"
Setelah menunjukkan kartu identitas pada penjaga club. Mereka dengan bersorak pun masuk kedalam. Bunyi dentuman musik dapat didengar, begitupula dengan lautan manusia yang tengah menari di lantai dansa.
Ketiga gadis itu melangkahkan kaki jenjang mereka menuju bar. Kemudian memesan minuman ber alkohol.
"Cheers untuk malam terbaik kita!". Ashley berseru, mereka bertiga pun mendentingkan gelas mereka dan meneggak minuman itu.
Lyra harus meringis ketika minuman itu masuk ke kerongkonganya, rasanya sungguh aneh. Namun tak lama membuatnya merasa sangat ringan, ia jadi melupakan semua masalahnya.
"Aku akan menari, kalian berdua terserah ingin melakukan apa". Tanpa menunggu persetujuan temannya, Kenzie melenggang pergi ke lantai dansa. Keduanya, Ashley dan Lyra tersenyum miring melihat kelakuan Kenzie.
Ashley menyikut Lyra, "Hei, kau lihat itu?" Ujarnya menunjuk pada seorang pria tak jauh dari mereka yang sedari tadi terus menatap kearah bokong Ashley.
"i think im gonna f*ck him tonight. Bye b*t*h"
Lyra menghela nafas. Disinilah ia, sendiri tanpa kedua sahabatnya. Memang kurang ajar.
Lyra sudah tidak ingat menenggak berapa banyak alkohol malam ini. Yang ia butuhkan adalah sesuatu untuk bersenang senang.
kemudian ia merasakan kehadiran seseorang disampingnya. Lyra pun menoleh.
Saat itu pula ia dapat merasakan nafasnya tercekat. Laki laki dihadapanya sangat tampan. Rambutnya sehitam malam dengan beberapa helai yang jatuh didahinya, wajah adonis dengan rahang tegas yang memancarkan kewibawaan, bibirnya yang merah untuk ukuran laki laki. Lyra dapat melihat urat urat jarinya menonjol saat laki laki itu memegang gelas whiskinya. Laki laki asing ini memakai pakaian kemaja berwarna hitam yang lengannya sudah digulung dan juga celana hitam. Namun yang membuat Lyra terpesona adalah...
saat laki laki itu menoleh. Lyra dapat melihat mata abu abu layaknya badai menatap balik padanya.
Rasanya ia mau pingsan saja! Kenapa laki laki ini harus terlalu tampan?
......................
Suara tembakkan terdengar memekakan telinga. Diikuti dengan jeritan dan tumbangnya pria berkulit hitam yang tengah diikat dengan tidak berdayanya di tengah ruangan.
"Kita mempunyai masalah".
Laki laki itu dengan santainya memadamkan rokok yang tengah ia sesap. Mata abu abunya sama sekali tidak teralihkan pada sosok mayat yang tergeletak mengenaskan ditengah ruangan.
Alessio Nikolai Romanov, satu satunya heir dari salah satu Russian Bratva dan juga paling utama. Keluarga Romanov merupakan King dari perkumpulan Mafia Rusia paling berpengaruh yang disebut Bratva.
Laki laki ini masih berusia dua puluh empat tahun. Artinya, umurnya masih terlalu muda untuk menggantikan ayahnya sebagai Pakhan/Capo Dei Capi (Don) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Mereka yang dijuluki Pakhan artinya adalah bos dari segala bos. Merekalah yang memegang kendali dalam organisasi sekaligus pembuat keputusan akhir.
Jika mengingat itu, rasanya Alessio ingin berdecih saja. Umurnya memang masih muda. Namun itu sama sekali tidak mempengaruhi skill dan kemampuanya dalam memimpin.
"Katakan padaku". Ujarnya, dengan suara dingin pada Theodore Romanov, yang merupakan saudara tanpa hubungan darah sekaligus tangan kanan, second in command dan juga underboss Alessio.
Keluarga Theodore selalu melayani Romanov dari generasi ke generasi. Moyang mereka sudah bergabung dengan Bratva dan selalu menjadi second in command dari Romanov Family yang notabenya adalah keluarga kasta tertinggi dari Mafia Rusia menjadikan mereka sangat ditakuti setelah Pakhan dan pewarisnya. Hal itulah juga yang membuat Romanov family memberikan nama belakang mereka pada keluarga Theodore. Karena mereka adalah satu.
