"Uuuhhh.. Capeknyaaah.."
"Setelah bekerja seharian, badanku terasa sangat capek! Otot-otot diseluruh tubuhku juga terasa kaku!"
Dia adalah, Lina Maya.
Lina merebahkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang keluarga, sambil menyalakan Televisi. Mencari-cari acara Televisi yang bisa menghibur dirinya.
Tapi semuanya hanya acara-acara yang membosankan. Tv pun kembali dimatikan.
Kemudian dia berjalan menuju ke kamar pribadinya, dan menanggalkan pakaiannya.
"Sepertinya jika berendam air hangat, akan membuat tubuhku terasa rileks kembali."
Setelah selesai mengisi bak mandi dengan air hangat, Lina segera masuk ke dalam bak mandi. Air yang terasa hangat pun seketika merendam sekujur tubuhnya, yang kini tengah berbaring santai di dalam bak mandi.
Dia menyandarkan kepalanya yang ada dipermukaan air, ke tepian bak mandi. Wajahnya terlihat sangat cantik dan imut, dengan kulitnya yang putih mulus dan halus.
"Ehhhmmm.. Hangaat.. Nyamannyaa.."
Kini wajahnya terlihat merah merona, dengan perasaan tenang yang terlukis di wajah cantiknya.
Saat tubuhnya mulai terasa rileks, rasa mengantuk pun mulai datang. Detik demi detik berlalu, matanya kini mulai terpejam.
Tanpa Lina sadari, dia tertidur di dalam bak mandi dan jatuh kedalam mimpi.
Sedikit demi sedikit, kepalanya mulai merosot masuk ke dalam air.
Saat seluruh kepalanya terendam oleh air, tiba-tiba dia tersadar. Perasaan tercekik, membuatnya sangat takut. Sambil masih dengan kedua matanya yang tertutup, dengan panik, dia berusaha untuk keluar dari dalam air.
"EBLEBLEBLEB!"
Dia mengangkat tangannya untuk meraba-raba, mencoba menyentuh tepian bak mandi.
Tapi ternyata kosong!
Tidak ada apa-apa untuk Lina berpegangan. Hal itu tentu saja membuat dia merasa terkejut bercampur panik!
Dengan kedua tangannya, dia mengusap-usap wajahnya yang basah oleh air, membuka matanya dan melihat ke sekelilingnya. Barulah dia menyadari, kalau dia sudah berdiri di sungai kecil, dengan kedalaman airnya yang ternyata hanya di atas pinggangnya.
"HUFFT!"
Dikelilingi oleh pegunungan, rumput-rumput yang hijau, dan pohon-pohon tinggi nan rimbun. Hutan ini tampak seperti hutan yang sangat primitif.
"HAH?!"
Seperti orang yang linglung, dia mengerutkan alisnya dan bergumam, "Aku ada di mana??"
Dia menganggap ini cuma mimpi. Dengan tatapan matanya yang masih melihat kesekelilingnya, dia mencubit pahanya dengan keras, yang tentu saja membuatnya menyeringai kesakitan.
"AW! SAKIIT!"
"Ternyata aku tidak sedang bermimpi?!"
Rasa panik pun segera menjalar dipikiran Lina.
"Apa yang sedang terjadi?? Aku ketiduran saat sedang berendam di bak mandi. Lalu bagaimana bisa aku terbangun di dalam hutan?! Apa aku sudah melupakan sesuatu?!"
"Wesss"
Angin sepoi-sepoi yang bertiup, seketika membuatnya menggigil. Spontan Lina pun segera memeluk dirinya sendiri, sambil berjalan menuju ke tepian sungai.
Di situlah dia baru menyadari, kalau ternyata, tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.
"HAAH?!"
"Aku telanjang?! Di mana pakaianku?"
Meskipun dalam keadaan yang sedang kebingungan, Lina tetap harus berjalan, sambil terus berharap rumput-rumput yang tinggi tetap ada, di sepanjang dia berjalan. Untuk menutupi tubuhnya yang tanpa busana.
"Ya Tuhan, bahkan jika Engkau membiarkan aku untuk terus berjalan, tolong berikan pakaian untukku melanjutkan langkahku?!"
Dia mulai kedinginan. Jika dia tetap begini terus, dia pasti akan masuk angin.
Lina hanya bisa menahan rasa malu, dan memanjat tebing dengan hati-hati.
"Aku harap, tidak akan ada orang di hutan ini."
