Zakia Arabelle Lawrance adalah gadis yatim piatu yang tinggal di salah satu panti asuhan. Menurut cerita ibu panti Zakia ditemukan subuh buta didepan pintu gerbang panti asuhan. Saat ditemukan hanya kalung yang melingkar di lehernya saja yang menemaninya. Penentu identitasnya. Itu kata ibu panti.
Setahun yang lalu dirinya keluar dari panti karena memutuskan untuk berumah tangga setelah lulus sekolah. Awalnya ibu panti menolak, karena menginginkan Zakia melanjutkan pendidikannya. Zakia termasuk anak yang jenius, jadi akan sia-sia bakat dan kemampuan yang dia miliki. Namun Zakia tetap memilih menikah dan berumah tangga.
Kali ini dirinya menyesali pilihannya saat itu. Menikah diumur delapan belas tahun, dan sekarang berumur dua puluh tahun harus menjadi janda.
Dua tahun mengarungi bahtera rumah tangga harusnya masih tahap mesra dengan pasangan. Namun, berbeda dengan Zakia, tahun pertama mungkin baik-baik saja. Tapi, di tahun kedua dirinya mulai mendapat cacian, hinaan bahkan makian dari suami dan mertuanya. Apalagi dirinya tak bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga. Itu semakin membuat peluang untuk mereka menghina dirinya.
Tony Prasetya adalah suami Zakia, ralat mantan suami lebih tepatnya. Tony menikahi Zakia pada umur dua puluh dua tahun. Terpaut empat tahun dengan Zakia, namun Tony begitu menyayangi gadis mungil yang tinggal di panti itu. Awalnya keluarga besarnya menentang, namun Tony berhasil meyakinkan bahwa Zakia adalah gadis yang baik, dan itu terbukti dengan sikap lemah lembut dan perilaku sopan Zakia.
Hingga saat Tony bekerjasama dengan salah satu perusahaan ternama, rupanya Tony tergoda dengan rekan bisnisnya yang menurutnya lebih menarik dari istrinya di rumah. Bahkan tak segan-segan Tony mengaku single pada rekan kerjanya.
Hubungan mereka berlanjut layaknya anak muda jaman sekarang backstreet. Karena mereka ingin melindungi privasi masing-masing. Hingga kebetulan mereka ada perjalanan bisnis keluar kota berdua, kesempatan itu tak mereka sia-sia kan untuk berduaan.
Namun, Tony adalah pria beristri. Dia juga butuh menyalurkan na*su bi**hinya. Dengan lembut Tony menggoda kekasih nya. Kekasih gelapnya atau selingkuhannya. Tony pesimis pada awalnya, namun siapa sangka jika gayung bersambut. Kekasihnya tergoda dan malah mengajaknya untuk melakukan hal terlarang. Awalnya Tony berjanji hanya satu kali ini, dan kekasihnya itu menyetujuinya. Tapi siapa sangka jika mereka malah kecanduan melakukan hal terlarang itu.
Bahkan seperti saat ini mereka sedang melakukan hubungan intim disalah satu hotel ternama di kota ini. Karena sedang asiknya melakukan penyatuan mereka sampai tak sadar jika ada seseorang yang membekap mulutnya seraya menahan tangisnya melihat penyatuan mereka.
Karena tak tahu harus melakukan apa dia hanya bisa berdiri mematung melihat kejadian itu. Melihat kejadian dimana suami yang selama ini dirinya banggakan sedang memadu kasih dengan wanita lain tepat di depan matanya.
Zakia terburu-buru mengunjungi hotel tersebut karena adik iparnya mengatakan bahwa Tony, suaminya sedang dalam keadaan yang tak baik-baik saja. Jadi, tanpa pikir panjang dirinya langsung bergegas menuju lokasi yang diberikan. Namun siapa sangka dirinya malah mendapat kejutan yang tak terduga.
Zakia sadar jika selama ini dirinya terlalu naif. Menganggap suaminya begitu baik dan setia meskipun sikapnya berubah akhir-akhir ini. Dan, hari ini dirinya mendapat jawaban dari perubahan sikap suaminya itu.
