HA---HA--HA, malam ini kamu akan menikmati nya sayang, percaya lah kami akan memberikan kepuasan untuk mu"
Satu persatu pakaian yang menempel di tubuh gadis cantik itu di robek paksa oleh pria asing yang berjumlah lebih dari satu orang. Dari sisi kanan dan kiri tangannya di pegang erat oleh dua orang pria yang sudah tampak tidak sabar untuk menikmati tubuh gadis cantik dengan kulit putih itu,
sebagaian paha sang gadis telah terekspos jelas, bahkan hampir semua kain yang menempel di kulit mulusnya sudah terbuka, dari beberapa sudut tampak dua orang tengah asik merekam setiap aktifitas yang di lakukan oleh beberapa pria terhadap gadis malang itu.
"Tolong--- lepaskan aku, tolong jangan lakukan itu, " Teriakan serta Isak tangis gadis malang itu sama sekali tak membuat kelima pria bejat itu menghentikan niat nya. Beberapa pria itu mulai mencium tiap inci bagian tubuh terekspos milik Luby.
"Tolong--- hiks---hiks, lepaskan aku breng*sek, lepas! "Dengan sisa tenaga yang ia miliki akhirnya Luby menggigit bibir salah satu pria yang tengah memaksa untuk mencium bibirnya.
"Kurang ajar, sudah seperti ini kami masih berani!" sebuah tamparan langsung di layang ke arah wajah Luby, dan di ikuti dengan beberapa tamparan lainya. Terlihat darah segar berwarna merah terang mulai mengalir dari kedua sudut bibir sang putri kesayangan Brian dan Luna.
"Kalian semua akan menyesal----"
"Ya Allah jika aku bisa meminta aku mohon agar aku bisa menyelamatkan mahkota ku, tiada yang tidak mungkin bagimu, jikalau tidak biar kan nyawa ini berpisah dari raganya ---"
Luby akhirnya tak sadarkan diri, dengan wajah yang penuh dengan luka dan tubuh yang tersakiti gadis malang itu pun langsung memejamkan kedua matanya.
***
Sebuah selang infus telah terpasang di bagian punggung tangannya, masih terlihat beberapa memar di sebagian wajah gadis yang masih setia dalam tidur panjangnya itu. Rambut panjang nya tergerai indah tampak hidung bangir bak wanita Turkey, bibir merah muda berukuran mungil Serta dagu nan lancip menambah keindahan sang gadis yang berkulit putih itu.
"Apa yang harus kita lakukan mas? Kasihan Luby kita mas, " sudah 3 hari Luna tak pernah berhenti menangis meratapi nasib putri bungsunya itu, gadis yang selalu membawa keceriaan untuk keluarga Luna dan Brian,
Luby memiliki sifat yang jauh berbeda dari kedua saudara dan saudarinya,
Azka sang kakak yang memiliki sifat seperti sang papa memilih untuk melanjutkan bisnis sama seperti sang papa setelah menamatkan kuliahnya di negara A, sedangkan kanza sang kakak nomor dua lebih memilih untuk mengikuti sang suami tinggal di negara J tempat di mana alm Oma dan opa mereka tinggal sewaktu hidup, di sana ia bekerja sebagai seorang dokter kecantikan terkenal setelah menamatkan kuliahnya di negara P.
Dan Luby si bungsu dengan tingkat IQ yang tidak berbeda jauh dari kedua saudaranya lebih memilih untuk melanjutkan kuliah nya di dalam negri hal itu ia lakukan agar ia bisa terus dekat dan menjaga kedua orang yang ia cintai.
"Kita harus menikah kan Luby yang," kedua tangan kekar Brian masih menutupi kedua matanya yang masih terasa berat untuk di buka, sampai detik ini ia berharap semua yang terjadi kepada putri kesayangannya itu hanya lah sebuah mimpi.
Sambil mendekap tubuh Luna yang tiba-tiba bergetar hebat membuat Brian teringat kembali bagaimana pertama kali ia harus melihat kondisi sang putri yang sedang dalam pelecehan dari beberapa orang pemuda berandal yang telah merusak putri kecilnya itu.
Saat perjalanan pulang dari kantornya seketika Brian di hubungi oleh Luna melalui telepon genggamilimya. saat sambungan telepon itu menyambung terdengar suara isakan dari mulut sang istri tercinta.
