NovelToon NovelToon

2A FALL IN LOVE DALAM IMAJINASI

01.

Masa SMA, menurut kalian hal apa yang paling berkesan saat SMA?

Mungkin itu adalah hal yang paling banyak memiliki cerita untuk kehidupanmu nanti bukan?.

Saat ini aku masih berada di kelas 1 SMA, baru tiga bulan yang lalu aku mulai bersekolah di sini, SMA Cempaka Putih.

Aku belum memiliki teman hanya sebatas perkenalan dengan murid satu kelas tapi menurutku itu berbeda dengan teman ataupun sahabat bukan?

Bukan karena kita saling ketemu, ataupun sekelas bareng sekalipun ataupun kita pernah nongkrong bareng, belum tentu kita itu temenan.

Teman atau sahabat itu bukan cuma buat sekedar nongkrong ataupun sekedar ke kantin bareng tapi lebih dari itu bahkan kita sering merasa bahwa dia adalah bagian dari kita.

Ngomong-ngomong namaku Adelia Samantha Grace biasa di panggil Ana, aku seorang anak yatim piatu saat aku menginjak bangku sekolah menengah pertama kelas 3, ya belum lama memang.

Ayahku meninggal saat aku masih berumur sepuluh tahun, sialnya di usia saat itu aku sudah mengerti akan banyak hal.

Sedangkan ibuku meninggal saat aku masih kelas tiga smp kemarin, dia mengidap penyakit jantung yang sudah di deritanya selama ini dan beruntung nya itu bukanlah suatu penyakit menular atau yang biasa turun temurun di keluarga.

Aku sangat sedih memang atas kehilangan kedua orangtuaku, tapi di sisi lain aku merasa bahagia atas kepergian mereka.

Bukan seperti yang kalian maksud juga!.

Aku senang karena ayahku meninggal itu bukan semata karena memang ingin, tapi seingat ku dia adalah seorang pecandu alkohol dan narkoba tak heran dia meninggal karena overdosis setidaknya kedua hal itulah yang menemaninya sampai saat terakhirnya.

Menurut kalian gimana rasanya punya ayah seorang pecandu seperti itu? Bahagia kah? Oh jelas tidak haha.

Di umurku yang masih sepuluh tahun aku dan ibuku harus berjuang untuk hidup atau pasrah untuk mati, tidak ada pilihan yang bisa di pilih memang.

Saat itu, jika bukan ibuku pasti aku yang selalu menjadi samsak dari amukan ayahku, dia selalu hilang kendali di setiap waktu membuatku sering izin sekolah dengan alasan sakit.

Ibuku bahkan sampai keguguran dua kali karena ulah ayahku sendiri, tapi beruntungnya kondisi keuangan keluargaku saat itu baik.

Walaupun ayahku seorang pecandu dia juga memiliki tabungan untuk keluarga dan itu di temukan setelah dia meninggal, ya cukup ironis memang.

Setelah kematian ayahku, aku dan ibuku pindah ke luar kota setelah kami memutuskan untuk mengubur kenangan buruk ini dan meninggalkan kota kelahiran ku.

Aku dan ibuku pindah ke Jakarta Selatan, kota yang cukup padat penduduk dengan mayoritas penduduk Cina yang ada di sekelilingku.

Kami membeli sebuah rumah di Golden Paradise, perumahan yang cukup terkenal di sana dengan keamanan yang tidak di ragukan lagi.

Setelah pindah ibuku membeli sebuah bangunan yang akan dia jadikan sebuah restoran dengan nuansa korea untuk menarik peminat.

Dan beruntungnya saat pertama kali pembukaan pun tempatnya sudah ramai di kunjungi, kami senang tentu saja setidaknya kebutuhan hidup kami terpenuhi dan segala kebutuhan pun tercukupi tanpa harus meminjam uang ke bank atau rentenir.

Karena di sekolahku di bolehkan untuk membawa kendaraan jadi aku selalu berangkat menggunakan mobil ketimbang menggunakan motor, ya karena aku tidak bisa menggunakan sepeda motor tentunya, hehehe aneh bukan.

