"Aaahh… kepalaku terasa sakit sekali, siapa pria paruh baya ini kenapa dia terlihat khawatir, huh… Tuan Muda, siapa yang dia panggil Tuan Muda?"
"Selamat, pengguna telah terbangun."
"Siapa itu?" ujar Aryasetya
"…"
Tidak ada jawaban ketika Aryasetya berbicara dengan suara yang tiba-tiba muncul dikepalanya, melainkan sosok pria paruh baya yang menjawabnya.
"Ini saya, Tuan Muda."
Ketika pria paruh baya itu berbicara, sebuah memori terlintas di pikiran Aryasetya. Setelah melihat lintasan kenangan yang ada pada tubuh ini, akhirnya dia tahu apa yang sedang terjadi.
Saat ini, dia berada di dunia lain, dia menggantikan seorang pangeran yang terkena racun. Nantinya, sang pangeran akan dinobatkan sebagai seorang Raja untuk menggantikan ayahnya atau mendiang Raja yang telah mati di medan perang.
Sang pangeran akan dinobatkan sebagai raja di tengah-tengah kekacauan yang menimpa kerajaan, Kekacauan-kekacauan yang disebabkan oleh berbagai perselisihan antara para menteri tua.
Semua ini terjadi karena pangeran terlalu lemah, baik dari sikap ataupun kekuatan, bisa dibilang pangeran terlalu biasa tanpa keunggulan.
Di sisi lain itu juga dipengaruhi oleh para Menteri yang serakah akan kekuasaan.
..--..
Ketika para Menteri berdebat, seorang pelayan memberikan segelas anggur pada Pangeran, pada saat Pangeran meminum anggur yang diberikan oleh pelayan, ia mulai melemah dan jatuh seketika. Situasi yang Aryasetya alami berasal dari kejadian itu.
Sesuai dengan kenangan yang ada pada pemilik tubuh sebelumnya. Sosok pria paruh baya yang ada di depan Aryasetya ialah Danadyaksa Gautama, Menteri terpercaya dari mendiang Raja, dan kini Aryasetya harus menerima kenyataan bahwa namanya telah berubah dari Aryasetya menjadi Agha Agana.
"Paman Danadyaksa, bagaimana situasi diluar?"
"Tidak stabil, Tuan Muda, beberapa Menteri masih berdebat tentang takhta kerajaan."
"Menteri-menteri sialan itu, bahkan ketika pemilik tubuh ini teracuni mereka tidak memperdulikannya dan hanya berpikir tentang kebutuhan mereka sendiri, terutama tentang tahta," pikir Agha.
"Paman, apakah pertemuan untuk kenaikan tahtaku akan ditunda karena kejadian ini?"
"Kemungkinan besar akan seperti itu, Tuan Muda."
"Tidak Paman, kita harus tetap melaksanakannya."
"Baik, Tuan Muda."
Agha berbaring di kasurnya dan melihat Danadyaksa pergi keluar, lalu seorang pelayan masuk. Pelayan itu memiliki penampilan yang cukup cantik dengan telinga kelinci, dia membawa sebuah guci berisi air dan dia menuangkan segelas air untuk Agha.
"Ah...bukankah aku diracuni tadi, kenapa aku tidak merasakan sakit." pikir Agha
"Tubuh pengguna telah diperkuat dan racun yang ada di tubuh pengguna telah dihilangkan."
"Tubuhku diperkuat dan racun telah dihilangkan ini sebuah keberuntungan. Karena aku tidak tahu bagaimana menyebutmu maka aku akan memanggilmu sistem," pikir Agha
"…."
"Apakah ada misi atau hal yang mirip seperti misi untukku?"
Sistem: "Misi saat ini untuk pengguna, menjadi Raja dari Kerajaan. Misi yang lain akan keluar sesuai dengan situasi."
"Apakah ada hadiah untuk misi itu?"
