NovelToon NovelToon

Immortal Fire

Chapter 01 : Hukuman

Seorang remaja berusia 17 tahun sedang dalam posisi digantung terbalik di salah satu dahan sebatang pohon. Di samping kiri dan kanannya tampak dua orang pria sedang memukuli punggung gadis itu dengan tongkat besi kedisiplinan, sudah bisa ditebak bahwa gadis itu sedang dihukum.

Di hadapan gadis itu, tampak seorang pria tua sedang berdiri menatapnya tajam.

Lelaki tua nan sepuh itu adalah Cheng Xi Guan, yakni pimpinan sekte aliran putih bernama Sekte Teratai Emas. Sedangkan gadis yang sedang dipukuli itu adalah Cheng Liu Ying yang merupakan anak putra kandungnya sendiri yang bernama Cheng Ruo Yuan.

Namun, menjadi cucu Ketua sekte tidak membuat Liu Ying menjadi anak yang di naungi kasih sayang serta pujian. Xi Guan sama sekali tidak peduli dan tidak pernah memerhatikan cucu semata wayangnya, bahkan tersebarlah rumor di antara orang-orang bahwa Xi Guan sangat membenci cucu satu-satunya itu.

Semua hal itu membuat Liu Ying dipandang rendah serta dikucilkan oleh murid-murid seangkatannya, mereka tentunya mengetahui bahwa Ketua Sekte tidak akan membela Liu Ying.

Liu Ying sudah biasa dengan semua perlakuan itu, ia sudah kebal dan hafal dengan perlakuan buruk mereka. Jangan menyangka bahwa Liu Ying tidak membalas perbuatan mereka. Liu Ying tidak pernah tinggal diam jika ditindas siapapun.

Bahkan hari ini dia dihukum karena berusaha memberikan perlawanan kepada murid-murid tidak tahu diri itu agar ia diakui, sialnya Xi Guan tua itu malah melimpahkan kesalahan kepada Liu Ying secara keseluruhan, ini ironi.

Seperti sekarang ini, Liu Ying dipukuli dengan posisi digantung terbalik di sebatang pohon.

"Anak tidak berguna! Selalu membuat masalah. Kau sungguh membuatku kehilangan muka dia depan para Tetua," Xi Guan mengarahkan tongkatnya kepada Liu ying.

Liu Ying tidak menangis, hanya saja matanya tampak memerah serta sedikit berair.

"Aku tidak salah, aku hanya membela diri!" sambut Liu Ying masih dalam posisinya.

Wajah Xi Guan memerah geram, "Tidak tahu diri, kau masih belum menyadari kesalahanmu rupanya. Kau sudah berani melawanku, HAH!?"

"Aku memang tidak salah, mereka yang menggangguku terlebih dahulu," lirih Liu Ying, dua pria di sebelahnya masih belum berhenti melayangkan tongkat kedisiplinan ke tubuhnya.

Bisa dilihat punggungnya sudah dipenuhi dengan memar dan luka, Xi Guan tetap saja tidak peduli, "Kau tidak punya hak, kau tak pantas membalas perbuatan mereka!"

Kepala Liu Ying terasa berat, tongkat itu terus saja menghantam punggungnya dengan keras. Liu Ying sudah berusaha keras untuk tetap menahan kakinya di dahan pohon agar tidak terlepas, namun otot kakinya tak lagi mampu menahan bobot tubuh Liu Ying. Akhirnya Liu ying pun ambruk ke tanah dan memuntahkan seteguk darah.

Meski sebelumnya Liu Ying sudah sering mendapati hukuman seperti ini, tetap saja ia tidak mampu menahannya. Pasalnya hukuman kali ini berkali-kali lipat lebih parah dari sebelumnya.

Bagaimana tidak, kesalahannya kali ini pun juga lebih berat dari sebelumnya, Liu Ying melukai tiga orang murid seangkatannya hingga salah satu dari mereka mengalami patah tulang.

Liu Ying mengusap rembesan darah dari mulutnya, matanya berkaca-kaca berusaha menahan agar butiran itu tidak pernah tumpah.

Pria tua itu berbalik membelakangi Liu Ying, "Xiao Ming, Gu Hao. Kurung dia di Aula Keheningan!"