Kenapa aku bisa mengendarai mobil?  Ya karena aku belajar.

Setelah ibuku meninggal, mau tak mau aku harus bisa mengendarai mobil, yang pertama untuk transportasi sekolah dan kedua untuk pulang pergi dari sekolah ke restoran dan kembali ke rumahnya lagi.

Beruntung selama ini aku belum pernah diciduk polisi, haha.

Hari ini adalah hari senin, tapi jadwal upacara di batalkan karena pagi ini sudah di guyur hujan sedari subuh tadi, saat ini aku masih berada di parkiran tidak mungkin aku menerobos hujan tanpa menggunakan payung yang ada aku akan basah kuyup jadinya.

Sembari menunggu hujan reda, aku memilih untuk mendengarkan musik dan membaca novel, di parkiran juga masih banyak murid lainnya ada yang merokok, berpacaran, ngobrol dan lainnya lagi pokoknya mereka sama sepertiku, tetap di tempat walaupun terlambat.

Tok tok tok tok!.

Suara ketukan kaca mobil membuatku menolehkan kearah suara, di sana aku hanya melihat setengah tubuh siswa berjaket hitam tanpa terlihat wajahnya.

Aku mencondongkan tubuhku setelah membuka sedikit kaca mobil untuk melihat siapa orang itu.

"Kenapa ya?"

"Buka!" Hah? Aku sedikit bingung tapi tetap aku turuti untuk membuka kunci pintu  mobilnya.

Dia masuk ke dalam mobilku sembari menepuk nepuk pelan jaketnya yang sedikit terkena gemericik hujan.

Dia menurunkan tudung jaketnya, disitu pula jantungku terasa copot ingin keluar.

Yang benar saja ini!.

Dia sangat tampan, sumpah demi apapun aku tidak berbohong dia benar-benar sangat tampan.

Tapi kenapa dia mau masuk ke mobilku? Dia juga tidak mengatakan apapun masih dengan kesibukannya dengan jaketnya itu.

"Mm.. Lo siapa ya?" tanyaku yang membuatnya langsung menatap kearah ku.

Aku sedikit menggigit bibir bawahku saat melihat dia menatap tajam, kenapa?!.

Dia belum menjawab, kita cuma saling pandang satu sama lain "Ga ada" jawabnya singkat yang membuatku bingung.

Dia melepaskannya jaket hitamnya, aku bisa melihat ada tatto di lengan atasnya yang tertutup seragam, aku bisa tau karena lengan seragamnya tersingkap jadi aku bisa dengan jelas melihatnya.

Pikiranku mulai kacau, apa jangan-jangan dia mau meminta uang atau akan membully ku atau apapun itu lah semacamnya.

"Ada perlu apa ya?" Tanyaku lagi memastikan.

"Gue bilang ga ada!"

Lah kok sewot! Jelas-jelas dia yang masuk ke dalam mobilku! Kenapa dia tidak tau.

"Gue cuma numpang neduh" ucapnya lagi yang membuatku sedikit mengerucutkan bibirku, ganteng sih tapi kalo kaya gini mah ga suka juga.

Aku memilih untuk menghiraukannya dan memilih untuk melanjutkan lagi membaca novelku yang tadi sempat tertunda.

Lagian cowok itu juga sepertinya memilih untuk tidur ketimbang menceritakan atau setidaknya memberitahu siapa namanya.

"Boleh nyalain musik?" tanyaku yang hanya di balas anggukan kecil.

Hey!! Tunggu sebentar!.

Kenapa aku harus bilang juga, inikan mobilku kenapa harus meminta izin kepadanya?!.

Aku menyetel lagu terbaru berjudul 'life goes on' kalian tau kan siapa penyanyi nya, yap BTS.

Aku sangat sangat sangat menyukai mereka, bukan hanya karena mereka tampan saja tapi lagu yang mereka bawakan juga selalu menginspirasi, terutama untukku pribadi.

Lagu yang paling aku suka adalah 'epiphany' lagu solo dari member tertua, Kim Seokjin.

