Hari ini adalah hari pertama Gavin masuk kuliah setelah liburan semester. Iya, GAVIDRA PUTRA WIJAYA. Cowok dengan perawakan tinggi, kulit putih, wajah mirip model Alvino zein lubis di masanya.
Gavin memang tergolong cowok tampan di kampusnya. Dia selalu di dekati cewek-cewek cantik. Tapi selama ini Gavin selalu menghindar. Kebiasaan cowok ini dari dulu nggak ilang-ilang. Selalu saja terburu-buru.
Seperti halnya hari ini dengan sedikit berlari Gavin memasuki kelasnya. Tapi belum sampai masuk, tiba-tiba di hadapannya berdiri perempuan cantik dengan pakaian rapi, rambut di sanggul kecil menambah keanggunannya. Gavin terpana sampai bengong.
"Kamu hampir saja tidak bisa mengikuti kelas saya." ucap perempuan itu.
"Iya, Maaf Bu.!"
"Satu menit lagi waktu menunjukan pukul tujuh." ucap perempuan itu sambil melihat jam yang ada di tangannya.
"Iya, Sekali lagi saya minta maaf Bu."
"Baiklah, sekarang bergabunglah dengan yang lain."
Gavin mengangguk pelan, lalu masuk ke dalam kelas di ikuti perempuan itu.
Gavin langsung mengambil tempat duduk. disampingnya si Seto tertawa kecil mengejeknya.
"Selamat pagi.!"
"Selamat pagi Bu...,!" serempak semua isi kelas menjawab.
"Baiklah, Sekarang saya akan memperkenalkan diri saya. nama saya RATIH PUTRI GAYATRI. Biasa di panggil Ratih. Disini saya akan menggantikan Bu Rima yang sekarang mendapat tugas dari kampus untuk pelatihan di luar kota. Bu Ratih dengan segenap hati menjelaskan dengan teliti.
Gavin menatap takjub ke arah Bu Ratih. Dia sampai tidak menyadari bahwa Bu Ratih melontarkan pertanyaan untuknya.
"Kamu.! Iya, kamu.. yang dari tadi bengong, siapa nama lengkap kamu.?"
"Emm.. Gavin Bu.!"
"Nama lengkap.!"
"Eng.. GAVINDRA PUTRA WIJAYA."
"Okey, Nanti selasai kuliah kamu menghadap saya, ya?"
"Baik Bu...."
Setelah panjang lebar Bu Ratih memberi materi, akhirnya selesai sudah kelas Bu Ratih.
"Baiklah, sampai di sini dulu materi dari saya. sampai besok. Pagi!"
"Pagi..!" serentak semua menjawabnya.
perempuan itu akhirnya meninggalkan ruangan. Gavin tak henti-hentinya menatap Bu Ratih.
"Wooii..! liatin apa loe?"
"Eh.. elo nih gak bisa liat temennya seneng."
"Kamu naksir ya Vin.?"
"Cantik banget Set.!"
"Huuussh.. tuh perempuan pasti sudah punya suami. elo jangan gila.!"
"Set, gue kan cuma sekedar bilang kalau dia itu cantik banget. nggak lebih."
"Terserah elo ajalah..!" ucap Seto sambil melangkah meninggalkan sahabatnya.
Gavin berjalan menyusuri ruangan para Dosen. Sesampainya dia di tempat Bu Ratih, Gavin dipersilahkan duduk.
"Silahkan duduk!"
"Makasih Bu...."
"Kamu tahu kenapa saya panggil ke sini?"
"Nggak tahu Bu,!"
"Apakah rumah kamu jauh dari kampus ini.?"
"Iya, lumayan Bu. Kalau nggak macet sekitaran tiga puluh sampai empat puluh menitan Bu."
"Emm.. kalau bisa besok kamu bangunnya lebih awal, biar kamu nyampai sini juga bisa lebih awal. Gimana.?"
"Iya Bu, saya usahakan."
"Baiklah, saya tunggu di sini sekitar lima belas menit sebelum jam masuk.!"
"Hemm.. Iya, Bu.!"
"Sekarang kamu boleh meninggalkan ruangan saya."
"Iya, Makasih Bu...."