Sambil terbata Luna memberikan kabar bahwa salah satu sahabat putri nya di kampus baru saja memberi kabar bahwa Luby putri mereka telah di culik oleh beberapa orang pria bertopeng saat sepulang dari kampus,
Bak tersambar petir, hp yang Brian pegang langsung terjatuh dari genggamannya, bibir dan seluruh tubuh pria paruh baya itu mulai bergetar, air mata mulai menetes dari kedua mata nya,
Putri kecil yang selama ini selalu memanjakan ia dan Luna tengah berada dalam bahaya, tangan yang sudah mulai keriput itu dengan cekatan lengusng kembali mengambil hand phone milik nya yang tadi sempat terjatuh,
Brian mulai memencet nomor sang asisten pribadi untuk melacak keberadaan putri kecilnya melalui ditektive yang bekerja untuk mereka, dan tak lupa ia juga langsung melaporkan kejadian itu ke pihak kepolisian, agar pencarian sang putri dapat di lakukan dengan cepat.
Menunggu kurang lebih hampir 2 jam lamanya baru lah ditektive yang ia sewa memberikan informasi tentang keberadaan Luby yang sedang dalam dekapan beberapa orang penjahat saat ini.
Dan tak menunggu lama Brian yang di bantu oleh beberapa pihak kepolisian dan beberapa orang anak buahnya langsung meluncur ke tempat yang di maksud.
Mobil berhenti di sebuah hutan yang lumayan lebat dengan beberapa lereng di kiri dan kanannya, tampak dari kejauhan sebuah gubuk tua dengan papan bercat kuning tua yang sudah mulai kabur,
Dengan mengikuti aba-aba dari pihak kepolisian Brian dan anak buahnya hanya bisa memantau dari kejauhan.
Beberapa orang dari tim kepolisian mulai berjalan mendekati gubuk yang terlihat sudah tak terawat itu. Dan beberapa orang sisanya menunggu di mobil.
Tingginya ilalang dan semak belukar membuat polisi extra hati,-hati saat menapaki jalanan yang yang tertutup rerumputan itu.
Dengan keadaan yang seperti ini bisa saja misi mereka akan gagal untuk menyelamatkan korban hal itu di sebabkan apabila tanpa sengaja mereka menginjak ranting yang nantinya bisa menimbulkan suara atau bahkan hewan berbisa seperti ular yang sudah pasti bisa melumpuhkan salah seorang dari mereka.
Saat jarak tim kepolisian sudah mulai dekat dengan tempat yang di curigai tempat terjadinya penyekapan. Di sana terlihat jelas kondisi tempat yang sangat memprihatinkan dari jauh terlihat dua buah mobil miny bus yang tertutup dedauanan telah terparkir tepat di samping gubuk tua itu.
Setelah memposisikan beberapa polisi di titik yang berbeda-beda baru lah 5 orang polisi lainnya mulai menyerang dari depan, secara perlahan mereka berjalan menyusuri rerumputan yang tinggi, namun hal tak terduga terjadi ternyata para penjahat telah memasang beberapa alarm yang akan berbunyi jika terpijak.
Seketika itu terdengar beberapa jejak kaki berlarian dari arah dalam gubuk tua itu, sehingga memaksa beberapa polisi yang telah siaga langsung melakukan penembakan peringatan terhadap para tersangka yang mencoba lari, namun hal itu tak di indahakan oleh para tersangka yang terlihat brutal itu, dan sebuah miny bus langsung meluncur dari tempat kejadian.
Dua mobil polisi yang telah siaga langsung melakukan pengejaran. Setelah di nyatakan aman barulah pihak kepolisan dan Brian mulai mendekat untuk masuk kedalam gubuk tua itu
Terlihat 3 orang tersangka tewas di tempat karena mencoba melarikan diri
Dengan setengah berlari pria paruh baya itu langsung mencari keberadaan sang putri tercinta nya.
Ia membuka sebuah gorden tua yang tampak sudah sangat lusuh itu, betapa terkejutnya ia saat melihat lebih dalam ia menemukan putri kecilnya yang pingsan dengan kondisi yang mengenaskan, tampak luka lebam pada wajah dan hampir tanpa busana.
Betapa hancur hatinya melihat putri kesayangannya dalam kondisi yang mengerikan seperti ini, ia tak tahu harus bagaimana menyampaikan berita menyedihkan ini kepada sang istri tercintanya.
Brian langsung membuka jas yang ia kenakan lalu memasangkannya ke tubuh Luby yang masih memejamkan matanya, dengan tergopoh pria paruh baya itu langsung menggendong tubuh sang putri dikedua lengannya yang sudah tampak sedikit keriput.
