Seorang gadis kecil memakai seragam merah putih, berjalan dengan tas berwarna merah muda bertengger di punggungnya. Tangan sebelahnya digandeng oleh seorang pria dewasa yang tidak lain papa gadis tersebut.
Gadis kecil itu bernama Hanna Maira Olinda yang hari ini akan mendaftar di sekolah barunya. Dia baru pindah ke Jakarta bersama orang tuanya karena pekerjaan papanya yang dipindahkan ke Jakarta. Makanya dia juga akan pindah di sekolah baru, bahkan sekolah tersebut terlihat seperti sekolah elit yang terlihat hanya untuk anak anak orang kaya.
Hanna panggilan gadis tersebut saat ini sedang duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Begitu dia melihat sekolah barunya dia sangat senang karena sekolah tersebut sangat bagus bahkan lebih bagus daripada sekolah lamanya yang berada di luar kota.
"Pa... apa Hanna akan sekolah disini?" tanya Hanna dengan matanya terus mengamati setiap sudut seluruh sekolahan tersebut dengan wajah kagumnya.
" Iya sayang... kamu akan sekolah di tempat ini" sahut Doni papa Hanna tersenyum tipis melihat putri semata wayangnya. " Apa kamu suka?" tanya Doni balik.
Hanna mengangguk dengan cepat. " Iya pa Hanna suka!!" jawab Hanna dengan sudut bibirnya yang melengkung ke atas.
" Ya sudah, sekarang kita ke kantor kepala sekolah untuk mendaftarkan kamu" ajak Doni dengan terus menggandeng tangan putri semata wayangnya.
Sebenarnya Doni sudah pindah ke Jakarta sendiri sekitar 2 bulan yang lalu. Hanna dan mamanya masih berada di Malang dimana dulu Doni masih bekerja di sana dan baru dipindahkan 2 bulan yang lalu ke Jakarta. Hanna dan mamanya masih harus nunggu beberapa surat pindah tempat dan mengurusi kepindahan sekolah Hanna terlebih dahulu sebelum akhirnya dua hari yang lalu mereka ikut menyusul Doni ke Jakarta dan tinggal di sana bersama.
Sebelumnya Doni sudah mencarikan rumah untuk mereka tinggalin nantinya dan sekolah terbaik untuk Hanna. Meskipun sekolah yang akan ditempati Hanna merupakan sekolah elit hanya untuk anak anak orang kaya. Bagi Doni hal itu tidak jadi masalah karena dia sendiri juga termasuk orang yang mampu untuk menyekolahkan anaknya di sana. Selain itu juga karena jarak dari rumah mereka dengan sekolah Hanna yang paling dekat maka Doni memutuskan untuk mendaftarkan anaknya di sekolah elit tersebut.
Hari ini Doni minta ijin tidak masuk kerja untuk mendaftarkan putri semata wayangnya ke sekolah tersebut. Karena istrinya belum mengetahui seluk beluk tempat tinggal baru mereka makanya dia sendiri yang akan mendaftarkan sekolah Hanna. Dan istrinya di rumah membereskan dan merapikan tempat tinggal baru mereka.
Saat ini mereka sedang berjalan menuju ke ruang kepala sekolah untuk mendaftarkan sekolah Hanna. Tidak lama mereka telah selesai mengurus segala pendaftaran serta administrasi sekolah baru Hanna. Akhirnya mereka keluar dari kantor sekolah dan akan pulang ke rumah.
Karena baru mendaftar, Hanna baru bisa masuk kelas keesokan harinya karena saat ini urusan pendaftaran baru diselesaikan. Apalagi hari sudah siang dan anak anak di kelas sedang ada kegiatan belajar mengajar.
" Hari ini kita pulang dulu dan besok pagi baru kamu bisa masuk sekolah" kata Doni mengajak Hanna berjalan keluar menuju mobilnya yang terparkir di halaman sekolah.
" Iya pa" sahut Hanna dengan menganggukkan kepalanya sambil berjalan disebelah papanya.