Zakia akui dirinya memang kalah dari segi penampilan. Bagaimana tidak? Dirinya bahkan tak tau caranya bersolek, jadi jangan salahkan dia yang tak merias wajahnya. Dirinya bahkan tak mengerti apa itu fashion, jadi wajar saja jika dirinya berpakaian lusuh. Bahkan saat masuk ke dalam hotel ini saja dirinya hampir diusir oleh satpam di depan, karena penampilannya yang lusuh.
Zakia bingung harus melakukan apa, ingin melabrak dua sejoli yang sedang memadu kasih itu? Tapi dia tak tau bagaimana caranya. Sungguh Zakia adalah gadis yang sangat polos.
Hati Zakia sakit melihat kelakuan suaminya itu, tanpa berpikir panjang Zakia membalikkan tubuhnya dan keluar dari kamar itu. Beberapa orang yang berpapasan memperhatikan dirinya yang sedang menangis sepanjang jalan. Bahkan tak segan beberapa dari mereka menghina penampilan dirinya yang kusut, pakaian yang lusuh.
Zakia hancur melihat pengkhianatan suaminya, apa salah dirinya? Tanyanya dalam hati. Bukankah selama ini dirinya sudah mengabdikan hidupnya untuk keluarga Prasetya.
Zakia berhenti di taman yang ia lewati tadi, duduk di kursi yang cukup sepi. Zakia kembali menumpahkan tangisnya kali ini. Sungguh dirinya tak bisa jika tak menangis mengingat apa yang ia lihat tadi.
"Ayah, ibu kalian dimana? " Lirih nya sambil memegang kalung yang melingkar manis di lehernya. Kalung yang selama ini ia sembunyikan.
"Apa kalian sengaja membuang, Kia. Atau karena hal lain, atau kalian telah berpulang terlebih dahulu"
"Ayah, ibu, Kia harus apa? Suami yang Kia banggakan selama ini ternyata tak sebaik yang Kia kira. Kia pikir, Kak Tony adalah pria yang setia tapi malah sebaliknya"
"Ayah, ibu, Kia bingung harus mengambil langkah apa. Di satu sisi Kia gak mau disakiti, tapi disisi lain Kia masih mencintai Kak Tony"
Begitulah cara Zakia meluapkan keluh kesahnya, segala beban hidupnya akan ia ceritakan entah pada siapa. Dengan memegang bandul kalungnya ia akan mulai bercerita. Itu akan memberi rasa tenang pada dirinya.
Tak lama setelahnya menangis dan menenangkan diri Zakia mendengar adzan berkumandang, rupanya sudah hampir masuk waktu maghrib. Zakia bahkan sampai tak sadar akan hal ini. Pantas saja sejak tadi dirinya mulai digigit nyamuk, rupanya hari sudah mulai gelap.
Zakia melangkahkan kakinya pada masjid yang terletak di seberang taman. Untuk melakukan kewajiban sebagai seorang muslim. Zakia termasuk salah satu wanita yang akan menghentikan aktivitas apapun yang sedang di kerjakannya jika sudah mendengar seruan untuk seluruh umat muslim ini.
Zakia memasuki pelataran masjid tersebut, dirinya langsung mengambil air wudhu. Karena ia berniat akan berjamaah. Setelah selesai, Zakia langsung mengambil satu mukenah yang ada di dalam lemari. Memang setiap masjid atau mushola akan ada beberapa mukenah. Ditujukan untuk para wanita yang singgah dan akan melakukan kewajiban nya itu.
Awalnya Zakia pikir dirinya akan menjadi makmum wanita seorang diri, namun siapa sangka ada dua gadis lainnya datang, bahkan menyapa dirinya dengan senyum hangat sebelum menjajarkan tubuhnya.
Selesai sholat mereka berkenalan. Zakia yang pada dasarnya memang orang yang ramah jadi tidak sulit untuk berinteraksi dengan orang baru. Bahkan perkenalan mereka mengalir begitu saja.
Dari perkenalan yang Zakia dapat, dua teman barunya bernama Alesha dan Tania, mereka berdua ternyata seorang mahasiswa fakultas ekonomi.
"Zakia tinggal dimana, ayo kita antar"
"Tidak usah Kak Al, Kia nanti ngerepotin"
"Repot apaan sih, sudah ayo kami antar. Mobil kami ada di taman" Jelas Alesha.
"Tidak usah, Kak. Beneran Kia bisa pulang sendiri" Tolak Zakia, dirinya merasa tak enak jika harus merepotkan teman barunya itu.
