Nila berlari sekencang-kencangnya ketika dia di beritahu dari pihak rumah sakit kalau ayahnya meninggal di rumah sakit.Air matanya terus mengalir semenjak dari restoran dia bekerja.
Dia terus menangis tiada henti di dalam angkot mobil yang membawanya ke rumah sakit di mana ayahnya di rawat.
Matanya terus melirik ke arah tangannya,masih pukul dua siang.Tapi kenapa rasanya jalanan macet sekali,dia tidak sabar untuk cepat sampai di rumah sakit menemui ayahnya untuk terakhir kalinya.
"Bang,bisa cepat ngga jalannya.Saya lagi buru-buru nih."tanya Nila dengan wajah gelisahnya.
Masih mengusap air matanya,dia terus saja melihat jalanan yang masih padat merayap.
"Bagaimana mau cepat neng,wong banyak kendaraan yang lewat."ujar supir angkot itu.
Dia melirik ke arah Nila yang gelisah dan masih menyisakan air mata di sudut matanya dari kaca spion di depannya.
"Neng kenapa menangis?"tanya supir angkot itu penasaran.
"Ayah saya meninggal bang di rumah sakit.Makanya saya minta abang mempercepat laju mobilnya."jawab Nila masih dengan gelisahnya.
"Oh,maaf neng.Saya turut bela sungkawa.Kalau begitu saya cari jalan pintas aja ya neng."ucap supir angkot itu.
"Iya bang,terserah aja.Yang penting saya cepat sampai di rumah sakit."ujar Nila lagi.
Dia berharap supir angkot itu cepat mencari jalan pintas dengan jalan dari gang-gang sempit.
Dan benar saja,supir angkot berbelok dari arah lampu merah menuju gang di depan.Dia tahu di mana rumah sakit Bahagia itu berada.Jadi di kepalanya sudah terekam jalan apa saja yang akan di lalui oleh angkotnya dan langsung sampai di rumah sakit.
Kebetulan di angkot hanya ada Nila saja,jadi tidak susah muter-muter mengantar penumpang lain dulu.
Setengah jam akhirnya angkot sampai di depan rumah sakit Bahagia.Nila langsung turun dari mobil angkot dan membayar ongkosnya.
"Ini bang ongkosnya,terima kasih bang."kata Nila pada supir angkot itu.
"Iya neng,sama-sama."
Lalu Nila berjalan cepat menuju ruang di mana ayahnya di rawat.Tangis Nila kembali pecah setelah dia sampai di depan jasad ayahnya yang sudah terbujur kaku.
"Ayah,kenapa cepat sekali meninggalkan Nila.Hil hik hik."
Dia memeluk ayahnya dengan erat,seorang perawat mendekat padanya dan memberikan beberapa berkas untuk pengurusan jenazah.
Nila menghapus air matanya,dia kemudian menanda tangani berkas itu dan kembali memeluk ayahnya.
Nila masih sesunggukkan ketika perawat menarik bangsal itu untuk di mandikan langsung dan di urus proses selanjutnya.Nila tidak menahan perawat itu membawa jenazah ayahnya yang akan di urus itu.Dia ikut keluar dan duduk di ruang tunggu,menatap kemana bangsal ayahnya itu di bawa.
Memikirkan bagaimana dia akan hidup tanpa ayahnya nanti.Bagaimana dia akan menjalani hari-harinya tanpa ayahnya kelak.
Kembali Nila terisak,dadanya sesak dengan meninggalnya ayahnya.Sejak usia lima belas tahun dia hidup berdua dengan ayahnya.Ibunya meninggal di usia Nila sepuluh tahun.Dia hidup dengan neneknya,dan ketika neneknya meninggal baru setelah dia berusia lima belas tahun di ambil alih ayahnya yang bekerja di kota,dia hidup berdua di kota dangan ayahnya walaupun serba kekurangan.Namun dia bisa bertahan,bisa menamatkan sekolah menengahnya dan akhirnya dia bisa bekerja di restoran.
Selesai di mandikan dan di kafani oleh petugas rumah sakit,ayah Nila lalu di sholati dan langsung di bawa ke mobil ambulans untuk langsung di makamkan di tempat pemakaman umum.
