NovelToon NovelToon

Affair Dengan Tunangan Sahabatku

Chapter 1

Apa yang kamu rasakan ketika cintamu berlabuh pada orang yang tak seharusnya?

Bukan kah sakit?

Yah begitulah yang Aleena rasakan, mencintai orang yang terlarang untuk ia cintai. Dia, pria itu Ivander Handono. Seorang pria tampan penuh kharisma. Aleena tak bisa menghentikan perasaan nya yang sudah bersemi sejak 5 tahun yang lalu, ia tak mampu memalingkan wajah nya di detik pertama pertemuan mereka. Namun sayang pria itu kini menjadi tunangan dari sahabatnya

5 Tahun yang lalu

Saat itu Aleena yang merupakan siswa yang duduk di kelas tiga SMA Pelita Harapan salah satu SMA swasta Favorit di kotanya. Ia ketiduran di dalam kelas karena semalaman ia begadang menemani ibunya yang sedang di rawat di rumah sakit.

Aleena sangat terkejut kala sebuah suara tegas berhasil menariknya dari lelap yang begitu dalam. Ia terpaku dan kantuknya lenyap begitu saja mendapati sosok tampan bak malaikat yang memasang wajah garang namun sedikitpun tak mengurangi kadar ketampanan nya.

"Berani-beraninya kamu tidur di saat saya akan memulai kelas saya" Ucapnya tegas. Kening Aleena berkerut, jadi pria ini adalah guru baru yang mengajar mata pelajaran geografi menggantikan ibu Cindy yang sedang cuti melahirkan?

"Ma-maaf pak" Ucap Aleena dengan suara bergetar. Bulu mata lentik gadis itu bergerak-gerak dengan indah kala beberapa kali ia mengerjapkan matanya.

"Silahkan cuci muka dan berhentilah tidur jika masih ingin ikut pelajaran saya" ucap sang guru dengan begitu tegas namun tak membuat nyali Aleena sedikitpun menciut. Ia malah merasa suara sang guru muda nan tampan itu begitu merdu di telinga nya.

"Baik pak" Aleena tersenyum tipis. Ia membungkukkan badan nya sebelum meninggalkan kelas menuju toilet siswa. Sepanjang jalan menuju toilet Aleena malah senyum-senyum sendiri mengingat wajah tampan pria yang menjadi gurunya. Ini kali pertama ia merasa tertarik pada lawan jenis sepanjang hidupnya.

Aleena tergolong siswa cerdas walau bukan juara kelas. Ia juga cantik dan berkepribadian baik. Namun Aleena tidak begitu suka bergaul dan sedikit tertutup. Ia tak punya banyak teman karena ia tak begitu suka membagi kehidupan pribadi dengan orang lain. Jadi dia hanya punya satu teman yang bernama Rania.

Setelah selesai mencuci muka dan menyeka air di wajahnya dengan tissue Aleena berjalan kembali menuju kelas untuk mengikuti mata pelajaran dari sang guru yang sudah Aleena pastikan akan menjadi guru idolanya.

Sang guru yang sudah mulai memperkenalkan diri di depan kelas menjeda ucapan nya kala Aleena sudah masuk dan menghadap padanya.

"Apakah saya sudah boleh masuk dan mengikuti pelajaran bapak?" Tanya Aleena dengan begitu sopan.

"Silahkan duduk, jangan diulangi lagi. Saya paling tidak suka jika ada yang tidur dan tidak memperhatikan saya pada saat mengajar" Ia masih bersikap dingin dan tampak sekali rasa tidak sukanya pada Aleena.

"Iya pak saya benar-benar minta maaf. Semalaman saya harus menjaga ibu saya di rumah sakit. Makanya saya ketiduran pak. Sekali lagi saya mohon maaf" Ucap Aleena.

"Itu bukan alasan, jangan sampai urusan pribadi membuat mu melanggar aturan di sekolah ini"

"Baik pak" Aleena berjalan menuju bangkunya ketika sang guru sudah mempersilahkan nya untuk duduk.

Rania sahabat sekaligus teman sebangku Aleena tersenyum saat gadis itu duduk di kursinya.

"Tadi aku uda bangunin kamu, tapi tidur kamu terlalu pulas maaf ya" Bisik Rania. Aleena hanya mengangguk dengan pandangan mata tetap fokus pada guru yang mulai kembali berbicara. Ia tak mau kembali ditegur karena mengobrol.

