NovelToon NovelToon

Oh My Boss.

Bag.1

Seorang perempuan duduk diantara lampu kerlapkerlip diiringi musik yang mendengung kencang, sejak setengah jam yang lalu dia tak hentinya menenggak alkohol hampir seperti ikan didalam kolam.

Wajahnya frustasi terlihat dari itu, dia sedang menerima beban berat atau mungkin sedang mengalami dunia yang tidak adil.

"Siaaaallll" teriaknya keras. Gelas yang berulang kali disesapnya ia lempar kesembarang arah. Diremasnya kepala dengan rambut yang sudah tidak karuan itu.

Tak habis sampai di situ perempuan itu kembali menenggak alkohol langsung dari botolnya.

"Woy pelayan!" Teriaknya. Lalu seorang pelayan menghampirinya.

"Tambah dua botol!" Teriaknya frustasi.

Sang pelayan hanya bisa mengangguk kemudian menggeleng tak percaya seorang perempuan bisa menghabiskan 3 botol alkohol sekaligus dan bahkan kini dia meminta tambah dua botol lagi.

"Dua botol" ucap sang pelayan meminta pesanan kepada seorang penjaga.

"Kau yakin akan memberikannya dua botol lagi?" Tanya sang penjaga ragu-ragu ketika melihat botol kosong perempuan frustasi itu sudah berserakan.

Si pelayan menggaruk kebingungan.

"Lalu apa aku harus menolaknya? Bagai mana kalau nanti dia mengamuk? Dan melaporkan kita? Lebih baik kita biarkan saja daripda kita yang kena"

Lelaki itu teringat pada pelanggan yang mengamuk dan melapor, hanya karena tidak diberi alkohol.

Mereka akan mengadu dengan mengatakan "Pelayanan yang buruk, pelayan kurang ajar" dan lain sebagainya dan pada akhirnya mereka sendirilah yang akan kena sanksi 'diberhentikan selama beberapa hari'

"Lalu apa kau akan membiarkan seorang perempuan minum seperti itu? Ini akan sangat membahayakan, kau lihat dia sudah hampir teler dan" penjaga memperhatikan sekeliling perempuan itu dan menyadari dia datang sendirian "Dia datang sendirian bukan? Ini sangat bahaya bagai mana kalau ...." Pelayan itu terdiam membayangkan bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya sedangkan dia sudah tidak sadarkan diri..

Seorang lelaki yang duduk didepan meja penjaga menyahuti, "Berikan saja!"

"Tapi bagai mana? Dia seorang perempuan, tidak baik minum sebanyak itu" sangkal si penjaga.

"Dia akan berhenti saat dia sudah tidak mampu." Jawab silelaki.

"Baiklah" sang penjaga melengos sambil menggerutu kesal "Padahal aku hanya bersimpati padanya, ternyata orang baik disini cuma aku," Cebiknya.

"Nah!" Ucapnya kesal sambil memberikan dua botol itu kepada temannya dengan sedikit kasar.

Pelayan pun segera memberikan botol permintaan perempuan itu, setelah dibuka dia langsung menenggaknya hingga habis.

"Apa dia sering datang kesini?" Tanya lelaki tampan yang sejak tadi memerhatikan perempuan yang minum dengan gila itu.

"Dia baru datang kali ini" jawab pelayan ketus. Dia masih merasa kesal karena kekhawatirannya tidak diindahkan.

Lelaki itu mengangguk-angguk kecil sambil sesekali menoleh kearah perempuan yang terduduk sendirian itu.

"Kau yakin?" Tanyanya meyakinkan diri sendiri.

"Kalau tak percaya tanya saja sendiri" ketusnya lagi sambil melenggos kesal lalu pergi.

"Sial... Siaaal.." rintih perempuan yang ternyata bernama Kinan itu sambil terus menjambak rambut hitamnya yang kian berantakan, waktu sudah menunjukan pukul 02:15 botol kelima itu sudah habis ia tenggak dan Kinan berniat menambahnya lagi.

Setengah Kinan terkapar diatas meja dengan kesadaran yang hampir hilang Kinan melambaikan tangan meminta kembali alkohol untuk ia tenggak, Kinan hampir tidak perduli alkohol akan berakibat buruk pada dirinya yang terpenting sekarang Kinan bisa melupakan semua rasa kecewa dalam dadanya.

