Pantang mundur untuk kehidupan Mahendra, Mahendra harus berjuang mencari rupiah untuk kehidupannya. walaupun Mahendra punya kedua orang tua, tapi Mahendra tak ingin membebani kedua orang tuanya.
Pagi ini, cuaca sangat cerah. Burung - burung saling bersahutan, menandakan fajar tlah menyingsing.
Seorang perjaka tangguh, sedang mencuci baju dan akhirnya selesai juga untuk pekerjaan rutinitas di pagi hari.
"Mahen...apakah sudah selesai mencucinya?," tanya Ibunya Mahendra yang bernama ibu Nanda.
"Sedikit lagi selesai bu," ucap Mahendra dengan Lembut.
"Setelah selesai menjemur jangan lupa sarapan Nak, ibu sudah masak Nasi Goreng Kesukaanmu," ucap ibunya Mahen.
"Iya bu.. tapi Mahen mandi dulu, biar setelah sarapan langsung ke sekolah," ucap Mahendra.
"Iya cepat nak...nanti kamu terlambat ke sekolah," ucap ibu Nanda.
"iya bu.. sebentar lagi beres," Ucap Mahen yang sedang menjemur pakaiannya.
Ibu Nanda pun bergegas masuk ke dalam rumah untuk mencuci peralatan Masak, hanya nasi goreng yang biasa dimakan untuk sarapan.
Pak Tohar merupakan ayah dari Mahendra, yang hanya bekerja sebagai buruh kuli panggul di pasar. Hanya pekerjaan itu yang Pak Tohar mampu untuk melakukannya, penghasilannya pun tak seberapa. Hanya untuk mampu mencukupi biaya sehari - hari untuk makan.
Saat ini Mahendra duduk di bangku kelas 12 atau kelas 3 SMA. Mahendra yang baru saja melakukan rutinitas paginya, Mahendra segera bersiap - siap mandi dan segera berangkat sekolah.
Mahendra merupakan siswa teladan, karna keteladanannya ini. Mahendra mendapatkan beasiswa, sehingga dapat bersekolah di sekolah favorit. Mahendra tak perlu mengeluarkan biaya untuk sekolah, karna setiap 6 bulan sekali mendapatkan beasiswa.
Mahendra memiliki keinginan setelah lulus sekolah ingin kuliah, tapi itu tidak mungkin terjadi. Karna pekerjaan orang tua Mahen yang hanya buruh kuli panggul dan buruh cuci, hal itu yang membuat Mahen mengurungkan niat.
Mungkin lulus sekolah, Mahen harus bekerja dan mengubur semua keinginan dan cita - cita yang Mahen inginkan.
Mahendra tak pernah mengeluh dengan kehidupannya, selama masih bisa makan dan bernafas bersama orang tuanya. Mahen menjadi anak yang harus kehilangan masa mudanya, di sekolah berjualan roti yang Mahen ambil dari warung bu Romlah. Setelah pulang sekolah, Mahen harus membantu sang ayah menjadi kuli panggul di pasar.
Mahen ingin sekali membantu mencari yang untuk biaya sehari - hari di toko atau minimarket, hanya saja Mahen belum lulus sekolah dan belum ada ijazah.
"Bu...Mahen berangkat ya," ucap Mahen sambil mencium tangan ibunya dengan Ta'jim.
"Hati - hati di jalan ya nak... Kamu pergi ke warung bu Romlah lagi?" tanya Ibu.
"Iya bu... Allhamdulilah dagangan yang kemarin habis terjual tanpa sisa, jadi sekarang Mahen mau ambil roti lagi untuk di dagangkan di sekolah," ucap Mahen.
"Ibu akan selalu mendoakanmu, agar daganganmu selalu habis dan bisa mengumpulkan uang, untuk membeli apa yang Mahen mau," ucap ibunya Mahen sambil mengecup kening anaknya.
"Aamiin bu... Makasih untuk doanya ya bu. Mahen berangkat, Assalamu'alaikum," ucap Mahen.
"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh," ucap Ibu.
Jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, cukup dengan berjalan kaki. Itung - itung Mahen berolah raga jalan pagi.
Sebelum ke sekolah, Mahendra singgah di warung bu Romlah untuk mengambil roti untuk di dagangkan di sekolahnya. Setiap hari Mahendra membawa 20 roti, keuntungan dari 1 roti hanya seribu. Tapi Mahen sangat senang melakukan hal ini, keuntungan dari roti bisa Mahen gunakan untuk keperluan sekolah atau diberikan untuk ibunya.
"Assalamu'alaikum Bu Romlah," ucap Mahendra setelah sampai di rumah Ibu Romlah
"Waalaikum salam nak Mahendra, ini saya sudah siapkan 21 roti, jual saja 20 dan sisanya untuk kamu ya," ucap Bu Romlah
"Terima kasih bu Romlah, ibu selalu melebihkan roti untuk saya," ucap Mahendra
"Gak apa - apa nak...Ibu tidak bisa memberikan lebih, karena memang hanya itu keuntungannya nak," ucap Ibu Romlah.