"Gila ganteng banget ya pak Ivan" Celoteh para siswi perempuan setelah kelas pak Ivan usai dan waktunya pulang.

"Pak Ivan namanya?" Tanya Aleena pada Rania. Aleena melewatkan momen perkenalan nama karena Aleena harus mencuci muka di toilet.

"Iya Al, ganteng banget ya" Jawab Rania sambil ikut tersenyum dengan mata menerawang. Sudah Aleena pastikan bahwa sahabatnya itu sedang membayangkan wajah pak Ivan.

"Aku harus bisa jadi siswa kesayangan pak Ivan" ucap Rania lagi. Keduanya berjalan keluar kelas menuju parkiran.

"Pasti bisa lah, guru mana yang nggak sayang sama seorang Rania Amanda. Secara siswi teladan yang posisi juara kelas nya nggak pernah tergeser" Ucap Aleena yang membuat Rania terkekeh sambil merangkul sahabatnya itu. Yah Rania adalah juara kelas mereka, dia cantik dan humble. Jika Aleena tak begitu suka bergaul maka Rania adalah kebalikan nya. Ia memiliki banyak teman dengan keramahan nya. Namun ia paling dekat dengan Aleena, mereka berdua selalu bersama-sama saat di sekolah. Sesekali mereka juga jalan-jalan atau mengerjakan tugas bersama.

"Pengen nya lebih dari itu Al" ucap Raina lagi-lagi menerawang. Aleena tersenyum sepertinya bukan hanya dirinya yang langsung menaruh hati pada sosok pak Ivan, tidak heran karena beliau tidak hanya tampan namun juga berprestasi. Pak Ivan baru wisuda beberapa bulan yang lalu sebagai lulusan terbaik. Dia menyelesaikan kuliahnya hanya dalam waktu 3,5 tahun. Ia mengajar sementara di sekolah ini menggantikan ibu Cindy yang ternyata adalah sepupunya. Mengisi waktu kosong karena Ivan ingin beristirahat selama satu tahun sebelum masuk ke perusahaan yang telah menawarinya pekerjaan sejak Ivan menjalani magang untuk bahan skripsinya.

Tidak heran mengingat ia kuliah di universitas ternama dengan IPK nya yang nyaris sempurna. Ivan ingin bersantai sejenak sebelum waktunya tersita banyak jika sudah bekerja di perusahaan itu.

"Maksud kamu mau jadi pacarnya?" Tanya Aleena, ia tersenyum getir kala sahabat nya itu menganggukkan kepala. Sudah dipastikan ia akan menjelma menjadi pengagum rahasia saja, ia tak akan mungkin bersaing untuk mendapatkan hati pak Ivan. Selain karena Rania sahabatnya mereka juga bukan saingan yang seimbang. Dari segala sisi jelas Aleena kalah.

"Kamu pasti bisa Ran naklukin hati pak Ivan, kamu cantik, pintar dan baik hati. Laki-laki mana yang akan menolak pesona kamu. Aku aja kalo aku cowok pasti udah klepek-klepek sama kamu" ucap Aleena.

"Aah kami tu paling bisa ya bikin aku terbang. Apa aku pacaran sama kamu aja ya Al, pasti kamu tipe pacar yang romantis" ucap Rania yang membuat Aleena membulatkan matanya.

"Ogah, jijik banget Ran. Euuhh" Rania terbahak melihat reaksi jijik sahabatnya. Tanpa sadar mereka sudah berada di parkiran.

"Al aku ikut kamu ke rumah sakit ya, mau ikut besuk tante Rossa" ucap Rania sebelum naik ke mobilnya sementara Aleena naik ke sebuah motor matic. Jelas kan perbedaan antara Aleena dan Rania? yah walaupun Aleena bukan tergolong siswa miskin, keluarganya masuk kategori keluarga berada. Namun jika dibandingkan dengan Rania jelas mereka bukan lawan.

Aleena menstarter motornya dan mulai melajukan motor kesayangan nya menuju rumah sakit. Rania mengiringi di belakang dengan mobilnya.

🍁🍁🍁

Hai-hai...

Terimakasih sudah berkenan mampir ke projek halu ke dua ku.