Sistem: "Untuk misi kali ini pengguna akan mendapatkan kesempatan memanggil karakter sejarah dari dunia pengguna."
"Bisakah kau beri penjelasan tentang pemanggilan karakter?"
Sistem :"Pemanggilan karakter akan terjadi setiap 1 bulan sekali untuk karakter khusus, dan 6 bulan sekali untuk karakter sejarah dari dunia pengguna, ini akan menjadi pemanggilan tetap untuk pengguna. Disamping panggilan tetap ada panggilan misi, yakni pengguna akan mendapatkan 1 kali kesempatan untuk menggunakan panggilan karakter dan hasil panggilan tersebut akan acak."
"Bisa memanggil karakter dari duniaku, itu luar biasa, lalu apakah aku bisa sekuat mereka atau bahkan lebih kuat dari mereka atau orang-orang dari dunia ini. Itu luar biasa, lalu apakah aku bisa mendapatkan kekuatan."
Sistem:"Pengguna dapat memilikinya, namun itu akan secara acak dari misi selain misi utama."
Agha merasa seperti novel-novel yang pernah dia baca ketika mendengar jika dirinya bisa mendapatkan kekuatan.
"Sistem, apa kau memiliki toko?"
Sistem:" Level pengguna terlalu rendah, tingkatkan level untuk membuka fitur lain."
Agha merasa jika situasi saat ini menjadi menarik dan dia bertanya-tanya apakah dia memiliki hadiah pemula.
"Sistem, apakah aku mendapatkan hadiah pemula?"
Sistem:"Hadiah pemula telah diberikan."
"Telah diberikan... ah... ternyata itu."
"Tuan muda... silahkan beristirahat," ujar pelayan.
"Yah... terima kasih Avanti, bangunkan aku ketika paman Danadyaksa datang"
"Baik, Tuan Muda."
..--..
"Tuan Muda... Tuan Muda." Suara manis nan renyah membangunkan Agha.
"Ada apa Avanti?"
"Tuan Menteri berada diluar Tuan Muda. Dia meminta untuk diperbolehkan masuk kedalam."
"Oh…. Biarkan Paman masuk."
"Baik, Tuan Muda."
Beberapa saat kemudian Agha melihat sosok tegap dan berotot dengan janggut dan kumis tebal berwarna putih dibaluti dengan baju besi berwarna hitam legam mendekat kearahnya.
"Bagaimana, Paman, apakah bisa dilakukan hari ini?"
"Bisa, Tuan Muda, namun akan ada beberapa masalah disana."
"Biarkan itu terjadi, akan kubungkam masalah itu dengan sikapku, Avanti ambilkan baju perangku."
"Baik, Tuan Muda"
"Paman, ini akan menjadi sejarah untuk kita dan kerajaan ini."
"Iya, Tuan Muda."
Agha menatap cermin didepannya terlihat sosok tegap, tinggi dengan rambut berwarna hitam sebahu, namun tidak berotot serta terlihat lemah. Fitur wajah cukup tampan, mata yang tampak sempurna dengan tatapan setajam elang, hidung mancung dan pipi yang terisi cukup.
"Apakah ini tubuh bocah itu, terlihat tampan namun tanpa otot. Sigh… pantas saja lemah namun liat tatapan mata ini terlihat sangat tajam dan kuat ini pasti warisan dari sang ayah. Cukup memuaskan daripada tampilanku yang dulu. Hahaha terlebih lagi dibalut dengan baju besi gelap ini terlihat sangat cocok." pikirnya
"Paman Danadyaksa, apakah diantara para Menteri saat ini masih ada yang dapat dipercaya sepenuhnya?" ujar Agha
"Aku tidak tahu secara pasti, Tuan Muda, namun aku dapat memastikan jika ada seorang Menteri yang dapat dipercaya?" jawab Danadyaksa
"Siapa dia, Paman?"