"Baik, Guru." ucap dua pemuda itu bersamaan.

Setelah itu mereka berlalu sambil memapah Qiu Ying menuju Aula Keheningan bagian belakang sekte.

Xi Guan bertumpu pada tongkat kayunya dengan tangan yang gemetaran, namun raut wajahnya masih nampak kentara dan tak bersahabat.

"Aiyyo Wei, Guan-Guan! Kau menyiksa cucumu lagi?" seorang wanita paruh baya berjalan melewati trotoar menghampiri Xi Guan.

Wanita tua itu adalah Zhou Li yakni salah seorang tetua dari 78 tetua sekte Teratai Emas. Ia kerap digelari sebagai Wanita Tangan Besi karena kehebatan bela dirinya terletak pada kedua tangannya yang kokoh dan kuat layaknya besi, Zhou Li bahkan mampu memecahkan batu sebesar rumah dalam satu kali pukulan.

Xi Guan tidak menjawab, ia masih diam dengan tangan yang masih gemetaran.

Wanita tua itu mengerutkan alis, "Kau tidak boleh terlalu keras kepada Liu'er, bagaimana pun juga ia adalah cucu kandungmu. Lihatlah betapa malangnya anak itu, apa kau begitu tidak punya hati?"

Xi Guan menghela nafas berat, "Dia pantas untuk itu, Tetua Zhou."

"Aiyya, dia hanya membela diri. Bagaimana bisa hukuman sekejam itu kau berikan kepadanya? Liu'er masih terlalu muda, seharusnya kau lebih menunjukkan perhatian kepadanya sebagai seorang kakek. Apa kau melupakan fakta bahwa dia putri Ruo'er?" Wanita tua bermarga Zhou itu beralih menatap tetesan darah di bawah pohon tadi.

"Aku tahu, tapi aku tidak bisa membiarkan tanda itu mengendalikannya. Ini semua demi kebaikannya dan dunia persilatan. Dia tidak boleh terobsesi oleh dendam, aku tidak bisa membiarkan kekuatan iblis itu mengendalikannya." Xi Guan mengusap jenggotnya kemudian berlalu dari tempat itu

Zhou Li menggelengkan kepalanya, lalu kemudian ikut berlalu meninggalkan tempat itu.

...***...

Liu Ying tengah memulihkan diri dengan bermeditasi, ia mengalirkan tenaga dalamnya pada luka di sekujur tubuhnya. Jika saja Liu Ying tidak memiliki tenaga dalam yang tinggi, mungkin tubuhnya sudah tak lagi berbentuk akibat Tongkat Kedisiplinan yang menghantamnya selama tiga jam terakhir.

Sialan! Kini Liu Ying harus dikurung di dalam Aula Keheningan tanpa makanan dan sehelai selimut pun, ia akan kedinginan sepanjang malam ini.

Kesal? Tentu saja Liu Ying sangat kesal. Ia memang melakukan kesalahan, tapi ke-tiga murid tadi seharusnya juga mendapatkan hukuman yang sama.

Jika saja bukan karena tua bangka Xi Guan yang membela mereka, Liu Ying sudah mematahkan seluruh tulang mereka.

Liu Ying tidak memiliki orang tua, hanya Xi Guan sang kakek satu-satunya harapan untuk menggantikan kasih sayang orang tua kepada Liu Ying. Tapi Xi Guan sama sekali tak bisa diharapkan, dia bahkan tega menghukum Liu Ying.

Bagaimana tidak, Liu Ying dihukum dengan hukuman ke 163 dari Kitab Peraturan Sekte yaitu 500 kali pukulan menggunakan tongkat besi dan dalam keadaan digantung terbalik. Hukuman ini biasanya diberikan kepada seseorang yang melakukan dosa pembunuhan.

Lama merenung, Liu Ying dikejutkan dengan suara pertarungan dari luar Aula Keheningan. Liu Ying menghampiri jendela yang tertutup rapat kemudian mengintip dari sela-selanya.

Di luar sana samar-samar terlihat Xi Guan sedang bertarung dengan seorang wanita, menurut tebakan Liu Ying usianya sekitar 30 tahunan.