Dari semua proses itu Nila ikuti,dia kemudian kembali ke rumah setelah pemakaman itu selesai.Memang tidak ada yang melayat dan mengucapkan berbela sungkawa dari tetangga-tetangganya karena semua serba mendadak.
Wajah sendu Nila masih bersarang di sana,membuat tetangga sebelah rumahnya heran Nila pulang dengan wajah sedih.
"Nila,kenapa dengan wajah kamu?Terlihat sedih begitu."tanya tetangga Nila yang akrab dengan Nila dan ayahnya.
Nila menghampiri dan memeluk ibu itu,dan menangis kembali.
"Ayah bu,ayah Nila sudah pergi.Hik hik hik.."jawab Nila sambil menangis
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun.Yang sabar ya Nila."kata ibu itu lagi dengan ikut bersedih.
"Iya bu."
Kemudian Nila dia masuk ke rumahnya,menatap sekeliling dengan penuh kesedihan.Dia melihat potonya bersama ayahnya yang sedang tersenyum bahagia,mendekapnya erat sambil menangis sesunggukkan.
Dia masuk ke dalam kamarnya tanpa melepas poto di dekapannya.Di baringkannya tubuhnya di ranjangnya,memejamkan mata.Hari ini dia sangat lelah,lelah sekali hingga tak terasa mata terpejam itu menjadi rasa kantuk yang lama sampai esok hari.Nila tertidur.
_
Hari-hari Nila selalu di warnai kesedihan,setiap tetangga datang menjenguk dan ikut bersedih dengan keadaan Nila.Dia sebatang kara sekarang,semua orang yang dia sayangi meninggalkan dirinya di dunia ini.
Kenapa bukan dia juga yang pergi,pikir Nila dalam keputus asaanya.
Tiga hari tidak bekerja,bosnya Andika memberi kelonggaran untuk hari berkabung Nila atas kematian ayahnya.
Teman-teman di restoran juga sering berkunjung,terutama Melina yang setiap hari mengunjungi sahabatnya.Menemani di kala sedih dan sendiri.
"Nil,apa sebaiknya kamu tinggal di kostanku?"tanya Melina pada Nila menawarkan.
"Tidak usah,Mel.Terima kasih.Kalau aku ke kostan kamu,rumah ini bagaimana.Masa mau di kosongkan."jawab Nila.
"Ya tapi setidaknya kalau di kostanku kan ada banyak teman,ada aku juga.Kita bisa tidur bareng."ucap Melina lagi.
"Ngga Mel,makasih tawarannya.Tapi sepertinya aku tetap tinggal di rumah ayah aja,walau tidak besar."
Melina menghela nafas,dia manata sahabatnya itu dengan sedih.Lalu dia merangkul Nila dan tidak sengaja keduanya terisak sedih.
Malam ini Melina sengaja menginap di rumah Nila untuk menemani sahabatnya itu.Banyak yang mereka lakukan,bercerita tentang di restoran tentang pengunjung yang rewel serta banyak lagi.
Perempuan kalau sudah berkumpul banyak sekali yang di gosipkan satu sama lain.Hingga tidak terasa kesedihan Nila berkurang dengan meninggalnya ayahnya.
"Nil,kamu kapan masuk kerja lagi?"tanya Melina ragu,takut dia masih sedih.
"Emm kapan ya? Oh ya,pak Andika nanyain aku ngga?"tanya Nila yang sudah kembali dengan sifat aslinya jika sudah bertemu Melina.
"Hahaha,ya jelaslah dia bertanya.Kapan kamu bisa kerja lagi.Aku juga di tugaskan untuk menanyakan ini sama pak Andika.Emm,maaf tapi kalau soal menginap sih keinganan aku.Hehehe."ucap Melina tertawa kecil.
Nila cemberut,lalu dia akhirnya tersenyum lagi.
"Lusa kayaknya.Soalnya besok hari ke tujuh ayah meninggal.Bilang sama pak Andika kalau nanyain lagi,aku lusa kerja lagi."ucap Nila.
Melina pun senang,di restoran yang bikin ramai itu Nila.Dia orangnya baik dan mudah di mintai tolong,tanpa pamrih.
Hari sudah malam,kedua gadis itu pun tertidur di satu ranjang kecil Nila.