Lagu itu adalah lagu penyelamatku saat aku mulai kehilangan arah dan bagaimana aku harus mencintai diriku sendiri lebih dari apapun di dunia ini, aku sangat bersyukur mengenal mereka, tau akan live story mereka dan tau tentang kerja keras mereka untuk sampai di titik saat ini.

Terkadang aku ikut bernyanyi pelan sampai suara kekehan orang di sampingku itu mengalihkan perhatianku.

"Kenapa" tanyaku, aku semakin bingung sebenarnya dia itu siapa!

"Suara lo jelek!"

Aku mengerutkan keningku, dia udah masuk ke mobil orang, tidur dan sekarang menjelekkan suaranya! Are you kidding me hm!?.

"Kalo lo gamau di komen, harusnya lo ga usah nyanyi, lo pasti sadar kalo suara lo itu jelek, kan?"

"Kenapa ngomong kaya gitu?!"

"Gue cabut, makasih tumpangannya"

Cup.

Aku membulatkan kedua mataku saat dia yang tiba-tiba mengecup bibirku sebelum pergi keluar.

"Barusan... " Aku memegang bibirku dan menatap kearahnya yang berjalan semakin menjauh.

02.

Aku melihat hujan sudah mulai reda, di sana murid lain pun sudah mulai berhamburan untuk pergi ke kelas masing-masing, kelas yang lebih nyaman dari pada parkiran tentunya.

Aku keluar dari mobil, menatap sekeliling ku yang mulai sepi, aku mulai berjalan perlahan, aku masih terkejut karena kejadian tadi.

Hey siapa memang yang tidak akan terkejut! Seumur hidupku aku bahkan tidak pernah terpikirkan untuk melakukannya apalagi di usia yang muda seperti ini.

Aku melangkah memasuki kelas, di sana kelas sudah ramai seperti biasa walaupun belum ada guru yang masuk sedari tadi, sepertinya.

Aku memilih untuk tidur, di cuaca seperti ini guru juga pasti malas mengajar lebih baik tidur dan tidur.

Aku tidak benar-benar tertidur, tapi kesadaran ku mulai menurun namun aku masih bisa mendengar suara ricuh murid lain yang sangat berisik itu di kala aku mulai tertidur dan terlelap.

Beberapa murid lain di kelas menatap kearah Adelia atau yang kerap di panggil Ana itu, terutama murid laki-laki yang berusaha mengincar Ana.

"Kalian sadar kan kalo dia itu yang paling cantik di angkatan ini" ucap salah satu dari mereka yang bernama Bondan.

"Setuju, body nya juga bagus anjir ya gak sih haha"

"Coba lu perhatiin cewek-cewek disini" ucap salah satu diantara mereka dengan setengah berbisik sembari menunjuk semua siswi perempuan di kelasnya.

"Ga ada yang modelan nya kaya dia anjir" lanjutnya

Mereka tertawa, apalagi cewek jaman sekarang tuh sekolah udah pada suka dandan belum lagi seragamnya yang memang sengaja di kecilkan supaya bisa memperlihatkan lekuk tubuhnya.

"Tapi dia incaran nya Alvaro" ucap murid bernama Dimas membuat mereka langsung menatap kearahnya.

"Bukannya dia udah dapet kacung ya"

"Si cupu itukan?" ucapnya yang langsung di angguki.

"Tau dari mana lu, sotoy amat"

"Gue tadi liat dia keluar dari mobil tuh cewek!" bisiknya sembari menunjuk ke arah Ana dengan dagunya.

"Seriusan?!" tanya mereka seperti yang tidak percaya, mereka ini kan baru sekolah tiga bulanan kenapa Alvaro bisa kenal dia coba? Tau aja emang mana yang bening.

"Tunggu aja, nanti juga lu pada tau"

Alvaro, siapa sih Alvaro itu, oh.. Cowok yang tadi masuk ke mobil Ana itu namanya Alvaro?.

Sedikit perkenalan tentang Alvaro.