"Dapat keuntungan dari penjualan roti aja, Mahen sudah bahagia bu. Dan Ibu selalu memberikan roti untuk Mahen juga. Mahen berangkat ya bu, Assalamu'alaikum," ucap Mahen.
"Walaikumsalam nak... Semoga apa yang kamu cita - citakan tercapai dan menjadi orang sukses," ucap Ibu Romlah.
Sesampainya di kelas, ternyata sudah ada Tejo yang merupakan sahabat Mahendra dari awal masuk SMA.
"Mahen... Apakah kamu sudah menyelesaikan PR?" tanya Tejo.
"Allhamdulilah sudah... Saya mengerjakan hingga jam 11 malam, karna soalnya cukup rumit," ucap Mahendra.
"Aku liat yang no 5 dong, aku bingung caranya," ucap Tejo.
"Nih... tapi jangan di liat semuanya," ucap Mahen sambil menyodorkan buku PR.
"Terima kasih Mahen, kamu memang sahabatku yang terbaik deh," ucap Tejo.
Tak lama kemudian, bel masuk pun berbunyi. Ibu Sari pun masuk ke dalam kelas.
" Assalamualaikum anak - anak," ucap Ibu Sari.
"Walaikumsalam bu," jawab seluruh murid dengan serentak.
"Keluarkan tugas yang kemarin saya beri dan kumpulkan di meja," ucap Ibu Sari.
"Baik bu," ucap seluruh murid sambil mengumpulkan tugas ke depan.
Bel istirahat pun berbunyi, menandakan pelajaran pertama berakhir. Seluruh siswa pun berhamburan pergi ke kantin.
Seperti biasa Mahen menjajakan dagangannya kepada teman - teman dan gurunya.
"Hey Mahendra... Nasibmu malang sekali, sampai berjualan disekolah. Kurang ya uang dari orang tuamu?," ucap Aditya yang mengolok Mahendra.
Mahendra tidak pernah ambil pusing dengan semua ucapan Aditya yang merasa dirinya paling kaya di sekolah ini. Selama pihak sekolah tidak melarang Mahendra untuk berjualan, Mahendra akan tetap berjualan.
"Cukup Aditya! kamu itu kaya anak kecil saja, aku sudah lapar ini," ucap Atika yang seolah - olah membela Mahendra.
Sebenarnya Atika malas untuk berpacaran dengan seorang Aditya yang merasa dirinya paling kaya dan sombong. Hanya saja Atika terpaksa menerima Aditya, agar tidak di mempermalukan di hadapan teman - temannya.
Orang tua Atika dan orang tua Aditya merupakan partner bisnis, sehingga mereka menjodohkan anak - anak mereka sejak duduk di bangku SMP.
"Selalu saja kamu membela si tukang roti, apa kamu suka sama dia?" tanya Aditya dengan ketus.
"Gak usah banyak ngomong, kamu gak tau kalau aku itu lapar. Aku mau makan bukan dengar kamu marah - marah," ucap Atika sambil menarik Aditya.
Bagi Atika Mahen itu merupakan sosok pria yang pekerja keras, pinter, baik hati dan tidak sombong. Hanya saja Atika tak mampu mengatakannya, karna takut Aditya marah.
"Bisa gak sih, kalau gak narik aku!" Ucap Aditya.
Atika tidak memperdulikan omongan Aditya yang marah - marah karna seorang Mahendra.
"Awas aja kalau kamu sampai suka sama Mahendra si tukang roti itu, akan ku buat kau menderita hingga bertekuk lutut mohon ampun," gumam Aditya dalam hati.
Mahendra hanya menggelengkan kepala, setelah melihat kelakuan sepasang kekasih yang tidak ada romantis - romantisnya saat berpacaran.
"Mahen... Aku mau roti 2 dong," ucap Tejo.
"Saya kira kamu udah ke kantin tadi," ucap Mahen sambil mengernyitkan alis.
"Saya ke kamar mandi, maklum panggilan alam," ucap Tejo sambil tersenyum.
"Jangan bilang... tadi ada bau - bau busuk itu dari kamu ya, Jo," ucap Mahen sambil menepuk pundak Tejo.
"Sssttt... Jangan keras - keras, nanti yang lain dengar," ucap Tejo.
"Emang anak gak punya akhlaq kamu, main buang gas tanpa permisi. Satu kelas mencium bau busuk dan hampir muntah," ucap Mahendra sambil tertawa.
"Perutku sakit... gak tau kenapa mendadak sakit, makanya tadi langsung ke kamar mandi. Bisa gawat kalau saya ke kantin dan buang gas disana, bisa pingsan semua," ucap Tejo sambil tersenyum.
Mahendra dan Tejo pun tertawa dengan pembahasan buang gas yang wangi sekali, hingga ingin muntah dan pingsan. Tejo merupakan anak orang kaya, tapi Tejo mau berteman dengan siapa saja.
"Mahen... aku mau rotinya 2," ucap salah satu temannya.
"Aku 3 roti," ucap adik kelasnya.
"Mahen... Ibu mau 2 ya," ucap salah satu guru.
