Candy Salsabila, seorang gadis berusia sembilan belas tahun, dan baru saja lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan harus rela menunda kuliahnya karena kekurangan biaya.
Meskipun dari kalangan menengah kebawah, perawakan Candy hampir sempurna. Ia dianugerahi wajah yang manis dengan mata bulat, rambut ikal, dan hidung mancung. Sedangkan ia mempunyai sifat ceria dan suka menolong. Hanya saja kehidupan ekonominya tidak seberuntung teman-temannya.
Kini berbekal ijazah SMK-nya, ia pun mencoba peruntungan untuk bekerja di sebuah perusahaan sebagai office girls. Sebuah pekerjaan yang jauh dari impiannya tetapi tidak ada pilihan lain untuknya.
"Bismillah, Ibu, Bapak, mulai hari ini Candy bekerja, doakan biar pekerjaan hari ini lancar tanpa kendala ... Aamiin," begitulah doa yang dipanjatkan Candy ketika menatap bangunan besar di hadapannya.
Hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Beruntung dia ketemu teman kerja yang baik, Luna itulah namanya. Setidaknya ia tidak merasa kesepian di tempat kerjanya.
"Hai, aku Luna patner kerjamu, nama kamu siapa?"
"Candy, panggil saja begitu, Kak."
"Oke, semoga kita bisa menjadi patner yang baik ya," ucap Luna sambil mengulurkan tangannya.
Candy pun menjabat tangan Luna sambil tersenyum.
"Iya, Kak, Aamiin ..."
Candy menampilkan senyuman termanisnya dan sejak hari itu pula mereka berteman.
.
.
Sayangnya di hari pertama bekerja, ia salah masuk ruangan. Tadi pagi ia memang disuruh mengantar minuman ke salah satu petinggi perusahaan. Tetapi karena ia belum hafal setiap ruangan yang ada, ia pun salah masuk ke dalam ruangan CEO.
Tok
Tok
Tok
"Permisi ..."
Ceklek ... pintu ruangan CEO terbuka, Candy melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
Kedua orang di dalam ruangan itu terdiam ketika melihatnya masuk. Hawa dingin tiba-tiba menyerang Candy.
"Ma-af Pak, sepertinya saya salah masuk ruangan," ucap Candy sedikit terbata ketika menyadari ada hal yang salah dengan pekerjaan kali ini.
Sorot mata tajam dari seorang lelaki tampan dengan kesempurnaan hampir mendekati angka seratus itu kini terdiam dan menatap dirinya yang masih berada di ambang pintu. Belum lagi sorot mata seorang ibu-ibu yang juga menatapnya tajam.
Candy hanya bisa meringis sambil memamerkan seluruh barisan gigi putih-nya terhadap mereka. Sayangnya tak ada senyum yang terpancar dari keduanya. Sehingga membuat ia semakin ketakutan.
"Maaf saya permisi ..." Candy beringsut mundur beberapa langkah."
"STOP disitu!" Ezza mulai berbicara.
Kedua kaki Candy terasa ngilu akibat tatapan mereka dan instruksi Ezza barusan. Apalagi beberapa saat lalu mereka terdengar sedang bertengkar. Bodohnya, ia tetap masuk ke dalam, ia pun merutuki kebodohannya.
"Apa aku salah dalam berucap ya?" batin Candy.
Candy menjadi semakin bermonolog pada dirinya sendiri. Begitu pula dengan Ezza, sama-sama terdiam dan entah dia sedang berpikir apa, hanya saja pandangan matanya membuatnya semakin risih.
"Cantik banget, siapakah dia?" batin Ezza terus bertanya.
"Ezza ..." gertak ibundanya.
"Yes, Moms ..."
"Jangan melamun, dan kamu ..." ucapnya sambil menatap Candy.
"I-iya Nyonya," jawab Candy tergagap.
"Cepat taruh minumannya disini dan kamu silahkan pergi."
"Ba-baik."
Dengan langkah sedikit tertatih ia pun hampir menumpahkan salah satu cangkir pada Nyonya Hadi.
"Hmm ... mau saya pecat?" terdengar suara berat Nyonya itu.
"Ma-maafkan saya nyonya," ucap Candy sambil menunduk.
"Sudah Bu, maafkan dia."
"Memang siapa dia?" tanya Nyonya Hadi penasaran.