Jangan lupa like, komen dan vote nya ya..

Enjoy!

🥰😘

Chapter 2

Dulu saat masih sekolah Aleena selalu bersemangat setiap mengikuti pelajaran geografi. Bukan hanya dirinya melainkan semua siswi di kelas mereka maupun yang di kelas lain. Tentu saja bukan karena menyukai pelajaran itu, namun karena pak Ivan sang guru pengampu.

Karena kesan awal yang buruk Aleena merasa Pak Ivan tak begitu menyukainya. Pak Ivan seringkali melemparkan pertanyaan kepada Aleena saat mengajar, beruntung gadis itu selalu mampu menjawab dengan benar. Tidak hanya sering bertanya namun pak Ivan juga sering memerintahkan Aleena untuk membawakan buku-buku nya atau pun barang yang lain nya ke kantor. Bahkan beberapa kali pak Ivan meminta Aleena membelikan makanan untuk nya ke kantin. Raut wajahnya juga selalu datar dan dingin.

Berbeda dengan Rania, ia terlihat semakin dekat dengan pak Ivan. Setiap selesai pelajaran Rania akan mengejar pria itu dengan alasan ingin bertanya tentang hal-hal yang tak dimengertinya.

Tak jarang juga Rania bercerita tentang kebaikan pak Ivan, bahkan Rania mengatakan pernah ke rumah pria itu tentu saja dengan alasan ingin berdiskusi seputar pelajaran.

"Kamu kok kayak biasa aja Al sama pak Ivan, nggak kayak siswi yang lain histeris dan selalu menatap penuh minat padanya" Tanya Rania suatu ketika.

"Dibilang biasa aja juga enggak Ran. Aku kagum dan hormat kok sama pak Ivan. Karena dia guru kita, masih muda tampan dan cerdas. Tapi yah aku harus bersikap sewajarnya seorang siswa pada gurunya kan. Lagian aku nggak mau dia makin benci sama aku. Tau sendiri kesan pertama aku di mata pak Ivan begitu buruk." Ucap Aleena.

"Jadi sebenarnya kamu suka nggak sama pak Ivan?" Selidik Rania, Aleena dapat melihat kilat cemburu di mata sahabat nya.

"Ya suka" Jawab Aleena santai

"Sebagai apa?" Desak Rania. Kini wajahnya semakin masam.

"Siswa kepada gurunya" Ucap Aleena dengan mata tak lepas menatap pada Rania. Ia dapat melihat kelegaan pada wajah gadis itu. Ah rupanya gadis itu begitu takut tersaingi.

"Bukan seorang gadis pada seorang pria?" Tanya Rania untuk lebih meyakinkan lagi.

"Bukan Ran"

"Syukurlah, jadi aku nggak harus bersaing sama sahabat aku untuk mendapatkan pak Ivan" Ucap Rania sambil terkekeh. Ia merangkul tubuh Aleena.

"Ya ampun Ran, ngapain harus bersaing. Kita uda tau lah siapa yang akan jadi pemenang nya." Rania tentu saja tak akan terkalahkan. Dilihat dari semua sisi jelas Rania bukan tandingan bagi seorang Aleena.

"Ah kamu terlalu merendahkan diri kamu dan meninggikan aku Al" Ucap Rania malu-malu.

"Aku bicara fakta Ran, jangan kan aku semua murid populer di sekolah ini nggak ada yang bisa ngalahin seorang Rania yang istimewa. Nggak cuma cantik, tapi baik hati dan memiliki segudang prestasi. Kamu tu Queen udah!" Ucap Aleena yang membuat Rania semakin melambung dengan pujian Aleena.

"Mulut kamu tu lincah banget si ngegombalin aku. Lama-lama beneran jatuh cinta sama kamu akunya Al" Rania terbahak, terlebih saat Aleena mengerucutkan bibirnya.

"Kebiasaan deh, lama-lama kamu tu beneran jadi penyuka sesama jenis tau Ran"

"Yah salah sendiri kenapa selalu berhasil bikin aku melambung tinggi coba" Dan celotehan sepasang sahabat itu terus berlanjut seperti biasanya.