"Mahen... Aku mau 3 ya," ucap satu teman sekelasnya.
Tak terasa dagangan Mahen pun tersisa 2 roti dan bel istirahat pun berbunyi. Yang menandakan jam pelajaran selanjutnya akan dimulai.
Begitulah aktifitas dari kegiatan rutin sehari - hari yang Mahen lakukan di sekolah, setelah pulang sekolah Mahen melanjutkan menjadi kuli panggul hingga sore hari bersama ayahnya di pasar.
Akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi, yang menandakan pelajaran sudah berakhir. Seluruh murid bersiap - siap untuk pulang ke rumah. Mahen pun akan segera pergi ke pasar untuk membantu ayahnya bekerja.
Jam pulang sekolah sudah selesai, seperti biasa Mahendra akan pulang dengan berjalan
kaki...
"Mahendra," panggil wanita yang pasti Mahendra sudah tau siapa suara wanita itu.
"Atika, ada apa...?!" ucap Mahendra sambil mendekati Atika.
"Apa roti jualanmu sudah habis?" tanya Atika
"Alhamdulillah, tersisa 2 lagi Tika" jawab Mahendra.
"hmm.. sini kasih saya aja Dra, saya suka roti isi coklatnya buat pengganjal perut malam hari,"
"Kembaliannya di ambil aja" ucap Atika sambil menyodorkan uang 50rb'an kepada Mahendra.
"Harganya hanya 10rb, ini kembaliannya 40rb. sisanya terlalu banyak " ucap Mahendra sambil menyodorkan uang sisa kembalian.
"Kita kan sahabat Dra, anggap aja rezeki kamu hari ini" kata Atika sambil memelas.
"Iya Tika, aku tau kita sahabat, tapi,,bukan sekali ini saja kamu beli roti terus ngasih uang lebih padaku,"
"Jika aku memang butuh uang mending aku kerja tanpa harus ngambil uang sama kamu,"
"Aku tau aku orang tak punya tapi bukan berarti aku harus ngemis nerima uang kembalian kamu terus, Tik,"
"Maaf Atika. kamu memang orang baik, justru itu saya tak ingin mengambil keuntungan terus dengan kebaikanmu. Jangan marah ya?" Senyum Mahendra seketika bikin Atika luluh juga dengan penjelasan Mahendra.
"Baiklah,"
" Atika kau begitu cantik dan baik hati sungguh beruntungnya Aditya," Gumam Mahendra dalam hati.
Sedangkan dalam hati Atika "Mahendra, aku semakin lama semakin kagum atas kelakuanmu, kamu pekerja keras, rendah hati tanpa malu dengan keadaanmu saat ini"
"Dra,pu..lang ba...reng yuck" ajak Atika dengan ragu-ragu.
"Nggak usah Atika, rumahku dekat kok " tolak Mahendra dengan Halus.
"Kamu selalu begitu, setiap saya ajak pulang bareng kamu selalu menolak " ucap Atika sambil mengerucutkan bibirnya.
Mahendra tersenyum...
"Bukan begitu Atika, saya tak enak hati dengan Aditya. Bagaimana kalo Dia melihat kamu dan aku jalan barengan," ucap Mahendra.
"Aditya nggak ada. Dia udah balik dari tadi, dia bolos mata pelajaran terakhir tak tau Dia nongkrong dimana. Saya pun tak peduli,"
"hmmm," gumam Mahendra
"Ayolah Mahendra,saya sudah ratusan kali mengajak kamu jalan bareng dan sekali ini saja jangan menolak," ucap Atika dengan wajah sedihnya.
Mahendra pun mulai berfikir, mau tak mau Mahendra pun mengiyakan karena memang sudah berkali-kali Atika sering mengajak Mahendra pulang bareng tapi Mahendra selalu menolaknya.
"Ayo.." ucap Atika.
Mahendra pun membuka pintu mobilnya Atika dan menyuruh Atika masuk lebih dulu.
Dimobil pun Atika dan Mahendra bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing.
Kehidupan mereka Bagaikan Bumi Dan Langit..
Ketika Atika tidak pernah bekerja karena banyak asisten rumah tangga sebaliknya Mahendra seolah tak pernah merasakan santai atau berkumpul dengan teman-temannya setelah pulang sekolah.
30 Menit kemudian.
"Atika, saya turun di sini aja ya?,"
"Tuh, rumah saya yang kecil mungil" ucap Mahendra sambil menunjukan rumahnya yang kelihatan dari jalan raya.
"Apa kamu mau singgah sebentar di rumahku?"
Ajak Mahendra lagi karena tak enak sudah beri tumpangan gratis tapi tak menyuruh Atika untuk singgah walau hanya sebentar.
"Apa tak merepotkan?!," tanya Atika.
"Untuk sahabatku tak ada yang merepotkan bagiku," jawab Mahendra.
"Ayo..!?" ajak Mahendra sambil membuka pintu mobil.
TBC....
**** Jangan lupa komentar, kritik, saran, like, vote, dan beri hadiah ya readers yang baik hati dan tidak sombong🙏
" Author minta maaf ya readers semua kalo visualnya mungkin kurang cocok buat kalian.