Gavin meninggalkan ruangan Bu Ratih. dalam hatinya ngedumel. Kirain ada apa sampai di minta menghadap, ternyata di suruh berangkat pagi. hadeeuw.!
Tapi kalau tiap pagi harus ketemu Bu Ratih sih, gue oke-oke aja. Bathinnya..
Langkahnya sudah sampai parkiran. Di tujunya sebuah mobil sport warna merah. Tapi, tiba-tiba matanya menangkap sosok yang menawan. Karya Tuhan yang satu itu memang indah di pandang. Masa sih Bu Ratih itu sudah nikah. Kira-kira umurnya berapa, ya. Bathinnya penasaran. Harus cari info soal Bu Ratih nih.
Next.........(2).
.....
Sesampainya Gavin di rumahnya, dia langsung memasukan mobilnya di garasi. Memang malam ini dia tidak ada rencana kemana-mana.
Selepas mandi dia langsung menuju teras belakang. Di situlah Gavin selalu menghabiskan waktunya jika tidak keluar rumah. Sambil memainkan gawainya, Gavin mencobak mencari info tentang Bu Ratih. mencoba untuk kirim Wa ke Tiur. dia adalah temennya yang aktif dalam berbagai acara kampus. siapa tahu dia mengerti info soal Bu Ratih.
'Tiur, tolong saya di bantu mencari biodata Bu Ratih.'
send..
Belum sampai dia mendapat balasan chat dari Tiur, tiba-tiba mamanya manggil.
"Vin!"
"Iya, ada apa Ma?"
"Makan dulu nak!"
"Baik Ma.!"
Kemudian dia melangkah menuju ruang makan. Di situ sudah ngumpul. Papanya, Kakak laki-laki nya serta Mamanya. Gavin dua bersaudara, dan semuanya laki-laki. kakaknya bernama MAHENDRA PUTRA WIJAYA.
Gavin sama kakaknya selisih lima tahun. sekarang kakaknya ikut kerja di perusahaan Papanya. Papa Gavin adalah pengusaha property terkenal di kota ini. siapa yang tidak mengenal pengusaha sukses INDRA WIJAYA.
"Hen, gimana proyek kita yang si Surabaya.?"
"Sampai sejauh ini, bagus Pa.!"
"Oke.!"
"Siapa dulu, Mahendra.!"
"Iya, Papa percaya sama kamu."
"Kerja yang bener Hen, bantu Papamu."
"Siap Ma...."
"Vin,! Gimana kuliah kamu?"
"Emm...Baik Pa, tinggal dua semester lagi Gavin lulus Pa."
"Bagus kalau gitu, setelah lulus kamu bisa bergabung dengan Papa dan kakakmu."
"Haah..!"
"Kenapa, sayang?"
"Gavin belum mikirin ke arah sana Ma."
"Ya sudah, Nggak apa-apa. tapi janji sama Papa, kalau kamu harus lulus dengan nilai terbaik."
"Beres boss.!"
Keakraban keluarga itu memang terlihat dari obrolan-obrolannya yang santai.
Gavin senang terlahir di tengah-tengah keluarga yang harmonis.
Keesokan harinya Gavin berangkat kuliah seperti biasa yang selalu tergesa-gesa.
"Ma, Gavin sarapan di kampus aja, ya?"
"Kenapa nak?"
"Gavin kesiangan nih.!"
"Ya sudah, ati-ati ya sayang?"
"Iya Ma...."
Sambil tergesa-gesa Gavin mencium tangan Mamanya. Meskipun tergolong dari keluarga yang cukup sibuk, tapi Mamanya selalu berusaha untuk melayani sendiri suami dan anaknya.
Mobil melaju di jalanan kota. Gavin harus sampai kampus setidaknya setengah jam sebelum jam tujuh. Akhirnya pas pukul setengah tujuh mobilnya masuk ke parkiran. Tapi setelah dia keluar mobil tiba-tiba, cewek dengan pakaian yang modis menghampirinya.
"Jiaaah...ada perlu apa kamu ke sini.?"
"Vin, ntar pulang kuliah gue nebeng, ya?"
"Emang, kemana mobil loe.?"
"Mobil gue lagi di bengkel."
"Sorry, pulang kuliah nanti gue ada urusan."
"Ayolah Vin! please, jangan sampai menolak ya?"