Kepalanya masih terus mengawasi bangunan yang menjulang tinggi yang terlihat bukan seperti gedung sekolahan. Karena bangunan tersebut terlihat indah dan mewah.
Begitu mereka sampai depan mobil, mereka langsung masuk ke dalam mobil dan Doni langsung melajukan mobilnya pelan keluar dari gerbang sekolahan tersebut.
Jarak dari sekolah ke rumah mereka hanya ditempuh sekitar 10 menit. Tapi kalau jalan raya sedang macet waktu yang ditempuh bisa ditempuh sampai 20 menitan. Karena suasana jalan raya yang terlihat sepi maka mereka hanya butuh waktu 10 menitan sudah sampai di rumah.
Doni membeli rumah di salah satu perumahan di kawasan yang tergolong mewah, meskipun bukan perumahan elit yang biasanya ditempati oleh orang orang kaya raya ataupun pemilik suatu perusahaan. Dia sangat bangga karena perumahan yang dia beli dan tempati juga bukan perumahan yang biasa saja.
Doni juga membeli rumah tersebut dari hasil penjualan rumah lama mereka yang ada di Malang. Selain itu juga dari hasil tabungannya selama ini yang dia sisihkan dari uang penghasilan bekerjanya yang mendapatkan gaji yang cukup tinggi. Hingga akhirnya dia bisa membeli membelikan rumah untuk kedua wanita kesayangannya di Jakarta yang bisa dibilang cukup mewah tersebut.
" Mama...." Hanna memanggil mamanya yang berada dalam rumah. Dia berlari kecil setelah keluar dari mobil yang dikemudikan papanya terparkir di halaman rumah mereka.
Terlihat seorang wanita dewasa yang berada di kamar putrinya. Dia sedang membereskan beberapa pakaian Hanna untuk dimasukkan ke dalam lemari.
" Loh... kok sudah pulang?" tanya Vita mama Hanna yang menyambut kedatangan putrinya.
Hanna langsung memeluk Vita yang saat ini sedang duduk atas ranjang milik Hanna. Vita juga membalas pelukan hangatnya dengan senyuman yang mengembang.
Doni yang ditinggal putrinya masuk ke dalam rumah akhirnya ikut masuk dan menuju kamar Hanna dimana di sana ada dua wanita cantik beda usia yang sangat dia cintai. Melihat senyuman dan kebahagiaan keduanya, Doni ikut tersenyum bahagia karena baginya kebahagiaan mereka adalah kebahagiaannya. Dan tujuan hidupnya adalah untuk selalu membahagiakan mereka berdua.
" Senangnya lihat dua wanita kesayangan papa, jadi pengen peluk juga" ucap Doni dengan wajah iri, sambil berjalan mendekati istri dan putrinya yang sedang berpelukan. Doni terus tersenyum dan langsung ikut memeluk kedua wanita yang sangat dia cintai dengan badan yang masih berdiri di sisi ranjang.
Mereka bertiga larut dalam pelukan bahagia karena selama ini mereka sudah hidup sangat bahagia saling mencintai. Doni berulang kali mencium kening istri dan putrinya dengan sayang. Dan tidak lama pelukan mereka terlepas entah siapa yang mulai melepasnya duluan.
" Kok sudah pada pulang? gimana sekolahnya Hanna?" kini Vita bertanya pada suaminya karena sedari tadi Hanna tidak menjawab pertanyaan yang tadi.
" Sudah selesai, besok Hanna sudah bisa masuk sekolah" jawab Doni yang kini ikut duduk di atas ranjang putrinya.
" Syukurlah kalau sudah selesai" sahut Vita dengan menghembuskan nafas lega. " Gimana sayang... apa kamu suka sekolahnya?" kini dia bertanya pada putrinya.
Hanna mengangguk cepat dan terus tersenyum bahagia. " Iya ma... Hanna suka, sekolahnya bagus! bahkan lebih bagus dari sekolahan Hanna yang lama" jawab Hanna dengan senyum cerianya.