Sekitar dua puluh murid senior yang dalam keadaan luka-luka berlari ke arah pertarungan Xi Guan dan si penyusup, namun di perintahkan mundur oleh Xi Guan dengan isyarat tangan. Liu Ying menebak bahwa setidaknya wanita yang dihadapi Xi Guan telah mencapai puncak master, tidak mungkin dua puluh orang murid senior bisa dikalahkan begitu saja olehnya.

Xi Guan tampak sedikit kewalahan menghadapi wanita itu. Meski masih nampak muda, wanita itu memiliki kemampuan bela diri yang cukup tinggi. Hanya saja gerakannya sedikit asing dan aneh.

Terlebih wanita itu menggunakan sebuah suling sebagai senjata utamanya, ia memainkan musik Perusak Jiwa untuk memengaruhi pergerakan Xi Guan dan mencoba memukul mundur.

Xi Guan tidak menyerah, ia menyerang bagian tangan wanita itu untuk menghilangkan efek nada Perusak Jiwa Tersebut. Dalam kurang dari sepuluh jurus, Xing Guan berhasil membuat wanita itu mundur beberapa langkah dan memuntahkan darah berwarna kehitaman dari mulutnya.

...Hi! jumpa lagi sama Author Cici, semoga suka sama cerita barunya....

Chapter 02 : Sandera

"Ketua Cheng, tak sangka sekarang kau masih sebugar seperti saat masih muda." wanita itu mengusap mulutnya membersihkan sisa-sisa darah yang menempel di bibirnya.

Xi Guan melipat kedua tangannya ke belakang, "Hahaha! Kau tentu berpikir aku sudah sepuh? Aku bahkan bisa membunuhmu dalam dua belas jurus, tapi aku masih mentoleransi kelancanganmu. Apa sebenarnya tujuanmu menyusup ke dalam sekte ku, Bai Ma?"

Wanita yang dipanggil Bai Ma itu tersenyum kecut. Wajahnya terlihat muda, namun usia sebenarnya sudah sangat tua. Ia mempertahankan kemudaannya dengan tenaga dalam, tidak mengherankan melihat ilmu bela dirinya terbilang sangat tinggi. Hanya saja ia masih jauh untuk melampaui Xi Guan.

Selain itu, Bai Ma kerap dikenal sebagai Pendekar Suling Kematian, julukan ini tentunya diberikan karena kekuatan nada-nada Suling Kematian benar-benar mematikan. Tapi untuk pendekar Dewa setingkat Xi Guan, kekuatan suling itu tidak terlalu berefek, hanya saja dapat membuat gejala pusing yang lumayan parah.

"Maaf atas kelancanganku, Ketua Cheng. Aku di sini untuk misi yang penting, aku berharap bisa membahas hal ini denganmu." Bai Ma menampilkan senyum pembunuhnya.

Xi Guan tidak bergeming, ia masih tenang bagaikan teratai di tengah danau yang tak beriak.

"Sepertinya kau cukup betah bersembunyi dan menguping pembicaraan!" suara Bai Ma Lantang dan keras, seketika itu matanya menatap tajam ke arah jendela tempat Liu Ying bersembunyi.

Liu Ying cukup terkejut, ia terhenyak namun tetap melanjutkan kegiatannya yaitu menelisik dari balik jendela, lagipula Liu Ying tidak bisa keluar dari ruang kurungan itu. Liu Ying cukup terpukau dengan pertarungan mereka, namun dalam hatinya ia masih mempertanyakan identitas Bai Ma.

Xi Guan terlihat marah, namun ia mempertahankan ekspresinya agar tetap tenang.

"Ketua Cheng, Cucumu sangat tidak cukup ahli dalam bersembunyi, ya? Sebaiknya kau perintahkan dia keluar sebelum aku menghancurkan aula itu hingga rata dengan tanah." Bai Ma mengeluarkan aura pembunuhnya sehingga membuat Liu Ying bergidik dari balik jendela.

Xi Guan menatap Bai Ma tajam, "Jangan keterlaluan, Patriark Bai. Dia bukan orang yang kau cari, cucuku hanyalah seorang gadis penyakitan. Kau seharusnya tidak membuat keributan di sekteku, aku bisa mengantarmu keluar dengan hormat."