"Nggak bisa.!" Gavin melangkah meninggalkan si Sherly sendirian. tak di hiraukan teriak-teriakannya.
Gavin melangkah menyusuri banyak ruangan di mana kelasnya terletak paling ujung. Kemudian dia masuk kelasnya sambil melirik jam di tangannya maaih menunjukkan pukul 06.40. Jadi dia masih punya waktu sekitar dua puluh menit dari jam masuk kelas. Dia ingat sesuatu. Tiur.! gumamnya.
Gavin bermaksud keluar lagi guna mencari Tiur, tapi di pintu dia hampir bertabrakan dengan Bu Ratih.
"Mau kemana kamu.!"
"Mau ketemu teman Bu."
"Kamu tahu sekarang pukul berapa.?"
"Iya, tahu Bu.!"
"Saya hargai usaha kamu untuk tidak terlambat lagi, malah kamu datang lebih awal dari yang kita sepakati. Tapi, bukan seenaknya kamu keluyuran, Vin."
"Iya, Bu..., saya minta maaf."
"Kamu kembali ke kelas.!"
Gavin mengangguk pelan. Dengan gontai dia membalikkan badannya menuju ke dalam. Entah kenapa dia tak kuasa menolak apa yang di perintahkan Bu Ratih.
Drrrttt...drrtt... Ponselnya beegetar. Tiur.
'ini data yang loe minta. Bu Ratih itu asli Jogja. Umur dua lima tahun. Masih single. lulusan terbaik Universitas terkenal di kota Jogja. Dia menyelesaikan kuliah S1 S2 selama enam tahun. Makanya dia masih muda tapi sudah jadi Dosen.'
'Ya ampun Tiur! kamu baik banget'
'Udah puas kamu Vin?'
'Makasih Tiur....'
Di tutupnya ponselnya, lalu di masukkan kembali di saku celana. Kuliah hari ini bagi Gavin terasa membosankan. Karena materinya banyak banget. Tapi, akhirnya selesai juga.
Jam kepulangan sudah tiba. Akhirnya Gavin menarik nafas lega. Kali ini Gavin menyusuri jalan ke parkiran mobil setengah mengendap-endap karena memghindari si Sherly.
Ternyata cewek itu berdiri di pintu keluar kampus. Duuh gimana nih kalau dia tahu aku masih di sini. Gumam Gavin.
Tiba-tiba matanya menatap sosok yang dua hari ini menyita pikirannya. Di beranikannya untuk menghampirinya.
"Maaf, Bu Ratih bisa tolong saya, ya Bu.?"
"Menolong apa.?"
"Nanti saya jelasin Bu, tapi yang penting sekarang Bu Ratih ikut saya."
"Emang mau kemana.?"
"Pulang Bu...."
"Tapi, saya si jemput Vin.!"
"Telfon aja Bu, bilang kalau Bu Ratih ada yang antar."
"Tapi..?"
"Saya monon Bu.! please, tolong jangan tolak permintaan saya kali ini."
Bu Ratih nggak tega melihat Gavin yang mukanya sudah di gelayuti rasa putus asa.
"Baiklah Vin, Saya mau."
"Makasih Bu...."
Mereka berdua kemudian melangkah menuju parkiran. Bu Ratih terpana melihat kendaraan yang akan di naikinya. mobil sport warna merah.
Di bukakan pintu buat Bu Ratih. di lajukannya mobil dengan pelan. Setibanya di pintu keluar Gavin menghentikan mobilnya lalu di turunkannya kaca jendela mobil sambil melihat ke arah Sherly yang dari tadi masih berdiri.
"Sherly, saya duluan ya.?"
Sherly yang tahu kalau Gavin sedang berdua sama perempuan, langsung pasang muka sebel. Gavin melanjutkan mengemudikan mobilnya. di tengah perjalanan Bu Ratih minta berhenti.
"Kenapa Bu....?
"Apa di pintu keluar tadi itu pacar kamu,?"
"Kenapa Bu Ratih bertanya seperti itu.?"
"Iya, kalau saya perhatikan kamu tadi sengaja memanasi gadis itu."
"Ya ampun Bu, bukan kok. saya bukan pacarnya." jawab Gavin.