" Bagus... putri mama memang hebat" Vita mendaratkan ciuman di kedua pipi Hanna.
" Karena hari ini papa sudah ijin kerja seharian, gimana kalau kita gunakan waktu kita untuk pergi jalan jalan" ajak Doni yang bingung ingin melakukan apa karena dia sudah ijin kerja seharian.
" Mau jalan jalan kemana pa?" tanya Hanna dengan senyum bahagianya.
" Bagaimana kalau kita pergi ke mall" jawab Doni.
" Mama ikut juga kan?" tanya Hanna pada mamanya dengan wajah memelas.
" Baiklah... karena mama juga ada yang maha dibeli mama akan ikut untuk belanja sekalian" sahut Vita yang memang ingin membeli keperluan rumah tangga mereka yang belum ada di rumah tersebut, karena barang barang lamanya sudah dia jual waktu di tempat tinggalnya yang lama. " Ya sudah mama bereskan dulu pekerjaan mama ya, kalian siap siap aja duluan" lanjut Vita lalu membereskan pekerjaan yang belum sempat dia selesaikan karena kedatangan putri dan suaminya.
" Horeee.... kita akan jalan jalan ke mall" teriak Hanna dengan wajah cerianya, dia langsung mengambil baju dan membawanya ke kamar mandi untuk mengganti seragamnya sendiri di kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Doni dan Vita ikut tersenyum saat melihat senyuman dan keceriaan putri tunggal mereka. " Aku juga siap siap dulu ya" pamit Doni yang langsung mencium kening Vita lalu pergi keluar dari kamar putrinya.
Vita sendiri hanya bisa tersenyum bahagia melihat suaminya yang sangat mencintai dirinya. Dia akhirnya melanjutkan pekerjaannya membereskan baju baju Hanna. Setelah itu dia juga bersiap siap hingga semuanya sudah selesai bersiap dan tanpa menunggu lama mereka langsung berangkat untuk jalan jalan menghabiskan waktu kebersamaan mereka sebelum besok semuanya akan disibukkan dengan kegiatan masing masing.
Keesokan harinya Hanna yang sudah siap dengan seragam merah putihnya serta tas berwarna merah muda yang berada di punggungnya. Hanna yang sudah terbiasa mandiri, dia memakai bajunya sendiri baru nanti Vita yang akan merapikan baju serta penampilan dari rambut.
Vita yang sedari tadi sudah bangun pagi dan segera ke dapur untuk memasak membuatkan sarapan untuk suami dan putrinya. Setelah selesai dia akan membangunkan suami dan putrinya untuk segera mandi dan bersiap siap untuk bekerja dan sekolah. Dan Vita sendiri akan membersihkan semua ruangan yang ada di dalam rumahnya. Vita sudah terbiasa melakukan kegiatan rutin paginya seperti itu semenjak di Malang.
Apalagi di rumah lamanya dia juga tidak pernah mempekerjakan seorang asisten rumah tangga, karena menurutnya dia bisa melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri tanpa bantuan orang lain. Dan baginya itu sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi segala keperluan dalam rumah tangganya.
Sebelum membantu putrinya bersiap Vita akan terlebih dahulu membantu suaminya untuk bersiap siap. Entah itu memasangkan dasi suaminya atau memakaikan jas di tubuh suaminya dan merapikannya. Dan jika suaminya sudah selesai dia akan menemui putrinya yang ada di kamar dan membantu merapikan penampilan putrinya.
" Apa putri mama sudah siap pergi ke sekolah barunya?" tanya Vita yang kini sedang menguncir rambut Hanna yang panjang tersebut.
" Siap dong ma" sahut Hanna dengan wajah cerianya sambil duduk di depan meja riasnya.
" Bagus... itu baru namanya anak mama Vita" puji Vita pada putrinya yang selalu terlihat ceria di manapun dia berada.