Jika ada orang yang melihatnya berjalan telanjang, Lina pasti akan merasa sangat malu.
"Crik crik crik crik crik"
Lina menghentikan langkahnya, dia pun segera menoleh ke arah sumber suara yang terdengar seperti aliran air.
"Hah! ada orang di sini?"
Tanpa sengaja, Lina melihat seorang pria yang bertubuh tinggi melompat turun ke sungai. Pria itu membungkukkan badannya, mangambil setangkup air dengan kedua tangannya, dan menuangkannya ke kepalanya. Rambut putih panjangnya kini basah terkena air, tetesan air yang mengaliri pipinya mendarat di otot-otot dadanya yang bidang.
Terlihat juga tato bintang yang berkilau, di pinggangnya.
Tubuh pria itu tidak sedang kepanasan, dia melompat ke dalam air hanya untuk menenangkan diri.
Sebetulnya pria itu sedang b*r*hi.
Indra pria itu sangat tajam, pada saat Lina menatapnya, dia pun menoleh, dan seketika itu juga, pandangan mereka saling bertemu.
Mereka pun sama-sama tercengang.
"Tidak disangka, aku akan bertemu dengan wanita di sini. Wanita ini lebih cantik dari wanita mana pun yang pernah aku lihat." Pikir pria itu.
Terlihat olehnya, pinggang yang ramping, dan kedua tangan yang masing-masing sedang menutupi bagian dada dan bagian bawahnya.
Kulitnya yang putih, dan matanya yang sebening kristal, seperti bintang yang paling terang di malam hari. Setiap orang yang melihatnya, pasti ingin memilikinya.
Dia seperti peri dalam legenda, yang kini merenggut jiwanya.
Jantung pria itu berdegup kencang, mata birunya berbinar, tenggorokannya terasa kering, dan segera ada reaksi kecil dan halus di bagian bawah pria itu.
Ketika Lina menatap wajah pria itu, dia sempat terpana dengan wajahnya yang sangat tampan. Tapi saat melihat mata berbinar pria itu, segera menyadarkannya untuk kembali ke akal sehatnya.
Lina baru menyadari, kalau saat ini dia sedang telanjang.
Dan pria itu pun melihatnya.
"Aduh gawat! Dia melihatku!"
Wajah Lina memerah, dengan panik dia segera berlari ke dalam hutan.
Tapi baru tiga langkah berlari, tangan Lina sudah dipegang dan ditarik oleh seseorang, yang datang dari arah belakangnya.
Lina pun berjuang sekuat tenaga, untuk melepaskan dirinya dari pria itu.
"Apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!"
Tapi pegangan pria itu sangat kuat. Pria itu merasakan sentuhan kulit yang halus di lengannya, dan samar mencium aroma tubuh milik Lina.
Dengan pelan pria itu menjatuhkan Lina ke atas rumput, kemudian pria itu menundukkan kepalanya, dan mengendus pipi gadis itu. Suaranya terdengar serak karena menahan hasratnya.
"Gadis kecil, dari mana kamu berasal? Kenapa kamu di sini sendirian?" Tanya si pria.
"B*j*ng*n!! Lepaskan aku!" Kemudian dengan frustasi Lina menampar wajah pria itu.
"PLAK!"
Perbedaan kekuatan diantara keduanya terlalu besar, meskipun sudah mencoba sekuat tenaga, tapi kekuatan Lina terasa seperti usapan bagi pria itu.
Tamparan Lina telak mengenai wajah si pria. Alih-alih merasakan sakit, si pria merasa telapak tangan gadis kecil itu terasa halus dan lembut.
Tubuhnya hampir terbakar menjadi abu karena n*fs*nya, tetapi dia masih bisa mengontrol hasratnya itu.
"Betina yang begitu lemah lembut. Hanya dengan melihatnya saja, aku merasa seluruh hatiku telah luluh."
Dia benar-benar enggan untuk menyakiti gadis kecil itu.
"Jangan takut. Aku hanya ingin memelukmu."
Mendengar si pria berkata seperti itu, Lina pun menjadi semakin panik.
"Kalau kamu tidak melepaskan aku, aku akan panggil polisi!"
Dengan bingung, pria itu pun bertanya, “Panggil polisi?? Apa itu polisi??”
Lina berpikir pria itu pasti sengaja berpura-pura b*d*h, yang tentu saja membuat Lina menjadi semakin marah.