_
Dan benar apa yang di katakan Nila.Dia sudah kembali bekerja di restoran lagi.Teman-teman di sana sangat senang serta memberi kekuatan pada Nila.Dan Nila terharu dengan mereka,semangat bekerja kembali pulih.
"Terima kasih teman-teman,saya akan bekerja lagi seperti biasa.Jangan khawatir aku sedih lagi,lagi pula hidup harus terus berjalankan?"tanya Nila pada semua temannya.
"Ya,kamu harus optimis.Masih ada kita di sini yang selalu ada buat kamu Nila."ucap Rania.
Baik Melina dan Syafi hanya mengangguk saja dengan ucapan Rania.Mereka pun berpelukan seperti teletabies,hingga mereka tidak tahu di belakang ada Andika yang memperhatikan tingkah mereka.
"Ehm,sudah pelukan teletabiesnya.Sekarang waktunya bekerja."kata Anidka mengingatkan.
Akhirnya mereka mengurai,merasa malu dengan pelukan tadi.Ke empatnya saling pandang dan tak lama pecah tertawanya.
"Nila,yang kuat ya.Kita semua di sini temanmu,jangan merasa sendiri.Dan jangan bersedih lagi."kata Andika bos bagian penanggung jawab dan pengawasan.
"Iya pak Andika,terima kasih."ucap Nila.
"Nah sekarang kalian kerja lagi,ingat ini hari minggu jadi seperti biasa pengunjung restoran pasti ramai.Bekerjalah dengan rapi dan jangan terburu-buru.Layani pengunjung dengan baik."
"Baik pak."jawab mereka serentak,lalu membubarkan diri setelah dapat instruksi dari Andika.
Anidka memang di tugaskan bagian pengawasan,karena restoran ini ada pemiliknya sendiri.Restoran di percayakan sepenuhnya pada Andika,mulai dari pengelolaaannya,semua perekrutan karyawan dan penggajiannya.
Yang punya restoran hanya menerima bagiannya saja setiap bulan.Ya,dia sahabat Andika.Dia jarang datang ke restoran.Hanya sesekali saja menengok restoraj miliknya,tanpa menanyakan apapun tentang restoran.Karena dia percaya sepenuhnya pada Andika.
_
_
_
*********
Nila baru pulang dari kerjanya, tiba di depan rumah dia melihat ada tiga orang laki-laki yang sedang menunggunya. Dia heran siapa ketiga laki-laki itu yang mondar-mandir di depan rumahnya. Wajah mereka sangat menyeramkan, seperti penagih hutang pikir Nila.
Dia kemudian terus melangkah perlahan untuk masuk ke dalam rumahnya. Dan benar saja, dia di tahan dan di tarik lengan kanannya oleh salah satu laki-laki tersebut.
"Kamu anaknya pak Sudrajat kan?" tanya laki-laki yang masih menarik lengannya dengan kuat.
"Kenapa memangnya kalau saya anak pak Sudrajat? Ayah saya punya salah apa?" tanya Nola sedikit meninggi karena dia heran ada apa dengan mereka dengan ayahnya yang sudah tiada.
Nila meringis kesakitan, dia menarik lengannya yang di pegang kuat oleh laki-laki tadi. Satu orang maju menghampiri Nila.
"Ayahmu punya hutang sama bos kami!" ucap laki-laki yang maju ke arahnya sambil melotot.
Nila ngeri melihat mata yang hampir keluar itu. Dia mundur ke belakang karena nafas laki-laki itu hampir menimpa wajahnya dan bau aroma tidak sedap.
"Memang almarhum ayah saya punya hutang berapa?"tanya Nila.
"Dia punya hutang jutaan rupiah. Jadi kapan kamu mau membayar hutang ayahmu hah?!"teriak laki-laki yang melotot itu.
"Tapi ayah saya sudah meninggal,jadi sudah tidak ada sangkutannya lagi."ucap Nila lagi.
"Kata siapa? Ada kamu yang harus melunasi hutangnya?"
"Ya sudah,berapa hutang ayah saya. Saya akan cicil setiap bulan."
"Sembilan puluh juta, itu belum bunganya. Dan kamu akan membayarnya secepatnya."kata laki-laki tadi.
"Iya,besok saya gajian. Jadi saya besok mulai mencicil hutangnya."kata Nila memberi solusi.
"Baik,kami akan datang lagi kemari. Awas kamu jangan coba-coba berbohong!"