Boleh kok kalian berimajinasi dengan visualnya kalian sendiri author tak keberatan author malah senang kalian bakal suka dan punya imajinasi sendiri"
~~ Happy Reading~~
Visual Mahendra
Mahendra
Anak yang baik hati, pekerja keras, murah senyum, rendah hati dan suka membantu orang tuanya.
Atika Trihasanah
Anak yang manis, cantik, soleha, gampang akrab dengan siapa saja dan pastinya tidak sombong.
Suka membantu Mahendra kapan saja bahkan sangat mengagumi Mahendra.
Adiyta Saputra
Sebenarnya Aditya anak yang baik tapi karena kurang kasih sayang orangtua jadi tumbuh menjadi anak pembangkang,suka cari gara-gara, arogan, sombong.
Readers semua untuk visual yang lain kalian silahkan berImajinasi sendiri soalnya author tidak ada foto untuk rekomendasi gambar yang lain, yang kalian inginkan.
Author minta maaf kalo visualnya kurang srek,jelek dan tidak sesuai dengan keinginan kalian,apalagi author ngambil visual orang Indonesia bukan orang barat Atau opa opa Korea ya...
karena memang author tidak punya fotonya.😁😃
Boleh kok kalian punya imajinasi sendiri sesuai dengan keinginan kalian loh.
Mau siapapun visualnya... author hanya berpesan jangan lupa komentar, like, vote, boleh beri hadiah pasti author senang banget dan menjadi motivasi author untuk Berkarya lagi.
Kalo misalnya mau ngebully boleh asal sifatnya membangun.
Dan author minta pendapat kalian, apa kekurangan tulisan auuthor.
Pokoknya author akan terima kritik, saran dan komentar kalian yang sifatnya membangun.
Jangan ngebuly author yang karyanya kurang bagus karena memang author baru belajar menulis😃
Semangat Membaca Ya...
Tak perlu TENAR, asal rezeki LANCAR,
Tak perlu HEBAT, tapi BERMANFAAT.
nggak harus KAYA, tapi bisa berkarya
Saya doa kan yang sudah kasih kritik,saran komentar,like,vote,memberi Hadiah untuk bergabung Membaca Novel bersama Author Vin Vitri di sehatkan, di lancarkan dalam setiap urusan nya ,di mudahkan ,di beri Rizki yang melimpah... AaMIN Yaa Rabbalalamiin
Author lanjuuttt novel Mahendra ya readers semuanya...
*************
Atika pun segera turun dari mobil sambil tersenyum.
"Tapi jangan di hina rumahku ya, pasti tak sebagus rumah yang kau tempati," ucap Mahendra karena memang Mahendra tau, kehidupan Atika sangat jauh berbeda Dengan Mahendra.
"Manusia itu sama derajatnya, mau rumahmu bagus atau tidak aku tetap Ingin ke rumahmu dan bersahabat denganmu," ucap Atika sambil berjalan menuju rumahnya Mahendra.
"Kamu begitu baik Atika, kamu mau berteman denganku. Walau kau tau bagaimana keadaan kehidupanku," ucap Mahendra
"Aku malah kagum sama kamu Dra, kamu tak pernah malu dengan keadaanmu sekarang ini. Di tambah lagi kamu berrbakti pada kedua orang tuamu tanpa pamrih dan pantang menyerah" ucap Atika.
"Assalamu'alaikum" ucap Mahendra bareng Atika.
Dan mereka tersenyum bersama karena sadar berkata bersamaan.
"Waalaikumsalam" jawab Ibu Nanda dari dalam rumah.
Seketika pintu rumah terbuka dan tampak wanita paruh baya Ibunya Mahendra.
Mahendra langsung salim dengan Ibunya dan di ikuti Atika.
"Mahen, ini siapa nak ?" tanya Ibunya Mahendra.
"Perkenalkan Bu, ini Atika yang sering saya ceritain ke Ibu. Ituloh Bu. anak yang sering ngeborong roti saya.. kalo roti saya tak habis terjual" jawab Mahendra sambil tersenyum melirik Atika.
"Saya Atika Bu, sahabatnya Mahendra" ucap Atika sambil mengadahkan tangannya di Depan Dada.
"Nak Atika cantik sekali, udah cantik baik lagi.."
"Apa nak Atika tak malu, bersahabat dengan Mahendra yang hanya anak seorang kuli panggul di pasar" kata Ibu sambil membelai pucuk kepala Atika yang tertutup hijab.
Atika yang di belai pun merasakan kasih sayang layaknya seorang Ibu yang sampai sekarang tak pernah Atika rasakan.
Jangankan membelai bercengkrama bareng aja Ibunya Atika tak pernah sempat karena kesibukannya di kantor.
"Duduk dulu_ nak Atika" ucap Ibu Nanda,ibunya Mahendra.
"Trima kasih Bu, Ibu baik banget" jawab Atika sambil duduk di kursi. kursi yang di duduki Atika terlihat sudah tak layak di gunakan.