"Kavi Akhilendra, Menteri kepercayaan mendiang Raja, dia seperti saya, Tuan Muda, namun dia berkutat di bidang pemerintahan(sipil) sedangkan saya berada di militer."
"Menteri Kavi, ya," ujar Agha.
Menteri Kavi merupakan salah satu orang kepercayaan mendiang raja , menemani mendiang raja menstabilkan kekuasaannya bersama dengan Menteri Danadyaksa. Mereka membentuk keseimbangan layaknya yin dan yang. Agha berharap dia dapat dipercaya karena ini menyangkut kelangsungan hidupnya.
"Paman, benarkah dia dapat dipercaya, ada satu hal yang mengganjal untukku. Kenapa dia tidak menjengukku ketika aku terbaring lemah, tadi?"
"Tenang saja, Tuan Muda, dia tidak mendatangimu karena dia sedang melerai dan menstabilkan suasana para Menteri agar tidak terjadi kekacauan lebih dari ini."
"Baiklah, Paman. Aku akan mempercayaimu dan dia, namun aku akan melakukan sesuatu ketika penobatan nanti dilaksanakan."
"Kalau boleh saya tahu, apa yang akan Tuan Muda lakukan?"
"Cukup perintahkan para prajurit untuk pergi kerumah para Menteri yang menentang lalu tangkap seluruh keluarga mereka."
"Apa yang akan Tuan Muda lakukan pada mereka?"
"Cukup tangkap mereka semua lalu...." Agha menggerakkan tangannya kearah leher seperti sedang menyayat dengan perlahan.
"Apakah dimengerti Paman." Tidak sengaja nada yang terdengar dingin keluar dari Agha.
"Laksanakan, Tuan Muda."
"Ini bukan sikap dari Tuan Muda yang biasanya. apa yang terjadi pada tuan muda setelah dia terjatuh, dia tampak berbeda atau terlihat seperti orang lain," pikir Danadyaksa.
Sebelum Agha memberikan perintah untuk menghapus seluruh keluarga para Menteri, perasaannya berkecamuk antara melakukannya atau tidak.
Ini tidak seharusnya terjadi, seharusnya dia tidak membunuh mereka semua, namun saat ini adalah masa kritis, dia tidak bisa melakukan satu kesalahan atau nyawanya yang menjadi taruhannya.
Agha bisa saja hanya membunuh para Menteri dan membiarkan keluarganya terus bertaha. Namun, apa yang akan terjadi nanti? ketika keluarga mereka melakukan pemberontakkan? Akankah dia menyesalinya, karena tidak membunuh mereka semua? Tidak, dia tidak akan membiarkannya.
"Biarkan saja," pikir agha
keputusan Agha saat ini adalah keputusan yang terbaik untuknya. Dia akan mencoba untuk membuat ini menjadi yang pertama dan terakhir di kerajaan dan wilayahnya.
"Lebih baik aku menghianati dunia daripada dunia menghianatiku." Seperti yang diungkapkan Cao-cao, seorang pahlawan di dunianya.
Puluhan orang ditangkap dan dibawa ke istana setelah pesanan dari Menteri Danadyaksa keluar. Mereka yang dibawa ke istana tidak tahu apa yang terjadi dan mereka semua bingung.
Melihat kejadian di depannya, Danadyaksa merasa kasihan, terutama pada anak-anak dan mereka yang sudah tua.
Dia mulai meragukan apakah keputusan yang ditetapkan oleh Agha itu benar, namun sebagai punggawa kerajaan dia akan melakukan perintah dengan benar bahkan jika dia harus mempertaruhkan nyawanya.
Danadyaksa melihat langit dan memikirkan mendiang raja. "Yang Mulia, tampaknya Tuan Muda akan tumbuh, namun saya tidak tahu apakah pertumbuhan itu ke arah yang baik atau buruk. Hamba akan menemani dan mengawasi Tuan Muda untuk membalas kebaikan Anda, Yang Mulia."