Alvaro Giri Arta, anak dari seorang pengusaha sukses di Indonesia dan masuk ke jajaran orang terkaya di dunia.

Alvaro adalah anak ke dua dari dua bersaudara, dia memiliki temperamen yang labil dan cenderung sentimental.

Alvaro itu di kenal sebagai Casanova nya SMA Cempaka Putih sekaligus si playboy sekolah.

Tapi rumor kalo dia playboy itu masih simpang siur, soalnya dia ga suka sembarangan cewek dia juga milih siapa yang dia mau, dia tidak suka dengan cewek yang terang-terangan menyukainya.

Alvaro duduk di kelas dua saat ini, dia memiliki dua orang sahabat yang tidak kalah tampan darinya bernama Novan dan Bastian, mereka bertiga ini sering di sebut sebagai threesome, singkatan dari three handsome.

Karena ketampanan mereka di atas rata-rata itu yang membuat mereka di kenali seluruh sekolah bahkan sampai ke sekolah lainnya, mungkin anak kelas sepuluh sekarang belum mendengar atau mungkin belum tau tentang mereka, tapi ya itu lebih baik memang, karena jika mereka sudah tau itu bisa mengganggu sistem kerja otak dan menjadi bodoh dalam belajar, yang ada di pikiran mereka hanya wajah tampan ketiga pemuda itu.

Itu sudah terbukti nyata!.

"Ssstt.. Ada guru masuk" Cewek berambut hitam sebahu itu mencoba membangunkan Ana, dia duduk di depan bangkunya panggil saja Maria.

"Hm.. Ah ya.. makasih" ucapku dengan nyawa yang bahkan belum kembali seutuhnya.

Aku benar-benar mengantuk, sangat mengantuk rasanya mataku saja sudah tidak bisa di kompromi lagi.

Semakin di diamkan, rasa kantuk nya malah semakin melunjak.

"Maaf pak, saya mau izin ke kamar mandi" ucapku menyela ucapannya saat sedang menerangkan materi kemarin yang tertunda.

"Ya silahkan"

Aku pergi keluar dari kelas, mencoba membuka mataku selebar mungkin setidaknya sampai kamar mandi saja tapi rasanya benar-benar sangat suntuk tidak tertolong.

Ku lihat di area lorong dan juga jalan menuju kantin maupun lapangan, masih banyak murid yang berlalu lalang di jam pelajaran, entah memang sengaja membolos atau memang karena tidak ada guru yang masuk ke kelas, intinya aku tidak tau yang pasti aku mau ke kamar mandi.

Mungkin karena cuaca mendukung dan dingin juga, rasanya seperti sedang di puncak saja.

Aku membilas tanganku terlebih dahulu, membereskan rambut panjang berwarna hitam legam milikku, aku mengikat rambutku dengan asal sebelum membasuh wajah.

Cesss.... Ah rasanya benar-benar segar lagi.

"Sssstt...ah.. "

"Mm... "

Aku melirik ke segala arah, suara rintihan itu samar terdengar, dari suaranya sepertinya berasal dari salah satu bilik pintu di sana, aku tidak bodoh aku tau suara apa itu, bukan karena aku sering menonton film porno tapi dari beberapa film yang aku tonton.

Karena aku sudah tidak memiliki orang tua jadi aku bisa menonton film apapun tanpa pengawasan, tapi ga sering juga cuma kalo ada film yang menurutku menarik atau pemeran utamanya tampan aku pasti akan menontonnya.

Aku langsung buru-buru keluar dari kamar mandi, tidak mau menguping ataupun berurusan dengan hal seperti itu, lagian ini kan di sekolah kenapa ada yang seperti ini? Bagaimana bisa sekolah begitu lalai terhadap muridnya sampai sejauh ini.

Memikirkannya saja sudah membuatku merinding.

Langkahku terhenti kala cekalan tangan seseorang menghentikan langkahku, padahal aku sudah berada di luar kamar mandi saat ini.

Aku menundukkan kepalaku tak berani menatap, mungkin saja itu orang yang tadi di kamar mandi mencoba untuk menutup mulutku agar aku tidak mengatakan apapun, kepada siapa pun.