Sekuat tenaga, Lina mendorong pria itu supaya menjauh, wajahnya memerah karena malu dan marah.
"Minggir!" Lepaskan aku!"
Alih-alih didorong menjauh, pria itu malah memeluknya lebih erat lagi.
"Jangan bergerak, aku tidak akan menyakitimu."
Tentu saja Lina tidak akan percaya begitu saja. Dengan air mata yang menetes, Lina memelototi pria itu dengan penuh amarah, berpikir jika pria itu benar-benar berani melakukan apa pun padanya, dia tidak akan membiarkannya berhasil, meskipun itu dengan mempertaruhkan nyawanya.
Pria itu melihat kilatan tekad di mata Lina, dan seketika itu pikirannya menjadi jernih kembali. Dia menekan keinginan di tubuhnya, dan dengan serius berjanji, "Selama kamu tidak lari, aku tidak akan melakukan apa pun padamu."
"Kalau begitu, lepaskan aku dulu!" Seru Lina.
Dengan enggan, pria itu pun melepaskannya, dan melangkah mundur.
Saat Lina ingin segera berlari, dia mendengar pria itu berkata.
"Kecepatan larimu terlalu lambat. Kemana pun kamu berlari, aku bisa dengan mudah mengejarmu."
Ternyata pria itu bisa menebak apa yang akan Lina lakukan.
Saat Lina menatapnya, dia melihat bahwa pria itu pun juga sedang menatapnya sambil tersenyum.
Mata biru pria itu terlihat sangat menawan, Lina bahkan bisa merasakan, kini tatapan pria itu penuh dengan kelembutan. Wajahnya memerah, dia pun tidak berani menatap pria itu lagi.
"Bisakah kamu memakai pakaianmu dulu?"
Mendengar perkataan pria itu, Lina baru teringat lagi kalau saat ini, dia sedang telanjang.
Dengan masing-masing tangannya yang menutupi dada dan bagian bawahnya, Lina berbalik ke samping untuk menghindari tatapan pria itu.
"Gadis kecil, dari suku mana kamu? Kenapa kamu di sini sendirian? Di mana para lelakimu?" Tanya pria itu.
"Suku? Para lelakiku? Aku tak mengerti apa maksudmu?" Tanya Lina yang merasa bingung, masih dengan posisi berdirinya yang menyamping.
Dengan tubuhnya yang tinggi tegap, kemudian pria itu melangkahkan kakinya maju mendekati Lina.
"Aku adalah Orc jantan, dan kamu betina. Tentu kita bisa menjadi pasangan, apa akal sehatmu sama sekali tidak mengerti akan hal ini?"
Mendengar itu Lina pun terkejut.
"Orc?! Pasangan?! Ya Tuhan, dunia macam apa yang aku datangi?! Ada Orc di sini?! Akankah ada manusia di sini?! Bisakah aku kembali ke dunia yang dulu aku tinggali?!"
Lina semakin bingung dalam keterkejutannya, dan sambil terus bergumam.
Melihat Lina yang terkejut dan kebingungan, pria itu pun tersenyum.
"Aku lupa memperkenalkan diriku."
"Namaku, Uriel Nouh."
Setelah selesai berkata, dia merubah wujudnya menjadi Harimau Putih besar.
Melihat hal itu, sontak saja membuat Lina sangat terkejut sambil berteriak panik dan gugup!
"A.. a.. ada monster!!"
Lina sangat ketakutan, hingga membuatnya jatuh pingsan.
"Ting Tong!"
"Memasukkan data pengguna. Lina Maya.!"
"Mulai memuat informasi..."
"Memuat informasi telah berhasil, sistem telah sepenuhnya dimulai!"
"Halo. Selamat datang!"
Lina Maya mulai terbangun.
Dia menggaruk-nggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil bergumam, "Sepertinya barusan ada suara di kepalaku yang berbicara denganku."
Saat itu juga, suara Uriel tiba-tiba terdengar.
"Kamu sudah bangun?"
Saat Lina sudah tersadar sepenuhnya. Dia melihat dirinya sedang berbaring di punggung harimau putih raksasa.
Begitu dia melihatnya, Lina mulai mengingat adegan kalau ada pria yang bisa berubah wujud menjadi harimau. Rasa takut Lina pun mulai kembali muncul.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Uriel bertanya sambil mulai berlari dengan membawa Lina di punggungnya, "Apa kamu masih merasa lemah?"
Masih dengan sedikit rasa takutnya, Lina pun dengan hati-hati memposisikan dirinya untuk duduk, supaya tidak terjatuh.