"Lebih baik aku ber-acting sekarang," batin Ezza.
Ezza mulai merapikan pakaiannya.
"Kemarilah, Sayang," ucap Ezza pada Candy.
"Sa-saya, Pak," ucap Candy menunjuk dirinya sambil ketakutan.
"Iya kamu, memang ada siapa lagi selain kamu?"
Mulut Candy masih menganga tak percaya. Sedangkan Ezza dengan langkah panjangnya ia menghampiri Candy. Tanpa permisi, salah satu tangannya meraih pinggang Candy.
Deg, jantung Candy serasa mau copot ketika pinggangnya tersentuh tangan laki-laki itu.
"Daripada di suruh nikah dengan orang lain yang belum pernah ia lihat, mending ia memperdaya salah satu karyawannya," begitu pemikiran Ezza.
Bukannya membuat situasi membaik, keringat dingin malah mengucur di kening Cindy.
"Drama apa lagi ini, Tuhan?" batinnya.
Sedangkan Ezza menyunggingkan senyumnya.
"Moms, Mommy gak perlu repot-repot. Kenalin ini pacar aku sekaligus calon istriku."
"Apa maksud kamu, Nak?"
Keterkejutan Nyonya Hadi makin menjadi ketika anaknya mulai menjelaskan semuanya.
Ternyata tadi sebelum Candy datang, mereka terlibat perdebatan tentang rencana perjodohan Ezza. Beruntung, Candy datang, sehingga Ezza mengambil keputusan untuk memperkenalkan Candy sebagai calon istri Ezza, ketimbang mengikuti perjodohan ibundanya.
"Baiklah Mommy percaya padamu."
"Minggu depan aku akan secara resmi melamarnya."
"Kenapa secepat itu?"
"Karena niat yang baik harus disegerakan," ucap Ezza dengan sebuah kerlingan manis.
Antara percaya atau tidak, Nyonya Hadi mau tidak mau menyetujui rencana putranya. Apalagi Ezza sudah mempersiapkan segalanya bahkan tanggal pernikahan dan gedung juga sudah dipersiapkan olehnya.
Jangan ditanya ekspresi Candy dan detak jantung Candy. Rasanya ia ingin pingsan saja saat itu, tetapi sialnya ia malah terdiam seribu bahasa ketika Ezza menjelaskan semuanya.
"Ya Allah, kenapa aku harus ketemu Pak Boss hari ini?" batinnya seketika menjerit.
.
.
Setelah Nyonya Hadi pergi, Ezza mulai menjelaskan semuanya pada Candy.
"Hei kamu, maaf jika kamu harus terlibat dalam rencanaku kali ini. Aku tidak punya pilihan lain selain menjadikanmu calon istriku."
"Lagipula, kau pasti belum punya pacar, bukan?"
Candy masih terdiam membisu akan semua perkataan Ezza barusan.
"Darimana bapak mengetahui kalau saya belum punya pacar?"
"Tentu saja dari ketegangan yang kamu tunjukkan ketika aku memegang pinggangmu tadi."
"Astaga, nih Pak Boss mesum amat ya?" batinnya.
"Sudah, kamu harusnya bersyukur bisa menikah dengan saya, karena aku pemimpin perusahaan tertinggi di sini."
"Ha-ah, ja-jadi Bapak CEO di sini?"
"Iya," ucap Ezza dengan bangga.
Ia juga baru menyadari kalau Ezza adalah CEO perusahaan dimana ia bekerja.
"Ta-tapi Pak, kita belum saling mengenal."
"Tenang saja, kita bisa saling mengenal saat sudah menikah nanti," ucap Ezza tepat di salah satu telinga Candy.
Tentu saja hal itu membuat Candy merasakan hal aneh menjalar ke tubuhnya. Setelah adu argumen ahirnya Candy setuju.
"Satu lagi, aku akan persiapkan sejumlah uang untuk membiayai seluruh pengobatan ayahmu sampai beliau sembuh."
"Tidak apa-apa kan menjadi egois untuk sesaat," batinnya.
Lagi pula ia sedang membutuhkan biaya banyak untuk pengobatan ayahnya.
"Baiklah saya setuju."
Mungkin dengan cara itu, Tuhan sedang menunjukkan jalannya. Tetapi ia juga tidak mau mempermainkan sebuah pernikahan.
