...Karya ini diselenggarakan untuk memeriahkan Event Kategori pria (Mengubah Takdir)...
...Semoga kalian suka dengan cerita Author....
...Diwajibkan untuk seluruh Reader untuk memberikan like, dan komen setelah membaca ya!!🥰...
...🌺Happy Reading 🌺...
Bab 1
Wisnu Delio Haris. Seorang pria tampan bertubuh jangkung itu berniat menikahi seorang wanita cantik dari keluarga Buana yang terkenal kaya raya.
Wisnu merupakan anak yatim piatu. Hidupnya yang miskin dan serba kekurangan, apakah bisa untuknya menikahi seorang gadis dari keluarga yang berada?
Genisa Angelia Putri. Merupakan seorang wanita cantik membahana dari keluarga Buana.
Genisa merupakan seorang desainer terbaik dikotanya. Diumurnya yang sudah menginjak 28 tahun, Genisa memilih untuk menikah bersama seorang pria miskin yang bernama Wisnu.
Hal itu tentu ditentang oleh pihak keluarga Genisa. Namun karena kegigihannya dalam membuat keputusan, akhirnya ia menikah bersama Wisnu.
Herlangga Abimanyu. Seorang pria dengan tubuh kekar sedikit berotot. Atas dasar dukungan dari keluarga Genisa. Herlangga berniat untuk merebut cinta lamanya dari Wisnu.
Dengan pendidikan yang tinggi serta merupakan ahli waris tunggal dari keluarga Abimanyu, menambah kekuatan untuknya merebut kembali Genisa dari Wisnu.
*********
Disebuah rumah besar keluarga Buana. Riuh picuh keluarga besar Buana terdengar sangat ramai memenuhi Aula tengah dan nampak mereka dengan santai menikmati segala hidangan yang ada.
”Wisnu! Tolong ambilkan air minum ke dapur” Titah nyonya Rosa. Wisnu yang berdiri disampingnya hanya mengangguk lalu melangkah kedapur dengan sedikit berlari.
“Ini Mi air nya!” Ucap Wisnu setelah kembali ke Aula tengah. Wisnu menyodorkan segelas air dimeja makan depan nyonya Rosa.
Nyonya Rosa mendelikkan matanya, “Aku menyuruhmu mengambil air untuk semua orang” Bentak nyonya Rosa kasar.
Terdengar beberapa orang terkekeh melihat ekpresi wajah Wisnu. “Jika ingin menjadi menantu, kamu harus patuh kepada Mami” Ucap Joni kakak ipar kedua Wisnu.
“Maaf mi. Akan aku ambilkan untuk yang lainnya!’’ Balas Wisnu dengan wajah tertunduk.
“Gak sadar diri. Udah numpang juga ya harus mau bekerja dong dirumah ini” Ucap Anis menimpali. Suara gelak tawa mengejek terdengar mengiringi.
Wisnu hanya menghela nafas panjang mendengar cacian mereka, lalu melanjutkan langkahnya menuju dapur.
“Sabar ya mas!” Ucap Genisa dengan wajah bersalah. Karena ulah keluarganya, Wisnu sebagai suaminya sama sekali tidak dihargai disana.
Wisnu tersenyum, “Tidak apa sayang! Ini sudah menjadi sekuwensi untuk mas yang tidak bisa memberikan apa-apa kepadamu dikeluarga ini” Balas Wisnu tegar. Walaupun sebenarnya ia juga merasa sakit, namun demi Genisa ia akan terus bertahan walau terus dihina.
“Mas mengantar ini kedepan dulu!” sambung Wisnu. Genisa hanya mengangguk pelan seraya menatap kepegian suaminya menuju Aula.
Di Aula.
****
“Nah, itu dia orangnya” Ucap Yunma. Wisnu merasa bingung kala semua orang menatap dirinya penuh selidik.
“Ini airnya” Ucap Wisnu mencoba untuk bersikap santai tanpa memperdulikan tatapan mereka.
“Kamu nyuri uang Mami ya?” Tanya Joni dengan wajah merah padam. Wisnu membulatkan mata, “Tidak kak. Aku tidak akan berani” Jawab Wisnu cepat.
“Alah...Maling mah mana ada ngaku” Timpal Yunma.
“Udah ngaku aja! Lagipula kami semua tau kok kamu itu menganggur selama ini. Dari mana coba kamu mendapatkan uang kalau tidak mencuri” Sambung Anis dengan menatap Wisnu sinis.
“Tidak. Mami percayalah! Aku tidak akan berani melakukan itu” Ucap Wisnu membela diri.
“Laporkan aja dia kekantor polisi Mi! Biar tau rasa dia hidup dipenjara” Ujar Yunma mengompori.
“Wisnu. Aku sudah mengijinkan kamu untuk menjadi menantu dirumah ini. Jadi jangan menjadi benalu yang tidak tau malu dan mencoreng nama baik keluarga Buana” Ucap Nyonya Rosa tegas.