"Aku sudah menyelidikinya, kebakaran di club kemarin adalah ulah dari mata mata yang dikirimkan oleh Italia". Ujar Theo dengan suara kasar yang sama sekali tidak disukai oleh Alessio, karena itu tandanya sesuatu yang buruk telah terjadi.
"Siapa?". Tanya Alessio. Kali ini memusatkanya pada Theo sepenuhnya.
"Orang suruhan Alberto Moretti". Alessio mengeratkan cengkramanya pada gagang kursi hingga buku jarinya memutih. Wajahnya nampak tanpa ekspresi, namun Theo dapat melihat kemarahan besar dibalik mata abu abu yang sekarang segelap awan badai itu.
The Italian dan Russian memang bermusuhan sejak banyak dekade lalu. Namun untuk Romanov dan Moretti, permusuhan mereka sangat dalam dan tak berakar.
Fakta bahwa Moretti kali ini telah berani mengusik daerah kekuasaan Romanov dengan membakar salah satu klub milik mereka membuat Alessio semakin murka.
"Sudah saatnya kita kembali ke London".
"Alessio, kau yakin? bagaimana dengan Asteria?"
"Bagaimana dengan dia?".
Theo terdiam. Kemudian menghela nafas kasar, "Alessio. Tidak peduli seberapa aku membencinya, dia adalah istrimu"
Alessio tertawa, "Aku tidak tahu apa maksudmu, Theo. Wanita itu adalah alat negoisasi ayahku"
Asteria Romanova, atau sebelumnya dikenal sebagai Asteria Mikhailov**a* adalah wanita berusia dua puluh empat tahun yang menyandang status sebagai istrinya. Pernikahan mereka didasarkan atas kerjasama Romanov dan Mikhailov yang juga merupakan anggota Bratva. Alessio sama sekali tidak mencintai istrinya, walaupun itu sama sekali tidak memberhentikanya untuk sesekali memuaskan hasratnya dengan istrinya. Karena salah satu alasanya adalah, ayahnya akan curiga jika Alessio tidak kembali pada Mansion mereka dalam jangka panjang. Dan ketika Alessio dirumah, Asteria akan melakukan apa saja untuk membawa suaminya itu ke ranjangnya*.
"Terserah kau saja, Brengsek". Bukanya marah, Alessio malah tertawa mendengar umpatan Theo. Mereka memang bisa dikategorikan "brother" karena ikatan yang mereka miliki sangat kuat dan begitu juga dengan loyalitas Theo pada Alessio.
"Siapkan pesawatku, kita akan pergi ke London malam ini"
...----------------...
Penerbangan dari Moskow ke London memakan waktu empat jam. Sesampainya disana, Alessio tidak membuang waktu dan langsung menuju pada tempat yang ia tuju yaitu Kore.
Kore atau nama lain dari Persephone atau dewi musim semi merupakan nama dari salah satu klub yang dimiliki Romanov. Yang kebetulan merupkan klub termewah dan paling elite di London. Selain itu, klub ini juga kerap kali digunakan sebagai tempat pertemuan kalangan atas untuk mendiskusikan bisnis dan lain lain.
Mengendarai Bugatti La Voiture Noire warna hitam miliknya, Alessio menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak? mobil yang dinaikinya adalah mobil dengan predikat mobil termahal didunia dengan harga fantastis yaitu 192 miliar.
Alessio pun memasuki klub. Para pengawal langsung menunduk melihat kedatangan sang tuan muda. Alessio tidak repot repot untuk ke lantai dansa, karena kemudian laki laki itu langsung menuju lantai atas.
Tibalah ia dilantai VVIP yang dibangun dari kaca tembus pandang, mereka yang didalan dapat melihat aktivitas yang diluar. Namun mereka yang berada di luar tidak dapat melihat aktivitas yang ada didalam.
Ruangan dijaga oleh empat orang pengawal yang langsung membukakan pintu ketika Alessio hendak masuk. Mata abu itu menyapu ke sekeliling ruangan dan tersenyum puas ketika orang orang kepercayaanya telah sampai.
"Alessio, wow! kau tidak berubah ya, setelah sekian lama".
"Jangan mendramatisir, Viktor. Kita baru saja bertemu seminggu yang lalu".