"Ini sudah gelap, Kia. Tak apa kita antar saja" Desak Tania.
"Iya Kia, ini juga jam pulang kantor, kamu akan kesulitan mencari taksi"
"Emmm... "
"Gak usah kebanyakan mikir, ayo" Tania langsung menarik tangan Zakia begitu saja.
Setelah sampai di dalam mobil, Alesha langsung menanyakan alamat rumah Zakia.
"Rumah mu searah dengan arah rumah Tania, Zakia. Atau jangan-jangan kalian malah tetangga lagi? "
"Kia gak tau Kak Al. Kia jarang jalan-jalan keluar rumah"
"Loh emang kamu kenapa gak keluar rumah? " Tanya Tania heran.
"Gak dibolehin sama mama mertua" Zakia berkata dengan jujur.
"Kamu udah nikah? " Kompak Alesha dan Tania pada Zakia.
"Iya" Zakia menjawab sambil menganggukkan kepalanya.
"Kamu masih muda, Zakia. Kenapa memilih menikah? " Tanya Alesha.
"Iya. Kenapa kamu tak melanjutkan pendidikan kamu dulu? " Tambah Tania.
"Kia gak ada biaya, Kak. Kia hanya anak panti, jika nanti Kia kuliah cuma bisa ngerepotin ibu panti" Jujurnya.
Sungguh Zakia adalah gadis yang begitu polos. Bahkan dirinya tak sungkan untuk menceritakan kehidupannya selama ini pada kedua teman barunya itu. Bagaimana dirinya menjalani hidup sejak kecil. Bagaimana dirinya tetap tersenyum meskipun tiap kali teman sekolahnya mengejeknya dengan ini itu. Bahkan dirinya tak melapor pada guru saat dibully oleh teman-temannya.
"Zakia ini kita udah hampir sampai, rumah mertua kamu yang mana" Tania buru-buru mengalihkan pembicaraan, karena merasa tak enak pada Zakia.
"Itu, Kak. Pagar warna hitam rumah mertua Zakia"
"Wah kita beneran tetanggaan, Kia. Rumah aku diujung sana" Tania menunjuk ke arah rumahnya.
"Kapan-kapan main kerumah aku ya, Kia"
"Ah, baiklah. Jika Kia ada waktu Kia sempatkan main"
"Baiklah-baiklah. Mari kita bertukar nomor HP. Zakia kamu teman yang menyenangkan" Ucap Alesha bersemangat.
"Zakia gak punya HP, Kak" Cicitnya.
"What? " Teriak keduanya, memaksa Zakia untuk menutup telinganya saat ini.
"Ya ampun Zakia ini udah tahun berapa, kamu masih belum pegang salah satu alat elektronik ini" Ucapan Alesha hanya ditanggapi anggukan oleh Zakia.
"Kamu gak minta belikan suami kamu? " Zakia menggeleng pelan.
"Kata suami Kia, Kia gak usah pegang itu. Kan Kia cuma dirumah aja" Jawabnya polos.
Kedua wanita yang duduk didepan Zakia hanya menggelengkan kepalanya pelan. Miris sekali hidup teman barunya ini.
"Ya sudah, Kia turun dulu ya Kak. Kakak mau mampir dulu? " Tanya Zakia sopan.
"Gak usah, Kia. Kapan-kapan aja"
"Ya udah, makasih ya Kak sudah mau mengantar Kia"
"Sama-sama, Kia. Gak usah sungkan gitu"
Setelah melihat mobil yang dikemudikan oleh Alesha tak terlihat lagi, Zakia baru melangkahkan kakinya memasuki neraka berkedok rumah itu.
"Darimana saja kamu gadis kampung? "
"Dari mana saja kamu gadis kampung? "
Saat memasuki rumah Zakia langsung dihadapkan dengan ibu mertuanya yang berkacak pinggang.
"Itu, Ma. Kia dari... "
"Halah palingan jalan-jalan dia, Ma. Secara Abang kan pulang larut sekarang" adik iparnya menumpahkan minyak pada api yang berkobar.
"Berani kamu ya, mentang-mentang suami gak ada di rumah kamu malah seenaknya sendiri keluyuran. Rumah gak dibersihkan, makan malam gak ada. Mau kamu apa sih? Tiap hari kerjaannya keluyuran aja"
"Kia, gak kemana-mana kok Ma"
"Alasan aja kamu ini ya. Sudah sana cepat masak buat makan malam. Mama nungguin kamu mulai tadi buat masak" bentak ibu mertua Zakia.