"Lah, terus kenapa tadi tiba-tiba kamu minta tolong saya untuk ikut mobil kamu!" tanya Bu Ratih.
"Begini Bu, saya nggak suka sama sikap cewek tadi. Kerjaannya kejar-kejar saya mulu. makanya untuk menghindarinya, tadi saya punya ide seperti ini." Jelas Gavin.
"Oh jadi begitu...."
"Iya Bu...."
"Ya sudah, jadi kan antar saya pulang.?"
"Iya, iya Bu.!"
Kembali mobil itu melaju di jalanan. setengah jam berlalu Gavin sampai si rumah Bu Ratih. Mobil mewahnya masuk ke sebuah rumah yang cukup besar. Halamannya luas terhampar bunga-bunga diseluruh sudut pagar.
Kemudian keluarlah Gavin dan Bu Ratih. Tak selang beberapa lama, kemudian munculah seorang laki-laki muda umurnya ya sekitaran dua sembilanan. Laki-laki itu masih berdiri dengan tatapan yang serius.
Next........(3).
Gavin masih berdiri di tempatnya ketika laki-laki itu menghampiri dirinya dan Bu Ratih.
"Ini siapa, Tih.?"
"Kenalin, ini Gavin mahasiswaku."
"Oh.. Saya Bagas, kakaknya Ratih." ucap laki-laki sambil mengulurkan tangannya.
Gavin menyambut uluran tangan tersebut seraya melempar senyum.
"Maaf, saya permisi dulu,"
" Iya, Makasih Vin..."
Gavin kemudian membalikan badan. Tapi, sayup-sayup Gavin mendengar perbincangan kakak-adik itu.
"Kamu, ngapain pake dianterin anak itu! bikin malu aja. Gimana kalau si Seno tahu. mau ditaruh mana muka kakak ini!"
"Itu urusan kakak. Ratih nggak peduli. lagian dia juga mahasiswa aku. kenapa kakak kok marah!" jawab Bu Ratih.
Sembari meninggalkan kakaknya.
Gavin kemudian melajukan mobilnya kencang-kencang. Dalam hatinya masih penasaran dengan apa yang barusan dilihatnya.
Kenapa kakaknya Bu Ratih segitunya memarahi adiknya. Kalau mendengarkan obrolannya tadi, sepertinya Bu Ratih ini di jodohkan dengan yang namanya Seno.
Tapi, kenapa sikapnya Bu Ratih begitu. Semakin penasaran aja. Bathin Gavin.
Kenapa cewek secantik Bu Ratih belum punya pacar, sampai mau dijodohkan. gumam Gavin.
Bu Ratih akhir-akhir ini menyita pikiran Gavin.
Dikediaman Bu Ratih kini telah berkumpul keluarganya untuk makan malam. Bu Ratih adalah anak kedua dari tiga bersaudara.
Kakak pertamanya namanya Bagas serta adiknya bernama Winda yang masih duduk di SMU.
Kakaknya sekarang belum menikah karena dia ingin melihat adik-adiknya bahagia dulu, baru dia memikirkan dirinya. Seperti pesan almarhum Ayahnya.
Dia kini menjadi tulang punggung keluarga dan menggantikan posisi ayahnya di perusahaan.
"Tih, mas nggak suka kalau kamu dianter seperti tadi." ucap kakaknya.
"Kenapa sih, dia kan mahasiswa aku. lagian juga searah." jawab Bu Ratih.
"Tetep aja nggak pantes. kamu tuh sudah kakak jodohkan dengan Seno teman kakak." ucap Bagas lagi.
"Tapi, Ratih nggak mau dijodohkan,!"
"Terus, kalau kamu nggak mau dijodohkan apa kamu akan terus begini. sampai kapan kamu terus tenggelam dengan kenangan Keanu. dia sudah tiada Tih..!" jawab Bagas sambil meninggalkan meja makan.
Bu Ratih kemudian meneteskan air mata. Di selalu menangis jika mendengar nama Keanu. Dia itu mantan tunangannya yang meninggal karena kecelakaan.
"Tih..., apa yang kakakmu bilang itu benar nak? sampai kapan kamu terus tenggelam dalam kenangan Keanu." ucap ibunya.
"Ratih, ngerti Bu..., cuma Ratih nggak suka sama Seno temen mas Bagas. Dia kasar Bu.!" jelas Bu Ratih.