"Tidak, aku baik-baik saja. Kemana kamu akan membawaku?"
Kecepatan Uriel berlari sangat cepat, angin yang diterjang memunculkan suara seperti siulan, daun-daun dan rumput-rumput di hutan berkibas keras akibat terpaan angin dari pergerakan Uriel.
"Aku akan membawamu ke klan Serigala, di sana ada seorang Dukun."
Setelah mengatakan itu, Uriel tiba-tiba menghentikan larinya, dan memperhatikan sekitarnya.
Dia merubah wujudnya kembali menjadi manusia, menggendong Lina naik ke sebuah pohon besar, lalu melepas selembar kulit, menggulung pisau kedalam selembar kulit tersebut dan memberikannya ke tangan Lina, "Tunggu aku, aku akan segera kembali."
Setelah itu, dia melompat turun dari pohon, dan mendarat di rumput dengan tanpa suara.
Lina duduk dengan tenang di batang pohon, sambil erat memegangi pisau tulang yang ada di kedua tangannya.
Dengan posisinya yang berada di ketinggian, dia bisa melihat seekor Harimau putih besar sedang bersembunyi di semak-semak. Tidak jauh di depan harimau itu ada seekor Babi hutan besar yang sedang tertidur lelap.
Terlihat Harimau putih itu sedang mengamati si Babi hutan. Saat Babi hutan benar-benar melonggarkan kewaspadaannya, harimau itu bergegas berlari keluar dan menggigit leher si Babi hutan.
Darah memercik ke mana-mana, dan Babi hutan itu pun menjerit kesakitan.
Babi hutan itu meronta-ronta, dan berjuang mati-matian. Tetapi pada akhirnya, ia gagal meloloskan diri, dan terbunuh oleh taring besar milik Harimau putih itu.
Setelah seluruh proses perburuan selesai, hutan pun perlahan-lahan mulai sunyi kembali.
Seekor Babi hutan sebesar itu, bisa dengan sangat mudah menghempaskan tubuh Lina, dan menyebabkan luka yang sangat fatal. Tetapi harimau itu dengan mudahnya menggigit Babi hutan itu sampai mati.
Kini Lina merasa kalau dia harus mengevaluasi kembali kekuatan pria itu.
"Jika pria kuat seperti itu benar-benar memulai mencari masalah denganku, pria itu bisa saja menghancurkan tubuhku, hanya dengan menggunakan kedua jarinya. Demi keselamatan diriku, kedepannya aku tidak ingin memprovokasi pria itu."
Kemudian harimau itu berubah menjadi Orc kembali, naik ke atas pohon, menatap gadis kecil di pohon sambil mengulurkan tangannya, "Ayo kita turun."
Melihat kebawah, Lina pun merasa takut.
"Pada jarak lebih dari empat meter, kalau tulang kakiku tidak kuat, dan aku tidak mendarat dengan benar, tulang-tulangku pasti akan patah, atau bahkan membuatku tewas." Gumam Lina.
Ketika Uriel melihat di mata Lina terlihat rasa takut, dia pun langsung mengerti.
"Sepertinya gadis kecil ini takut ketinggian."
Sejak Uriel telah dewasa, dan meninggalkan orang tuanya, dia tidak pernah tinggal bersama seorang wanita manapun lagi. Adapun tentang seperti apa kebiasaan hidup seorang wanita, dia tidak mengerti apa-apa sama sekali.
Ketika nanti dia tiba di suku Serigala, dia harus lebih banyak bertanya. Di sana ada sejumlah besar Serigala. Ada juga perempuan di suku itu. Mereka pasti tahu tentang cara merawat seorang wanita.
Dengan kedua tangannya, Uriel memegang Lina dengan lembut yang sedang berada di pohon, lalu melompat turun, dan mendarat di tanah dengan mantap.
"Berikan aku pisau itu."
Lina pun mengembalikan pisau tulang itu ke pada Uriel.
Uriel mulai mengupas kulit Babi hutan itu seluruhnya dengan pisau tulangnya, lalu memotong-motong daging, dan memisahkannya dari tulang-tulangnya.
Setelah selesai, "Aku sudah membersihkan kulit si Babi hutan, ini masih bisa digunakan untuk membungkus tubuhmu agar tidak kedinginan." Ujar Uriel.
Tiba-tiba terdengar suara yang familiar di benak Lina.
"Ting Tong!"