Saat di tengah perjalanannya barulah ia mendapatkan informasi dari pihak kepolisian bahwa semua penculik yang telah menyekap Luby telah meninggal dunia di tempat saat pengejaran karena mobil yang mereka tumpangi mengalami pecah ban karena terkena tembakan dari polisi, yang membuat mobil oleng dan menabrak pembatas jalan, yang sebelumnya harus terbalik beberapa kali.
Mendengar berita ini tidak membuat Brian senang karena yang dia inginkan saat ini adalah menguliti hidup-hidup, serta membunuh pelan-pelan para penjahat yang telah menyiksa putrinya.
Kasus penculikan yang terjadi kepada Luby saat ini masih jadi teka teki hal ini di akibatkan tidak ada nya saksi dan bukti yang kongkrit pihak kepolisian hanya mendapatkan beberapa kamera dan hp yang sudah terbakar yang saat ini menjadi bahan penyelidikan.
Bersambung....💛💛
Dinding bercat putih itu menjadi sahabat gadis cantik itu beberapa hari ini, setelah ia sadar dari pingsan dan di izinkan pulang ke rumah, sejak hari itu ia tak pernah lagi keluar dari kamarnya.
Dengan tatapan kosong dan mata sembab wajah tirus sang gadis tak dapat menutupi bagaimana tersiksanya ia akibat kejadian yang telah menimpanya beberapa waktu lalu.
Bibir nya yang dulu selalu mudah tersenyum kini tak dapat lagi terbuka, sejak kejadian mengerikan itu tak ada satu patah katapun keluar dari bibir nya.
Betapa hancur nya hati Luna melihat kondisi menyedihkan yang terjadi kepada putri bungsu kesayangannya itu. Secara bergantian antara Brian,Luna, Azka dan juga Khanza selalu menemani dan mengajak Luby untuk kembali berinteraksi kepada mereka namun hal itu masih belum membuahkan hasil.
"Apa yang harus kita lakukan pa? Azka kasihan melihat kondisi Luby saat ini. Bagaimana kalau Luby sampai-----"
Luna langsung memeluk tubuh suaminya, ia merasa tidak lagi memiliki kekuatan untuk menegakan tubuhnya yang sudah tua, ia tak menyangka begitu berat beban yang harus dipikul oleh putri bungsunya itu, putri yang tidak pernah mengeluh kepada dirinya putri nya yang selalu membawa senyum untuk seluruh keluarganya.
"Papa akan menikahkan Luby Az, papa akan mencari seorang laki-laki yang bisa menjaga Luby,"
"Tapi pa, dengan kondisi Luby yang seperti ini apa ada pria yang bersedia menikahi Luby pa?" Az, gak mau nantinya Luby merasakan sakit lebih sakit kedepannya,"
"Kita akan menyeleksinya Az, kamu dan juga papa, kita berdua akan mencari suami yang baik untuk Luby. Yang pasti mau menerima Luby apa adanya. Papa akan memberikan sebagian saham perusahaan kita untuk calon suami Luby kelak"
"Hiks---hiks--- tapi bagaimana Luby bisa menikahi pria yang tidak ia cintai mas, bagaimana kalau kelak pria yang menikahi Luby menyakitinya, Luby kita gadis yang lemah lembut, bahkan ia tidak akan tega untuk membunuh sesekor semut. Aku takut kelak Luby tidak mendapatkan kebahagian di dalam pernikahannya mas." Brian memeluk erat tubuh sang istri yang sudah tampak lebih kurus dari sebelumnya, sambil menyeka air mata Luna Brian dengan intens memandang dalam manik mata istri nya yang tak lagi muda itu.
"Kalau dia menyakit Luby, maka kita akan membawa Luby pulang sayang. Aku melakukan ini untuk Luby sayang, aku tidak mau nanti Luby menjadi cemoohan dunia, aku tidak mau jika Luby sampai hamil, orang-orang yang dulu memujanya akan mengejek kekurangan yang bukan dia lakukan yang. Dan yang pasti aku akan mencari seseorang yang bisa menjaga Luby dengan penuh kasih sayang. Kalau sampai kelak yang menjadi suami Luby menyakiti putri kita seujung kuku saja maka. Aku akan menghancurkan nya hingga ke akar,-akarnya".
Semua melihat ke arah Brian yang berucap dengan penuh penekanan, walau sudah tidak muda lagi namun Brian dengan kekuasaan yang ia miliki bisa saja menghancurkan perusahaan orang yang mencoba untuk menjatuhkan keluarganya.