"Pelayan" Kinan berulangkali melambai, tapi sang pelayan hanya berdiri saja tanpa mengindahkan Kinan.

"Pelayan!" Teriak Kinan sayu, alkohol dalam tubuh telah menghilangkan kewarasan Kinan.

Kinan yang hampir tidak sadar terus melambai hingga tangan hangat memegangnya sambil berkata, "Sudah cukup! Kau hampir gila" ucapnya. Lelaki itu kemudian menarik Kinan dan memapahnya.

"Aku gila? Hahaha ya sepertinya aku akan gila, karena nasib aku yang selalu sial, sial sial sial, aku pembawa sial" teriak Kinan ngawur.

Lelaki yang memapah menatap Kinan dengan rasa kasihan ketika tiba-tiba Kinan menangis terisak.

Sambil menangis Kinan berkata, "Kapan dunia tak adil untukku? Mamah pergi, ayah pergi, sahabat menghianati, dan sekarang Dirga juga pergi. Dirga sialan! Kenapa kau menghamili sahabatku!" Teriaknya lagi.

"Lepaskan" Kinan mendorong lelaki yang sedang memapahnya.

Lelaki itu hanya bisa diam memerhatikan tingkah Kinan yang berjalan sempoyongan.

"Dirga...!!" Kinan kembali berteriak, "Berengsek! Akan kubunuh kau!" Teriak Kinan sambil berjalan terhuyung dan terpontangpanting diikuti seorang lelaki tersebut.

Brruukkk.. Kinan yang terhuyung jatuh tersungkur lelaki itu segera datang menolong Kinan lalu kembali memapahnya, dengan sabar membawa Kinan keluar dari bar meski Kinan pemabuk yang rese selain rese Kinan juga memuntahi coat yang dipakai lelaki tersebut dengan aroma yang sangat tidak enak.

Karena tidak tau harus mengantarnya kemana akhirnya lelaki itu memutuskan untuk membawanya ke hotel pribadinya.

Cklek... Pintu di buka dan Kinan segera di lentangkan diatas tempat tidur coat yang terkena muntahan dibukanya dan meletakan barang-barang Kinan diatas naskas, lalu melepas sepatu yang dipakai Kinan.

Saat genting itu tanpa sengaja ia memegang betis mulus Kinan yang terulur kebawah seolah tanpa cidera sedikitpun sentuhan itu sontak menggugah gairah lelaki tersebut, dari betis yang semampai, putih, bersih, tatapannya lalu naik ke paha Kinan yang kebetulan roknya sedikit tersingkap.

Mengikuti nafsu birahinya lelaki itu ingin sekali memakan Kinan yang tidak sadarkan diri mengambil kesempatan itu dengan baik, tapi tidak dia segera mengusap kesadarannya dan menekan keinginanya.

Demi menekannya lelaki itu segera berpaling dan mengambil langkah cepat untuk meninggalkan Kinan.

Mengambil kembali coat yang ditaruhnya pada sandaran kursi, tapi ketika hendak mengambil langkah tiba-tibahandphonenya berdering...

"Halo, apalagi?" Wajah lelaki itu tiba-tiba berubah muram.

"Bagai mana? apa sudah kau buktikan?" Ucap seorang perempuan dibalik telpon bernada megejek.

"Kau menelpon ku malam malam apa sudah tidak ada lelaki yang melayani mu?" Aim tertawa kecil "Sungguh kasihan, oo ia kenapa tidak kau jajarkan saja dipinggir jalan?!" Ledeknya penuh benci "Bukankah itu akan sangat laku keras!?"

"Aiman Kradita putra, putra tunggal pewaris perusahaan LK yang terhormat saya jadi teringat sesuatu, mengenai itu bolehkah saya mengajukan sedikit pertanyaan? Tentang kemandulan anda apa orang tua anda sudah tau, jika mereka tau kira-kira bagai mana reaksinya ya? Serangan jantung, struck, pingsan rumah sakit atau....Seru kayaknya ya, seorang Aiman kradita putra tidak bisa memberi keturunan cckckckckck, sangat disayangkan, siapa penerus perusahaan?" perempuan itu tertawa jahat.

Deg, perasaan lelaki yang kerap d panggil Aim itu berasa terancam "Hentikan ucapanmu!" Bentak Aiman.