"Lo harusnya ga denger apapun disana"

Suara itu, aku seperti pernah mendengarnya.

Aku mengangkat kepalaku menatap siapa yang ada di hadapanku, dia.. orang yang tadi pagi kan?.

Aku menatap kearah pintu kamar mandi saat seorang gadis keluar tak lama darinya itu dengan keadaan menangis, gadis dengan kacamata bulat dan rambut pendeknya.

Gadis itu menatap kearah ku sekilas dengan wajahnya yang memerah serta air mata yang terus mengalir sebelum pergi berlalu, aku pernah melihatnya saat ospek kemarin dia gadis yang pendiam dan suka menyendiri, kemanapun.

Kalau tidak salah aku pernah menyapanya sekali karena dia sepertinya kebingungan mencari teman kelompoknya saat ospek, tapi dia menghindar dan pergi entah kemana, yang jelas dia masih kelas satu sama denganku.

"Lo bikin dua kesalahan" ucapnya lagi yang membuat pandanganku kembali menatap ke arahnya.

"Gue ga bakal bilang ke siapapun, gue janji" cicit ku pelan, tapi cekalan tangan dia di tanganku semakin mengencang.

"Gue ga peduli lo mau ngomong ke siapa pun, gue cuma gamau lo tau!"

"H-hah?"

"Lo udah bikin tiga kesalahan" ucapnya lagi membuatku semakin bingung.

Aku tertawa pelan setelahnya, menatap kearahnya.

"Lo apaan sih, lo yang ngelakuin kenapa harus gue yang di salahin dan lagi gue gamau ikut campur ya!"

"Jadi lepasin tangan lo" Aku menepiskan tangannya dengan kencang dan langsung pergi meninggalkan cowok aneh yang masih berdiri mematung di sana.

Mulai saat ini, ia harus waspada! harus tegas dan tidak pantang takut, jika ia lengah seperti tadi mungkin dia juga akan berakhir seperti cewek tadi, tidak semua itu tidak akan pernah terjadi, sampai kapanpun.

03.

Tadi pagi Alvaro merutuki dirinya sendiri yang memilih untuk membawa motor, padahal sudah jelas langit yang mendung akan turun hujan.

Karena hujan sempat reda lah yang membuat Alvaro mengira bahwa hujannya sudah berhenti, tapi ternyata salah yang ada hujan semakin lebat.

Beruntungnya tadi dia sudah sampai gerbang sekolah saat hujan mulai turun lagi, saat sampai di parkiran di sana sudah ada Novan dan Bastian yang tengah menghisap rokoknya sembari bersandar ke mobil.

Dan lagi, di sana sudah ada Lucia si cupu mainan kesayangan nya.

"Hujan kaya gini bawa motor aneh" Novan menggelengkan kepalanya pelan, merasa heran.

"Sengaja lah biar bisa di angetin" Ledek Bastian yang membuat mereka tertawa.

"Tau aja lo ya haha" Alvaro berjalan kearah Lucia yang sedari tadi hanya berdiri mematung dengan kepala tertunduk.

"Makin cantik aja" Alvaro mengusap rambut Lucia sambil tertawa dan mencium pucuk kepala gadis itu.

Alvaro merangkul Lucia, dia menyulutkan satu batang rokok untuknya.

"Mau" Alvaro menawarkan rokoknya di hadapan Lucia yang hanya di balas dengan gelengan kepala.

"Ayolah" pinta Alvaro lagi yang membuat Lucia menatap takut ke tiga lelaki itu.

"Ayo" titah Alvaro lagi, mau tak mau dia melakukan apa yang Alvaro ucapkan.

"Uhuk.. Uhuk.. Uhuk..." Lucia langsung batuk saat menghisap rokok itu membuat mereka tertawa melihatnya.

"Gemes banget sih haha" Bastian menarik Lucia kedalam rangkulannya di tengah-tengah antara Bastian dan Alvaro.