🍁🍁🍁

Setelah tamat menengah atas Rania membawa kabar bahwa dia dan pak Ivan resmi berpacaran. Kala itu mereka sudah memasuki bangku perkuliahan dan duduk di semester 4. Perjuangan Rania mendekati pak Ivan membuah kan hasil, mereka akhirnya resmi berpacaran. Jika saat sekolah Rania dan Aleena selalu bersama berbeda saat kuliah. Rania mengambil jurusan kedokteran. Sementara Aleena mengambil jurusan yang berbeda dengan Rania sahabatnya. Ia memilih untuk menjadi guru bahasa inggris. Itu memang sudah menjadi cita-citanya sejak kecil. Mereka memang masih suka bertemu namun tidak sesering saat SMA.

Lalu bagaimana perasaan Aleena saat mengetahui Rania sudah berpacaran dengan Pak Ivan?

Tentu saja ada perasaan sedih. Namun karena rasa tau dirinya, Aleena tak terlalu lama tenggelam dalam kesedihan itu. Sejak awal ia memang sudah mengingatkan hatinya untuk tidak berharap apapun. Karena Pak Ivan ibarat bintang di langit, begitu sulit untuk ia gapai.

Dan lima tahun sudah berlalu, kini Aleena sudah berhasil menyelesaikan kuliahnya setelah 4 tahun berjuang menyelesaikan studi nya di perguruan tinggi.

Aleena berencana memasukkan lamaran ke SMA Pelita Harapan, sekolah nya yang dulu. Karena ia tau gaji guru kontrak di sana cukup tinggi dan bisa menjamin hidupnya.

Namun ada sedikit keraguan karena pak Ivan masih mengajar di sana. Berdasarkan cerita Rania niat awal pak Ivan mengajar hanya sementara namun malah keterusan karena pak Ivan sudah terlanjur nyaman menjadi seorang guru. Ivan mengatakan bahwa jiwanya terasa penuh saat berinteraksi dengan peserta didik. Ia juga merasakan kebahagiaan yang utuh saat siswa-siswi yang ia ajar meraih prestasi yang membanggakan. Jika Aleena mengajar di sana maka ia akan sering bertemu Ivan, dan Aleena takut perasaan nya yang perlahan hilang akan kembali bersemi.

Namun mengingat usaha sang mama yang sedang sepi sekarang membuat Aleena berniat menepis perasaan nya. Semenjak orang tuanya bercerai dan sang papa menikah lagi membuat kehidupan Aleena sedikit kesulitan sekarang. Mereka hidup mengandalkan usaha catering mamanya. Karena papa Aleena tak pernah lagi memberikan nafkah kepada gadis itu.

"Menurut aku sih nggak usah Al, emang kamu nggak ngerasa aneh gitu guru kita dulu malah jadi rekan kerja" ucap Rania saat Aleena menanyakan pendapat gadis itu perihal dirinya yang ingin memasukkan lamaran ke sekolah mereka dulu.

"Ya nggak masalah, aku tetap bisa menempatkan diri Ran. Meski uda jadi rekan kerja tapi aku pernah menjadi siswa mereka. Mereka tetap adalah guru di mata aku. Aku tetap akan bersikap hormat layak nya seorang siswa kepada gurunya" Aleena merasa pendapat Rania terkesan dibuat-buat.

"Kenapa nggak masukin lamaran ke sekolah lain aja sih Al" Aleena tak tau mengapa Rania begitu tidak suka dengan rencana nya.

"Di sana aku uda tau gaji guru kontraknya berapa Ran, lumayan bisa bantu-bantu mama. Karena usaha mama sekarang lagi sepi. Lagian pak Robert guru bahasa inggris kita pernah nawarin aku buat gantiin dia yang udah mau pensiun. Sayang katanya kalau dikasih orang lain" Aleena memang salah satu murid kesayangan pak Robert karena Aleena termasuk siswi yang cerdas dalam pelajaran yang diajarkan nya.

"Terserah kamu lah Al, tapi jangan genit-genit sama pacar aku ya. Kami bentar lagi mau tunangan" Ucap Rania yang membuat Aleena mengerutkan keningnya.

"Emang aku pernah genit ya Ran?" Tanya Aleena serius. Ia merasa selama ini tak pernah bersikap aneh pada lawan jenis.

"Nggak sih" Rania terkekeh

🍁🍁🍁

Chapter 3

Keputusan Aleena sudah bulat, hari ini ia akan memasukkan lamaran nya ke SMA Pelita Harapan. Ia sudah berkoordinasi dengan pak Robert dan beliau menyambut baik niat Aleena.