"Menerima kulit babi hutan, telah memicu tugas pemula untuk mengumpulkan tiga kulit binatang"
"Ketika tugas selesai, anda akan mendapatkan hadiah berupa tas pemula!"
Mendengar itu, Lina pun merasa kebingungan.
"Tugas pemula dan hadiah tas pemula? Apa itu?!"
Tetapi tidak ada respon balasan dari suara yang tadi muncul dalam benak Lina.
Dia hanya bisa mulai membungkus dirinya menggunakan kulit Babi hutan itu, sambil merenungkan jawabannya di dalam hatinya.
Kulit Babi hutan yang tidak disamak memang masih memiliki bau anyir darah, tetapi harus dia akui, kalau itu akan jauh lebih hangat untuknya sekarang. Setidaknya, dia tidak harus berjalan dan berlari-lari keliling dunia ini sambil telanjang, kan?
"Terima kasih." Kata Lina kepada Uriel.
"Putiih.." Gumam lirih Uriel.
Uriel sempat memandangi tubuh gadis kecil itu, saat dia akan bersembunyi masuk ke dalam balutan kulit Babi hutan. Setelah itu dia memegang telinga Lina.
"Saat kita sampai di suku Serigala, aku akan membelikanmu pakaian."
Telinga Lina sangat sensitif. Saat Uriel menyentuh telinganya, seketika itu juga telinganya memerah.
Sambil menahan rasa malunya, dia bertanya, "Di mana letak suku serigala itu?"
"Namaku, Lina Maya."
"Lina Maya.."
"Nama yang imut!"
"Tempat tinggal para Serigala itu tidak terlalu jauh dari sini. Aku biasanya pergi ke sana, untuk menukar atau membeli apa pun yang aku butuhkan." Jawab Uriel.
"Kedengarannya seperti sebuah desa." Ucap Lina.
"Desa?" Uriel tidak begitu mengerti arti kata itu, "Aku hanya pernah mendengar tentang suku dan kota, tapi aku sama sekali belum pernah mendengar tentang desa."
Mendengar itu, mata Lina pun berbinar.
"Kota? Kota seperti apakah itu? Apakah ada manusia di sana?" Tanya Lina.
"Manusia? Aku belum pernah mendengarnya. Kota-kota itu dibangun oleh para Orc. Mereka itu sangat kuat dan juga ganas. Kalau kamu tertarik, nanti aku bisa membawamu ke sana."
Mendengar itu, Lina merasa sedikit kecewa. Tidak tahu apa arti kota itu bagi para Orc. Dia hanya berpikir itu hanyalah perjalanan biasa, dia pun menganggukan kepalanya.
"Oh.. Ok.."
Uriel mengiris bagian terlembut dari daging Babi hutan buruannya, dan memberikannya kepada Lina.
"Makanlah ini, bagian daging yang paling lembut ini untukmu."
Lina melihat daging yang masih terdapat darah di depannya, dia pun tertegun.
"Ini.. Daging ini kan masih mentah."
Kemudian Uriel berkata, "Memangnya kenapa dengan daging yang masih mentah? Dagingnya segar dan enak kok. Cepatlah dimakan."
Dengan merasa jijik, Lina pun menggelengkan kepalanya.
"Tidak, tidak! Aku tidak makan daging yang masih mentah!"
Mendengar itu, Uriel pun mengerutkan keningnya.
"Kamu tidak makan daging? Tidak heran badan kamu begitu kurus dan kecil. Tidak baik bagimu kalau tidak makan daging. Cepatlah dimakan."
Tidak peduli dengan apa yang Uriel katakan, sedikitpun Lina tidak akan pernah menyentuh dan memakan daging yang masih mentah dan berdarah itu.
Melihat itu, Uriel tidak punya pilihan lain selain mencarikan beberapa buah-buahan liar untuk Lina.
Lina pun memegang buah-buahan liar tersebut, dan memakannya dengan sangat lahap.
Uriel memandangi Lina dengan heran dan tiba-tiba bertanya, "Kamu bukan Orc vegetarian, Apakah kamuuu.. seperti Kelinci dan Rusa?"
Mendengar itu, Lina pun menjadi gusar.
"Aku bukan Kelinci atau pun Rusa. Aku ini manusia."
Tapi Uriel belum pernah sekalipun melihat manusia. Lina tidak tahu apa dampaknya jika dia memberitahukan yang sebenarnya tentang dirinya. Dia berpikir sejenak, kemudian berkata, "Aku adalah hewan omnivora."