Vita segera merapikan baju serta penampilan Hanna agar terlihat cantik dan menggemaskan, sehingga nanti waktu di sekolah banyak teman barunya yang akan menyukai dirinya dan mengajaknya berteman seperti dulu sewaktu Hanna di Malang.
Setelah selesai Vita mengajak Hanna untuk turun ke bawah. " Sudah selesai... yuk kita turun ke bawah, papa sudah menunggu kita untuk sarapan" ajak Vita yang langsung diiyakan oleh Hanna.
Hanna dan Vita langsung berjalan keluar dari kamarnya yang terletak di lantai dua menuju ruang makan yang ada di lantai bawah.
Begitu tiba di depan meja makan terlihat Doni sudah duduk di kursi sedang menunggu kedatangan istri dan putri satu satunya.
" Selamat pagi pa..." sapa Hanna lalu mencium pipi Doni.
" Pagi juga sayang" yang ikut membalas ciuman putrinya di keningnya.
Kebiasaan seperti itu sudah mereka lakukan sejak mereka masih tinggal di rumah yang lama. Dan hal itu sudah menjadi kebiasaan yang mereka lakukan sampai sekarang.
Hanna langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan mamanya yang duduk disebelah papanya. Di meja makan sudah tersedia beberapa makanan untuk sarapan pagi mereka kali ini. Vita bergerak mengambilkan nasi serta lauk pauk di atas piring suaminya. Tidak lupa dia juga membantu mengambilkan makanan yang disukai Hanna. Baru setelah itu dia akan meletakkan makanan di piringnya sendiri.
" Berdo'a dulu sayang... kamu yang pimpin do'anya" suruh Doni sebelum mereka memakan menu sarapan yang telah disajikan istrinya.
" Iya pa..." sahut Hanna kemudian dia langsung membacakan do'a sebelum makan dan diamini oleh Doni dan Vita setelah Hanna selesai berdo'a.
Doni dan Hanna langsung menyantap sarapan mereka dengan lahap, karena bagi mereka menu makanan apa saja yang dibuat oleh Vita adalah makanan favorit bagi mereka berdua.
Vita tersenyum senang saat melihat suami dan putrinya makan dengan lahap makanan yang dia masak. Dia merasa menjadi wanita yang berharga karena apa yang dia buat maka suami dan putrinya akan menyukainya tanpa ada protes dari mulut mereka. Mereka berdua bahkan selalu memuji setiap masakan yang dia buat. Makanya dia selalu membuat makanan sendiri untuk mereka berdua.
Kegiatan sarapan pagi mereka telah selesai mereka lakukan dan kini saatnya bagi Doni berangkat bekerja dan Hanna pergi ke sekolah. Vita mengantar keberangkatan mereka ke teras rumah.
" Hanna berangkat dulu ya mah" pamit Hanna sambil mencium kedua pipi Vita lalu bergantian mencium tangan kanan Vita.
" Jadi anak yang baik di sekolah, jangan nakal dan sombong sama temannya biar nanti punya teman yang banyak kayak di sekolah kamu yang lama" Vita menasehati putrinya lalu mencium kedua pipi dan kening Hanna.
Setelah berpamitan Hanna langsung berlari menuju ke mobil ayahnya dan masuk ke dalam menunggu papanya yang masih berpamitan dengan mamanya.
" Aku berangkat dulu ya sayang, jaga diri di rumah baik baik kalau ada apa apa langsung telpon aku" kini Doni gantian menasehati istrinya.
" Iya sayang" sahut Vita kemudian mencium tangan kanan Doni.
" Aku pergi dulu, i love you" ucap Doni lagi dengan romantis kemudian mencium kening dan bibir Vita sekilas.
Doni langsung menyusul putrinya dan masuk ke dalam mobil. Mobil melaju dengan pelan keluar dari halaman rumah mereka. Hanna melambaikan tangannya pada Vita begitu juga sebaliknya hingga mobil mereka membelah jalanan di perumahan mewah tersebut.