Ditatapnya lelaki tampan di depannya itu dengan sejuta asumsi. Tetapi entah bagaimana, Candy sudah jatuh cinta terhadapnya sejak pandangan pertama.
Candy memang gadis lugu, terlebih ia belum pernah mempunyai pacar, tentu saja Ezza dapat dengan mudah segala informasi tentang calon istri palsunya itu. Bagi Ezza lebih baik begini daripada ia harus dipusingkan dengan perjodohan yang diatur ibunya.
Dengan langkah gontai, Candy keluar dari ruangan CEO, ia pun kembali ke bagian pantry. Luna yang sejak tadi belum mendapati Candy sedikit cemas. Tetapi saat melihat batang hidung temannya itu, ia pun bahagia dan segera menghampirinya.
"Hei, darimana saja sih, kok lama banget baliknya?"
"Kok kamu pucet banget? kamu sakit?"
Luna yang pada dasarnya banyak bicara, membuat Candy seketika pusing. Apalagi banyak sekali pertanyaan yang diajukan padanya.
"Kak Luna bisa diem nggak?"
"Eh ..."
"Biarin aku bercerita."
"Oke."
Candy ahirnya bercerita tentang permintaan CEO-nya barusan. Bukannya sedih, Luna justru menyemangatinya.
"Wihh, asyikkk ahirnya temanku jadi Cinderella dalam semalam ..." ucapnya kegirangan.
.
.
Hari yang ditunggu tiba, Ezza benar-benar memenuhi janjinya. Beberapa hari yang lalu, Candy sudah memberitahukan hal ini pada kedua orangtuanya.
Meskipun kaget dan terkesan mendadak, lamaran dari Ezza diterima baik oleh keluarga Candy. Satu bulan kemudian pernikahan keduanya akan segera dilaksanakan.
.
.
Satu bulan kemudian ....
Hari berbahagia itu ahirnya tiba. Pernikahan dilakukan di kediaman Candy. Pagi itu semuanya terpukau pada kecantikan Candy yang semakin berlipat karena polesan make-up. Tidak dandan saja ia sudah cantik dan manis, terlebih lagi saat ini, oh sungguh Ezza tidak salah memilih istri.
"Kamu benar-benar cantik Candy," ucap Ezza lirih.
Ezza yang awalnya grogi karena akan melakukan ijab qobul, menjadi semakin mantap untuk menikahinya setelah terpukau akan kecantikan Candy.
Setelah semuanya siap, ayah mempelai wanita pun membacakan lafal ijab. Suasana tampak hening seketika, lalu Ayah Candy berucap sambil menjabat tangan Ezza
"Saya nikahkan engkau Rean Ezza Hadi Wijaya bin Hadi Wijaya dengan Candy Salsabila binti Muhammad Gaffar dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan satu set perhiasan emas 18 carat dibayar tunai."
Dengan satu tarikan nafas Ezza mengucap lafal kabul.
"Saya terima nikahnya Candy Salsabila binti Muhammad Gaffar dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan satu set perhiasan emas 18 carat dibayar tunai."
"Bagaimana saksi?" tanya Pak Penghulu.
"Sah," ucap semua hadirin dan para saksi.
"Alhamdulillah," ucapnya.
Lalu mereka membaca doa bersama sama. Setelahnya Candy dibawa untuk duduk di sebelah Ezza dan ikut menandatangi semua dokumen pernikahan.
Pesta pernikahan berlangsung sangat meriah di kediaman Ezza. Banyak kolega bisnis yang datang memenuhi undangan salah satu orang ter-kaya di Indonesia itu.
Meski banyak kasak kusuk yang beredar tetapi kaki tangan Ezza dan Tuan Hadi mampu membungkam mulut mereka. Candy yang awalnya takut, kini ia pun pasrah terhadap takdirnya.
Raut wajah Tuan Hadi Wijaya sangat berseri-seri saat itu, seperti wajah kedua pengantin yang sama-sama bahagia. Tetapi sayangnya ada satu orang yang tidak menyukai hal itu, siapa lagi kalau bukan Nyonya Hadi Wijaya.
.
.
Beberapa bulan kemudian ....
Karena pernikahan mereka adalah pura-pura, di awal pernikahan mereka banyak sekali kecanggungan diantara mereka. Lambat laun, Ezza pun semakin terjebak cinta dengan Candy.