"Omnivora? Kamu bisa makan daging, dan juga vegetarian?" Tanya Uriel.
Lina pun menjawab sambil mengangguk, "Ya ya. Aku memang ingin memakan daging ini. Tapi aku tidak suka makan daging yang masih mentah, biasanya aku memasaknya terlebih dahulu sebelum dimakan."
"Daging yang dimasak? Bagaimana caranya? Katakan padaku, aku akan melakukannya untukmu."
Uriel adalah hewan pemakan daging. Dalam instingnya, dia harus memakan daging tiga kali sehari, kalau tidak, dia akan jatuh sakit.
Dia pun tak ingin membuat gadis kecil ini jatuh sakit.
"Tidak ada wajan ataupun panci di sini. Tanpa itu, kamu tidak bisa menggoreng atau pun merebus. Kamu cuma bisa mengiris-iris daging untuk dibuat barbekyu. Tapi pertama-tama, haruslah ada api." Kata Lina.
"Api?" Tanya Uriel keheranan.
"Iya api. Apa kamu tidak pernah melihat api?" Tanya Lina dengan hati-hati.
Sebenarnya, pada kenyataannya kebanyakan dari para Orc tidak pernah melihat api.
Hewan-hewan secara naluriah takut akan api, bahkan setelah mereka berevolusi menjadi Orc pun, mereka masih memiliki perasaan alami takut terhadap api.
Uriel adalah salah satu dari sedikit Orc yang telah melihat api, juga sudah melihat dengan matanya sendiri kekuatan penghancur dari api yang sangat mengerikan.
Dia pun menatap mata gadis kecil itu.
"Haruskah kita menggunakan api?"
Lina pun menganggukkan kepalanya.
"Iya, tentu saja."
Uriel tidak punya pilihan lain selain harus mencari di mana api itu berada.
"Kalau begitu, aku akan membawamu bersamaku untuk mencari api."
"Tidak bisakah kamu membuat api dari kayu?" Tanya Lina.
"Membuat api dari kayu? Bagaimana caranya?" Tanya Uriel dengan ekspresi bingungnya.
Lina mencari dan menemukan dua ranting kayu, dan memegang satu ranting di kedua tangannya, kemudian dia tempelkan ke ranting satunya lagi yang berada di tanah, kemudian mulai memutar-mutar ranting kayu yang dia pegang dikedua tangannya, dengan membuat gerakan seperti mengebor untuk membuat api dengan gerakan yang cepat.
Namun, setelah menggosok-nggosok ranting kayu untuk waktu yang lama, sampai telapak tangannya terlihat sedikit lecet, tetapi dia masih tidak bisa menghasilkan sedikitpun percikan api.
Tentu saja itu membuat Lina kesal. Dia melempar kebawah ranting yang dia pegang sambil mengeluh.
"Huh! Gagal! Aku sudah tertipu oleh acara-acara di televisi!"
Melihat telapak tangan Lina yang memerah, Uriel tidak bisa berdiam diri. Dia meraih telapak tangan Lina kemudian menjilati telapak tangan itu dengan penuh kasih sayang.
"Tidak usah dilanjutkan lagi. Aku akan membawamu serta untuk mencari api." Ucap Uriel.
Tangan Lina yang sedikit lecet masih dijilat-jilat lembut oleh Uriel. Dia tak merasakan sakit, tapi justru merasakan perasaan yang geli menggelitik di telapak tangannya.
Dia menarik kembali tangannya karena malu, dan bertanya kepadanya, "Apa kamu tidak jadi pergi ke tempat suku Serigala?"
Sambil menikmati rasa manis gadis kecil itu yang masih tertingal dan terasa di lidahnya, Uriel pun berkata, "Tentu saja jadi. Kita pergi ke suku Serigala dulu dan mencari Dukun untuk memeriksamu, setelah itu aku akan membawamu untuk mencari api."
Dengan segera Lina kemudian berkata, "Aku tidak perlu ke Dukun. Aku kan tidak sakit."
"Kalau kamu tidak sakit, terus kenapa tadi kamu tiba-tiba pingsan?" Tanya Uriel sedikit penasaran.
Mendengar itu, Lina bingung harus menjawab apa. Dia tidak mungkin mengatakan kalau dia terkejut dan ketakutan karena pria itu kan?
Tiba-tiba saja Uriel memeluknya.