"Kenapa Aim? Apa kamu merasa'kan sesuatu? Marah, kesal, atau terancam? Uuuhh aku rasa itu sangat bagus. Setidaknya, walau kau lumpuh nafsu tapi tidak lumpuh emosi..." Tut tut tut telpon pun ditutup secara sepihak..

"Halo, halo" Aim berteriak kesal ketika telponnya tiba² terputus.

"Dasar perempuan brengsek!" Aim berteriak geram ia mondar mandir panik sambil mengacak rambutnya karena emosi.

Yang menelpon barusan adalah istri Aiman yang yang bernama Shina, mereka berdua telah menikah selama satu tahun pernikahan berdasarkan perjodohan itu sebabnya antara mereka selalu terjadi percekcokan dan pertengkaran hebat seakan tak pernah ada damai Shina juga selalu berusaha kabur dari pernikahan dan mencari celah untuk bercerai dengan Aiman agar bisa lari bersama kekasihnya, tiga bulan terakhir ini mereka berdua bahkan sudah tidak pernah bertemu lagi.

Larinya Shina dari pernikahannya bukan tanpa alasan, Aiman sebagai seorang manusia mempunyai banyak kelemahan wajah tampan rupawan dengan hidung mancung dan mata sedikit sipit tubuh tinggi tegak atletis tapi impoten kabarnya, untuk itu demi memenuhi hasratnyanya Shina mencari pelarian, menepis kabar itu Aim sendiri mau memastikan apa nama penyakit yang mengganggunya itu.

Bag.2

Diingatkan akan hal itu Aim emosi tingkat tinggi, Aim bergegas mengambil langkah untuk menyusul Shina khawatir Shina akan membeberkan kabar itu kepada kedua orang tuanya. Tapi.. suara lirih menghentikan langkah Aim yang hampir meraih gagang pintu.

"Panas" gumam Kinan sambil mengipaskipaskan tangannya. Aim pun segera berbalik, ternyata dia lupa menyalakan pendingin ruangan.

"Panas" Kinan kembali bergumam, karena tidak tahan tangan Kinan merayap membuka satu persatu kancing baju miliknya, Aiman yang melihat itu segera menghentikannya.

Menahan tangan Kinan yang sedang melepas kancing bajunya "Tunggu! Jangan dibuka nanti kau bisa masuk angin, biar ku pasangkan Ac untukmu" ucap Aim pelan tepat ditelinga Kinan. Aim sengaja menahan Kinan untuk melepas pakaian didepannya Aim Khawatir akan kembali tergugah dan tak terkendali melakukan kesalahan terhadap Kinan yang saat ini tidak sadarkan diri.

"Mmmhhh" Kinan merasa terganggu oleh bisikan Aim. Setelah Kinan berhenti merangsaki pakaiannya Aim berniat menyingkirkan tangannya dari menahan tangan Kinan, tapi entah jin dari kalangan mana keturunan apa abad keberapa yang tiba-tiba menghasut Kinan untuk menahan tangan Aim dan berbalik meminta Aim untuk melepaskan pakaiannya, atau mungkin Kinan memang sedang kepanasan "Tolong buka, panas" ucap Kinan sambil mengarahkan tangan Aim pada kancing yang tepat didada Kinan.

"Tolong lepas dibagian ini, susah" gumam Kinan serak dan sedikit lesu dengan mata tertutup. Tangan Aim yang diarahkan langsung oleh Kinan tanpa sengaja bersentuhan tidak langsung dengan bagian D plus bagian P yang super menggoda milik Kinan langsung terpaku, darahnya seketika berdesir badan tiba-tiba teras panas dan bergetar semua yang ada diatas kepalanya memuncak dan kepala yang lain ikut menegang mendorong hasratnya agar segera tersalurkan.

Tapi Aim segera tersadar, "Tidak Aim, ini tidak benar, kamu tidak bisa melakukan ini kepada dia," ucap Aim sambil menatap wajah Kinan sedalam-dalamnya, tak bisa berbohong lubuk hati Aim mengakui kalau Kinan gadis baik-baik.

Aim segera menjauhkan tangannya dan menarik kembali kepala yang sudah tertunduk dekat dengan bibir Kinan, siap mengikuti nafsunya untuk bermain dengan wanita menawan yang tidak sadar ini.

"Aku tidak bisa" Aim segera berpaling dan memutuskan untuk segera meninggalkan Kinan sebelum dirinya kehilangan kendali.