..--..
Agha Agana yang telah menetapkan hatinya, mengunjungi Menteri-Menteri yang tengah berdebat di ruangan Kavi Akhilendra.
Ketika Menteri sedang berdebat, pintu yang semula tertutup mulai terbuka dan sosok yang akrab mulai terlihat. Sosok yang membuka pintu tersebut ialah calon Raja saat ini, Agha Agana. Melihat sosok Pangeran , Kavi Akhilendra merasakan sedikit perbedaan pada tatapan matanya.
"Tuan muda, apakah Anda baik-baik saja?"
"Oh… Menteri Kavi, ya aku baik-baik saja." Setelah dia memberitahu kondisinya, Agha Agana menatap empat orang Menteri yang terdiam. Dua diantara Menteri-menteri itu terlihat gelisah dan tampak sedikit ketakutan.
Melihat kegugupan mereka saat ini, Agha Agana menjadi sedikit curiga. Dengan perasaan curiga ini, dia tidak menyesali keputusan yang telah dia ambil untuk menangkap keluarga keempat Menteri.
"Kenapa kalian terlihat gelisah, apakah terjadi sesuatu atau...."
Menteri Barn yang berbadan gemuk itu terlihat ingin mengucapkan sesuatu, namun dia menutup kembali mulutnya. Di sebelah Menteri Barn, ada seorang Menteri yang berpakaian eksentrik, dia adalah Menteri Lock. Ketika Menteri Lock melihat tatapan mata Agha yang tertuju padanya, tiba-tiba dia melirik menteri Barn seakan-akan lirikannya memiliki makna tertentu.
Setelah melihat mereka, Agha mengabaikannya dan dia bertanya pada Menteri Kavi apakah acara penobatannya dapat dilakukan sekarang. Kavi menegaskan bahwa penobatan dapat dilaksanakan sekarang, namun masih membutuhkan beberapa hal.
"Lakukan secepatnya, Menteri Kavi. Aku tidak ingin ini tertunda lama, lihatlah sekeliling masih banyak binatang buas yang mengintai Kerajaan ini," ujar Agha sambil memandangi Menteri lainnya.
Melihat tatapan mata Pangeran, dua Menteri terlihat bingung sedangkan Menteri lainnya gelisah. Setelah menatap mereka sebentar Agha keluar dan menemui Danadyaksa yang tengah berada belakang istana.
Di sisi lain Menteri Kavi mulai mempersiapkan penobatan untuk Agha di pusat kerajaan (Great Hall). sehingga di ruangan Kavi, hanya tersisa 4 Menteri saja.
"Menteri barn, ikut Aku. Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan,"ujar Menteri Lock.
"Ya... Menteri Lock mari kita pergi." Kedua Menteri pergi meninggalkan istana Kerajaan.
"Barn, tampaknya situasi mulai tidak menguntungkan dan berbahaya. Dengan situasi seperti ini tidak memungkinkan untuk kita berada disini lagi. Persiapkan semuanya, kita akan pergi malam ini."
"Benarkah… tampaknya Pangeran hanya menduga-duga saja dan dia tidak tahu apapun tentang kita dan pelayan itu."
"Itu mungkin saja benar, tetapi kita harus mempersiapkan untuk hal yang tidak dapat diprediksi, seperti Pangeran menangkap kita. Lalu Barn, apa yang akan terjadi apabila dia mengetahui hal tersebut dan masalah yang terjadi sebelumnya."
"Itu sangat buruk... ya kita harus mempersiapkan semuanya segera."
..--..
"Paman, sudahkah kau menangkapnya?"
"Ya, Tuan Muda."
"Baik, bawa mereka semua ke Great Hall. Oh iya Paman, jangan lupa untuk menutup kepalanya, karena ini adalah kejutan untuk mereka."
"Ya, Tuan Muda, apakah penobatan siap untuk dilaksanakan?"