Mendengar itu Bai Ma justru tertawa dengan keras. Para murid dan beberapa Tetua sudah berkumpul di halaman sejak tadi setelah mendengar suara pertarungan antara Xi Guan dan Bai Ma.

"Ketua benar, Nona muda Cheng tidak ada kaitannya dengan dunia persilatan." Mo Yi salah satu tetua sekte Teratai Emas ikut angkat bicara.

Bai Ma mendelik tajam, "Kalian satu Sekte sungguh pintar bersandiwara, jika dia memang anak yang kucari sekalipun, kalian sudah pasti tidak akan pernah memberitahuku."

"Lancang! Beraninya kau menuduh Ketua sebagai pembohong!" Kali ini Zhou Li yang berbicara, ia tampak sudah siap untuk menyerang Bai Ma.

"Bukan begitu tetua Zhou, aku hanya ingin memastikan. Jikalau Nona Muda Cheng ini benar-benar bukan bocah yang kucari, kalian harus memberikan pembuktian." Bai Ma tersenyum miring kemudian melemparkan sebuah pisau kecil ke jendela tempat persembunyian Liu ying hingga membuat jendela itu hancur berkeping-keping.

Untung saja Liu Ying dapat menghindar dengan cepat. Jika tidak, wajahnya pasti akan bernasib sama dengan jendela itu.

"Liu'er!" Zhou Li secara spontan langsung melompat menyempatkan dirinya menjadi tameng untuk Liu Ying.

Semua orang di sana menjadi panik dan berlarian, sementara itu para tetua mengikuti langkah Zhou Li segera berlari menuju Liu Ying untuk memasang perisai perlindungan. Para murid senior juga sudah bersiap untuk menyerang Bai Ma dan memasang formasi sihir.

Namun Xi Guan masih tampak tenang dalam posisinya, "Tenang Tetua Zhou, Tetua Mo. Bukankah kita harus memberi pembuktian?"

Mo Yi menampilkan ekspresi tak senang, "Jangan dengarkan wanita itu, Ketua."

"Patriark Bai, aku sudah pernah membahas hal ini di pusat dunia persilatan sejak bertahun-tahun lalu. Tapi jika kau bersikeras, maka aku akan menjelaskan kembali." raut wajah Xi Guan tampak serius, Bai Ma sedikit merasa terintimidasi oleh tatapan itu.

"Lima belas tahun yang lalu, putraku Ruo'er memanglah mati di lokasi Tragedi Sungai Darah. Tapi informasi tentang hubungannya dengan wanita Suku Finiks tidaklah benar, Cucuku adalah keturunan Ruo'er dari pernikahan tertutupnya dengan seorang wanita Kuil Malam..."

Xi Guan mengusap janggotnya dan menghela nafas.

"Patriark Bai, kau mungkin sudah pernah mendengar bukan? Pada saat konflik Tragedi Sungai Darah mulai pecah, Ruo'er sebagai murid terbaik sekte Teratai Emas diutus sebagai Aliran Perdamaian oleh kekaisaran Wei. Tak disangka Sekte Kuil Malam juga ikut terlibat dalam tragedi berdarah itu yang kemudian menyebabkan, Ruo'er membelot untuk menyelamatkan istri dan anaknya. Aku yakin kau tidak mungkin buta untuk informasi yang cukup terkenal di kekaisaran Wei."

"Benar, tapi selain kabar yang beredar ada sebuah hal yang kuragukan. Sewaktu penemuan jasad Cheng Ruo Yuan, seseorang tabib dari suku Wu yang pernah memeriksa jasadnya menemukan sebuah Giok khas suku Phoenix ada pada putramu itu. Namun sebelum beritanya mencuat, tabib itu mati beberapa hari kemudian dan Giok suku Phoenix menghilang secara misterius." Bai Ma menggenggam erat sebuah benda dari dalam jubahnya.

Xi Guan memperlihatkan wajah yang sedikit murung, namun berbeda dengan Bai Ma. Ia masih belum percaya sebelum ia benar-benar melihat sendiri. Tanpa disadari ia mulai mengatur langkahnya melesat dengan cepat ke belakang Zhou Li dan meraih Liu Ying.

"Aaaaaaa!!!"

Dalam hitungan menit Bai Ma sudah melesat dan mendekap Liu Ying di sisinya, tak lupa ia menempelkan sebuah pisau kecil di leher Liu Ying dan mengunci pergerakannya sebagai sandera.