"Coba lo liat anak itu" Tunjuk Novan saat melihat mobil honda jazz baru saja memasuki parkiran, terlihat seorang gadis cantik yang mengendarainya.

"Anak baru ya" tanya Alvaro yang langsung di angguki.

"Kok gue kaya suka ya haha" Alvaro tertawa hambar saat mendengar ucapannya sendiri.

"Serius!"

"Ambil aja, gue mah punya Lucia iya engga" ucap Bastian yang langsung di angguki Novan.

"Gue mau samperin" Alvaro melenggang pergi menghampiri gadis itu.

"Sialan emang tuh anak, giliran soal cewek cakep mah gercep banget"

"Biasa mainan baru"

"Gue dingin nih say" Ucap Bastian setelah membuang puntung rokoknya, Lucia masih diam menunduk saat salah satu tangan Bastian merayap masuk ke punggungnya.

"Masuk enggak" Tanya Bastian kepada Novan.

"Nanti gue nyusul, tanggung" tunjuk nya kepada rokok yang tinggal setengah nya lagi.

Bastian masuk kedalam mobil begitupun dengan Lucia yang mengekori tarikan tangan Bastian.

Alvaro mengetuk kaca mobil gadis itu,  cukup lama sampai dia mau membukanya.

Di lihat dari pertanyaan nya, sepertinya dia tidak mengenali dirinya, ya itu bagus.

Aku duduk di samping kemudi, saat pertama memasuki mobilnya aroma wangi benar-benar menguar menusuk indra penciumanku, benar-benar wangi dan bersih.

Aku sesekali menatap wajahnya, jika di lihat dari dekat kecantikan nya semakin meningkat, tidak pernah salah memang pilihan temannya itu.

Apalagi saat melihat paha dan betisnya yang putih bersih, itu sangat menggiurkan dan membuat nafasku tercekat.

Aku memilih untuk memejamkan mataku, walaupun tidak benar-benar terpejam, aku menyunggingkan bibirku saat melihat dari kejauhan Bastian yang memasuki mobil diikuti Lucia.

"Enak banget lu pada ya hujan gini di angetin" ucapku dalam hati.

"Sialan!" Desis Alvaro di dalam hati hati saat melihat Novan yang menyeringai kearahnya dan memasuki mobil mengikuti Bastian.

Ini canggung banget suasana nya, apalagi saat melihat gadis itu yang mulai bernyanyi walaupun pelan tapi aku bisa jelas mendengarnya, sebenarnya suaranya tidak terlalu jelek untuk ukuran suara segitu, bisa di bilang pas lah ya.

Cukup lama sampai hujan mereda jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi namun bernuansa sore hari, sangat mendung.

Aku melihat kedua matanya yang sayu dan terlihat lembut, mata bermanik coklat itu terasa meng hipnotis ku.

Bibir nya semerah Cherry dan sangat merekah, aku sudah bisa membayangkan betapa kenyalnya bibir itu.

Aku melihat teman-teman ku belum keluar dari mobil, sepertinya mereka sangat menikmati ya.

Aku ingin bergabung dengan mereka sedikit rasa penyesalan untuk memilih pergi kesini, tapi disisi lain aku belum pernah melihat gadis yang secantik dia, dia terlihat sangat cantik tanpa polesan apapun di wajahnya tidak seperti anak gadis pada umumnya yang lebih cantik karena make up ketimbang alami, itu sama sekali bukan tipe ku.

Aku tersenyum kecil, sangat kecil mungkin tidak terlihat saat gadis di hadapan ku ini terlihat bingung dengan memanyunkan bibirnya, sangat menggemaskan.

Aku tidak bisa melewatkan momen ini, aku langsung mencium bibirnya sekilas dan langsung pergi keluar, dia pasti sangat terkejut aku yakin itu.

Setelah keluar dari mobilnya, Alvaro menunggu Novan dan Bastian di tangga darurat dengan satu batang rokok yang menemaninya.

Ini pasti tidak akan berjalan dengan cepat!.