"Ya, Paman. Menteri Kavi telah mempersiapkannya di Great Hall."
..--..
Ditengah perjalanan Menteri Barn dan Menteri Lock dicegat oleh pembawa pesan serta prajurit yang dikirim Menteri Kavi. Mereka dikirim untuk meminta Menteri Barn dan Lock untuk datang ke Great Hall dikarenakan penobatan Raja (kenaikan tahta) akan dilaksanakan.
Setelah mendengar ucapan pembawa pesan Lock sedikit curiga, namun karena ini masa sensitif dia merasa harus ikut dengan mereka, jika dia tidak mengikutinya akan menimbulkan kecurigaan, dan nantinya semua rencana yang mereka persiapkan akan sia-sia.
"Barn, kita pergi ke Great hall. Setelah penobatannya selesai kita akan langsung meninggalkan kerajaan ini!"
"Baik, Lock. Aku percaya padamu dan mengikuti pengaturanmu."
..--..
Setelah Menteri Lock dan Barn tiba, acara penobatan takhta dilaksanakan.
"Menteri Kavi, apakah semuanya sudah siap?"
"Ya, Tuan Muda. Kita bisa melaksanakannya."
"Ya, kita lakukan."
Agha tidak terlalu tahu tradisi tentang penobatan takhta, namun dia diberitahu jika dia cukup mengucapkan sumpah setia kepada Kerajaan, Dewa dan Leluhur Kerajaan.
Setelah mendengar itu semua dari Menteri Kavi, Agha kemudian pergi ke tempat tertinggi di Great Hall untuk mengikrarkan sumpah dan mulai melakukan tradisi .
Menatap para rakyat yang berkumpul, dua menteri kepercayaan mendiang Raja yang berada di bawahnya. Agha mengambil pedang pusaka kerajaan dan menariknya diikuti ikrar sumpahnya.
"Aku…. Agha Agana putra Asoka Agana memberikan darah, jiwa, dan hidupku untuk kemuliaan leluhur dan Kerajaan Agrapana.
Aku…. Agha Agana putra Asoka Agana akan menghancurkan segala rintangan dan tantangan yang menghalangi kemuliaan Kerajaan.
Aku… Agha Agana Meminta restu dan berkat dari engkau Yang paling Mulia, Dewa diantara Dewa, Yang Maha Kuasa, berikan aku kekuatan dan kekuasaan untuk memuliakan Kerajaan Agrapana.
Dengan darah yang kuteteskan saat ini, berikan aku restumu."
Sumpah yang diikrarkan oleh Agha telah tertanam di benak rakyat dan juga para menteri. Setelah Agha menyelesaikan sumpahnya terdengar sorak-sorak gembira dari rakyat yang mengelu-elukan namanya dan juga kerajaan Agrapana.
"Rakyat tercintaku...." Mendengar suara dari Raja, seluruh rakyat terdiam dan suasana khidmat telah kembali lagi.
"Kerajaan tercinta kita, Agrapana... telah disusupi musuh. Musuh yang menghancurkan kita dari dalam." Mendengar kata-kata tersebut seluruh tempat hening tanpa suara. Agha melirik keempat Menteri disamping kedua Menteri kepercayaan.
"Aku akan memberi kalian hadiah. Menteri Lock, Barn, Lust dan Jovic naiklah kemari." mendengar perintah tersebut, mereka naik ke tempat Sang Raja berada. Barn dan Lock sangat gelisah, setelah mendengar perkataan raja saat ini. Setelah melihat mereka berempat, Raja Agha memanggil Danadyaksa untuk membawa tahanan ke great hall.
"Buka tutup kepala mereka." Keempat menteri berteriak bersamaan setelah melihat seluruh keluarga mereka berada disana. Lock dan Barn semakin gelisah dan mulai takut ketika melihat keluarganya disana.