Setiap pagi seorang psikolog muda tamatan terbaik dari sebuah univ terkemuka dari negara J, menjadi salah satu dokter yang Brian undang untuk membantu proses pengobatan Luby. Pagi ini ia datang dengan membawa sebuah kanvas dan beberapa hasil jepretan yang hasil karya Luby sebelumnya.
Pria tampan berkaca mata itu, dengan penuh kelembutan dan ilmu yang ia miliki dengan sabar terus mengajak Luby untuk berinteraksi, sambil memperlihatkan hasil karya-karya Luby yang dulu sempat Luby buat dari jari jemarinya sendiri.
"Selamat pagi Luby, apa kabar hari ini? " Sampai detik ini Luby masih dengan kebungkaman nya sama sekali ia tidak memberikan respon atas panggilan dokter muda itu,
"Coba lihat saya bawa apa untuk kamu, kira-kira kamu masih ingat dengan beberapa lukisan yang saya bawa?"
Seketika untuk pertama kalinya Luby memberikan respon atas panggilan psikolog muda bernama Aryan itu.
Kedua mata hazelnya mulai melihat ke beberapa lukisan yang saat ini tengah di pegang oleh Aryan.
Melihat respon yang baik dari Luby, Aryan jalan lebih dekat menuju Luby, ia langsung meletakan satu buah lukisan ke tangan Luby yang ia tahu menjadi lukisan yang paling Luby sukai.
Dengan seksama Luby mulai melihat intens lukisan seorang wanita yang tengah tersenyum. Sebuah lukisan yang Luby buat dengan penuh cinta dan menjadi lukisan yang paling berharga untuk dirinya, yaitu lukisan bergambar sang mama tercinta.
Tiba-tiba Luby tersentak, di dalam jiwa nya tengah sakit ia dapat merasakan bahwa hampir satu bulan belakangan ini ia tak pernah lagi melihat senyum sang mama. Hanya ada kesedihan dan air mata setiap kali sang mama berada dekat dengan dirinya.
"Mama" Luby langsung bangkit dari kursinya dan mulai mencari keberadaan sang mama yang sudah sangat ia rindukan itu.
Dan sejak saat itu dengan perlahan kesadaran Luby mulai pulih sedikit demi sedikit. Namun dia menjadi seseorang yang berbeda dari sebelumnya.
Seminggu berlalu hari ini Brian dan keluarganya akan melakukan pertemuan keluarga dengan sang calon suami yang telah ia pilih untuk Luby, ia tidak pernah berpikir untuk menjodohkan anak-anaknya untuk memilih jodoh mereka sendiri namun dengan kejadian yang telah menimpa putri kecilnya membuat ia terpaksa harus memilih seorang pria yang mau menjadi penyelamat untuk kehidupan putrinya kedepannya.
Sudah beberapa pria yang masuk ke dalam daftar seleksi calon menantunya itu yang ia lakukan bersama Azka sang putra sulung, dan akhirnya pilihan jatuh kepada putra tunggal dari rekan bisnis nya yang bernama Gavindra Pradipta seorang pebisnis muda dengan semangat kerja yang tinggi.
Gavin yang memiliki watak yang keras dan kepercayaan diri yang tinggi membuat perusahaan kecil yang ia bangun sendiri bisa berkembang pesat.
Gavin juga dikenal sebagai pemuda yang suka berbagi, terlihat dari beberapa yayasan yang ia buka untuk membantu pendidikan anak-anak kurang mampu yang ada di negara I.
Sedikit banyak sifat yang di miliki Gavin mencerminkan sifat Brian saat masih muda, hal itu yang membuat Brian percaya bahwa Gavin akan sama dengan dirinya dalam menjaga Luby nya.
Setelah penyedilkan yang di lakukan oleh orang bayaran Brian sebelumnya di ketahui bahwa Gavin juga tidak pernah terlihat memiliki pasangan hingga usia nya yang sudah mencapai 34 tahun itu. Hal itu yang membuat Gavin masuk ke dalam daftar calon suami untuk Luby, hingga akhirnya terpilih sebagai sang pemenang.
Dengan menguatkan hati Luby, Luna sang mama masih terus membantu untuk menyeka air mata yang terus jatuh dari mata hazel milik gadis kecilnya itu, ia tahu betapa berat nya beban yang saat ini harus Luby tanggung.