Gadis itu terlihat begitu mempesona, ia mengenakan rok bahan selutut berwarna hitam yang dipadukan dengan blouse magenta berlengan pendek serta sepatu dengan hak 7 cm menambah kesan jenjang pada betis mulus gadis itu. Rambut kecoklatab bergelombang nya ia ikat tinggi hingga mengeksplore leher mulus Aleena. Gadis itu benar-benar anggun meski hanya dengan polesan make up tipis.

Setelah memastikan penampilan nya Aleena meraih tas dan mencangklong kan nya di lengan lalu mengambil map berisi ijazah, surat lamaran serta daftar riwayat hidupnya.

"Ma, Aleena berangkat ya" Aleena mendaratkan kecupan di pipi wanita nya yang tengah sibuk di dapur menyiapkan pesanan snack untuk acara khitanan anak teman nya.

"Iya sayang hati-hati" Ucap mama Rossa mamanya Aleena. Ia tengah sibuk menata kue ke dalam nampan.

"Doain Aleena diterima ya ma" Ucap Aleena tulus, ia menaruh harapan bisa mengurangi beban sang mama. Ia tak tega melihat mama nya kelelahan, meski ada pegawai namun tetap saja sang mama yang menghandle semuanya.

"Pasti mama doakan sayang, semangat ya"

"Iya, Bye ma" Aleena melambaikan tangan nya lalu segera keluar menuju motor kesayangan nya yang terparkir di halaman rumah. Meski sudah tergolong motor lama namun Aleena tetap bersyukur memiliki kendaraan yang sudah menemaninya semenjak SMA.

Jika saja papanya tidak meninggalkan mereka tidak akan sulit bagi Aleena meminta kendaraan baru, kendaraan berupa mobil sekalipun.

Aleena menggelengkan kepalanya kala hasrat ingin mengeluh menghampiri dirinya.

Ada banyak orang diluaran sana yang nasip nya lebih menyedihkan, bahkan untuk makan pun kesulitan. Mama Rossa selalu mengajarkan Aleena untuk bersyukur dengan apapun yang ia punya. Jangan selalu melihat ke atas agar hati damai.

Tak terasa gadis itu telah tiba di sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak orang kaya itu. Tidak heran jika sekolahnya terlihat begitu mewah dengan fasilitas yang lengkap. Beruntung dulu saat ia masih sekolah di sini sang papa belum bermain gila, kalau tidak ia yakin tak akan bisa membayar uang bulanan dan mungkin ia akan putus sekolah.

Aleena menyalami tangan pak Robert yang telah menunggunya di ruangan guru dengan senyum ramah. Pria itu terlihat begitu kebapakan. Rambutnya yang memutih tak membuat pria itu terlihat kuyu. Ia masih bugar dan bersemangat.

"Apa kabar pak?" Tanya Aleena ramah.

"Bapak sehat, bagaimana dengan mu? kamu semakin anggun dan dewasa" Pujian itu meluncur di bibir pak Robert yang membuat Aleena tersenyum lebar.

"Aleena juga sehat pak, terima kasih pujian nya. Bapak juga semakin tampan dan matang" Keduanya pun tertawa. Sejak dulu Aleena memang akrab dengan pak Robert. namun jangan salah paham dulu dengan kedekatan mereka. Pak Robert sosok yang sangat berwibawa. Bukan tipe pria tua bangka yang genit dan tak tau diri, Aleena bisa merasakan perlakuan pak Robert padanya layaknya perlakuan seorang ayah pada anak nya.

Mata Aleena terpaku kala mendapati sosok Pak Ivan yang duduk tak jauh dari pak Robert. Namun Aleena sedikit terganggu dengan tatapan dan senyuman sinis pak Ivan padanya. Di dalam ruangan itu memang hanya ada pak Robert dan pak Ivan yang baru Aleena sadari keberadaan nya, mungkin beliau baru datang sementara guru yang lain sedang masuk ke dalam kelas.

Aleena mendekat pada pak Ivan dan mengulurkan tangan nya.

"Apa kabar pak" Sapa Aleena sopan, terus terang meski Ivan berpacaran dengan sahabatnya ini pertemuan pertama mereka setelah 4 tahun. Mereka terakhir kali bertemu di hari perpisahan Aleena saat menamatkan pendidikan putih abu-abu nya.