"Lock, Barn, Lust dan Jovic. Aku akan memberi kalian satu kesempatan terakhir... untuk mengakui kesalahan kalian dan membuat keluarga kalian terhindar dari sebuah tragedi." Mendengar perkataan Raja Agha, Barn mulai goyah namun dia masih menutup mulut, karena dia masih percaya bahwa Raja tidak akan melakukan pembunuhan. di sisi lain, Lock yang gelisah dan sedikit takut mulai ketakutan.
Sebelumnya dia percaya bahwa Agha tidak akan melakukan apapun, karena dia telah melihat dan mengetahui sikap pengecutnya. Namun hari ini dia telah melihat keberanian dari sosok pengecut itu dan dia juga melihat seberkas cahaya kekejaman di mata sang Raja Muda. sedangkan, untuk Lust dan Jovic mereka bingung dan marah atas penangkapan keluarganya.
"Ternyata kalian hanya diam dan tidak akan mengakuinya. Baiklah… Algojo, bunuh orang-orang tua dari keluarga Barn dan Lock." Mendengar perintah dari Raja, Algojo mengayunkan pedang ditangannya dan sembilan kepala jatuh disertai dengan teriakan kemarahan, kesedihan, dan ketakutan dari berbagai arah.
"Masih tidak ada yang mau mengakuinya… Algojo lanjutkan bunuh para wanita dan anak-anak dari keluarga…." Sebelum kalimat Agha selesai, Lust memotongnya dan mengakui bahwa dia yang telah menyewa pelayan untuk memberikan racun pada mendiang Raja sebelumnya.
Pengakuan dari Lust benar-benar mengejutkan semua pihak dan juga mengejutkan Agha.
Agha terkejut dengan pengakuan yang diberikan oleh menteri Lust, bahkan dia tidak pernah memikirkan kematian dari mendiang Raja. Kejadian ini diluar perkiraan Agha, karena sebelumnya dia hanya mendapatkan misi sampingan dari sistem.
Agha terkejut ketika dia mendengar pernyataan Menteri Lust yang mengungkapkan bahwa dia telah menyewa seorang pelayan untuk memberikan racun pada mendiang Raja.
..--..
Sistem :
"Misi sampingan: Temukan penghianat kerajaan."
"Hadiah: Ajian tapak Badra."
Suara sistem terdengar dikepala Agha, ketika dia hendak melakukan penobatan takhta. Agha cukup senang mendapat misi sampingan, dan dia mulai memilah-milah kenangan yang dia tahu dan menggabungkannya dengan perdebatan para Menteri di luar.
"Aku akan melakukan hal itu, semoga saja yang kulakukan kali ini benar adanya," pikir Agha.
"Paman, ini akan menjadi sejarah untuk kita dan kerajaan ini."
"Iya, Tuan Muda."
Agha menatap cermin didepannya....
..--..
Ketika Danadyaksa mendengar ucapan Lust, perasaan marah muncul dan berkecamuk di hatinya. Lingkungan dan udara disekitar Danadyaksa berubah dalam sekejap mata , kemarahan Danadyaksa yang meletup-letup memengaruhi sekelilingnya.
Agha merasakan tekanan tak terlihat dari arah Danadyaksa. Agha melihat Danadyaksa yang terlihat sangat marah dan tatapannya memancarkan niat membunuh yang kuat.
Secara perlahan Danadyaksa melangkah menuju Lust yang berada di sebelah Raja, setiap langkah yang dia ambil, perasaan haus darah dan tekanan semakin kuat.
"Aku akan diam untuk saat ini," pikir Agha.
Agha mengalihkan perhatian ke arah Barn serta Lock. Ketika dia meilirik mereka, Agha menemukan hal yang mengejutkan. Barn dan Lock tidak ketakukan dan gelisah lagi namun mereka terdiam serta mulutnya terbuka lebar. mereka tercengang akan ucapan Lust.