Di usia nya yang masih sangat muda Luby harus menjadi seorang istri dari seseorang yang belum pernah ia kenal sebelumnya, ingin rasanya Luby menolak keinginan sang papa saat itu, namun ia takut itu akan menyakiti hati mamanya hingga iapun terpaksa ikhlas menerima perjodohan yang Brian tentukan untuk dirinya.
Setelah semua keluarga dan calon besan mereka sudah berkumpul di meja makan, barulah Luby keluar dari dalam kamar untuk melihat sang calon suami yang akan di nikahkan dengan dirinya.
Kaki jenjang dengan kulit yang putih bersih, berjalan melewati beberapa tamu yang tengan duduk di sana, rambut panjang hitam tergerai indah, hidung bangir dan bibir ranum berwarna merah muda, menghiasi wajah sang gadis bungsu Brian.
Tampak Gavin yang masih enggan untuk menatap wajah wanita yang akan menjadi istrinya itu. Ia masih terlihat menundukkan kepalanya ke bawah.
"Gav, lihat ke atas jangan buat papi malu!" Sikutan tangan dari sang papi membaut Gavin tersentak, sang papi pun berbisik pelan kepadanya yang membuat akhirnya ia mau mencoba untuk melihat calon istri yang orangtuanya pilih untuk dirinya,
Kedua mata hazel gadis itu terasa menyejukkan hatinya, kedua mata terindah yang belum pernah Gavin temui sebelumnya, dengan komposisi kecantikan bak seorang putri Yunani membuat ia tak mampu memalingkan wajah nya dari keindahan yang saat ini berada di hadapannya.
"Cantik" seketika ruang makan yang tadinya hening dan tampak khidmat berubah ribut dengan gelak tawa yang meluncur saat mendengar mulut Gavin memuji calon istrinya itu.
"Ha---Ha" sebuah senyuman terbit dari bibir gadis cantik itu.
"Lo emang cantik sayang! Tapi Lo itu cuma seonggok sampah di mata gue, Lo itu udah kotor! Sedangkan yang gue cintai itu cuma Maya, gue mau menikahi elo cuma mau buat kedua orang tua gue senang. Sampai kapan pun gue gak akan pernah menganggap Lo istri gue karena yang pantas untuk gue cuma Maya, dan cuma dia yang akan menjadi ibu dari anak-anak gue!"
Tanpa Brian sadari calon menantu yang telah ia pilih saat ini adalah seorang pria yang telah memiliki seorang istri yang telah ia nikahi 1 tahun lalu. Sang istri siri yang menyukai dunia traveling menjadi kan YouTubbee dan insttagrrame sebagai profesinya saat ini.
Ia telah berkeliling dunia sejak menyelesaikan pendidikan di negara J. Dengan hobi yang ia sukai itu membuat Gavin harus bersabar menunggu waktu yang tepat untuk mereka memiliki momongan, karena ia tidak ingin memaksakan kehendaknya kepada sang istri siri tercinta.
Setelah hari itu, maka ditetapkan bahwa hari pernikahan mereka akan di selenggarakan Minggu depan secara private, hal itu mereka lakukan sesuai permintaan dari Luby sendiri.
Pernikahan itu hanya mengundang beberapa keluarga inti saja dan akan di selenggarakan di mansion milik keluarga Subrata dengan sangat sederhana tanpa ada nya pesta. Hal ini sungguh jauh berbeda dengan pernikahan Azka dan Khanza yang mewah dan di lakukan di 2 negara sekali Gus.
Luna yang mendengar permintaan putri bungsunya itu hanya bisa pasrah, begitu sakit perasaanya saat melihat manik mata berwarna coklat milik Luby, ia tak menyangka pernikahan yang sekali seumur hidup itu hanya di selenggarakan sangat sederhana tanpa ada tamu yang akan memberi selamat kepada Luby nya kelak.
Dia teringat bagaimana setiap anak perempuan memiliki mimpi yang indah saat hari pernikahannya tiba. Dari kecil mereka sudah memiliki khayalan ingin menjadi seorang putri di hari sakralnya itu. Bahkan Luna mengingat betapa banyak kesulitan dan cobaan yang dulu pernah menghampirinya.
Namun ia bersyukur bertemu dengan Brian saat itu yang mengahdirkan pernikahan terindah bagi dirinya. Tapi hari ini saat semua kebahagian telah ia raih, Luna tak bisa memberikan pernikahan terindah untuk putri bungsunya itu.