“Tapi aku benar-benar tidak mencuri Mi” Ucap Wisnu masih kekeh dengan pendiriannya. Karena memang dia tidak merasa mengambil uang itu.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa dukung karya ini dengan Like, komen dan vote ya teman-teman.
Bab 2
“Tapi aku benar-benar tidak mencuri Mi” Ucap Wisnu masih kekeh dengan pendiriannya. Karena memang dia tidak merasa mengambil uang itu.
“Ada apa ini?” Tanya Genisa yang baru sampai di Aula. Karena dia sedikit mendengar kegaduhan, ia memilih untuk melihat apa yang terjadi di Aula.
“Ini. Suami mu mencuri uang Mami” Balas Yunmi ketus.
Genisa membulatkan mata, menatap suaminya sejenak. Nampak Wisnu hanya menggeleng dengan ekpresi memelas.
“Aku yakin bukan suamiku yang mengambilnya” Ucap Genisa kemudian.
“Kamu selalu saja membela suamimu itu Genisa. Sudah jelas-jelas bahwa dia bersalah” Celetus Joni.
Genisa menatap kakak keduanya itu dengan tajam, “Apa Mas punya bukti?” Tanya Genisa penuh selidik.
“Ya,,Sudah jelas Wisnu. Karena disini hanya dia yang gak punya uang dan pekerjaan. Itu sudah membuktikan bahwa dialah pelakunya” Balas Joni mantap. Walaupun sedikit tergagap namun ia begitu yakin akan pikirannya.
“Kalau begitu ayo kita lihat cctv saja! Dengan begitu kalian akan tau siapa pencuri dirumah ini” Ucap Genisa tegas.
Nampak mereka semua saling melempar pandangan. Mereka lupa, bahwa Genisa juga merupakan anggota keluarga Buana. Genisa jelas tau betul setiap sudut ruangan yang di pasangi cctv dirumah itu, dengan begitu pelaku pencurian uang akan cepat diketahui.
Tidak ada yang menjawab perkataan Genisa. Suasana menjadi hening sejenak, hingga sebuah suara seorang pria dari pintu depan terdengar.
“Siang semuanya! Papi terlambat ya” Seru tuan Bristama yang merupakan ayahnya Genisa.
Mereka semua tersenyum senang. Namun tidak untuk Genisa. Mata Genisa terfokus kepada seorang pria yang ada disamping ayahnya. Seorang pria yang begitu Familiar untuknya.
“Wah Herlangga. Sudah lama kita tidak berjumpa! Tante kangen sama kamu” Ucap nyonya Rosa senang. Ia langsung memeluk Herlangga dengan bangga.
“Silahkan duduk!” Lanjut nyonya Rosa lagi dengan ramah. Herlangga yang sedari tadi menatap Genisa, kini beralih dan menduduki bokongnya di sebuah bangku disana.
Sementara itu. Wisnu menatap dengan lekat bagaimana istrinya Genisa menatap seorang pria bernama Herlangga itu sejak tadi. Ya, Wisnu memang tidak mengenali Herlangga. Karena mereka memang belum pernah bertemu sebelumnya.
“Genisa? Ayo duduk! Kenapa mematung saja sejak tadi?” Ucap Herlangga. Seketika membuyarkan lamunan Genisa sejak tadi.
“Maaf Herlangga. Aku tidak bisa. Kalian lanjutkan saja acara makan-makannya. Aku akan pergi keluar bersama Mas Wisnu” Balas Genisa cepat, dan membawa Wisnu pergi dari sana.
Genisa tau betul bagaimana kegundahan hati suaminya saat ini dengan kehadiran Herlangga yang diagung-agungkan oleh kedua orang tuanya itu.
*******
“Mami gak mau tau! Kamu harus tinggalkan Wisnu dan menikah bersama Herlangga” Tegas nyonya Rosa.
Genisa terisak, “Aku gak mau mi! Aku mencintai mas Wisnu, bukan Herlangga” Bentak Genisa masih dengan pendiriannya.
“Apa yang kamu harapkan dari Wisnu. Hidupnya pengangguran dan hanya mengamdalkan jualan sepatu bekasnya itu? Memangnya kamu bahagia jika harus membuat orang tuamu terbebani karena harus membiayai hidup suamimu yang tidak tau diri itu” Bentak nyonya Rosa tidak kalah geramnya.
“Pokoknya Genisa gak mau nikah sama Herlangga, titik” Ucap Genisa mantap dan pergi meninggalkan ibunya diruang kerjanya.
“Genisa? Kemana kamu Genisa? Mami belum selesai bicara” Teriak nyonya Rosa keras. Namun Genisa tidak menggubrisnya dan tetap pergi dari sana.
“Sudahlah ma. Jangan terlalu memaksakan. Suruh dengan perlahan saja” Ucap Pak Bristama mengingatkan istrinya Rosa.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan Lupa tinggalkan jejak kalian ya! Dengan Like dan komen.