Karena masih pagi suasana di jalan raya belum begitu ramai sehingga jalan raya belum terlihat macet. Hanya keramaian anak sekolah yang berangkat sekolah sendiri atau diantar dengan mobil sehingga jalanan belum macet karena jam sekolah lebih pagi daripada jam berangkat ke kantor.
Mobil yang mereka tumpangi telah sampai di depan gerbang sekolah. Kali ini mobil mereka hanya bisa parkir di depan sekolah karena pengantar tidak diperkenankan untuk masuk ke dalam area sekolah tidak seperti Doni sebelumnya yang membawa mobilnya sampai ke halaman sekolah karena mereka kemarin datang saat anak anak sudah masuk ke dalam kelas mereka.
Karena ini hari pertama Hanna masuk di sekolah barunya Doni akan menunggu Hanna masuk ke dalam kelasnya terlebih dahulu baru setelah itu dia berangkat ke kantor. Dan kebetulan dia sudah minta ijin pada guru Hanna dan diperbolehkan menunggu sampai Hanna masuk ke dalam kelasnya.
" Sayang... kamu harus berteman baik sama temanmu dan belajar yang rajin" Doni menasehati putrinya sebelum Hanna masuk ke dalam kelasnya hingga bel masuk kelas berbunyi Hanna masih duduk didepan kelasnya bersama papanya menunggu ibu guru memanggilnya.
" Hanna ayo masuk dulu nak, kita kenalan sama teman sekelas kamu" ajak guru Hanna.
" Iya bu guru" sahut Hanna. " Pa Hanna masuk dulu ya" Hanna beralih berpamitan pada papanya lalu mencium kedua pipi dan tangan kanan Doni.
" Iya sayang, ingat pesan papa dan mama" ucap Doni mengingatkan lalu mencium kedua pipi dan kening Hanna. " Sekarang masuklah" suruhnya.
Hanna berjalan mendekati gurunya sambil melambaikan tangannya dengan bibir yang tersenyum. Doni juga membalas lambaian tangan putrinya hingga tubuh Hanna masuk ke dalam kelasnya barulah, Doni beranjak pergi keluar sekolah baru putrinya dan langsung berangkat ke kantornya yang jalurnya searah dengan sekolahan Hanna.
Sementara itu Hanna yang masuk ke dalam kelas barunya bersama guru kelasnya yang seorang wanita. Lalu dia berdiri di depan menghadap ke semua teman temannya yang melihat ke arahnya.
" Anak anak kalian kedatangan teman baru, dia murid yang baru pindah dari luar kota tepatnya kota Malang, semoga kalian bisa berteman dengan baik" kata guru kelas mengawali pembicaraan di dalam kelas hingga seluruh pasang mata tangan ada di sana menatap Hanna. " Baiklah sekarang biarkan teman kalian memperkenalkan dirinya pada kalian semua" ucap bu guru. " Ayo Hanna perkenalkan diri kamu pada semua teman sekelasmu" suruh bu guru dengan suara lirihnya.
" Iya bu guru" sahut Hanna. " Hallo teman teman kenalkan namaku Hanna Maira Olinda, aku biasa dipanggil Hanna dan aku pindahan sekolah dari Malang" Hanna memperkenalkan namanya di depan teman teman barunya. " Semoga kita bisa berteman dengan baik" lanjutnya dengan berani.
Hanna yang masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar sudah pandai berbicara dengan tegas seperti itu. Itu karena semalam Vita sudah mengajari dirinya saat berkenalan di depan semua teman teman barunya. Selain itu karena Hanna anak yang pintar dan ceria dia mengatakan itu dengan bibirnya yang tersenyum cerah.
" Hallo Hanna" sahut semua teman sekelas Hanna dengan kompak.
" Baiklah nanti kalian bisa berkenalan sendiri dengan Hanna, sekarang kita akan lanjutkan pelajaran kita" interupsi ibu guru. " Dan Hanna kamu bisa duduk di bangku kosong itu" suruhnya pada Hanna.