"Semoga Gavin bisa memberikan kebahagian untuk kamu sayang, maafkan mama sayang---maafkan mama"
Bersambung.....💓💓
Di depan sebuah cermin yang hampir sama tinggi dengan dirinya Luby mulai melihat bayangan nya secara intens. Sebuah baju pengantin berwarna putih telah melekat indah di tubuhnya serta sebuah sanggul sedrhana telah terpasang rapi di atas kepalanya.
Sambil menggit bibirnya Luby mencoba untuk menahan air matanya yang kembali ingin keluar. Riasan di wajah nya begitu soft dan sangat serasi dengan kebaya putih yang saat ini ia kenakan.
Luna memilih kebaya berwarna putih untuk Luby karena mengingat begitu tingginya makna baju putih itu bagi seorang pengantin.
Di mana warna putih merupakan simbol dari awal yang baru. Putih juga di sebut sebagai warna yang mewakili aspek keseimbangan, yaitu negatif dan positif. karena warna ini sering dijadikan sebagai pemisah dalam percampuran warna sebuah warna.
Sedangkan menurut filosofinya warna putih melambangkan kemurnian atau kepolosan. Warna ini sering di gunakan untuk gaun pernikahan sebagai lambang keperawanan seorang wanita.
Entah kenapa sejak tahu akan makna filosofi yang terkandung dalam warna putih membuat Luna yakin bahwa warna tersebut cocok untuk sang putri di hari pernikahannya. Di dalam hatinya seakan ia percaya bahwa sang putri saat ini masih utuh dan suci.
Setelah sebuah lantunan ayat suci selesai di bacakan barulah seorang tuan Kadi meminta para saksi untuk bersiap-siap di tempatnya, terlihat Brian telah duduk di sebelah sang penghulu, dan berhadapan langsung dengan Gavin yang sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarganya itu.
Brian langsung menyambut tangan Gavin setelah sang penghulu akan memulai acara pernikahan itu. Dengan bimbingan dari penghulu sebelumnya Brian yang bertindak langsung sebagai wali nikah Luby langsung membaca basmallah dan memulai akad nikah itu dengan satu kali ucapan,dan Gavin pun menjawab akad pernikahan itu dengan satu tarikan nafas yang lancar, hingga kedua orang saksi langsung berucap sah.
Air mata akhirnya jatuh membasahi pipi Luby, saat akhirnya kata sah itu terdengar di telinganya maka mulai detik itu ia telah resmi menjadi istri dari Gavin, ia tak dapat menyimpan kesedihan yang sedari tadi ia rasakan, ia yang telah berjanji kepada sang mama untuk tidak menangis di hari ini atau pun dinihari berikutnya, namun janji itu tak dapat ia tepati. Saat ini air matanya terus mengalir dan tak dapat ia hentikan .
Akhirnya hari itu Gavin telah resmi menjadi suamin dari Luby, wanita yang terpaksa ia nikahi.
Saat penghulu membacakan doa pernikahan, Luby yang di dampingi sang kakak Khanza datang menuju tempat di mana proses akad nikah dilangsungkan.
Sambil sesekali menyeka air mata nya yang terus keluar, Luby yang telah sampai langsung di arahkan untuk duduk tepat di sebelah kiri Gavin yang kini telah sah menjadi suaminya.
Setelah melewati beberapa rangakaian acara pernikahan yang amat sederhana, akhirnya malam ini untuk pertama kalinya Gavin akan tidur di mansion milik mertuanya.
"Selamat ya nak akhirnya kamu kini telah sah menjadi menantu dari seorang Brian Subrata, papi dan mami sangat bangga atas pencapaian kamu nak" pak Toni menepuk pelan lengan putra tunggalnya itu, sembari berucap pelan di telinga sang putra.
"Makasih pi, tapi papi masih ingat kan perjanjian awal kita? Karena aku sama sekali tidak menyukai wanita ini pi, yang aku cinta hanya Maya! Dan aku tidak mau sampai Maya mengetahui hal ini pi,"
"Sts-- papi ingat nak! Tapi tolong jaga ucapan kamu, jangan ngomong di sini, ingat yang tahu hal ini hanya papi, mami dan kamu, papi tidak mau karena kesalahan kamu. Keluarga kita batal mendapatkan sebagian saham dari keluarga Subrata".
"Baik pi!"
"Kenapa harus karena harta pi! Gav sedih melihat papi dan mami yang mengorbankan kebahagian Gavin demi harta"
Kamar pengantin itu terlihat berbeda dari kamar pengantin biasanya, kamar Luby masih sama dengan sebelumnya tak ada hiasan apapun yang terpasang, tak ada bunga ataupun lilin selayak nya kamar pasangan pengantin baru lainnya.