Laki laki itu, Viktor Romanov juga merupakan salah satu "brother" dari Alessio. Laki laki berambut sandy blonde ini direkrut oleh Alessio semenjak mereka bersekolah di satu fakultas yang sama karena kecerdikannya.. Hingga kemudian menjadikanya keluarga dengan nama Romanov. Viktor adalah yang mereka andalkan ketika mengurus dokumen dokumen penting.
Viktor memberika gestur terluka pada dada bagian kirinya, "Ouch. Kukira kau merindukanku. Tak apalah, ada Aleksei disini". Ujarnya mengedip pada laki laki berperawakan tinggi dengan rambut hitam dan bekas luks dibagian alis kirinya.
Aleksei Romanov. Si Killing Machine (Pembunuh berdarah dingin) yang hampir tak pernah tersenyum sama sekali. Alessio menemukanya saat tengah menyergap salah satu markas Italia dan menemukanya tengah disiksa oleh orang orang Alberto. Alessio menolong laki laki itu dan menawarinya masuk dan langsung disetujui oleh Aleksei. Aleksei bertugas sebagai pengeksekusi diantara mereka.
Mereka berempat sangat dekat satu sama lain. Mereka juga mengandalkan satu sama lain. Sebagai bagaimana "saudara" pada umumnya. Loyalitas mereka pada Alessio pun tak main main.
"Sudahlah, ayo kita bahas tentang Alberto". Theo menengahi ketika melihat tatapan tajam Aleksei pada Viktor.
Viktor pun berdeham, kemudian dengan raut serius ia bersuara. "Anak buahku berhasil masuk kedalam salah satu bisnis underground Alberto. Mungkin diperlukan waktu sekitar seminggu untuknya bisa menggali informasi".
Alessio mengangguk puas dengan jawaban Viktor. Satu dari satu mereka pun mulai melapor pada Alessio. Percakapan dan diskusi pun terjadi.
Selang satu jam, diskusi pun selesai. Alessio berdiri dan melepas kemejanya dan memberikanya pada seorang pelayan, menyisakanya hanya dengan kemeja hitam yang digulung sampai siku.
"Kalian bersenang senanglah. Aku akan keluar" Ujarnya yang diangguki oleh ketiganya.
Alessio pun keluar dari ruangan dan menuju balkon. Ia dapat melihat lautan manusia yang menari di lantai dansa, tak ada satupun diantara mereka yang menarik perhatianya, hingga kemudian tatapanya terpaku pada gadis yang tengah duduk di bar seorang diri.
Sejenak Alessio terpana melihat kecantikkan gadis itu. Dari atas sini, ia bisa melihat rambut coklat bergelombangnya yang menuruni punggungnya tak ayal membuat Alessio ingin menyisir rambut itu dengan jemarinya. Kulit putih nan mulus yang membuatnya ingin meninggalkan jejak merah disana. Dan jangan lupa pada bibir merah yang meminta untuk dicumbu habis habisan.
Gadis itu memakai dress merah mini yang menunjukkan lekuk tubuh indahnya yang akan membuat seluruh pria mengeluarkan air liur ketika melihatnya, apalagi pemandangan pahanya yang terekpos membuat Alessio ingin paha itu menjepitnya diantara tubuhnya. Dan juga belahan dada yang membuat sesuatu yang keras bangkit dari dirinya. Alessio mengumpat!
****! Dia sungguh cantik dan seksi sekali! Benar benar seperti malaikat penggoda dengan wajah polosnya itu!
Sebelum Alessio menyadari, kakinya sudah terlebih dahulu mengambil langkah mendekati gadis itu. Jarang ada wanita yang bisa membuatnya tertarik sedemikian rupa, namun gadis ini? Alessio dapat melihat sesuatu yang berbeda dalam dirinya dan hal itu membuatnya tertantang.
Persetan! Gadis itu akan menjadi miliknya malam ini! Ia akan memastika bibir seksi itu akan meneriakkan namanya dalam nikmat sebelum fajar menyingsing.
Alessio tersenyum miring
......................
"Kau suka melihat lihat kutebak?". Suara halus, menawan dan sangat berat terdengar dari telinga bagian kirinya. Menyebabkan gadis cantik itu hampir memutar bola matanya. Harinya baru saja menjadi lebih baik, dan hal terakhir yang ia butuhkan adalah seorang pria hidung belang menggodanya disaat saat tenang ketika ia baru menyelesaikan ujiannya hari ini.
Menahan diri untuk tidak mengusir pria itu menjauh darinya, Lyra menahannya sembari menatap pada gelas yang kini isinya telah tandas, jari lentiknya menelisik ujung gelas kaca itu.