" Baik bu" sahut Hanna yang langsung berjalan mendekati tempat duduk yang kosong yang ada di dekat jendela 2 dari belakang. Bangku disekolah itu hanya terdiri satu bangku tiap anak jadi mereka semua duduk sendiri sendiri.
Setelah Hanna duduk ibu guru kelas akhirnya memberikan materi pelajaran yang kebetulan hari itu mereka akan mempelajari pelajaran matematika. Dan di sekolah barunya Hanna bisa belajar dengan tenang meskipun dia belum begitu mengenal semua teman kelas barunya. Tapi dia bisa belajar dengan nyaman dan tenang.
Suara bel berbunyi menandakan anak anak bahwa kegiatan belajar mengajar telah selesai digantikan dengan waktu istirahat. Tentu saja hal itu membuat anak anak yang sedang pusing dengan pelajaran menjadi senang karena akhirnya pelajaran sudah selesai.
Tidak terkecuali kelas baru Hanna yang awalnya tenang karena saat itu mereka sedang pusing dengan pelajaran matematika. Tiba tiba langsung ramai karena suara sorak sorai teman sekelas Hanna setelah mendengar bel berbunyi waktunya istirahat.
Ibu guru yang sudah terbiasa akhirnya mengakhiri pelajaran dengan memberikan tugas rumah untuk muridnya, kemudian beranjak keluar dari kelas menuju ke kantor guru juga untuk beristirahat sebelum nantinya akan mengajar lagi di kelas lainnya.
Teman sekelas Hanna banyak yang berhamburan keluar kelas menuju ke kantin untuk makan. Tiba tiba ada 2 cewek teman di kelasnya datang menghampirinya.
" Hai Hanna, kenalin namaku Dita" kata salah satu teman Hanna yang mengajaknya berkenalan dan mengulurkan tangan kanannya mengajak Hanna berjabat tangan.
Hanna tersenyum " Hanna " Hanna menjabat tangan Dita dengan bahagia dengan menyebutkan namanya kembali. " Kalau kamu siapa?" pandangannya beralih pada cewek yang berdiri di sebelah Dita.
" Hai namaku Viona" sahut cewek yang berdiri disebelah Dita ikut mengulurkan tangan kanannya.
" Aku Hanna" sahut Hanna juga menerima jabatan tangan Viona dengan senyuman manis di wajahnya.
" Ya udah yuk kita ke kantin?" tanya Dita sambil menarik tangan Hanna pelan.
" Ke kantin?" tanya Hanna balik bingung, pasalnya tadi dia tidak minta uang saku pada papanya karena terlalu kepikiran mau bertemu teman baru di kelasnya.
" Hemmm.." Dita menjawab hanya dengan bergumam sambil mengangguk. " Tunggu dulu, kamu belum dapat kartu untuk pengambilan makanan di kantin?" tanya Dita yang mulai penasaran karena Hanna terlihat kebingungan.
" Kartu? kartu apa?" tanya Hanna yang masih belum mengerti maksud dari ucapan teman barunya tersebut.
" Kar...." belum sempat Viona menyahuti pertanyaan Hanna tiba tiba ada yang berteriak di belakang Hanna.
" Kalian berisik banget sih!, sana keluar kalian semua!" suara bentakan dari seorang cowok yang memotong ucapan Viona barusan.
Sontak saja ketiga cewek tersebut langsung terkejut dan melihat ke arah belakang dari tempat duduk Hanna. Dan hal itu membuat mereka semua langsung terdiam pasalnya cowok tersebut terlihat sangat marah karena mendengar suara berisik ketiga cewek di depannya.
Hanna langsung terpaku melihat wajah cowok yang duduk di belakangnya. Meskipun masih kecil Hanna bisa melihat wajah cowok tersebut sangatlah tampan, kulit putih dengan hidung mancungnya yang langsung membuat Hanna terpaku melihatnya.
" Apa lihat lihat!" bentaknya lagi kini bentakan tersebut ditujukan pada Hanna yang otomatis langsung memegang dadanya saking terkejutnya dengan suara lantang cowok tersebut.