"Nak, mungkin itu karena kamu nggak suka sama orangnya, jadi bisa menyimpulkan begitu."
"Pokoknya Ratih nggak mau sama Seno Bu.!"
Bu Ratih beranjak dari meja makan, lalu menuju kamarnya. Kembali dia menangis sejadi-jadinya. Sampai kapan Mas Bagas tidak memaksakan kehendaknya seperti ini. Bathin Bu Ratih.
Keesokan harinya, Bu Ratih terpaksa mau diantar Seno ke kampus. Dalam perjalanan dia banyak diam. Seno mencoba mengajak bicara, tapi Bu Ratih selalu menjawab dengan dingin. sampai akhirnya tibalah di kampus dimana Bu Ratih mengajar.
"Kenapa, turun disini?" tanya Seno.
"Lah, terus turun dimana?" jawab Bu Ratih.
"Aku anter sampe dalam Tih.!" ucap Seno.
"Nggak usah!" Jawab Ratih ketus.
Kemudian Bu Ratih keluar dari mobil Seno. diikuti oleh Seno seraya mengejarnya.
ketika Bu Ratih hendak melangkah, tiba-tiba tangan Seno sudah meraih tangannya.
"Lepaskan.!"
"Tidak akan saya lepaskan.!"
"Aku bilang lepaskan Seno.!"
"Tidak.! sebelum kamu mau menjawab soal perjodohan kita."
"Aku bilang, lepaskan!!"
Bu Ratih masih meronta minta dilepaskan tangannya oleh Seno. Tapi, Seno tidak menghiraukannya. Tapi, tiba-tiba seseorang datang.
"Lepaskan tangannya.!"
"Gavin,! ngapain kamu disini.?"
"Tolong, jangan larang saya Bu, karena saya paling benci melihat laki-laki memperlakukan perempuan dengan kasar.!"
"Kamu, Tahu apa anak kemarin sore?" ucap Seno.
"Maaf, Mas..., biarpun saya anak kemarin sore yang seperti anda katakan, tapi, saya tidak pernah melakukan tindakan sekasar ini!" jawab Gavin.
Tiba-tiba Seno melepaskan pergelangan tangan Bu Ratih. Gadis itu meringis kesakitan sambil memegangi tangannya.
"Ratih, ingat! nanti aku jemput seperti biasa. Urusan kita beum selesai." ucap Seno.
Kemudian Seno meninggalkan Bu Ratih yang berdiri disamping Gavin.
"Kamu, tadi ngapain belain saya.?"
"Maaf, Bu. disamping saya mahasiswa Bu Ratih, tapi saya sebagai laki-laki wajib melindungi jika ada perempuan dalam bahaya." jelas Gavin.
Bu Ratih masih menatap nggak mengerti dengan sikap Gavin. Ternyata anak ini baik dan tegas juga.
"Baiklah, ayo kita masuk." ajak Bu Ratih.
Gavin mengangguk kemudian mengikuti Bu Ratih dibelakang.
Saat Bu Ratih mengajar, dia agak kurang konsentrasi, sehingga banyak kalimat yang selalu diulang. Gavin merasakan kalau Bu Ratih dalam keadaan tertekan. Semakin nggak tega aja sia kalu melihat wanita yang akhir-akhir ini menyita pikirannya.
Pulang kuliah Gavin sengaja keluar kelas belakangan. Dia masih kuatir dengan keadaannya Bu Ratih. Dalam hatinya Gavin merasakan ada rasa yang beda jika melihat mata Bu Ratih.
Sebelum masuk mobil mewahnya, Gavin melihat percakapan antara Bu Ratih dan Seno. Mereka terlihat bertengkar. Gavin ingin mendekatinya tapi takut dikatakan ikut campur.
Akhirnya Gavin memutuskan untuk memperhatikan dari jauh. Tadi Gavin sudah dapat nomor WA Bu Ratih dari Tiur temennya. Gavin akhirnya pulang karena antara Bu Ratih dan Seno nggak ada masalah.
Aku harus bisa mencari tahu, kenapa Bu Ratih sampai nggak mau dijodohkan. Aku harus bisa membuat Bu Ratih tersenyum lagi.
Next.............(4).
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!