Setelah berbicara seperti itu pada Nila, ketiga orang tersebut pergi. tapi salah satu dari mereka menengok ke arah Nila yang masih syok dengan kedatangan mereka.
Huft.
Lega Nila dengan kepergian mereka, dia kemudian masuk ke dalam rumahnya. Hari sudah sangat sore, dia memang pulang lebih cepat karena hari ini dia tidak enak badan. Andika sang bos juga membolehkan Nila pulang cepat yang biasanya pulang jam sembilan malam sesuai jam tutup restoran.
_
Dan benar saja, Nila dapat gajian dia langsung membayar sebagian besar uang gajinya. Tapi si penagih hutang itu kembali mengancam agar secepatnya melunasinya, karena bos mereka menginginkan cepat di lunasi.
Bagaimana mau cepat di lunasi, sedangkan uang yang Nila dapat hanya dari gaji di restorannya saja. Tidak ada tambahan lain lagi,dia juga bingung. Baru saja minggu kemain setelah dapat gaji ketiga deptcolektor itu datang lagi ke rumah untuk menagih hutang.
"Pak,saya kan sudah bilang saya bayar hutang kalau dapat gajian. Baru juga minggu kemarin saya dapat gajian dan audah saya bayarkan, kok sekarang sudah nagih lagi sih."ucap Nila kesal pada ketiga laki-laki tersebut.
"Heh! Utang ayahmu itu belum seberapa dengan gaji yang kemarin kamu bayar. Kemarin hanya bayar bunganya saja,jadi kapan kamu mau bayar lagi hah?"
" Ya nanti pak, bulan depan. Kan saya gajian bulan depan, pasti saya bayar."
"Kalau nunggu bulan depan kelamaan. Atau kamu gadaikan saja surat-surat rumah untuk membayar hutang ayahmu."
"Nanti saya mau tinggal di mana?"tanya Nila bingung.
Dia sebenarnya risih harus di tagih terus. Dia sudah mengirit pengeluarana untuk bayar hutang dengan kebutuhannya sehari-hari.
"Kami tidak mau tahu, yang jelas kamu secepatnya membayar hutangnya minggu depan. Kalau tidak, rumah ini kami sita."ancam mereka.
Nila diam,dia bingung dan pusing. Kenapa ayahnya bisa punya hutang begitu banyak, buat apa hutang uang banyak seperti itu. Apakah ayahnya dulu pernah bermain judi?
Tapi setahu Nila ayahnya tidak pernah pergi keluar kalau malam hari. Atau jangan-jangan waktu Nila sekolah dan biaya untuk bayar sekolah dari hutang ke renternir itu.
Nila semakin pusing,dia tidak tahu harus bagaimana dengan membayar hutang tersebut.
Lalu ketiga laki-laki debtcolektor tersebut pulang, mereka mengancam akan balik lagi jika belum ada kepastian kapan bisa bayar hutangnya lagi.
Setelah mereka pergi,tetangga sebelah rumah Nila menghampiri Nila yang masih kebingungan.
"Nila, mereka debtcolektor ya?"tanya tetangga Nila itu.
"Iya bu, mereka menagih hutang ayah. Aku tidak tahu kalau ayah punya hutang pada renternir itu."jawab Nila,dia sedih dan bingung.
"Sabar ya Nila, kalau debtcolektor tuh memang seperti itu. Nakut-nakutin aja bisanya, nanti juga berhenti sendiri."
"Mau berhenti bagaimana bu, lha wong hutangnya banyak banget. Mereka pasti nagih lagi,mana uang aku sudah habis."ucap Nila sedih.
Dia pusing, untuk makan sehari-hari saja harus di cukup-cukupi. Untunngnya dia punya sepeda yang bisa membawanya pergi ke restoran,walau dia harus mengayuh sepeda sejauh tiga kilo meter dari rumah ke restoran.
Sebelum dia di tagih bayar hutang oleh renternir itu, setiap hari dia berangkat naik angkot jika pergi kerja. Tapi sekarang harus bersepeda pulang dan pergi ke tempat kerja.
Kadang teman-temannya menawarkan untuk bonceng di motornya, tapi Nila sering menolaknya karena dia sendiri bingung nanti berangkat kerja harus pakai apa esok harinya.