"Jangan takut. Biarkan Dukun memeriksamu. Tidak peduli apakah kamu sakit atau pun tidak, kamu adalah wanitaku. Aku pasti akan menjagamu seumur hidupku."
Mendengar kalimat itu, seketika membuat Lina terpana.
Kedua orang tua Lina meninggal ketika dia masih kecil, setelah itu dia tinggal di rumah pamannya. Meskipun keluarga pamannya tidak pernah melecehkannya, tetapi mereka juga tidak terlalu peduli padanya.
Ketika dia sakit, tidak ada satupun yang akan menemaninya, dia hanya bisa meringkuk bersembunyi di dalam selimut, memegangi foto kedua orang tuanya sambil diam-diam menangis.
Kurangnya kekerabatan yang dekat dan intens, telah membuatnya sensitif dan rendah diri.
Dia berpikir kalau dia tidak akan pernah mendapatkan cinta orang lain, dan ditakdirkan untuk hidup dan mati sendirian.
Kata-kata Uriel barusan adalah kata-kata terhangat yang pernah ia dengar dalam hidupnya.
Tidak ada yang pernah memeluknya, dan mengatakan kalau dia akan selalu menjaganya.
Baginya, Uriel adalah yang pertama.
Lina ingin mendorong Uriel menjauh, tetapi akhirnya dia tidak bisa melepaskan kehangatan yang saat ini ia rasakan.
Perlahan tangannya pun turun, dan membiarkan Uriel memeluk dirinya.
............
Uriel memakan daging Babi hutan sampai bersih, kemudian merubah dirinya kembali menjadi Harimau putih, dan membawa Lina naik diatas punggungnya untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Di sepanjang perjalanan, Lina melihat ada beberapa binatang liar di jalan, tetapi Uriel tak tertarik pada mangsa ini, karena saat ini perutnya sudah merasa kenyang.
Dia bermaksud untuk mengabaikan binatang-binatang itu, dan terus melanjutkan perjalanannya.
Saat itu pula, Lina teringat tugas yang tadi muncul di benaknya. Sejenak dia merasa ragu, pada akhirnya dia memilih memberanikan diri untuk berbicara dengan Uriel.
"Uriel.. Bolehkah aku memintamu untuk mencarikanku dua kulit lagi?" Lina bertanya dengan sedikit ragu.
"Untuk permintaan gadis kecilku, bahkan jika kau menyuruhku turun kedalam jurang yang dalam pun akan aku lakukan tanpa ragu." Jawab Uriel cepat.
Dia kemudian mulai menyembelih lima hewan liar satu demi satu yang dia temui di sepanjang perjalanannya. Kulit setiap binatang dikupas dengan hati-hati olehnya dan kemudian dicuci, dan diserahkan kepada gadis kecilnya.
Dengan senang, Uriel memandang gadis kecilnya yang sedang memegangi kulit binatang itu. Kemudian dia bertanya dengan suara yang hangat, "Apakah ini cukup? Kalau tidak, aku akan memburu beberapa binatang lagi untukmu."
Lina cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu, kulit-kulit ini sudah cukup."
Dia melihat noda darah di wajah Uriel. Dan juga ada luka di lengan dan tubuhnya yang tidak sengaja tergores oleh binatang buas saat berburu. Dia merasa tersentuh dan bersalah.
Lina mengulurkan tangannya, dan menyeka darah di wajah Uriel.
"Terima kasih." Ucap Lina.
Ini adalah pertama kalinya si gadis kecil menyentuh dirinya. Uriel sangat senang sehingga dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluknya sambil mengusap-usap rambut gadis kecil mungil itu.
"Kamu adalah wanitaku, aku akan melakukan apa saja untukmu, kamu tidak perlu mengucapkan terima kasih padaku."
Harimau putih itu sepertinya sangat suka memeluk gadis kecilnya.
Pada awalnya, Lina sedikit malu. Tapi belakangan ini, dia sudah mulai terbiasa.
Lina kemudian mendorong dada Uriel.
"Bersihkan badanmu. Tubuhmu berbau darah."
Lima hewan liar disembelih berturut-turut yang tentu saja membuat Uriel mengeluarkan bau darah yang kuat.
Tapi tidak ada air di sekitarnya, jadi Uriel hanya menggunakan beberapa daun yang bersih untuk menggosok tubuhnya.
Pada saat ini, Lina sedang mendengarkan suara yang ada di benaknya.
"Ting Tong!"