Bab 3 Perkelahian
“Sudahlah ma. Jangan terlalu memaksakan. Suruh dengan perlahan saja” Ucap Pak Bristama mengingatkan istrinya Rosa.
Nyonya Rosa nampak membuang nafas kasar, lalu duduk disebuah sofa yang ada didekatnya dengan wajah yang merah padam.
“Ini semua karena Wisnu. Jika saja Wisnu tidak hadir didalam hidup Genisa. Genisa tidak akan menjadi pembangkang seperti ini” Ucap Nyonya Rosa geram.
Sementara itu, Wisnu yang sejak tadi berdiri di balik dinding sedikit dekat dengan pintu itu, hanya bisa menarik nafas dengan dalam. Bahkan kesedihanya saat ini begitu menyiksanya. Apa yang harus ia lakukan? Jika hati dan perasaannya masih sangat mencintai Genisa, namun tidak bisa berbuat banyak karena ketiadaan dirinya dalam memenuhi segala kebutuhan istrinya.
“Haruskah aku menyerah karena ketidak mampuanku? Atau harus bertahan dengan segala kehinaanku?” Batin Wisnu.
Sebagai seorang suami, sudah lumrah bahwa seorang suami sudah selayaknya bertanggung jawab atas segala kebutuhan istri. Namun bagaimana jika seorang suami tidak bisa memenhui itu semua?
Didalam kamar.
Wisnu berjalan dengan gontai, tatapannya begitu kosong.
“Mas? Kamu kenapa?” Tanya Genisa cepat, kala mendapati suaminya yang berjalan dengan tidak semangatnya.
Wisnu mengangkat wajahnya yang tertunduk, mensejajarkannya dengan wajah istrinya.
“Maafkan mas Genisa. Mas rasa, Mas sudah tidak bisa mempertahankan pernikahan ini lagi. Mas sungguh tidak berguna, mas hanyalah orang miskin yang tidak punya apa-apa. Bagaimana bisa mas membahagiakan kamu?” Ucap Wisnu dengan mata yang berkaca-kaca.
“Apa maksud mu Mas? Aku mencintaimu. Jangan dengarkan omongan mami sama kakak-kakak ku! Mereka hanya ingin kita berpisah” Ucap Genisa.
“Tapi apa yang mereka bicarakan itu memang benar adanya. Sebagai suami, mas sunggu tidak berguna” Balas Wisnu putus asa.
Genisa memegang kedua bahu suaminya dengan lembut, ”Mas dengarkan Genisa! Apapun yang terjadi kita harus tetap bersama. Aku mencintai mu mas” Ucap Genisa meyakinkan suaminya.
“Tapi bagaimana dengan mami yang ingin menjodohkan kamu bersama Herlangga?” Tanya Wisnu.
“Aku tidak mencintai Herlangga mas! Apa mas ingin melihat aku menderita bersama Herlangga?” Tanya Genisa balik.
“Tidak” Jawab Wisnu singkat.
Genisa tersenyum, “Kita harus tetap saling menguatkan mas. Agar kita tetap bersama” Ucap Genisa seraya memegang kedua tangan suaminya lembut.
********
Keesokan harinya.
Wisnu berjalan menyusuri jalanan setapak. Matanya memandang kesana-kemari menyelusuri setiap gedung yang ia lewati. Terik matahari pun menambah gerah ditubuhnya semakin menjadi-jadi. Wisnu sedikit menyeka keringat yang membasahi wajahnya.
“Harus kemana lagi aku mencari pekerjaan” Ucap Wisnu frustasi. Wisnu langsung mendaratkan bokongnya disebuah kursi ditepi jalan untuk beristirahat sejenak.
Namun tiba-tiba acara istirahatnya terhenti disaat ia lihat seorang kakek tua berlari tergopoh-gopoh meminta pertolongan. Nampak ada beberapa preman bertubuh kekar sedang mengejar kakek itu.
Tanpa menunggu lama, Wisnu langsung berlari menuju kakek itu.
“Hei” Pekik Wisnu lantang.
Tiga orang preman itu menghentikan langkahnya, “Jangan ikut campur!” Teriak salah satu preman yang tidak kalah lantangnya.
“Tolong kakek nak!” Ucap kakek dengan wajah memelas. Bahkan tubuhnya terlihat sudah tidak berdaya.
Wisnu menatap ketiga preman itu dengan sorot mata tajam.
“Jika kamu tidak ingin pergi, maka jangan salahkan kami untuk membunuhmu” Ancam preman itu.
Wisnu hanya menyeringai, “Coba saja kalau kalian bisa” Jawab Wisnu dengan penuh percaya diri.
Preman itu menggeram, tangannya mengepal dengan keras.
“Hiyaaaaaaa” Baku hantam pun terjadi disana.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya. Dengan like dan komen ya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!