Tapi mau bagaimana lagi, jangankan untuk beli kursi, untuk makan sehari-hari saja masih susah. Kadang kasbon di warung tetangganya.
"Atika, kamu duduk dulu ya?"
"Saya mau ganti baju dulu sebentar" ujar Mahendra.
Atika pun hanya mengganggukkan kepala.
"Ibu masih sakit?," tanya Atika yang memang dia tadi sudah dengar dari Mahendra kalo Ibunya Mahendra sakit, Sehingga mau tidak mau Mahendra harus membantu sang ayah.
"Biasa nak_ penyakit rematik Ibu tak kunjung sembuh padahal sudah berobat. Kerjapun tak pernah terlalu capek, tapi sakitnya Ibu tak mau sembuh!" ucap Ibunya Mahendra
"Apa Ibu sudah pernah konsumsi obat herbal, Bu. Saya dengar obat herbal sangat mujarab" kata Atika dengan lembut.
"Nak..., Ibu sudah coba segala macam obat dari herbal sampai Dokter pun tetap tidak sembuh-sembuh, makanya Mahendra yang mencuci baju kami nak... karena Ibu tidak bisa terlalu lama berendam di air dingin, sedikit saja pasti kambuh lagi,"
"Atika hanya bisa berdo'a semoga Ibu cepat sembuh ya," ucap Atika sambil memeluk Ibunya Mahendra.
"Aamiin yaa rabbal'alamiin" ucap Atika bareng Ibunya Mahendra.
Tak lama Mahendra datang menghampiri Ibunya dan Atika yang sedang berpelukan.
"Hmm.. rasanya ada saingan aku nih, Bu," ucap Mahendra mendekati keduanya.
Pelukannya Ibu dan Atika pun terlepas, Atika sambil tersenyum.
"Atika, makan siang di sini dulu, Ibu akan siapkan ya...Nak. kamu duduk dulu dengan Mahendra, Ibu mau ke dapur"
"Tak usah repot-repot, Bu" ucap Atika.
"Nggak repot nak. Kalo hanya untuk makan siang aja. pasti kalian sudah lapar seharian belajar,"
Ibu pun berlalu ke dalam rumah menuju dapur menyiapkan makan siang bareng Atika dan Mahendra.
Mereka sambil menunggu kedatangan Ayahnya Mahendra.
Pak Tohar pasti akan pulang jika hari sudah siang untuk makan siang bareng.
"Assalamualaikum" terdengar suara salam dari luar rumah.
"Waalaikumsalam " jawab Atika bareng Mahendra.
"Loh! Ada tamu Toh,nak" Pak Tohar pun masuk kerumah.
Mahendra pun langsung berdiri menyambut Ayahnya sambil menyalim tangan yang memang selalu dilakukannya.
Atika pun menirukan perbuatan Mahendra,Atika merasa kesederhanaan keluarga Mahendra sangat menyentuh hatinya.
Walau serba kekurangan tapi kebersamaan antara anggota keluarga membuat hati Atika tentram dan bahagia.
Atika sampai lupa kalo sopirnya Pak Sule sedang menunggunya.
"Ayo nak, kita makan siang bareng, Ibu sudah siapkan,"
"Alhamdulillah Ayah juga sudah pulang," ucap Ibu Nanda sambil salim dengan Pak Tohar.
"Iya Bu.. pasar sepi mungkin lagi pandemi jadi pembeli kadang lewat aplikasi. Jadi kerja Ayah berkurang"
"Ini Ayah hanya dapat 20rb saja hari Ini" ucap Pak Tohar sembari memberikan uang 20 rb'an.
"Alhamdulillah. Semoga sebentar lagi dapat berkah.Rezeki Ayah berlipat ganda."
Ibu Nanda mendo'akan sambil menerima uang
20'rb memang sedikit tapi senang bisa dapat karena kadang Pak Tohar tidak dapat uang sama sekali, makanya Ibu Nanda bahagia walau terima uang segitu.
Atika yang melihat Ibu bahagia begitu terharu, uang segitu saja banyak syukurnya....
Berbeda dari kehidupan keluarga Atika uang berjuta - juta bahkan milyaran malah membuat lupa diri.
"Ayo.. nak Atika, Mahen, dan ayah kita sama sama makin siang dulu." ajak Ibu.
Mereka pun menuju ke ruang makan.
Ayah duduk di samping Ibu dan Mahen duduk di samping Atika.
Bagai keluarga yang harmonis dan ini membuat Atika senang bisa berkunjung di rumahnya Mahen.
Sebelum makan Mereka berdo'a dulu di pimpin oleh ayahnya Mahendra, mereka pun makan tanpa ada yang berkata.
Setelah selesai makan siang, semua keluarga Mahendra berkumpul di ruang tamu.
"Makanannya Ibu enak banget, nanti Atika minta di ajarin ya,bu?" Atika berkata sambil duduk di kursi tamu.