Semua anggota sekte Teratai Emas nyaris tak melihat sedikitpun gerakan, namun mengejutkannya Bai Ma cukup gesit dan hati-hati dalam langkahnya.

Zhuo Li terserang rasa panik namun tak berani menyerang, "Bai Ma! Hentikan kekonyolanmu, lepasakan Cucu Ketua kami!"

Liu Ying diam tak bergerak, namun dalam hatinya sangat ketakutan.

Semua anggota Klan telah siaga di posisi mereka kalau-kalau Bai Ma melakukan sesuatu pada Liu Ying.

Meski memiliki sandera, Bai Ma tak kalah paniknya melihat banyaknya tetua yang bersiap menghadangnya. Sebab rata-rata tetua sudah mencapai tingkat tinggi pendekar bela diri, paling tidak sembilan puluh persen tetua sudah melampaui tingkat Pendekar Bumi, sementara itu lima persennya lagi merupakan pendekar Langit.

Ada beberapa tingkatan kemampuan dalam dunia bela diri yaitu tingkat Dasar, Menengah dan tinggi. Pendekar tingkat dasar dibagi menjadi dua kelas yakni kelas Pendekar kelas Pemula dan kelas Biasa, biasanya usia mereka cenderung muda dan baru mengenal ilmu bela diri.

Pendekar tingkat menengah dibagi menjadi tiga yaitu pendekar Perunggu, pendekar Perak, dan pendekar Perak. Biasanya tingkatan ini dimiliki oleh pengawal dan para divisi khusus militer kerajaan. Sedangkan pendekar tingkat Tinggi dibagi menjadi pendekar Bumi, pendekar Langit, pendekar dewa, dan tingkat tertinggi yakni Mahadewa Perang.

Yang kini di hadapi Bai Ma adalah puluhan pendekar Langit, jika saja hanya satu dua orang Bai Ma masih memiliki peluang untuk menang. Dengan kemampuannya yang juga masih di tingkatan pendekar langit, pertempuran ini jelas sangat tidak menguntungkan bagi Bai Ma.

"Aku hanya akan melihat tandanya, selebihnya aku tidak akan menggoresnya seujung kukupun!" Bai Ma tampak siaga, ia mundur beberapa langkah.

...Nihao! Jangan lupa Vote komentar dan share cerita ini ke temen-temen kalian, Oghey!?...

Chapter 03 : Tanda Lahir Suku Phoenix

"Aku hanya akan melihat tandanya, selebihnya aku tidak akan menggoresnya seujung kukupun!" Bai Ma tampak siaga, ia mundur beberapa langkah.

"Patriark Bai ... Tolong jangan keterlaluan, dia masih anak-anak." Xi Guan nampak frutasi.

Bai Ma mempererat tekanannya pada pisau itu saat ia mulai sedikit merasa terancam, "Dengar! Jangan coba-coba menyerang secara sembunyi-sembunyi, atau..."

Xi Guan berjalan maju beberapa langkah dan berhenti ketika melihat Bai Ma menekan pisau itu lebih dalam pada leher Liu Ying, "Kau terlalu terburu-buru, Patriark Bai. Kau bisa membuktikannya, serahkan anak itu dulu."

"Kau pikir aku akan mudah tertipu?" Bai Ma sudah tidak bisa menahan kesabarannya lagi.

"Baiklah! Liu'er , perlihatkan padanya." Xi Guan berpaling menghadap ke belakangnya.

Liu Ying yang mendapat perintah mulai memindahkan rambutnya dari belakang leher ke pundak kirinya, memperlihatkan punggung lehernya yang putih dan mulus.

Melihat itu Bai Ma sangat terkejut, leher Liu Ying tampak bersih dari noda, tak ada sedikitpun tanda sayap Phoenix yang sejak dulu dicari-cari oleh Bai Ma.

"Tidak mungkin! Bagaimana bisa!? Aku jelas-jelas merasakan aura Phoenix Imperial pada diri bocah ini, aku tidak mungkin salah mengenali, trik apa yang sebenarnya kalian mainkan?" Bai Ma menjambak rambutnya frutasi.