_
Sore ini Nila mendapat jadwal sift sampai malam,dia berangkat dari jam sebelas siang tadi. Jadi di rumah sebelum berangkat bisa membuat kue-kue untuk di titipkan di warung makanan di warung tetangga.
Lumayan buat menambah uang makannya dan bisa di sisihkan sedikit untuk menambah cicilan hutang walau tidak seberapa.
Hutang sembilan puluh juta,dari mana dia dapat uang sebanyak itu. Bayar cicilan baru satu kali, dan itu pun tidak banyak. Sampai kapan akan lunas?
Mungkinkah akan datang keajaiban ada orang yang mau melunasi hutangnya. Tapi siapa orangnya yang mau, kalaupun mau pasti minta imbalan tidaklah mudah untuk dia berikan.
"Tak apalah jika ada yang mau bayarin hutang ayah , asal tidak minta yang berlebihan. Mau bekerja jadi pembantu sekalipun tidak apa."gumam Nila.
Entah apa yang dia keluhkan, tapi barangkali mungkin Tuhan mendengar ucapan dia.
Di tengah lamunannya, Nila mendengar ada orang-orang yang berteriak memanggil namanya dengan keras. Hingga semua yang ada di depan parkiran restoran melihat aneh tiga orang yang memanggil Nila dengan lantang.
Melina memghampiri Nila yang sedang mencuci piring.
"Nila, itu ada orang yang manggil kamu di depan."kata Melina.
"Siapa?"tanya Nila heran.
"Ngga tahu,mereka teriak-teriak panggil nama kamu dan mereka bilang kamu harus bayar hutang. Memang kamu punya hutang sama mereka?"tanya Melina aneh.
"Mereka bertiga?"
"Iya,dan mereka teriak-teriak panggil kamu suruh bayar hutang. Kamu punya hutang apa?" Melina mengulang pertanyaannya lagi.
Tanpa menjawab pertanyaan Melina, Nila keluar dari pintu belakang menuju parkiran menemui ketiga debtcolektor itu. Dia berjalan cepat menghampiri ketiganya.
"Pak,kenapa kalian ke restoran?"tanya Nila yang heran kenapa mereka tahu tempat kerjanya.
"Kamu sudah janji mau bayar hutang sekarang. Jadi kami datang untuk menagihnya. Cepat kamu bayar!"kata laki-laki tersebut dengan keras.
"Kan saya bilang itu tiga hari lagi."ucap Nila agak berbisik, dia takut banyak yang tahu apa lagi teman-temannya juga pak Andika.
Dia akan sangat malu, benar-benar debtcolektor itu membuat Nila tambah pusing.
"Kamu janji hari ini, makanya janji harus di tepati."
"Bapak yang harus tepat waktu,saya janji itu tiga hari lagi. Kenapa bapak datang lagi, apa lagi datang kesini."
"Orang miskin seperti kamu biasanya hanya mencari alasan saja kalau mau bayar hutang, jadi kami datang ke tempat kerjamu. Bila perlu kami akan lapor ke bosmu kalau kamu tidak bisa bayar hutang!"
"Tidak ada urusannya dengan bos saya. Sebaiknya bapak-bapak pergi saja, tidak akan ada hasilnya. Uang saya belum cukup,tunggu tiga hari lagi."Nila memohon pada mereka.
"Kamu bisa membayar secara lunas dengan menjual tubuhmu pada juragan kami."ucap laki-laki berkumis yang sejak pertama bertemu selalu memperhatikan Nila dengan mata nakalnya.
"Saya bukan pelacur ya,bapak jangan sembarangan kalau bicara."kini suara Nila meninggi.
Dia sungguh di rendahkan oleh para debtcolektor tersebut. Dan lihatlah,teman satunya lagi juga tertawa sinis. Lalu dia mendekat pada Nila,Nila mundur. Dia melihat sekeliling dan ternyata sudah banyak yang datang melihat perdebatan Nila dan para debtcolektor itu.
"Kamu bisa melunasi dengan tubuhmu, juragan kami akan senang."
"Udah bawa aja gadis itu. Lumayan nanti setelah juragan selesai,bisa buat kita. Hahaha..."
"Nila."panggil Melina sambil berlari.
Dia mendekat pada Nila yang sedang ketakutan karena laki-laki yang berkumis tebal itu mendekat.