Luby yang sudah rapi dengan baju tidur berlengan panjang berwarna merah muda itu tengah bersiap menyambut kedatangan Gavin yang kini telah sah menjadi suaminya itu.
Hari ini adalah hari pertama bagi Luby untuk bertemu langsung dengan Gavin tanpa ada orang lain di sekitarnya.
Perasaan gugup bercampur aduk dengan rasa takut serta bimbang terus bergejolak di hatinya.
Ingin rasanya ia pergi dari kamar nya saat ini, namun ia tidak ingin mengecewakan orang yang sudah rela menjadi tumbal untuk dirinya. Luby menggap Gavin adalah seorang tumbal untuk menutupi aib yang terjadi pada dirinya. Mana ada pria yang mau menikahi wanita kotor seperti dirinya. Mana ada pria yang dengan ikhlas menerima dirinya yang sudah ternodai.
Untuk itu Luby pun ingin membalas kebaikan yang sama kepada Gavin yang kini menjadi suaminya itu.ia berjanji di dalam hati akan mengabdikan hidupnya seutuhnya untuk melayani Gavin.
Saat tengah asik memandang wajah nya di depan kaca tiba-tiba terdengar sebuah ketukan dari luar pintu kamar nya.
Detak jantung kian memburu, keringat dingin semakin terasa mengalir di sekujur tubuh nya. Dengan perlahan Luby mulai berjalan menuju pintu ia pun langsung menggapai ganggang pintu dan membukanya.
Dari balik pintu ia bisa melihat jelas rupa Gavin dari jarak lebih dekat. Pria dengan rahang yang tegas, dan mata yang sedikit sipit, serta hidung nya yang mancung memperlihatkan ketampanan Asia, bibir merah yang sedikit bervolume berwarna merah serta dua lesung pipi yang dalam menambah ketampanan laki-laki berkulit putih itu.
"Boleh aku masuk?" Gavin terasa terhipnotis saat memandang kecantikan alami yang di miliki oleh sang istri, namun seketika kekaguman nya itu sirna saat ia mengingat perkataan sang papi tentang Luby sudah mengalami pelecehan di luar sana, oleh beberapa pria. Ia beranggapan hal itu menimpa Luby pasti karena sikap Luby yang tidak baik, karena Gavin yang masih memiliki darah Asia Selatan masih mempercayai yang namanya karma.
" Owh--- iya silakan"
Gavin mulai berjalan masuk kedalam kamar Luby sang istri. Kamar dengan nuansa cerah itu membuat kenyamanan bagi setiap orang yang memasukinya, warna hijau soft menjadi latar dari kamar gadis cantik yang menyukai alam itu.
Gavin mulai duduk tepat di sofa panjang tempat tadi Luby duduk.
"Ada sesuatu yang mau aku omongin ke kamu"
Luby yang mendengar perkataan Gavin mulai duduk di agak jauh dari posisi Gavin.
"Kamu takut sama aku?"
Luby langsung menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Gavin.
"Terus kenapa duduknya jauh gitu? Sini dong"
Seketika jantung nya bedegub lebih tak beraturan saat mendengar permintaan Gavin yang di luar nalarnya.
Dengan perlahan, sedikit demi sedikit Luby menggeser bokongnya lebih dekat dari sebelumnya.Gavin yang melihat gerak gerik Luby langsung berdiri dan pindah duduk tepat di samping istri barunya itu.
Suara degupan jantung dari kedua anak manusia itu saling berpacu, Gavin yang sudah memiliki kekasih juga tak menyangka kenapa dengan jantung nya yang sedari tadi tidak dapat di kontrol, saat ia tengah berdua dengan Luby yang baru saja sah menjadi istrinya.
"Kamu tahu kan bagaimana kita sampai bisa menikah?"
"M--iya---- maaf kalau aku tidak seperti yang kamu inginkan"
"It's ok, tapi yang mau aku katakan saat ini lebih penting dari itu."
"Memang kamu mau bilang apa?"
"Kamu tahu kan pernikahan kita ini terjadi karena demi kedua orang tua kita?"
"Ehem-- aku juga mau ngucapin terimakasih sama kamu, karena telah bersedia menikahi wanita seperti aku"
"Aku gak berharap ucapan terimakasih dari kamu, tapi----"
"Tapi apa?"