"Tunggu.." Kinan mencekal tangan Aim "Bantu aku mengusap badan, panas" rintihnya memohon sambil mengarahkan tangan Aim pada tubuhnya Aim sendiri tak bisa menolak, diam-diam fikiran liarnya mendorong Aim mengikuti ***** bejatnya.

"Tolong usap dibagian ini" Kinan terus berusaha mengarahkan tangan Aim keseluruh tubuhnya yang terasa panas, mungkin karena pengaruh alkohol membuat badannya menjadi tak karuan.

"Hei hei hentikan" Aim mencoba mengendalikan dirinya sambil mengendalikan Kinan yang merangsak mengarahkan tangannya pada tubuhnya yang terus menggeliat seperti menantikan sesuatu yang lebih dari sekedar bersentuhan.

"Hei kau sangat lambat" Kinan tiba-tiba merangkul leher Aim dan menarik Aim dalam dekapannya.

"Tolong bantu aku, aku sudah tidak tahan" bisiknya memaksa Aim untuk melakukan sesuatu yang lebih gila terhadapnya.

"Hei hei.. jangan lakukan itu! Hentikan!" Aim mencoba melepaskan diri tetapi Kinan semakin kuat merangkulnya.

Kinan terus menekan tubuh Aim agar lebih lekat dengannya.

Diperhatikan lagi wajah Kinan yang cantik, dari dekat kecantikan itu lebih nampak sempurna, bibir merah yang sedikit tipis terlihat begitu manis hidung mancung kelopak mata yang dihiasi bulu yang melentik sempurna, suara yang sedikit serak terus bergumam menggoda kewarasan Aim.

Diusap lembut rambut yang terurai menutupi dahi Kinan diseret secara pelan menuju telinganya dengan halus, saat Aim menyisir lembut rambutnya, Kinan terdengar terkikik geli wajahnya juga bersemu bahagia mungkin dalam ketidak sadarannya Kinan merasakan perlakuan lembut dari Aim.

"Aku harus pergi" ucap Aim sambil pelan-pelan mencoba melonggarkan lingkaran tangan Kinan dilehernya dan akhirnya berhasil keluar dari kekangan Kinan.

Setelah berhasil terlepas Aim segera ber ingsut turun, tapi..."Payah" suara Kinan sontak mengingatkan Aim pada suara istrinya, dia pernah mengatakan kalau Aim lelaki yang payah karena penyakit impoten yang dimilikinya seketika Aim berhenti dan langsung berbalik dan menindih Kinan, "Jangan salahkan aku karena Kau sendiri yang memintanya" ucap Aim sambil sesekali mengecupi leher Kinan, Kinan mengangguk dalam tidak sadar lalu dengan mudah ter reaksi oleh kecupan lembut Aim yang lembut.

Suasana semakin menghanyutkan keduanya Kinan yang sedang dalam pengaruh alkohol kian dibuat menggila oleh setiap sentuhan yang dilayangkan Aim pada setiap lekukan dan area sensitifnya, begitu juga dengan Aim harum wewangian yang dipakai ditubuh Kinan tercium sangat manis ketika perlahan disusuri tiap jengkalnya, aroma itu menghipnotis Aim hingga tanpa ia sadari dia telah mencumbunya dengan gila.

Pakaian yang menutupi keduanya telah terlepas sejak Aim menyesap dua bintik kecil dibagian dada Kinan keduanya seolah terdorong untuk melepas pakaian masing-masing.

Kini Aim sedang menindih sambil mengecupi bibir Kinan, Kinan yang sudah terangsang sejak awal tampak sudah tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.

Ini memang kali pertama untuk Kinan dan sebelumnya tidak ada pengalaman melakukan hal seperti namun entah kenapa malam ini dibawah ambang sadarnya kepada lelaki yang baru dikenalnya Kinan tampak sangat liar dan menuntut berbagai hal untuk memenuhi hasratnya yang jika selangkah lagi dilakukan akan membuatnya terbang bebas memucuki jiwa duniawinya.

Kinan menggeliatkan tubuhnya berharap lawannya segera menancap gas.

Melihat Kinan yang tampak menunggu dengan gelisah membuat Aiman terus saja berfikir mengenai penyakitnya, 'benarkah aku sakit?' masalahnya selama setahun menikah dengan Shina dia tidak pernah melakukan itu, setiap kali hendak melakukannya Aim akan merasa seperti kehilangan tenaga dalam ***** yang menggebu itu segera hilang dan pada akhirnya Aim tidak bisa melakukan kewajibannya sebagai suami.