"Well. Ketika kau adalah aku, dengan tujuanmu kemari untuk bersenang senang setelah ujian yang membuatku penat dan kau menyadari bahwa semua temanmu adalah ***** dan meninggalkanmu sendiri sementara ini kali pertama kau pergi ke klub", Responnya dengan menggerutu.
Meluangkan waktu untuk akhirnya melirik pria yang ada disampingnya, Lyra hampir tersedak ludahnya sendiri. Bagaimana tidak? Laki laki yang ada disampingnya benar benar tampan!
Wajah dengan struktur yang sangat rapi seolah Tuhan meluangkan waktu untuk memahatnya sedemikian rupa, rambut hitamnya yang sebagian helainya turun didahinya, mata abu abunya yang membuat Lyra terhipnotis, hingga ketika laki laki itu memberikanya seringai hangat, ia dapat melihat lesung pipi dibagian kiri. Mata Lyra menatapnya kebawah, memperhatikan tubuh laki laki ini yang seksi bagai dosa walaupun hanya dibalut kemeja hitam saja.
Tertangkap basah sedang menatap, wajahnya langsung memerah seolah terbakar sinar matahari sehingga membuat laki laki itu terkekeh geli.
"Jadi Ya, kau bisa bilang aku lebih suka melihat". Entah mengapa, Lyra merasakan ucapannya seperti seorang yang mesum. Terlebih lagi ketika ia melihat laki laki itu menyunggingkan senyum miringnya.
Iapun dengan cepat mengoreksinya.
"Maksudku, menari! bukan exhibitionist!"
Lyra meruntuk pada alkohol yang membuat mulutnya selemas ini. Sementara laki laki itu tertawa kecil sepanjang momen memalukan Lyra, memilih untuk mempertahankan kontak mata mereka. Abu abu dengan coklat.
Di sini dia pikir dia akan menjadi pria tua gendut yang mencari sepotong daging untuk dicicipi, namun di sini malaikat yang paling sempurna duduk di sampingnya. Dari semua wanita cantik di bar, dia memilihnya.
"Tadinya aku ingin mengajakmu menari, namun melihatmu tidak tertarik sepertinya tidak".
Apa laki laki ini sedang menggodanya? Lyra semakin memerah, apalagi ketika ia menyadari bagian tubuhnya yang lembab hanya karena mendengar suaranya.
"Kau benar. Aku sepertinya terlalu mabuk untuk melakukanya, aku akan berakhir mempermalukan diriku sendiri nantinya. Tapi terima kasih tawaranya um...", Lyra terbata menyebut nama yang sama sekali belum diberikan oleh laki laki yang kini tengah tersenyum kecil karena kesulitannya.
Sepertinya laki laki itu sengaja. Terbukti dengan membiarkan Lyra kesulitan dan membiarkan keheningan memenuhi mereka. Apakah laki laki ini menikmatinya menggeliat tak nyaman?
"Alessio, Alessio Romanov. Senang bertemu denganmu". Suaranya hampir tampak seperti cairan emas yang halus dan lembut saat disentuh. Namun, untuk beberapa alasan, namanya terdengar agak familier —seolah-olah dia pernah mendengarnya di radio atau dari televisi ataupun pada suatu titik seseorang membicarakannya didekatnya. Meskipun, ada banyak Alessio di dunia, pasti dia salah. Namun demikian saat pikirannya berpacu, dia dengan cepat menjawab.
"Lyra Estrella. Senang bertemu denganmu"
Tanpa ia duga, Alessio mengambil tangannya dan membawanya ke bibirnya. Kemudian mengecup punggung tangannya, selama itu tidak melepaskan kontak mata mereka.
Darah Lyra berdesir, merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan hadir. Sebuah gairah. Mulutnya sedikit terbuka dan ia yakin wajahnya sudah semerah tomat saat ini.
"Kau terlihat seperti wanita yang sangat pintar".
Lyra tergelak dengan ucapan Alessio. "Well. Aku peraih nilai tertinggi di angkatanku", Ujarnya menyombongkan diri.
Alessio terlihat tertarik. "Kau benar benar cantik, diluar dan didalam".
"Kau terlalu baik, Alessio. Aku yakin kau juga seperti itu". Jawabnya dengan polos dan senyum lembut yang dibalas tawa lepas dari laki laki itu.