"Aku mau kamu juga mau membantu aku"
"Tentu aku mau kok bantuin kamu, kamu bilang aja. Pasti aku usahain buat bantuan kamu" seketika sebuah senyuman dengan penuh keikhlasan terbit dari bibir gadis cantik jelita itu.
"Aku-- sudah menikah sebelum menikahi kamu!"
Bak di sambar petir di siang bolong, baru saja ia berharap akan mendapatkan perhatian dari suami yang baru menikahinya itu namun kenyataan nya bukan lah perhatian yang Luby dapat melainkan patah hati di hari pertama menjadi seorang istri.
Cukup lama Luby termenung setelah mendengar perkataan dari mulut Gavin, gadis malang ini sama sekali tak punya jawaban untuk pertanyaan yang akan Gavin berikan setelah ini.
"Kamu masih dengar aku kan?dan karena kita gak saling cinta kamu gak sakit hati kan atas pernyataan aku!"
Luby yang masih shok hanya bisa menganggukan dan menggelengkan kepalanya untuk menjawab pernyataan Gavin yang tak mempunyai perasaan itu.
"Huft--- syukur deh kalau gitu, aku jadi tenang karena udah bilang sama kamu! untuk itu beberapa bulan lagi Maya istri aku akan balik ke negara I, jadi kamu jangan heran kalau nanti aku bakal tinggal di rumah kami selama dia di sini"
Luby yang masih menahan tangisnya hanya bisa pasrah sembari menganggukan kepalanya, ia rasanya tak sanggup menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga nya sendiri, namun mengingat kesedihan di wajah sang mama,membuat ia tak sanggup untuk menambah kesedihan lagi di wajah Luna, hingga ia pun memilih untuk menerima takdir yang Tuhan telah siap kan untuknya.
"Owh ya satu lagi! kamu bebas mau berbuat apa saja sesuai kesukaan kamu aku tidak akan pernah ikut campur di sana! dan aku harap kamu juga bersikap sama ke aku, karena aku gak suka orang lain ikut campur masalah aku!"
"What orang lain! dia nganggap aku orang lain! fine Luby itu sudah cukup baik untuk kamu, aku pasti bisa melewati semua nya"
Luby kembali menganggukan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari suami barunya itu.
"Bagus! Dan bisakah kita tidur secara terpisah? Karena aku belum terbiasa tidur berdua dengan wanita lain di dalam satu kamar apa lagi dalam satu ranjang!"
Luby kembali terkejut atas permintaan suaminya itu, ia tak menyangka di awal pernikahannya sang suami sudah memperlihat kan ketidaksukaan terhadap dirinya.
"Baik lah kalau begitu aku akan----"
Luby mulai beranjak dari duduknya dan mengarah ke luar kamar, namun dengan cepat tangan kanan Gavin menarik agak kuat tangan Luby,
"AWww,--- kasar banget sih nih cowok, gak sadar apa tangan aku sakit kaya gini"
"Tunggu malam ini pengecualian, aku akan tidur di sofa dan kamu bisa tidur di kasur kamu"
"Kaya nya "fix" dia gak menyukai aku, tapi gak papa mungkin ini bukan saatnya, kamu harus kuat Luby,"
"Sebaikanya aku saja yang tidur di sofa, dan kamu bisa tidur di kasur"
"Itu lebih bagus! Aku juga gak terbiasa tidur di sofa, kalau gitu aku tidur duluan,"
Gavin yang sudah merasa mengantuk langsung naik ke atas kasur milik Luby, tanpa basa basi pria yang baru menikahinya itu langsung memejamkan kedua matanya tanpa ada rasa bersalah.
"Huft--- mungkin dia sudah lelah, sabar Luby, sabar--- jangan buat papa dan mama sedih lagi, pokonya aku gak boleh cengeng, aku harus kuat--- walau hanya di anggap sebagai istri cadangan tapi aku gak akan lemah"
Luby langsung mengambil sebuah bantal dari atas kasurnya dan membawa nya ke atas sofa, ia pun mangambil sebuah blankit dari dalam lemari di kamarnya.Dengan perlahan Luby mulai membaringkan tubuhnya di atas sofa, sembari menutupi tubuhnya dengan selimut yang tebal.Malam ini kedua pengantin baru itu tertidur secara terpisah,
Bagaimana nasib Luby selanjutnya, akankah kebahagian menghampiri dirinya saat hanya menjadi istri cadangan?
Bersambung...💔💔
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!