Melina mendekap tubuh Nila,tapi dia di dorong oleh laki-laki berkumis tebal.
Dan satu mobil masuk ke area parkiran,orang di dalam mobil itu melihat kejadian tersebut. Dia menghentikan mobilnya dan langsung turun menghampiri orang-orang itu.
Sebelum Nila di tarik oleh mereka, tangan laki-laki itu menepis tangan laki-laki berkumis dan menepisnya kasar.
"Jangan kasar sama perempuan!"
_
_
_
*********
Laki-laki itu menarik tangan Nila sampai masuk ke dalam restoran. Dia tidak peduli ketiga penagih hutang itu marah-marah dan di usir oleh satpam dan tiga pegawai laki-laki lain.
Nila di bawa masuk ke dalam ruangannya,sedangkan Melina melihat itu jadi takut sendiri. Rania dan Syafi mendekati Melina,menanyakan apa yang terjadi dengan Nila hingga di bawa masuk ke dalam ruangan pak Andika.
"Nila kenapa Mel,kok pak Andika membawanya ke dalam ruangannya?"tanya Rania pada melina.
"Kamu tidak tahu ada tiga orang membuat keributan di luar?"tanya Melina pada Rania.
"Tidak,aku tidak tahu kalau di luar ada keributan. Memang ada apa sih dengan Nila,sampai membuat keributan dan di bawa masuk ke dalam ruangan pak Andika?"tanya Rania lagi.
"Jelasnya sih aku tidak tahu. Tapi ketiga orang itu seram-seram dan seperti penagih hutang begitu. Dan tadi juga mereka teriak-teriak memanggil Nila untuk segera bayar hutang."
"Nila punya hutang sama mereka?"tanya Syafi.
"Kan aku tidak tahu jelasnya,tadi Nila di panggil-panggil sama mereka suruh bayar hutang. Tapi tadi aku tanya dia ngga jawab."kata Melina.
Mereka menghembuskan nafas pelan,memandang pintu ruangan pak Andika yang tertutup rapat. Kemudian mereka kembali ke pekerjaannya masing-masing.
Sementara di dalam ruangan pak Andika, Nila duduk di sofa panjang,sedangkan pak Andika masih duduk di kursinya menyelesaikan mengetik di laptopnya.
Nila sejak tadi diam menunduk,tidak berani menatap ke depan apa lagi menatap Andika yang masih mengabaikannya.
Baru setelah selesai mengetik, Andika menghampiri Nila yang masih menunduk. Andika menatap Nila,lama.
"Nila coba kamu ceritakan apa yang terjadi di parkiran tadi?"tanya Andika.
Nila mendongak,menatap Andika ragu. Apa dia harus cerita pada bosnya itu,pikirnya.
Tapi rasanya tidak sopan dan kurang etis jika dia ceritakan masalah pribadinya sama bosnya itu,lagi pula dia siapa?
"Emm,tidak ada apa-apa pak. Mereka hanya preman jalanan aja."kata Nila berbohong.
"Saya dengar tadi kamu mau di bawa sama bos mereka dan saya mendengar mereka akan menjual pada bosnya. Sebenarnya apa yang terjadi?"tanya Andika lagi,berharap Nila mau bercerita.
"Mereka sebenarnya penagih hutang pak."kata Nila kembali menunduk dan hampir terisak.
"Penagih hutang? Kamu punya hutang pada mereka?"
"Ayah saya yang berhutang,saya juga tidak tahu ayah saya punya hutang. Jadi mereka mengejar saya untuk melunasi hutang almarhum ayah.Maaf kalau saya membuat keributan di restoran ini pak."kata Nila lagi.
Dia takut gara-gara kejadian itu,dia di pecat dari pekerjaanya. Lalu jika dia di pecat,bayar hutangnya bagaimana?
Andika yang mendengar cerita Nila jadi kasihan,tapi dia juga tidak bisa berbuat banyak.
"Mereka ke restoran hanya ingin menagih hutang?"tanya Andika.
"Iya pak,maafkan saya. Karena masalah saya ini restoran jadi ramai."
"Hahaha,kalau ramai pengunjung sih tidak masalah. Kita malah semakin untung,tapi lain kali jangan bawa masalah pribadi ke dalam pekerjaan."ucap Andika lagi.