"Aku ini menantu atau pembantu sih di rumah ini? " Tanyanya pada diri sendiri saat ia sampai di dapur.
Sedangkan di ruang tamu, adik ipar Zakia tertawa puas melihat kakak iparnya dibentak habis-habisan oleh mamanya. Dari awal Tina, adik ipar Zakia memang tak menyukai kehadirannya di keluarga itu. Bukan hanya karena Zakia tak memiliki keluarga yang jelas. Singkatnya anak panti. Tapi, karena paras Zakia yang memiliki kecantikan tersembunyi, bagaimana tidak? Tanpa polesan make-up saja Zakia sudah terlihat cantik. Apalagi jika dipoles sedikit saja, Tina pastikan bahwa Zakia akan menjadi incaran setiap laki-laki. Rasa iri hati membuat Tina melakukan apapun agar Zakia keluar dan diceraikan oleh kakak laki-laki nya itu. Tapi usahanya selalu gagal karena kakaknya begitu mencintai Zakia. Namun, satu tahun terakhir ini, Tina merasa aneh dengan sikap kakak laki-laki nya, biasanya dia akan marah jika Tina menghina Zakia, tapi kali ini tidak. Tony hanya memperhatikan dalam diamnya. Tak berniat membela atau apapun.
Tina juga berhasil menghasut ibunya untuk membenci Zakia, awalnya Sarah tak terpengaruh dengan ucapan Tina, anaknya. Tapi, lama kelamaan dia juga percaya dengan rumor yang Tina buat untuk mendepak Zakia dari rumah ini. Bahkan Sarah tak segan untuk menjadikan Zakia sebagai menantu layaknya pembantu dirumahnya itu. Sarah juga dengan sengaja memecat asisten rumah tangga nya yang lama. Karena menurutnya sudah ada Zakia yang akan mengurus semuanya.
Lamunan Sarah terhenti berganti dengan kerutan di dahinya. Sarah melihat putranya memasuki rumah itu, tapi siapa wanita yang dirangkul nya itu.
"Ma, kenalin ini Sari" Tony langsung menyapa mamanya dan memperkenalkan wanita yang sedang ia rangkul.
"Sari tante" ucap wanita itu sambil tersenyum.
"Ma? " Tony kembali memanggil mamanya, saat melihat respon Sarah yang hanya diam.
"Ah, iya silahkan duduk"
"Makasih tante" Sarah hanya tersenyum menanggapi ucapan dari wanita bernama Sari itu.
"Jadi? "
"Sari ini pacar sekaligus partner kerja aku, Ma"
Mendengar penuturan putranya Sarah menaikkan sebelah alisnya, tapi sedetik kemudian bibirnya menampilkan senyum lebar.
"Zakia" Sarah sedikit berteriak memanggil Zakia yang sedang berada di dapur.
Zakia yang mendengar ibu mertuanya memanggil langsung tergesa-gesa meninggalkan pekerjaannya. Namun langkahnya terhenti saat melihat suaminya merangkul mesra wanita lain. Wanita yang sama yang dirinya lihat tadi sedang bersatu dengan suaminya. Zakia menatap nyalang pada dua manusia berbeda gender itu. Saat Zakia hendak meluapkan emosinya, seketika diam membatu sebelum mengucapkan satu kata apapun saat mendengar perkataan Sarah.
"Sari kenalin ini Zakia, pembantu di rumah ini"
Zakia sontak menundukkan kepalanya mendengar ucapan Sarah yang mengatakan kalau dia pembantu. Sebegitu memalukannya kah dirinya? Hingga mereka enggan mengakui dirinya sebagai seorang istri dan menantu di rumah ini. Saat dirinya akan membantah, Sarah langsung melotot ke arahnya. Zakia hanya bisa menunduk lagi, menahan tangis.
"Zakia, buatkan minum. Ada tamu ini, kamu ngapain bengong disitu"
Sakit.