Alvaro menatap ponselnya tidak ada yang aneh dan tidak ada notifikasi yang muncul di ponselnya, Alvaro hanya memiliki nomor ponsel kedua orangtuanya, Novan, Bastian dan yang terakhir Lucia yang lainnya hanya beberapa grup dengan anak-anak tongkrongan lainnya.

Alvaro bukannya tidak mau menyimpan nomor yang lainnya tapi orang yang sering dia hubungi juga orang  itu itu lagi jadi kenapa harus gitu?.

"Lama banget anjir" ketus Alvaro saat melihat Kedua temannya serta Lucia datang menghampirinya, Alvaro memang sudah mengirim pesan kepada Bastian bahwa dia di belakang.

"Sini" Titah Alvaro kepada Lucia untuk duduk di sampingnya.

Sedikit cerita tentang Lucia.

Lucia ini anak dari salah satu orang tua yang memiliki hutang kepada keluarga Bastian, ayahnya Lucia menjualnya untuk melunasi hutang ayahnya, itu sekitar dua tahun yang lalu.

Saat itu Bastian tak sengaja melihat seorang gadis di rumahnya, tidak heran juga sih karena sering sekali terjadi saat orang tua mereka yang meminjam uang dan tidak bisa membayar,  mereka menjual anaknya dengan begitu mudah seperti tidak ada rasa bersalah sedikit pun, bahkan banyak pula yang di jadikan sebagai jaminan karena hutang kedua orangtuanya.

Itulah mengapa harus menikah ketika sudah siap, jangan jadikan anak semata hanya untuk keturunan, tapi perlunya persiapan untuk menghidupinya dan menjamin keberhasilan dalam hidupnya.

Jangan hanya melahirkan dan memberinya makan, mereka juga tidak ingin kedua hal itu, mereka juga ingin kebahagiaan.

Oke balik lagi, biasanya Bastian itu biasa aja kalo liat cewek cantik putih mulus, tapi Lucia beda menurutnya kecantikan Lucia itu udah another level dan sudah di akui oleh teman-temannya juga.

Bastian mengambil Lucia dan membawanya tinggal di rumah yang biasa di jadikan tempat mereka bertiga tinggal atau sekadar menongkrong biasa.

Alvaro dan Novan benar-benar senang tidak tertolong mereka seperti melihat bidadari yang baru saja turun dari kayangan.

Lucia itu memang pemalu dan pendiam kaya lugu gimana gitu, dari dulu kerjaannya nangis dan nangis padahal udah sering di pake juga.

Kembali ke sekarang, Alvaro memainkan rambut bagian belakang Lucia, dia masih mengobrol dengan Novan dan juga Bastian.

"Nanti maen sama gue ya" ucap Alvaro sembari mengusap pipi Lucia, mencubitnya pelan.

"Tapi aku mau ke kelas" Cicit Lucia pelan membuat mereka menatap kearahnya secara bersamaan sebelum tertawa terbahak bersamaan.

"Lo udah berani juga ya" Alvaro mencengkeram bahu Lucia membuatnya meringis pelan.

"A-aku cuma mau belajar"ucapnya lagi yang membuat mereka kembali tertawa.

"Buat apa lo capek belajar hm, masa depan lo udah cerah di tangan gue" kekeh Bastian tak percaya.

"Ingat, lo di sekolahin bukan buat belajar tapi buat nemenin kita" timpal Novan yang langsung di angguki.

"Ingat, hidup lo ada di tangan gue ga usah kebanyakan gaya mau belajar segala"

"Lo cukup nurut dan dengerin apa yang gue bilang, selesai segampang itu, lo ngerti kan?" ucap Bastian lagi.

"Hah...mending kita cabut sekarang ya" Bisik Alvaro di telinga Lucia.

Sebelum pergi, Bastian mencium bibir Lucia dengan lembut, Lucia itu benar-benar kesayangan Bastian, awalnya dia tidak mau berbagi tapi dia suka cepat bosan.

"Jangan ngebangkang, ngerti" Bastian menepuk pelan kepala Lucia sebelum dia pergi dengan Alvaro, sedangkan Bastian dan Novan mereka memilih untuk pergi ke kelasnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!