"Baik pak,saya juga tidak tahu kenapa mereka bisa tahu saya bekerja di sini."
"Ya sudah,kamu boleh keluar bekerja lagi dengan giat Nila."
"Saya tidak di pecatkan pak?"
"Tidak,tapi lain kali harus hati-hati."
"Iya pak,terima kasih. Kalau begitu saya permisi."
Lalu Nila membungkukan badan tanda hormat,Andika hanya mengangguk saja dan menatap kepergian Nila dengan rasa simpati.
_
Sejak kedatangan debtcolektor ke restoran,Nila selalu saja was was,dia bekerja melayani pengunjung selalu saja melihat keluar restoran. Takut ketiga penagih hutang itu datang lagi ke restoran.
Hingga dia membawa minuman jus di nampan sampai tumpah di baju seorang pelanggan. Tentu saja pelanggan tersebut marah-marah pada Nila.
Melina yang mengetahui Nila membawa minuman sambil melihat keluar saja,langsung menghampiri pelanggan tersebut dan meminta maaf atas kecerobohan temannya itu.
Nila dan Melina meminta maaf berkali-kali,tapi pelanggan itu masih saja marah-marah.
"Lain kali kalau bekerja yang benar dong mbak,jangan melamun aja. Kotor kan baju saya."ucap pelanggan itu dengan kesal,dia menatap Nila tajam.
"Maafkan kecerobohan teman saya bu,dia memang sedang sakit,jadi mungkin capek dan tidak tahu minumannya tumpah ke baju ibu "kata Melina berbohong.
Perdebatan itu belum juga selesai walaupun Nila dan Melina meminta maaf berulang kali. Dia masih saja marah-marah.
Dan di sudut kursi lain terlihat laki-laki yang sedang makan dengan tenang. Ketenangan dia terganggu karena pelanggan ibu itu masih marah pada kedua pelayan tersebut.
Dia kemudian berdecak kesal,inginnya dia makan dengan tenang tapi malah terganggu dengan kebawelan pelanggan itu.
Dia kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
Tersambung.
"Halo Dik,pelanggan lo marah-marah sama dua pelayanmu. Tolong mereka suruh berhenti,gue bising mendengarnya."ucap laki-laki yang sedang makan itu.
Dia langsung menutup sambungan teleponnya dan masih melihat perdebatan itu.
Selera makannya hilang seketika,dia menunggu Andika yang turun tangan menangani mereka yang masih berdebat.
Tak lama Andika datang,dia melihat Melina dan Nila menunduk sedang di marahi oleh pelanggan perempuan itu. Dia kemudian mendekat dan melerai perdebatan itu yang tidak mau berhenti dari ibu-ibu itu.
Andika memberikan solusi kalau ibu itu makan gratis di restorannya sebagai kompensasi kecerobohan pelayananya itu.
Setelah semua tenang dan berhenti,Melina dan Nila di bawa ke dalam ruangan Andika.Lama mereka di dalam ruangan itu.
Baru setelah dapat ultimatum dari Andika,Nila menjadi takut. Dia akan bekerja dengan benar,tidak melamun lagi.
Setelah memberi peringatan seperti itu,mereka keluar bersama Andika juga. Tapi Andika menghampiri laki-laki yang tadi meneleponnya. Dia sedang bermain ponselnya.
"Hei,bro baru datang lagi kesini setelah sekian abad ngga datang."kata Andika menyalami laki-laki itu.
"Lebay banget ucapanmu. Aku kesini cuma pengen makan dan mencari ketenangan,tapi malah melihat perdebatan itu,selera makanku hilang seketika."ucapnya kesal.
"Maafkan atas insiden tadi Lian,memang satu pelayan tadi sedang banyak masalah pribadi. Jadi ya,mungkin dia melamun dan menumpahkan minuman ke baju ibu tadi. Padahal kan mereka sudah minta maaf,tapi mungkin ibu itu mau cari gratisan di restoran ini."kata Andika panjang lebar.
"Kenapa kamu mempekerjakan gadis ceroboh itu,seharusnya kamu pecat. Atau aku yang langsung memecatnya,itu tidak bagus nanti untuk karyawan lainnya."katanya lagi.