Selain itu setiap kali hendak mendatangi Shina Aim akan merasa seperti kelelahan hebat dan hilang gairah seksual dan akhirnya miliknya tidak dapat berdiri samasekali. Namun kepada Kinan Aim merasakan perbedaanya miliknya bahkan berdiri dengan tegas menantang untuk bertempur.

Tanpa fikir panjang lagi Aim segera melayangkan pisau dapurnya yang tumpul, "Baiklah sayang, aku hanya perlu membuktikannya" gumam Aim sambil tersenyum licik. Bersamaan dengan itu Kinan menjerit hebat, sesuatu yang terasa robek seiring dengan.... Menerobos masuk dan lalu tenggelam jatuh kedasar sungai mengalir dengan tepi yang terasa hangat hingga terciptalah malam yang membagongkan 😏😏

Lima belas menit kemudian aktifitas Aim berhenti peluncuran cairan disinfektan selesai sudah kini yang tersisa hanya keringat dan bebasahan dari aktifitas itu semua.

Pagi harinya Aim terbangun dari tidurnya yang sangat nyenyak, tampaknya tidur tadi malam lebih tenang dari malam² sebelumnya.

Saat terbangun Aim merasakan sesuatu yang hangat berada di pelukannya melihat seorang perempuan didekapannya Aim tersenyum bangga apalagi saat mengingat pertempuran tadi malam rasanya ingin sekali Aim mengulangnya pagi ini, tetapi pagi ini Aim sedikit sial ketika hendak meneruskan pekerjaan semalam telpon malah berbunyi. Saat melihat Notif Aim baru sadar kalau pagi ini ada pertemuan penting,

Muka Aim seketika berubah kesal saat harus dengan terpaksa meninggalkan perempuannya sebelum ia terbangun dari tidur yang melelahkan itu.

Bag.3

Sebenarnya Aim ingin menunggunya terbangun tapi sepertinya tidak mungkin handphonenya sudah berdering sejak tadi itu artinya ia harus bergegas, "Sayang, maaf aku harus pergi," Aim mengecup pipi perempuan yang masih tertidur lelap, sebelum pergi Aim sempat berbalik lalu menyempatkan diri untuk mengambil beberapa gambar bersama Kinan yang tubuhnya hanya terbalut selimut.

"Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu padamu aku pasti bertanggung jawab" bisik Aim sebelum akhirnya mengenakan pakaian lalu pergi meninggalkan Kinan yang masih tertidur pulas.

Sebelum meraih gagang pintu Aim kembali berbalik menatap Kinan dengan senyum bangga.

Satu jam kemudian...

Bruughhhh... Kinan terjatuh bersama gumpalan selimut yang membalutnya. Kinan yang baru tersadar meringis memegang kepalanya yang terbentur, "Aakkkhhh" rintihnya.

Kinan mengerejabkan matanya berulang kali memulihkan sisa kantuk yang masih menggelayang di kelopak matanya, lalu.. "Hah.. aku dimana?" Kinan yang duduk dari terjatuhnya baru menyadari ruangan ini tidak dikenalinya, beberapa saat Kinan terus mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, 'sungguh asing sepertinya ini bukan kamarku' gumam Kinan dalam hati.

Lalu Kinan mengingat ingat kembali alasan kenapa dia bisa ada dikamar tersebut.

Sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal Kinan mencoba mengingat ingat perilaku yang terjadi sebelumnya.

Hal terakhir yang Kinan ingat adalah ketika menenggak alkohol hari ini dia memergoki Dirga bersama Hanna baru keluar dari sebuah klinik/bidan seutas kertas yang dilipat rapi dipegang Hanna, tanpa sengaja Kinan berada ditempat itu dan mendengar percakapan Dirga dan Hanna.

"Dirga..." Mata Hanna menatap Dirga dengan sayu dan penuh harapan.

Seakan mengerti akan maksud Hanna Dirga langsung memeluknya. Pelukan direnggangkan, "Kamu tidak usah khwatir aku akan tanggung jawab kok" Dirga mengusap lembut dengan penuh kasih perut Hanna "Anak ini hasil cinta kita tidak mungkin aku lari meninggalkan cintaku," Dirga lalu mengecup kening Hanna dengan mesra.