"Boleh nak, kapan saja kamu punya waktu asal tidak mengganggu jadwal sekolahmu dan belajarmu.Nak Atika boleh kok datang ke sini," ucap Ibunya Mahendra
"Alhamdulillah, Atika bisa belajar memasak karena di rumah mamanya Atika melarang Atika untuk mengerjakan pekerjaan rumah padahal Atika ingin menjadi istri yang baik yang bisa memasak" senyum Atika merekah mendengar Ibunya Mahendra mau mengajarkan Atika memasak.
"c**alon istri yang baik dan sempurna, siapa pun jadi suamimu pasti bahagia banget, udah cantik, sholeha, dan mau memasak untuk suami tercinta " gumam Mahendra di dalam hati.
"A**pa boleh Ya Allah, hamba meminta supaya Atika menjadi istriku nanti," Mahendra pun tersenyum mengingat dan membayangkannya jika Atika menjadi Istrinya.
"Mahen, kamu kok senyum-senyum sendiri. Jangan bilang kamu bakal ngerjain saya. saat belajar memasak nanti," ucap Atika pada Mahendra yang merasa heran kok Mahendra senyum - senyum kepadanya.
"Tidak Atika, aku hanya heran. Di luar sana banyak cewek yang malah senang, tak mau bekerja di dapur... ehhh, malah kamu maunya sering di dapur" kata Mahendra sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. Tak mungkin dia ngasih tau yang jujur kalo sebenernya dia sedang membayangkan Atika menjadi istrinya.
Ketika sedang bercengkarama di ruang tengah selesai makan siang terdengarlah suara azan Dzuhur.
"Ayo, kita sholat dzuhur dulu," ucap Ayah Mahendra.
"Tapi Atika tidak bawa mukena bu, apa bisa Atika minjem mukena Ibu.. ya," ucap Atika ke Ibu Mahendra
"Iya ..Nak, bisa kebetulan mukenanya Ibu ada lebihnya"
"Alhamdulillah."
Mereka pun melaksanakan Sholat Berjamaah, Ayah Mahendra menjadi imam.
Seketika desiran aneh datang di kalbunya Atika, sungguh keluarga bahagia dan sempurna.
Tak perlu mewah untuk bahagia
asal di syukuri semuanya pasti akan terasa berkahnya.
Setelah selesai Sholat Dzuhur.. Ayah Dan Mahendra siap - siap untuk kerja, seperti biasa menjadi kuli panggul di pasar senen.
"Ya, udah nak Atika, Ayah tinggal dulu yah... Ayah mau lanjut kerja lagi" ucap Ayah.
"Kita bareng aja Pak, kebetulan satu arah dengan rumahnya Atika," Atika menawarkan kepada Ayahnya Mahendra.
"Apa tidak merepotkan nak?," tanya Ibu Mahendra.
"Tidak, Bu. Kebetulan kan searah jadi tidak ada salahnya jalannya bareng - bareng saja," ucap Atika lagi.
"Trimakasih ya, nak Atika kamu baik banget dengan keluarga saya" sambung Mahendra.
"Ya, sama-sama. sayapun senang banget bisa berkumpul dan bercengkrama dengan keuargamu Mahendra. Serasa saya berada di tengah-tengah keluargaku sendiri" jawab Atika sambil bergelayut manja dilengan Ibunya Mahendra.
"Duh, serasa punya anak cewek atau bisa dibilang mantu aja kali ya... tapi kan bukan pacarnya Mahendra hanya sahabat. Semoga berjodoh. berdo'a aja dengan Mahendra" gumam Ibunya Mahendra dalam hati sambil sesekali mengelus pucuk kepala Atika.
"Ibu, Ayah berangkat dulu ya" kata Ayah sambil menyodorkan tangannya untuk di salim ibunya Mahendra..
"Mahen Juga Bu, mau berangkat" Mahendra pun berkata sambil salim dengan Ibunya.
Berlanjut dengan Atika "Atika pamit dulu ya,Bu. Trimakasih sudah mengizinkan Atika Makan siang disini, Bu. Mana makanannya enak banget lagi" ucap Atika salim kepada Ibunya Mahendra
"Sama-sama nak, sering-sering main kesini," kata Ibunya Mahendra sambil cipika-cipiki dengan Atika.
"Assalamu'alaikum," Atika, Mahendra, Dan Pak Tohar berkata bareng-bareng sambil berlalu
"Waalaikumsalam," jawab Ibu Nanda, ibunya Mahendra.
Ibu Nanda menutup pintunya dan langsung menuju ke kamar mengistirahatkan tubuhnya yang seharian ini cukup melelahkan.
30 menit berselang terdengar suara dengkuran pertanda sang pemilik tubuh sudah tertidur pulas.
TBC...
**Jangan lupa kritik, saran, like, komentar,vote, dan berihadiah ya readers.
Sesampai di depan pasar, kebetulan Aditya sedang nongkrong dengan teman - temannya melihat mobil Atika berhenti.
"Kok bisa Mahendra dan Ayahnya bareng Atika" Gumam Aditya yang melihat Mahendra dan Ayahnya turun dari mobil Atika.
Setelah Mahendra dan Pak Tohar turun dari mobil tak lupa berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada Atika.