Setelah melihat mereka berdua Agha mulai meragukan penilaiannya terhadap kedua Menteri. Melihat Danadyaksa yang semakin dekat, Agha menyipitkan matanya dan bertanya pada Lust.
"Menteri Lust ceritakan apa yang sebenarnya terjadi atau kau akan menderita," ujar Agha sembari menatap tajam ke arah menteri Lust.
"Tidak ada yang penting. Kamu hanya perlu tahu bahwa aku menghianati Kerajaanku." Mendengar jawabannya membuat Agha sedikit termenung. Dia menatap Menteri Lust cukup lama hingga dia memberikan perintah yang mengejutkan untuk Lust. Bahkan Danadyaksa yang dipenuhi amarah, terkesiap akan perintah dari Agha.
"Algojo… penggal kepala anak-anak dari Keluarga Lust. Biarkan dia meratapinya... penggal mereka satu-persatu." Lust Melihat Raja yang menunjukkan pandangan dingin kearahnya. Saat Lust akan mengucapkan sesuatu dia mendengar suara yang membuatnya tidak mampu berbicara dan dia tercengang melihat pemandangan di depan matanya.
Setelah Mendengar perintah sang Raja. Algojo segera mengambil salah satu dari anak yang ditahan, ketika Algojo hendak mengambil anak itu dia dicegah seorang wanita. Dia memiliki penampilan anggun dan wajah yang sempurna seperti pancaran dari cahaya bulan.
"Yang mulia, saya mohon untuk tidak melakukan pembunuhan terhadap anak kecil," ujarnya dengan nada penuh keangkuhan disertai tatapan dingin dimatanya.
Melihat wanita yang menghentikan Algojo, Agha mengerutkan kening. Terlebih lagi setelah mendengar perkataannya, ada sedikit rasa kemarahan di hatinya.
"Siapa kamu?" Nada penuh kedinginan dan terdengar suram terucap dari mulut Agha.
"Saya Farras,Yang Mulia."
"Aku tidak menanyakan namamu, siapa kamu?"
"Saya…."
" ALGOJO!!! lakukan!" bentak Agha dengan suara yang rendah dan dingin.
Pedang turun ke tanah disertai cipratan darah dan kepala anak kecil jatuh didampingi isak tangis dari keluarganya. Sebelum anak itu hendak dipenggal Farras akan menyelamatkannya namun dia merasakan tiga tatapan tajam mengunci dirinya, sehingga dia tidak melakukan apapun karena dia tahu tiga sosok yang mengunci dirinya ialah Sang Raja, 'Menteri Perang' Danadyaksa Gautama dan Jendral Perang saat ini, Madhava Gautama.
Melihat anaknya terkapar tanpa kepala dan tatapan dari seluruh keluarganya. Lust merasakan tekanan besar, perasaan kesedihan dan kemarahan dari keluarganya membentuk sebuah tekanan yang terarah kepada dirinya dan dia menatap Raja yang kini disampingnya.
Lust hendak meraung dan menerjang Sang Raja namun dia didekap oleh dua prajurit sama seperti menteri lainnya.
Agha melirik Farras sebentar, setelah itu dia mengalihkan tatapannya ke arah Lust. "Lust. Apa kau akan diam dan tidak memberi tahu yang sebenarnya."
"...." Diam tanpa ada suara hanya tatapan kemarahan di mata Lust yang terarah pada sang raja.
"Masih diam. Kuakui kau memang memiliki tekad baja dan hati sekeras besi, bahkan setelah kematian anakmu... kau masih saja diam."
Agha cukup mengagumi sikap dari Lust, andai dia tidak melakukan penghianatan mungkin saja dia akan menjadi salah satu Pejabat yang akan terpandang ketika Agha memimpin Kerajaannya.