"Julian Nugraha,coba anda gunakan sisi simpati dari kejadian tadi. Gadis tadi itu sebenarnya bekarja dengan baik setiap harinya,namun karena dia sedang ada masalah pribadi jadi sepertinya melamun."
"Seharusnya masalah pribadi tidak boleh di campur adukan dengan pekerjaan,sama saja itu ceroboh namanya."Julian mulai kesal denga pendapat Andika.
"Dia itu ketakutan di datangi debtcolektor ke restoran. Waktu itu dia di datangi menagih hutang ayahnya,kasihan sekali dia. Di tinggal ayahnya malah meninggalkan hutang begitu banyak."
"Itu hanya modus agar lo kasihan padanya."
"Aku tahu karyawanku,Lian. Jadi tidak mungkin dia seperti itu. Sudahlah,lo mau apa datang ke restoranmu ini?"tanya Andika mulai tidak suka dengan pendapat Julian.
"Gue cuma mau makan,berhubung tadi melihat kejadian itu jadi selera makanku hilang."
"Ck,lo masih kesal dengan istri lo itu?"
"Apa sih?"
"Lo ngga bisa ngelak,lo masih kesal karena istri lo yang sering keluar tanpa pamit dan sampai berhari-hari tidak pulang."
Julian diam,memang sejak tadi itu yang dia pikirkan. Ya,tentang istri yang sangat di cintainya telah selingkuh di belakangnya.
"Gue punya ide."ucap Andika tiba-tiba
"Ide apa? Kalau ide lo konyol gue ngga terima."kata Julian mendengus kasar.
"Memang agak konyol sih,tapi entah kenapa ya gue pengen bantu sahabat gue sama karyawan gue."ucap Andika lagi sambil tersenyum miring.
"Gue jadi ngga enak lo berpikir seperti itu."ucap Julian sinis.
Andika tertawa,namun dia berpikir idenya ini sangat jitu untuk menolong keduanya.
"Gue suruh pelayan bawa kopi buat lo ya.Lo lagi santai kan,di kantor ngga ada yang penting?"tanya Andika.
"Gue bos,kerjaan gue banyak. Mana ada bos santai di kantornya."
"Ck,udah sih santai dulu untuk hari ini.Gue mau nolongin lo dari masalah lo,mau ngga?"
"Ya udah buruan kasih tahu gue."
Lalu Andika memerintahkan pelayan untuk membawakan dua kopi ke meja Julian. Beberapa menit kemudian kopi pesanan Andika datang,dan yang membawa kopi tersebut adalah Nila.
Nila meletakkan dua kopi itu di meja dan tersenyum pada Andika dan Julian.
"Silakan pak Andika kopinya."kata Nila sambil menunduk.
Julian menatap Nila dengan seksama,dia memang tidak melihat Nila ceroboh. Hanya ada kekhawatiran di wajahnya.
"Ehm,Nila kenalkan ini pak Julian yang punya restoran ini."kata Andika memperkenalkan Julian pada Nila.
"Selamat siang pak Julian."sapa Nila sopan sambil menunduk.
"Ya,kamu boleh pergi."kata Julian acuh.
Lalu Nila pergi dari hadapan Julian dan Andika,sedangkan Andika hanya tersenyum tipis.
"Kenapa lo senyum-senyum?"tanya Julian heran.
"Kan gue udah bilang punya rencana,dan rencana gue itu pasti lo suka dan lo pasti mau ikuti ide gue.Bagaimna?"tanya Andika.
"Gue udah bilang kalau ide lo konyol,jangan harap gue mau ikuti ide lo."
"Oke,gue akan katakan dengan ide gue. Talli gue harap lo memikirkan ide rencana gue."
"Ck,bertele-tele banget lo.Cepat katakan!"ucap Julian kesal pada sahabatnya itu.
Lalu Andika menjelaskan rencananya pada Julian,panjang lebar Andika menjelaskan karena Julian harus di ajak main logika.
Setelah menjelaskan semuanya,akhirnya Julian berpamitan.Dia tadi di telepon oleh sekretarisnya untuk segera ke kantor karena ada tamu di ruangannya.
"Idemu konyol,namun nanti gue pikirkan dulu.Thaks atas sarannya,gue cabut duly."kata Julian.
"Gue tunggu keputusan lo."kata Andika.
Kemudian Andika pun mengantar Julian sampai di depan restoran.
_
_
_
**********
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!