Deg . Deg.. deg. Jantung Kinan seperti diremas dan dipecah dua, "Anak? anak siapa yang dirga maksud?" Jerit batin Kinan. "Tidak!" Bantah batin Kinan "Itu, mana mungkin"

Dirga merengkuh mendekatkan lalu berbicara dengan cabang/binit bayi yang ada didalam perut Hanna, "Sayang.. tampaknya mamah meragukan Ayah. Anak ayah jangan khawatir ya! Ayah ada untuk kamu sayang, sehat² disana" kata dirga diakhiri dengan belaian mesra dan kecupan kecil.

karena sangat penasaran Kinan pun keluar dari persembunyiannya "Anak? Ayah? Apa maksudmu Dirga?"

Dirga merasa dikejutkan oleh suara Kinan dan kehadirannya yang datang secara tiba² Hanna pun sama terkejutnya dengan Dirga.

"Kinan" Hanna melotot kearah Kinan lalu beralih kepada Dirga dan akhirnya mereka berdua saling menatap, terkejut.

Hanna dan Dirga telah lama menjalin hubungan dibelakang Kinan, sahabat Hanna. Namun sampai sejauh ini Kinan tidak tau hubungan gelap mereka berdua.

"Tolong jawab aku!" Tekan Kinan. Persahabatan yang dibina sejak kecil kini ternodai, tak pernah terpikir sedikitpun oleh Kinan akhirnya akan seperti ini, meski Dirga maupun Hanna belum memberi kepastian namun dalam hati Kinan telah meyakini kalau Dirga dan Hanna telah menodai kepercayaannya.

Dirga diam membisu sepertinya dia menghadapi situasi yang menyulitkannya, Kinan adalah perempuan yang telah lama menjalin kasih dengannya, Kinan sangat baik, mandiri pekerja keras juga cantik itu sebabnya Dirga tidak ingin kehilangan Kinan, sementara itu Hanna sering bertemu dan bertegur sapa menumbuhkan perasaan suka dihati Dirga hingga terjadilah kesalahan yang tidak pernah diharapkan terjadi oleh siapapun.

Kinan merebut kertas yang dipegang Hanna membaca dan langsung memahami coretan tersebut.

Tangan Kinan gemetar saat kata demi kata Kinan baca dengan teliti, tanpa diminta air mata Kinan menetes deras membasahi tiap baris tulisan dalam selembar kertas bergaris miring 'positif' tersebut, Kinan berulang kali menarik nafasnya membendung air mata agar tidak terus jatuh membasahi pipinya, namun hati terlalu sulit untuk menerima penghianatan sahabat dan cintanya sekaligus.

Kinan mengangkat tangan kiri yang telah tersemat cincin pertunangan dirinya dengan Dirga.,

Meski mencoba menahannya air mata Kinan terus meleleh, "Tiga hari lagi kita menikah Dir ..." Ucap Kinan lirih terluka, "Apa kau lupa? Kemarin Kita baru memesan dekorasi gedung? beberapa hari yang lalu kita mencoba gaun pengantin yang akan kita pakai lusa? Apa kamu sudah lupa kalau beberapa hari yang lalu kita sama² membagikan kartu undangan? Dirga bukankah kau pernah bilang menikahi ku adalah mimpi mu yang akan menjadi nyata, dua tahun kita menjalin hubungan suka duka telah kita jalani aku tidak percaya kamu akan merusak hubungan kita tiga hari sebelum pesta pernikahan" Kinan terisak.

"Kinan," Hanna meraih tangan Kinan untuk memohon maaf atas kekhilafannya namun ditepis Kinan.

"Kinan aku minta maaf! aku Khilaf" Kinan tak menanggapi

"Aku tidak percaya kamu menghianati ku Dir, aku tidak pernah membayangkan kamu melakukan ini dengan sahabatku sendiri saat tidurpun aku tidak pernah berharap akan bermimpi seperti ini.." rintih Kinan.

"Kinan aku minta maaf! Semua ini salahku Dirga tidak bermaksud seperti itu, ini semua salahku, aku yang merayu dia, jangan membenci Dirga Kinan benci saja aku" Hanna mencoba membela Dirga.

"Diam!" Bentak Kinan.. seketika Hanna terdiam, suara Kinan seperti suara petir ditelinganya, selama bersahabat dengan Kinan baru kali ini Hanna mendengar Kinan meninggikan suara kepadanya.