"…"
"Baik….. baiklah…. Algojo, lakukan. Biarkan dia melihat seluruh keluarganya terbunuh satu-persatu." Mendengar perintah dari sang raja, akhirnya tekad yang dimiliki Lust mulai goyah dan Lenyap. Lust memohon kepada Raja agar menyelamatkan keluarganya dan dia akan menceritakan keadaan yang sebenarnya. Agha terdiam dan tidak menanggapi permohonan Lust, melihat sang raja yang diam keputusasaan menggerogoti Lust.
"Katakan saja Lust... " Mendengar jawaban dari Raja, Lust mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Keseluruhan kejadian yang diceritakan Lust mengejutkan semua orang, karena dia menawarkan kepala Raja dan wilayah Kerajaan Agrapana kepada Kerajaan L'orchuin. Kerajaan yang diperintah oleh Ras Orc, dengan imbalan dia memimpin wilayah ini di masa depan sebagai wilayah bawahan.
"Pantas saja, ketika Yang Mulia berangkat ke medan perang dia terlihat tidak normal," ujar Danadyaksa penuh kemarahan dan kini dia sudah menggenggam senjatanya hendak menerjang kearah lust.
Melihat Danadyaksa saat ini Agha pun menatapnya penuh makna seperti menyiratkan dan mengirim pesan bahwa ini bukan waktunya untuk membunuh Lust hanya menunggu sebentar lagi dan kau dapat membunuhnya dan seluruh keluarganya setelah ini.
Melihat tatapan Raja, Danadyaksa menahan amarahnya dan menurunkan pedangnya dan menatap raja dengan penuh makna.
"Yang mulia... bisakah kau melepaskanku sekarang, aku sudah menceritakan semuanya."
"Ya, kau sudah memberitahuku..."
"Lalu, Yang Mulia.."
"Tunggulah sejenak, Lust."
Agha mengalihkan perhatiannya ke arah Barn dan Lock seperti mengisyaratkan kini giliran kalian. Melihat tatapan Raja kearahnya, tanpa sadar Barn bergetar dan mengakuinya
"Ya….yang.gg… Yang Mulia aku tidak berkhianat. Aku hanya mengikuti rencana Lock." Sambil menunjuk ke arah Lock. melihat Barn menunjuk dirinya, Lock terdiam.
"Sial.. sialan ini, Barn. Dia mengarahkan semua kesalahan padaku," pikir Lock dengan amarah dan sedikit tatapan takut di matanya.
"Rencana apa ini, apakah dugaanku sebelumnya itu benar adanya," pikir Agha setelah mendengar perkataan Barn.
"Oh... kau hanya mengikuti rencana Lock, baik-baik. Lalu Lock bagaimana menurutmu? Masih ingin menguji kesabaranku seperti dia?"
Agha Menunjuk ke arah Lust. mendengar perkataan sang Raja, Lock tenggelam dalam keputusasaan dan dia mengatakan bahwa rencana yang dia miliki diberikan oleh pelayan yang memberi racun ke pangeran(Agha). Mendengar jawaban dari Lock Agha mengerutkan kening.
"Kenapa rencana mereka dibuat oleh si pelayan, Terlebih lagi pelayan itu mengambil momen paling tepat untuk melaksanakan rencananya dan mengkambing hitamkan Barn dan Lock, apalagi Lust juga menyewa pelayan untuk memberi racun ke mendiang Raja. Apakah mereka orang yang sama atau kedua hal ini berhubungan, jika mereka orang yang sama maka aku bisa yakin ada skema di kerajaan ini. Dimulai dari terbunuhnya mendiang Raja, kemudian diracunnya sang Pangeran. Dilihat dari kedua hal ini dan disambungkan dengan pengakuan dari Barn, Lock, dan Lust. Kemungkinan itu bisa terjadi dan hanya satu hal untuk membuktikan pemikiranku ini. Apakah pelayan itu orang yang sama dan apakah dia masih ada disini? Dan juga aku harus memberi tahu Paman Danadyaksa mungkin dia bisa mengetahui hal lain," pikir Agha
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!