Hati Zakia sakit menerima kenyataan ini. Awalnya Zakia berniat berpura-pura tak mengetahui apapun tentang hubungan gelap Tony, agar rumah tangga nya tetap utuh. Namun, siapa sangka Tony bahkan dengan berani membawa selingkuhannya ke rumah dan mengenalkan pada mamanya. Yang tak habis pikir lagi, bahkan Sarah seperti begitu antusias melihat kedatangan Sari.
Zakia akui wanita yang menjadi selingkuhan suaminya itu adalah wanita modis berkarir. Beda dengan dirinya, hanya ibu rumah tangga dengan pakaian kumal dan lusuh.
Setelah memenangkan hatinya dirinya bergegas membuatkan minum untuk tamunya, calon madunya pikirnya. Zakia tak ingin di maki atau dihina di depan wanita itu karena pekerjaannya yang tak becus. Cukup harga dirinya tercoreng karena tak dianggap sebagai menantu di keluarga ini. Jangan lagi dihina didepan wanita yang menjadi orang ketiga dalam rumah tangga nya.
"Makan malam sudah siap, Zakia? " tanya Sarah setelah Zakia meletakkan minuman di meja.
"Sebentar lagi akan saya hidangkan di meja, saya permisi ke belakang dulu" Zakia langsung undur diri, dirinya tak kuat jika harus melihat suaminya yang bertingkah mesra dengan wanita lain didepan matanya.
"Kita makan malam sebentar lagi, Sari sekalian makan malam disini saja ya"
"Gak usah tante, nanti merepotkan"
"Tak ada yang direpotkan untuk calon mantu" Sari tersipu malu saat mendengar kata 'calon mantu' dari mulut Sarah.
Samar-samar Zakia mendengar pembicaraan mereka yang ada di ruang tamu, hatinya semakin sakit. Lalu Tony menganggap siapa dirinya. Zakia tak mengerti lagi harus berbuat apa sekarang. Hanya penyesalan yang ia rasakan. Andai dulu dirinya mengikuti kata ibu panti, mungkin Zakia tak akan mengalami yang namanya sakit hati seperti ini.
Tak terasa air matanya menetes saat menata makanan di meja makan. Kenyataan pahit selalu Zakia terima sejak kecil. Hingga Zakia remaja memutuskan untuk mencari kebahagiannya sendiri. Hadirlah Tony yang menyayangi Zakia, layaknya malaikat. Kelembutan dan perhatian Tony, membuat Zakia luluh dan akhirnya mau menikah muda.
Namun siapa sangka, jika pernikahannya ternyata di bumbui dengan perselingkuhan Tony. Zakia cukup naif masih berharap Tony akan mempertahankan dirinya sebagai istrinya. Melihat dari cara Tony memandang Sari, membuat hati Zakia kian nyeri. Pasalnya, tatapan mata Tony sama seperti awal pernikahan mereka.
Setelah semuanya tertata rapi di meja makan. Zakia memanggil Sarah dan lainnya, tak lupa dirinya juga mengetuk kamar Tina. Untuk bergabung di meja makan.
"Kamu mau kemana Zakia? " Tanya Tony setelah duduk di meja makan.
"Ke belakang"
"Bergabunglah" Hati Zakia menjerit, bagaimana Zakia akan bergabung untuk makan, jika tempat duduknya saja ditempati oleh Sari.
"Kamu baik sih, Mas. Beruntung deh aku dapet kamu" Ucap Sari sambil mengelus pipi Tony.
"Sini Zakia kita makan bareng, jarang-jarang loh ada majikan baiknya kayak Mas Tony" Pinta Sari. Zakia hanya menampilkan senyum terpaksa nya.
"Saya ke belakang aja, Mbak" Zakia langsung meninggalkan meja makan dengan perasaan yang campur aduk.
Di meja makan Sarah dan Tina saling melirik, kemudian tersenyum penuh kemenangan.
Dibelakang, Zakia menangis dalam diam. Tak terisak sedikitpun. Sungguh kepalanya pening, sejak tadi dirinya menangis. Ini kali pertama Zakia nangis sebanyak ini. Selama di panti Zakia jarang sekali menangis. Dia akan menangis hanya jika rindu kepada orang tuanya.
Beginikah rasanya sakit hati?
Sungguh Zakia tak bisa mengucapkan dengan kata-kata. Dia rela mengorbankan masa mudanya untuk membangun rumah tangga, namun dirinya juga harus rela suaminya berlabuh ke pelukan wanita lain. Miris bukan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!