Xi Guan berjalan menghampiri Bai Ma sambil menghela nafas panjang, "Tenanglah, Patriark Bai. Mungkin ini hanya kesalahpahaman saja, cucuku benar-benar tidak ada hubungan dengan masalah dunia persilatan. Ah! Aku belum menjamumu dengan baik sejak kedatanganmu,"

Xi Guan menghampiri salah seorang murid Klan, "Xiao Ming, siapkan tempat untuk menjamu, Patriark Bai. Patriark Bai, mari!" ucapnya sambil membuka kedua tangan dan mengarahkannya ke ruang perjamuan.

Bai Ma masih terlihat belum puas dengan apa yang dilihatnya, tapi mau tak mau ia ikut melangkahkan kakinya mengikuti Xi Guan.

Liu Ying bernafas lega setelah kepergian Bai Ma, untung saja dia bisa bebas dari wanita penyihir itu. Liu Ying tidak berniat mengikuti si tua bangka Xi Guan dan Bai Ma, ia lebih memilih untuk kembali ke kamarnya dan mengistirahatkan tubuhnya yang masih terasa sakit.

...***...

Di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar dengan nuansa warna putih yang khas serta deretan kursi-kursi rotan, tampaklah beberapa orang sedang duduk ditemani segelas teh hijau di hadapan mereka.

Namun tak ada satupun di antara mereka yang menyentuh poci teh itu seolah lebih tertarik dengan pembahasan mereka.

Bai Ma sang Patriark Sekte Suling Abadi bersama dengan 30 Tetua utama Sekte Teratai Emas sedang berunding menganai masalah tadi.

Bisa dibilang, perundingan itu tidaklah berjalan dengan baik. Bisa dilihat dari raut wajah Bai Ma yang nampak kesal serta menampilkan ekspresi ketidakpastian.

Para Tetua itu juga tidak jauh berbeda, ekspresi mereka tidak bisa dibilang bersahabat.

Mereka bahkan telah melupakan seseorang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari mereka juga berada diantara mereka.

"Patriark, Bai. Sebuah kehormatan jika Patriark bisa berkunjung ke sekte kami, tapi tindakan menyusup bukanlah hal yang pantas dilakukan oleh seorang Patriark." ucap seorang Tetua yang paling tua diantaranya yang lainnya dengan menekankan setiap kata pada kalimatnya.

Bai Ma memalingkan wajah ke arah lain sambil mendengus kesal, "Lalu? Apakah seseorang dari aliran netral sepertiku perlu mengikuti aturan konyol Sekte kalian?"

Tetua Sepuh itu menjadi jengkel, "Kau sungguh bermain-main dengan aturan dunia persilatan? Menyusup adalah tindakan lemah dan pengecut yang sangat memalukan!"

Mendengar itu, Bai Ma justru tertawa dengan keras hingga membuat para Tetua yang berada di ruangan itu menatap tajam ke arahnya.

"Apa bedanya dengan anggota Sekte kalian? Pengecut dan memalukan, kurasa kedua kata itu cocok untuk menggambarkan Pertahanan Sekte kalian yang lemah seolah sudah sangat hebat. Apakah kalian sudah cukup yakin tak ada yang bisa masuk ke Klan kalian ini?"

"Kau..!"

Xi Guan yang sedari tadi hanya menyaksikan perdebatan mulai tak tahan dengan perselisihan mereka, ia mendehem cukup keras.

"Patriark Bai, Tetua Du. Mari kita bahas masalah ini dengan bersikap lebih dewasa, bukankah kita berada disini untuk berbicara baik-baik?"

Kalimat yang terlontar dari mulut Xi Guan sukses membuat mereka berhenti berdebat.

"Tetua Du, apa yang terjadi pada anggota keamanan Klan?" ucap Xi Guan dengan nada menyindir.

Du Xing, pria itu berusia sekitar tujuh puluh tahunan itu terhenyak mendengar sindiran keras dari Xi Guan. Du Xing merupakan Tetua ke-46 di Klan Teratai Emas, berwewenang penuh atas pasukan keamanan sekte.

"Ketua. Dari sepengetahuanku, tak ada yang salah dengan pasukan keamanan Sekte, hanya saja... "

"Kau tidak ikut mengawasi?" ucap Xi Guan dengan tatapan yang mengintimidasi.