"Anda telah mengumpulkan cukup banyak kulit."
"Tugas pemula telah selesai dan terkonfirmasi."
"Anda mendapatkan hadiah berupa tas pemula. Silahkan anda memeriksanya!"
Kemudian, sebuah tas kain tiba-tiba muncul di tangan Lina.
Dengan hati-hati Lina membuka tas kain tersebut. Ada sebuah tongkat kayu dengan lekukan sebesar ibu jari di dalamnya yang berlubang. Ketika dia membuka penutupnya, "Ah.. Ternyata ini pemantik api."
Melihat adanya alat untuk menyalakan api, Lina pun sangat senang.
Selain kayu pemantik api, ada juga selembar kulit domba bergambar di dalam tas kain itu.
Di sampulnya ada beberapa kata.
"Salah satu buku bergambar lengkap tentang hewan dan tumbuhan purba."
Lina mulai membuka kulit domba itu dan melihatnya. Ia melihat ada banyak ciri dan fungsi hewan dan tumbuhan di gambar-gambar tersebut.
"Ini adalah barang yang sangat bermanfaat!" Gumam Lina.
Dengan itu, Lina akan bisa membedakan tanaman mana yang bisa dijadikan obat, dan tanaman mana yang bisa dimasak. Ini akan sangat membantu kehidupannya di dunia ini.
Dengan hati-hati Lina menyimpan kulit bergambar dan pemantik apinya kembali ke dalam tas kain.
Ketika Uriel selesai membersihkan darah di tubuhnya, dan kembali untuk menjumpai gadis kecilnya, dia melihat ada tas kain kecil di punggungnya.
Kelihatannya gadis kecil itu tampak takut kalau-kalau Uriel akan bertanya tentang asal tas kecil itu, kemudian matanya mengelak dari pandangan Uriel.
Uriel tidak bisa menahan senyumnya.
"Tampaknya gadis kecilku ini memiliki rahasia!"
Tapi hal itu tidak menjadi masalah baginya. Setelah bersama untuk waktu yang lama, dia pasti akan membuka semua rahasianya.
Uriel kembali berubah menjadi Harimau, dan membawa gadis kecilnya di punggungnya.
Suku Serigala adalah Orc dengan kelompok terbesar di daerah yang akan mereka kunjungi.
Mereka tidak hanya besar jumlahnya, tetapi mereka juga sangat pandai berburu dengan berkelompok. Kemampuan serangan mereka yang kompak dan kuat mampu membuat Orc lain ketakutan.
Suku Serigala Batu berada di lereng bukit Gunung Batu.
Medan di gunung itu rumit dan mudah untuk tersesat, jika orang yang tidak terbiasa dengan lokasinya mencoba untuk masuk.
Ada area terbuka di kaki gunung itu. Setiap sepuluh hari, suku Serigala Batu akan membuka pasar di area itu. Para Orc di sekitar juga akan datang dengan barang mereka sendiri, untuk ditukarkan dengan apa yang mereka butuhkan.
Kebetulan hari ini adalah hari di mana pasar akan dibuka. Banyak Orc berkumpul di kaki gunung. Semua orang ramai-ramai sedang berbelanja barang. Tempat ini terlihat sangat ramai.
Uriel berubah kembali ke bentuk Orcnya. Dia membantu Lina untuk memegang erat kulit binatang itu.
Seluruh tubuhnya ditutupi dengan kulit binatang, hanya setengah dari wajahnya yang bisa terlihat.
Kemudian Uriel berkata kepadanya, "Tunggu, kamu harus selalu ada di sisiku, jangan pernah berkeliling sendirian. Ada banyak Orc jahat di pasar ini. Kalau sampai mereka mengetahui kamu adalah seorang wanita, mereka akan membawamu pergi dan menjualmu."
Mendengar itu, mata Lina pun mengerjap.
"Kedengarannya seperti perdagangan manusia."
"Perdagangan manusia?" Tanya Uriel.
Lina menghela nafasnya kemudian menjelaskan.
"Mereka adalah sekelompok orang-orang jahat, yang melakukan penculikan dan perdagangan wanita dan anak-anak."
"Ya, orang-orang jahat itu adalah pedagang. Kamu harus berhati-hati. Kamu tidak boleh jauh-jauh dariku meskipun hanya setengah langkah, ingat?" Ucap Uriel.
Melihat raut muka serius Uriel, Lina pun mengikutinya dengan hati-hati.
"Ya, akan aku ingat."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!