"Oh, sayangku. Kau terlalu polos untuk kebaikanmu sendiri". Suara Alessio penuh rayuan manis. Tangannya terulur untuk menyentuh beberapa helai rambut coklat bergelombangnya dan menyelipkanya dibelakang telinga Lyra. Tangannya bertahan untuk sejenak dan ujung jarinya menelusuri garis telinganya. Membuat gadis itu malu malu.
"Sangat sopan, sangat manis, sangat polos. Sangat sempurna. Di mana kamu bersembunyi dariku selama ini, sayangku Lyra?"
Untuk sekali dalam hidupnya, dia tidak tahu bagaimana menjawab. Alessio merespon keheningan dan mata coklat bak rusa betina yang menatapnya polos dengan seringai ketika tangannya turun dari pipinya ke dagunya sekali lagi, menarik kepalanya dengan sangat lembut untuk sepenuhnya melihat ke arahnya.
"Katakan padaku Lyra, How good of a girl are you really, thought?". Kebingungan pasti tercetak jelas di wajah Lyra karena setelahnya, Alessio terkekeh tampan ketika Lyra menjawab.
"Apa maksudmu?".
"Maksudku, seberapa baik dirimu, Lyra? apa kau gadis yang penurut? Apakah kau ingin malam berakhir dengan aku mengantarmu pulang, atau kau lebih suka aku mengantarmu ke tempatku?"
Tiba-tiba, gadis itu terbakar di mana-mana dengan sensasi putus asa menginginkan pelepasan. Jenis pelepasan yang tidak pernah tidak pernah dirasakan dan benar benar awam untuknya.
Tubuhnya terasa panas, seperti terbakar. Rasanya berdenyut-denyut untuk disentuh dan dipuaskan dengan cara yang belum pernah dia lakukan sebelumnya.
Apakah itu pikiran sadarnya yang membimbingnya atau alkohol? Tapi ketika ia memikirkanya, ia juga menginginkanya —ralat, Lyra membutuhkan ini
Masalahnya adalah, Lyra tidak pernah melakukan hubungan sebelumnya. Entah apa yang dipikiranya hingga di usia sembilan belas tahun ini ia masih menyimpan keperawananya disaat temannya sudah sudah merasakan nikmatnya dunia. lagipula laki laki didepannya terlihat seperti seorang yang sangat berpengalaman.
Tiba-tiba merasa tidak berpengalaman dan malu, Lyra mengeluarkan rengekan kecil bercampur tawa, dengan malu-malu menatap jari-jari mereka yang entah kapan sudah saling tertaut. Namun, tangan Alessio yang menggenggam dagunya menarik wajahnya kembali ke mendekat pada wajah adonis pria itu —tepat di tempat yang diinginkannya.
"Tidak perlu malu, sayang. Biarkan aku memuaskanmu dengan baik malam ini. Biarkan aku menunjukkan betapa kau dihargai dan bagaimana kau pantas diperlakukan seperti wanita cantik dan pintar." Kata-katanya terdengar seperti mimpi, yang hanya bisa dia harapkan untuk dialami di luar novel roman terlarang.
Pria itu mencondongkan tubuh sedikit lebih dekat ke arahnya, melirik ke seluruh wajahnya yang memerah sebelum menatap mata madunya sekali lagi.
"Aku berjanji untuk memuaskanmu lebih baik daripada yang bisa dilakukan pria mana pun, membuatmu keluar lebih keras dari yang bisa dilakukan pria manapun, dan menghilangkan stress pasca ujianmu. Aku akan menunjukkan padamu bagaimana gadis baik seperti dirimu dihargai dengan segala cara yang mungkin, jika kau mengizinkanku . Akan kutunjukkan betapa enaknya kehilangan kendali, Lyra"
"Aku mau kau mengatakanya, baby". Tangan Alessio yang berada di dagunya mencengramnya lebih kuat dan membawa wajahnya satu centi lebih dekat dengan laki laki itu. "Katakan padaku, apa yang kau inginkan?"
Tidak butuh waktu lama bagi Lyra untuk menjawab, "Aku menginginkanmu Alessio, please"
...----------------...
Note : exhibitionism ini adalah suatu kondisi di mana seseorang mendapatkan rangsangan secara seksual dan mencapai kepuasan ketika dia memamerkan area g*nit*lnya ataupun melakukan m*st*rb*si di depan satu hingga banyak orang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!