Du Xing memperlihatkan raut wajah bersalah, namun lebih mirip memelas dan tampak gelisah.

"Maaf, Ketua. Aku telah lalai, tapi aku aku memiliki alasan yang mengharuskan aku untuk meninggalkan tugas. Aku memiliki masalah keluarga yang harus ditangani."

Xi Guan mengusap wajahnya kasar, "Begini, Patriark Bai. Sebelumnya aku minta maaf telah menyambutmu dengan tidak hormat. Aku ingin kita menyelesaikan masalah tadi sekarang, jadi apakah Patriark bersedia membahas hal ini lebih lanjut?"

Bai Ma menghela nafas dengan kasar, "Aku memang datang ke sini untuk membalas masalah itu, jadi jelaskan tentang kasus Tabib Wu."

Xi Guan bangkit dari duduknya kemudian melipat kedua tangannya di belakang, "Ah! Tabib Wu, ya? Kabar tentang keterkaitan kematiannya dengan Klan Teratai Emas memang memiliki hubungan seperti yang dirumorkan."

Xi Guan menjelaskan bahwa kala itu beberapa murid senior Sektenya datang untuk menjemput jasad Ruo Yuan ke kediaman Sekte Obat Suci Wu, tapi rumor tentang rencana pembunuhan oleh Klannya tidak lah benar. Sebab kala itu, setelah kekacauan besar berakhir masih banyak sekte-sekte kecil yang mengalami bentrok serta perpecahan, termasuk Sekte Obat Suci Wu.

Ketua Sekte Obat Suci Wu memiliki dendam lama dengan kelompok aliran hitam dari YanJing yakni Kuil Pualam Hitam, selepas kekacauan membuat banyak Sekte aliran hitam menjadi berani menyerang sekte kecil aliran putih dan netral.

Mengenai Giok khas suku Phoenix, Xi Guan bersumpah sama sekali tidak tahu menahu soal itu. Menurut saksi mata keluarga Wu, penemuan Giok Suku Phoenix adalah berita bohong.

Pembunuh Tabib Wu tidak pernah ditemukan hingga sekarang, namun tim penyidik menemukan benda pada jasad Tabib Wu yaitu sebuah belati bungkuk yang merupakan senjata khusus Sekte Pualam Hitam menancap pada bahunya.

Namun benda itu sama sekali tidak mengandung racun ataupun menyebabkan luka yang fatal, padahal penyebab kuat kematian Tabib Wu adalah keracunan obat-obatan yang sedang diraciknya sendiri.

Karena tidak memiliki bukti yang jelas dan kuat, membuat tim penyidik dan orang-orang yang terlibat terpaksa merahasiakan dan menutup kasus tersebut.

Bai Ma masih curiga, namun tampak cukup puas dengan jawaban Xi Guan, "Cucumu... Aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan aura jiwanya. Kalian tidak sedang menyembunyikan sesuatu, bukan?"

Xi Guan tertawa getir, "Ya tuhan, aku tidak berani. Aura Jiwanya memang sedikit kacau karena penyakit yang dideritanya, namun kata Tabib itu masih normal."

"Benarkah?" Bai Ma menatap Xi Guan penuh selidik.

Xi Guan menjadi sedikit panik, namun ia tetap terlihat tenang dan tersenyum ramah. "Kau bisa memegang kata-kataku."

Bai Ma mengangguk pelan, mereka berbincang tentang masalah di dunia persilatan selama beberapa waktu. Tak lama kemudian Bai Ma berpamitan kepada semua orang yang ada disana, dan kembali ke Sektenya.

Bersamaan dengan itu, semua Tetua yang ada di dalam ruangan ikut membubarkan diri kembali ke pekerjaannya masing-masing, menyisakan Zhou Li bersama Xi Guan di sana.

"Tetua Zhou, buat perintah agar membangun sebuah formasi Sihir Pelindung di Sekte." Xi Guan membelakangi Zhou Li kemudian berlalu meninggalkan Wanita paruh baya itu di sana.

...Nihao! Selalu Vote dan share cerita ini ke temen-temen kalian, ya. Jangan lupa komen sebanyak-banyaknya, aku selalu baca komenan kalian loh....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!