"Trima kasih, Nak Atika" ucap Pak Tohar
"Trima kasih, Atika." ucap Mahendra
"Sama-sama," ucap Atika sambil menutup pintu mobil dan melambaikan tangannya di balik pintu mobil yang kacanya terbuka.
Setelah itu mobil Atika berlalu menuju ke rumahnya.
Tak lama Aditya menghampiri Mahendra..
"Prok...prok...prok.. prok," tepuk tangan terdengar dari kejauhan.
"Bagus ya, nebeng di mobil bagus sama cewek cantik lagi,,!! laki-laki kok nggak modal banget ya!! Mana bareng ayahnya lagi!!" sinis Aditya ke Mahendra sambil senyum merendahkan.
"Jangan berharap terlalu tinggi penjual roti, seperti istilah bagai pungguk merindukan bulan. Jatuhnya bakal sakit, ha.. ha.. ha." sambung Aditya Lagi dengan nada meledek sambil tertawa.
"Ingat!! Atika itu calon istriku!! jadi kamu jangan pernah mendekatinya lagi. Kalo kamu masih ingin kerja jadi kuli panggul di pasar Ini, lebih baik kamu menjauhi Atika," ucap Aditya memperingatkan Mahendra.
Semua orang tau kalo pasar ini di pegang oleh orang tua Aditya jadi mau tidak mau Mahendra pun harus melaksanakan ancaman Aditya kalo masih pengen kerja di pasar Senen.
"kamu tenang aja Aditya, aku dan Atika hanya sahabatan tidak lebih, aku tau diri juga. Tadi kebetulan ketemu di jalan dan Atika memaksa untuk memberi tumpangan," jelas Mahendra.
Walau sedikit berbohong, tak mungkin dia mengatakan kalo Atika singah di rumahnya.
"Awas aja kamu masih berani dekati Atika, akan aku buat hidupmu menderita " ucap Aditya sambil mengepalkan tangannya di depan wajah Mahendra.
"Nak, Aditya jangan khawatir, Mahendra pasti akan menepati janjinya," ucap Ayahnya Mahendra menenangkan Aditya agar tidak memancing keributan, bisa saja mereka kehilangan mata pencahrian.
"Oke... Aku pegang omonganmu dengan Ayahmu ya, jika aku liat lagi kamu jalan bareng Atika. Jangan salahkan aku, jika kalian sudah tidak bisa kerja di pasar Senen ini lagi." Ancam Aditya sambil pergi meninggalkan Mahendra dan ayahnya.
"Nak, kasihan dengan Ayah alangkah baiknya. kamu jangan dekat - dekat dengan Atika. Tidak perlu cari masalah dengan Aditya," nasehat Pak Tohar, ayahnya Mahendra.
"Bapak akan dukung kamu, jika kamu sudah sukses dan mau meminang Atika itu tak masalah, tapi kalo untuk sekarang ini, alangkah baiknya kamu menghindar dulu " sambung Pak Tohar Mengingatkan Mahendra.
"Baik Ayah.. Mahen tidak akan dekat - dekat Atika, in syaa Allah," ucap Mahendra dengan wajah lesu sebenarnya tak tega karena biar bagaimana pun Atika dan Mahendra berteman baik.
"Ayo Nak, kita kerja lagi mudah - mudahan banyak barang yang datang, biar kita punya uang untuk di kasihkan ke Ibumu nanti" lanjut Pak Tohar.
"Baik, Ayah. Aamiin," ucap Mahendra.
Mereka pun menuju ke dalam pasar buat mencari barang yang bisa di pikul untuk mendapatkan uang demi menyambung hidup.
Panas terik matahari tidak membuat mereka putus asa. Tujuan mereka hanya satu mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan hidup ke depannya nanti.
***
Seorang gadis cantik duduk termenung di dalam kamar sambil membaca novel di aplikasi kesukaannya. Siapa lagi kalo bukan si cantik Atika.
drrtt... drrt... drttt..
Telponnya Atika berdering. Atika segera melihat siapa yang menelponnya. Ketika tau Aditya yang menelponnya, Atika mengabaikannya.Atika malas untuk mengangkatnya biarkan saja Aditya menelponnya terus.
"Males, pasti ngajak bertengkar lagi. Aku udah bosen selalu saja mau menang sendiri, egois biar saja Aditya berfikir aku lagi tidur siang deh " Gumam Atika dengan lirih.
"Breng*sek, mau cari gara - gara sama aku ya, Atika. Baru ketemu penjual roti itu makanya kamu tak mau angkat telponku," emosi Aditya sudah di ubun - ubun, ke tiga panggilannya tak satu pun di angkat Atika.
"Baiklah, aku ke rumahmu aja Atika l!?," Gumam Aditya setelah panggilannya tidak di jawab.
Aditya pun menuju ke rumahnya Atika. Dengan mengendarai motor kesayangannya Aditya menuju ke rumah Atika.
15 menit kemudian sampailah Aditya di depan rumahnya Atika. dia pun segera memencet bel di depan pintu rumah Atika.