" S..so.. sorry..." sahut Hanna dengan suara terbata saking terkejut dan takutnya melihat wajah dingin cowok di belakangnya.
"" Nih... kamu pake kartu makanan punyaku, aku tau kamu pasti belum dikasih kartu makan di kantin kan?" cowok tersebut menyodorkan kartu kecil berbentuk seperti KTP di depan wajah Hanna dengan wajah dinginnya tanpa ekspresi. " Cepet ambil!" bentaknya lagi yang membuat Hanna mau tidak mau langsung mengambil kartu tersebut dan langsung berdiri dari duduknya karena takut akan dimarahi lagi sama cowok tersebut.
" Yuk kita ke kantin dulu..." ajak Viona yang sudah terbiasa melihat sikap dingin teman sekelasnya tersebut.
" Kartunya biar dipake Hanna dulu ya Van?" ijin Dita pada cowok tersebut.
" Hemmm..." gumam cowok tersebut dengan memberi isyarat tangan mengusir ketiga cewek tersebut.
Dita langsung mengajak Hanna dan Viona ke kantin. Begitu sampai di kantin Dita langsung memberitahu Hanna cara menggunakan kartu tersebut untuk mengambil makanan yang diinginkan.
Jadi di sekolah tersebut memang disediakan kartu atas nama siswa tersebut untuk membeli makanan tanpa memakai uang. Dengan menggunakan kartu masing masing siswa yang mengambil makanan di kantin, maka secara otomatis tagihan uangnya akan langsung ditarik secara langsung dari rekening kartu kredit orang tua mereka.
Jadi saat mereka ke sekolah tidak ada yang boleh membawa uang sama sekali, mungkin hanya berjaga jaga para orang tua akan tetap membawakan sejumlah uang pada anaknya hanya seperlunya saja. Dan hal itu memudahkan anak anak melakukan transaksi di kantin tanpa menggunakan uang.
Untuk Hanna karena dia baru masuk hati itu dan pihak sekolah belum membuatkan kartu pengambilan makanan untuk Hanna. Itu disebabkan karena mereka masih harus berkoordinasi dengan pihak orang tua Hanna yang memegang kuasa akan rekening kartu Hanna yang bisa digunakan untuk menarik sejumlah uang yang dipakai untuk membeli makanan putrinya yang ada di kantin ataupun keperluan pembayaran sekolah.
Tadi pagi Hanna juga lupa minta uang saku dari papanya, tapi setelah mengetahui tentang kartu pengambilan makanan di kantin Hanna pikir meskipun tadi dia membawa uang tetap saja tidak bisa digunakan karena pihak kantin tidak menerima pembayaran secara langsung. Dan untungnya tadi teman cowoknya yang duduk dibelakangnya sudah meminjamkan kartu tersebut untuk dia gunakan di kantin sehingga dia bisa ke kantin bersama Dita dan Viona.
Karena Hanna sudah terbiasa sarapan di rumah, kini perutnya masih kenyang karena jam masih menunjukkan angka jam setengah 10 jadi dia masih merasa kenyang. Dan akhirnya semua menemani kedua teman barunya makan di kantin, Hanna hanya mengambil Roti dan sebotol air mineral dari kartu cowok tadi.
" Kamu gak lapar Han?" tanya Viona yang sedang mengunyah bakso kesukaannya. " Kok kamu cuma ambil roti?" lanjutnya masih dengan mengunyah bakso yang ada di dalam mulutnya.
" Aku gak lapar, tadi pagi sebelum berangkat sekolah aku sudah sarapan di rumah" jawab Hanna dengan tersenyum tipis.
Dita membawa nasi kuning di piringnya dan langsung duduk di sebelah Viona. Makanan yang ada di kantin tersebut sangat banyak menunya bahkan kantin tersebut terlihat sangat higienis dan kebersihannya benar benar terjaga. Mungkin juga karena di sekolah tersebut adalah anak anak orang kaya maka segala fasilitas yang ada di sekolah tersebut harus terlihat mewah tapi dan bersih.