"Sekali lagi aku minta maaf! Kalau kamu mau marah marahi saja aku Aku bersedia menanggung apapun, semua ini salahku apapun yang akan kamu lakukan aku sedia menerimanya, asal jangan libatkan Hanna, dia gadis yang polos tapi aku tidak bisa menahan diriku aku terdorong untuk terus berusaha mendekatinya, dan..." timpal Dirga.

Dirga memelas "Dan aku mohon jangan salahkan Hanna, salahkan saja aku karena akulah penyebab semua ini" tambah Dirga penuh permohonan.

Mendengar Hanna dan Dirga malah saling membela membuat Kinan semakin merasa muak dan jijik pada perilaku keduanya.

Kinan berusaha mengumpulkan ketegarannya... "Apa kalian berdua saling mencintai?" Tanya Kinan, Hanna dan Dirga beradu pandangan seolah sedang meyakinkan perasaan mereka masing².

"Ya" jawab keduanya tanpa ragu.

"Kinan aku minta maaf" Hanna meraih dan menggenggam tangan Kinan, "Sejak dulu aku tau ini salah tapi aku tidak bisa menahan diriku, aku terlanjur mencintai Dirga aku, aku minta maaf aku tidak tau kenapa cinta bisa begitu egois, sebagai sahabat maukah kamu memaafkan ku Kinan?" jelas Hanna.

Dirga ikut meraih sebelah tangan Kinan, "Aku juga minta maaf Kinan, aku tidak bermaksud mengkhianati cinta kita, tidak tau kenapa aku tega melakukan ini, bahkan sampai saat ini aku selalu mencari jawaban tapi aku tidak menemukan alasan itu, alasan kenapa aku mengkhianati cinta kita Kinan."

"Cukup!" Kinan menarik tangannya melepaskan genggaman keduanya dengan kasar, "Kalian berdua tidak perlu lagi mencari-cari jawaban, tanyakan itu pada hati kalian" saat itu juga Kinan melepaskan cincin pertunangannya lalu mengembalikannya kepada Dirga bersama seutas kertas hasil pemeriksaan dokter milik Hanna dengan kasar.

Dirga terkejut, "Kinan kenapa kamu melepaskan cincinmu?" Tanya Dirga sambil melotot tak rela.

"Kita cukup sampai disini Dir.."

Dirga merangkul dan menahan Kinan, "Kinan kamu tidak boleh melakukan ini sayang, kita hampir menikah, lusa kita menikah sayang" Kinan melepas kan rangkulan lalu menampar Dirga.

"Sadar Dirga!... Kamu akan memiliki anak, dan itu dari perempuan berbeda, bukan dari aku yang lusa akan sah menjadi istrimu" teriak Kinan sambil menangis tergugu.

"Kinan ..." Hanna melenguh seraya menggenggam jemari Kinan "Pernikahanmu dengan Dirga harus tetap digelar, apapun yang terjadi, kalian jangan hiraukan aku..."

"Lalu bagai mana dengan anakmu Hanna? Apa kamu akan membiarkan dia lahir tanpa ayah?" Tiba-tiba genggaman Hanna melemah, tak ada perempuan yang mengharapkan itu terjadi pada anak mereka 'lahir tanpa seorang ayah' meskipun hakikatnya ayah itu ada, namun lahirnya seorang anak tanpa status ayah yang jelas tentu menjadi mimpi buruk bagi semua calon ibu.

Kinan mundur beberapa langkah menjauh dari Dirga dan Hanna, "Keputusanku sudah bulat... Aku akhiri hubungan kita disini... aku harap besok atau lusa kita tidak akan bertemu lagi" ucap Kinan dengan masih terisak dan hati terluka... Kinan menatap dalam Hanna dengan semua rasa kecewa yang tersisa, "Han aku serahkan resepsi pernikahanku kepadamu, jadilah pengantin pengganti untuk Dirga.."

"Kinan kamu tidak boleh melakukan ini, aku tidak mungkin menjadi pengantin pengganti, kamu sahabatku aku tidak bisa melakukan ini padamu"

"Sudahlah Han... Didepanku kamu tidak perlu pura-pura polos" Kinan tersenyum miring, mencemooh "Anggap itu hadiah dariku atas penghianatan yang kalian lakukan"

"Akh sial" Kinan menepuk dahinya, dia kesal karena teringat kembali pada penghianatan yang telah Hanna dan Dirga lakukan, dan hatinya kembali terasa sakit

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!