"Baik" Jawab Ivan dingin, ia tak menerima uluran tangan Aleena padanya. Dengan senyum getir Aleena menarik tangan nya kembali. Lalu dengan sopan ia berpamitan untuk kembali menemui pak Robert yang akan menemaninya menghadap kepala sekolah.

Aleena tak habis fikir mengapa Ivan terlihat begitu membencinya, apa kesan pertama pertemuan mereka saat Aleena tertidur di kelas begitu buruk? apa kesalahan itu terlalu fatal hingga Ivan harus membencinya sedemikian rupa? bahkan setelah bertahun-tahun berlalu. Atau memang Ivan adalah tipe orang yang pendendam yang tak bisa mentolerir sekecil apapun kesalahan mengingat ia dulu adalah siswa teladan?

Tapi rasanya dulu ketiduran di kelas adalah kesalahan pertama dan terakhirnya selama mengikuti pelajaran pak Ivan, ia bahkan selalu mengikuti pelajaran dengan baik dan meraih nilai yang tinggi? ah entahlah lebih baik tak usah memikirkan hal yang tidak terlalu penting.

Jika memang pak Ivan tak ingin berhubungan baik dengan nya bukan kah itu bagus, ia tak perlu menjalin komunikasi dan keakraban yang bisa menghambat kematian perasaan nya. Ia juga tak perlu merasa khawatir menghadapi kecemburuan Rania yang begitu sulit diterima nalar nya.

🍁🍁🍁

"Tak perlu khawatir, bapak sudah menghubungi kepala yayasan. Bapak juga sudah memberikan testimoni tentang kamu kepada pak Alan kepala sekolah kita. Kamu pasti diterima" Ucap pak Robert menenangkan Aleena saat mereka akan memasuki ruang kepala sekolah.

"Kayak jualan aja pak testimoni" Aleena tertawa pelan, ia bersyukur guyonan pak Robert berhasil mencairkan suasana hingga ia tak begitu tegang.

Keduanya masuk setelah dipersilahkan oleh pak Alan, mereka duduk di sofa ruangan itu. Terlihat pak Alan mengamati dengan teliti isi map yang diberikan Aleena.

"Pak Robert sudah menjamin kalau kamu adalah pengganti beliau yang tepat. Kami di sini begitu percaya pada kemampuan pak Robert hingga kami tidak akan meragukan usulan nya. Saya harap kamu tidak mengecewakan ya Aleena. Meski kamu sudah diterima dan tak perlu menjalani tes tapi kamu tetap harus menjalani uji coba selama satu bulan ini yah semacam training lah" Aleena begitu bahagia mendengar ucapan pak Alan sang kepala sekolah.

"Kapan mulai masuknya kamu diskusikan dengan pak Robert, karena posisinya kamu menggantikan beliau" Ucap pak Alan lagi.

"Baik pak terima kasih sudah memberi saya kesempatan untuk menjadi bagian dari sekolah ini" Ucap Aleena dengan begitu sopan. Pak Alan mengangguk dan tersenyum ramah.

Setelah berpamitan pak Robert dan Aleena keluar dari ruangan itu dan kembali ke ruangan guru.

"Pak terimakasih sudah merekomendasikan Aleena." Ucap Aleena tulus yang dijawab senyum oleh pak Robert.

"Iya sama-sama, bapak berani merekomendasikan Karena bapak tau kemampuan kamu. Berhubung bapak sudah lama ingin resign tapi pihak sekolah belum memberikan izin sebelum bapak menemukan pengganti bisakah mulai besok kamu menggantikan bapak?" Tidak heran jika sekolah begitu mempertahankan pria ini, pak Robert adalah salah satu guru yang diandalkan, tidak hanya memiliki kemampuan yang baik dalam mengajar pak Robert juga sosok pendidik yang mampu menjadi teladan bagi para siswa nya.

"Iya pak Aleena bersedia" jawab Aleena dengan sukacita. Pak Robert memberikan jadwal pelajaran miliknya, semua kelas yang diajar olehnya kini beralih pada Aleena. Pak Robert memberikan wejangan-wejangan untuk pegangan Aleena ke depan nya.

🍁🍁🍁

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!