Di kantin tersebut benar benar terlihat bersih dan luas seperti ruangan yang lainnya. Bahkan mereka semua terlihat mengantri dengan tertib dan tempat duduk yang cukup banyak sehingga tidak ada murid yang makan sambil berdiri. Sangat berbeda dengan kantin yang ada di sekolahnya dulu yang tempatnya kecil hingga membuat para murid berjubel saat ingin membeli makanan di kantin. Bahkan banyak anak anak yang terpaksa makan dengan berdiri karena tempat duduk yang penuh semua.
" Kenapa kamus cuma ambil roti sama air putih?" tanya Dita yang bingung dengan tindakan Hanna. " Kamu gak perlu takut, kamu mau pake kartunya Vanno untuk beli makanan semua yang ada di kantin ini juga gak masalah Han, karena papanya Vanno itu kaya banget dan dia juga gak bakalan marah kok" kata Dita yang kemudian memasukkan sesendok nasi kuning ke dalam mulutnya.
" Vanno?" tanya Hanna yang penasaran dengan nama Vanno yang disebutkan Dita.
" Hemm... Vanno itu teman kita yang tadi duduk di belakang bangku kamu dan yang minjemin kamu kartu pengambilan makanan di kantin" sahut Viona.
" Iya, kamu gak perlu takut sama dia, karena sifat dia memang kayak gitu dari dulu yang selalu dingin, cuek dan kelihatan sombong. Tapi sebenarnya dia itu anaknya sangat baik kok sama siapa aja" Dita ikut menyahut membenarkan ucapan Viona.
Hanna tidak menjawab hanya mengangguk mengerti setelah dia mengetahui nama teman sekelasnya yang sudah membantunya tersebut, apalagi mendengar cerita pribadinya membuat Hanna akhirnya mengerti.
" Ya sudah kalian cepetan makannya nanti keburu bel masuk bunyi" bujuk Hanna mengalihkan percakapan mereka tentang Vanno.
Tidak lama kemudian mereka telah selesai makan di kantin dan langsung kembali ke dalam kelas. Hanna berjalan menuju ke bangkunya dan dilihatnya temannya yang tadi katanya Dita bernama Vanno tengah duduk dengan kepala telungkup di atas meja seperti orang yang sedang tidur.
Hanna mengurungkan niatnya untuk mengembalikan kartu yang tadi telah dipinjamkan untuknya. Karena dia tidak ingin membangunkan temannya tersebut yang akan mengakibatkan cowok tersebut terbangun dan akan memarahi dirinya.
Hanna langsung duduk di kursinya dengan pelan sambil menunggu teman yang duduk dibelakangnya tersebut bangun dengan sendirinya. Dan tidak lama bel masuk berbunyi menandakan waktunya pelajaran akan dimulai lagi.
Hanna mendengar bangku di belakangnya bergerak dan dia langsung menoleh untuk memastikan. Dan benar saja cowok yang duduk dibelakangnya sudah terbangun dari tidurnya. Hanna sendiri reflek menghadap ke belakang dan menyodorkan kartu pengambilan makanan milik cowok tersebut.
" Makasih sudah meminjamkan kartu ini, nanti kalau kartuku sudah ada aku akan mengembalikan makanan yang sudah aku ambil dari kartumu" katanya dengan suara lirih tanpa berani menatap kedua manik mata elang tersebut.
Vanno menghela nafas panjang. " Kamu pake saja dulu sebelum kartumu diberikan guru" balas Vanno.
" Gak perlu mungkin nanti aku sudah dapat kartuku sendiri" memberikan kartu tersebut di atas tangan Vanno.
Tanpa berkata lagi Vanno langsung meletakkan kartu tersebut di tasnya dengan wajah cuek tanpa menghiraukan Hanna yang masih menatapnya. Sedangkan Hanna hanya bisa mengerutkan kedua alisnya melihat sikap dingin dan cuek Vanno.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!