Ting tong.. ting tong.. ting tong.. ting tong.
"Siapa sih membunyikan bel seperti itu" kata Bi Sunti yang datang tergopoh - gopoh mendengar bunyi bel yang di tekan berulang kali.
"iya sebentar, bisa sabar sih" ucap Bi Sunti sambil membuka pintu rumahnya Atika sambil menggerutu yang hanya di dengar olehnya sendiri.
Kleek..
"Den Adiyta, mau_"
" Bi... suru Atika turun !!, saya mau bicara sama dia!!" kata Aditya memotong pembicaraan Bi Sunti.
"Salam dulu kek, duduk dulu kek.. ini langsung nyuruh - nyuruh kayak kebelet buang air," gerutu Bi Sunti tapi hanya suara kecilnya dan lirih takutnya Aditya mendengarnya nanti, Bi Sunti takut akan diadukan ke majikannya, nanti Bi Sunti kehilangan pekerjaan lagi bisa bahaya.
Sambil tergopoh - gopoh menuju ke lantai 2, letak kamar Atika di lantai 2.
Bi Sunti berdiri di depan kamarnya Atika.
Tok.. tok.. tok..
"Non, ada tuan Aditya di depan," teriak Bi Sunti dengan suara lantang dari luar kamar Atika.
Kreeekk... Pintu terbuka.
"Bi, tolong bilang aja Atika lagi tidur. Malas Atika bertemu dia," mohon Atika sambil memelas.
"Iya non..nanti Bi Sunti sampein,"
Bi Sunti pun duduk sebentar di samping kamar non Atika biar Aditya menunggu, pikirnya Bi Sunti.😃
5 menit kemudian Bi Sunti turun ke bawah menuju ke ruang tamu, Aditya sedang duduk di sana.
"Maaf Den, saya sudah ketuk - ketuk pintunya tapi non Atika tidak membuka pintunya. Mungkin non Atika lagi tidur siang Den," ucap Bi Sunti dengan ramah Biar Aditya tidak curiga dan bisa mengerti.
"Bi!! kalo Atika sudah bangun. Ingatkan dia untuk mengangkat telepon dari saya. Kalo tidak, saya akan datang ke rumah ini lagi, paham!!!" ucap Aditya dengan tegas penuh amarah.
"Baik Den," sambil mengangguk Bi Sunti berkata.
Aditya pun langsung ke luar dari rumah Atika tanpa ada basa-basi salam atau pun permisi.
Bi Sunti keheranan dengan kelakuan Aditya.
Brmmm.. Brmmm... Brmm..
Motor Adityapun melesat jauh membelah jalan raya yang lenggang sepi dengan lalu lalang kendaraan.
"Ya Allah.. Semoga non Atika tidak berjodoh dengan orang tak tau sopan santun, tidak menghormati orang tua, mana kayak raja kebelet buang air aja," kata Bi Sunti sambil menggeleng - gelengkan kepalanya melihat tingkah laku Aditya.
Setelah itu Bi Sunti menutup pintu rumah dan menuju ke atas lantai 2, ke kamar Atika. Tapi
ternyata Atika sudah bangun, Atika duduk di ruang keluarga sambil menonton TV.
"Bi, orangnya udah pulang, ya" tanya Atika tanpa melihat Bi Sunti karena dia fokus nonton TV.
"Iya, non. Ada pesan katanya kalo non udah bangun suru angkat teleponnya. Kalo den Aditya menelpon, jika non Atika tidak mengangkat telponnya, den Aditya akan datang kembali ke sini,"
"Baiklah, Bi. Trimakasih sudah membantu saya tadi," ucap Atika padahal sebenarnya dia malas banget bicara dengan Aditya.
"Non, mau minum apa biar bibi buatkan" tawar Bi Sunti.
" Boleh, Bi. Tolong bikinkan jus jeruk ya, Jangan banyak esnya" ucap Atika sambil tersenyum ramah.
"Baik, Non" Bi Sunti bergegas ke dapur untuk membuatkan jus jeruk pesanan Atika.
Sambil membuat jus jeruk Bi Sunti mengingat - ngingat sifat Aditya Dan Atika bagai bumi dan langit.
Atika ramah dan sopan sedangkan Aditya kurang sopan santunnya. Apa mereka bakal cocok kalo memang mereka berjodoh, Bi Sunti sudah tau kalo mereka berdua di jodohkan semenjak SMP.
"Ah.. biarin saja itu urusan mereka berdua. hanya kalo boleh meminta jangan jodohkan mereka Ya Allah" Gumam Bi Sunti dalam Hati.
Setelah selesai membuat jus, Bi Sunti membawa nampan dan gelas jus ke lantai 2 untuk sang majikannya non Atika.
Bi Sunti usianya masih sekitar 40'an. Jadi masih kuat untuk bolak - balik naik ke lantai 2 walau sebenarnya capek juga naik turun tangga. 😁😃
TBC....
***Jangan lupa komentar, kritik, saran yang membangun**
***Jangan lupa beri komentar, like, vote dan beri hadiah sedikit buat sang author ya 🙏🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!