Ketulusan Candy dalam melayani Ezza membuat suaminya itu jatuh cinta padanya. Mungkin inilah yang dinamakan nikmatnya pacaran setelah menikah.
Mereka mencoba saling mencintai satu sama lain, hingga ahirnya Candy dinyatakan hamil. Tentu saja hal itu membuat Tuan Hadi bahagia luar biasa, begitu pula dengan Ezza dan Candy.
.
.
Siang itu ...
"Mas, tatap aku sebentar dong," rengek Candy di ruang kerja Ezza.
Ezza masih sibuk dengan berkas-berkas di tangannya. Karena kesal, Candy buru-buru mendekatinya dan memberinya sebuah kotak kado. Ezza menautkan kedua alisnya karena perlakukan tiba-tiba istrinya.
"Apa ini sayang?"
"Buka dong mas, ihhh, nyebelin!"
Melihat istri kecilnya merajuk, Ezza tersenyum lalu ia mulai merapikan pekerjaannya dan membuka kado itu.
"I-ini?" ucapnya terkejut.
"Surprise ... aku hamil sayang," ucap Candy dengan berbinar.
"Alhamdulillah sayang, ahirnya kamu hamil," ucap Ezza berbinar ketika Candy memberikan tes pack miliknya.
Tak butuh waktu lama, Ezza segera menghadiahi istri kecilnya itu dengan ciuman bertubi-tubi dan memeluknya erat. Sungguh sebuah kado indah tepat di hari kelahirannya, membuat Ezza semakin mencintai Candy.
Kedatangan Candy bagaikan malaikat dalam kehidupan Ezza. Ia mampu merubah sosok Ezza yang dulu sedingin es batu, kini sudah lebih bisa bergaul dengan sesamanya dan lebih menghormati kedua orangtuanya.
Selama kehamilan Candy, ia dilimpahi segala kasih sayang dari suami serta ayah mertuanya. Bagai seorang putri, Candy benar-benar mendapatkan sebuah keberuntungan karena menikah dengan Ezza.
Meski begitu tak sedikit yang mencemooh latar belakang Candy, tetapi hal itu bisa terbungkam oleh kaki tangan Ezza dan ayahnya.
Waktu bergulir dengan cepatnya, sampai ahirnya tibalah Candy untuk melahirkan.
"Mas sakit ..." keluh Candy yang hampir menangis karena kontraksi yang ia rasakan.
Ezza menggenggam tangan istrinya, tak lupa ia mengecup keningnya dan membisikkan doa-doa serta penyemangat untuk Candy.
"Kamu pasti bisa sayang, aku disini menemanimu."
Dengan ditemani suami ahirnya, Candy melahirkan Daffin dengan persalinan normal di salah satu rumah sakit terbaik di Indonesia.
Semua bersuka cita akan kelahiran calon penerus keluarga besar Hadi Wijaya dan perusahaan H&W Group.
Meskipun begitu, restu ibunya belum juga di dapat oleh Candy. Ibu mertunya itu sejak awal pertemuan sampai saat ini, sama sekali tidak merestui pernikahan putra satu-satunya itu.
.
.
~Bersambung~
Sejak kehadiran Daffin, kasih sayang Ezza semakin tercurah pada istrinya. Padahal dulu Ezza sangat sulit untuk mencintai wanita. Bahkan saat dia kuliah di luar negeri, banyak yang mengira kalau Ezza tidak suka wanita dan lebih menyukai pria.
Tidak salah, Candy pun awalnya ragu dengan Ezza yang tidak mempunyai riwayat pacaran seperti halnya dirinya. Sampai ibunya bersikeras menjodohkan Ezza dengan salah satu anak teman sosialitanya. Sayangnya takdir berkata lain.
Pertemuan tidak sengaja dengan Candy membuatnya menemukan cinta sejatinya. Ezza memang sulit jatuh cinta, karena sejujurnya Ezza tidak suka bermain perasaan.
Selama ini Ezza memegang teguh prinsipnya, jika ia sudah mencintai satu wanita, maka ia akan mempertahankannya sampai nanti dan tidak akan pernah membagi cintanya.
Ia juga bukan tipikal lelaki romantis, jika ia ingin menunjukkan keromantisan yang ada pada dirinya, ia lebih memilih melalui tindakan ketimbang kata-kata.
.
.
Sedangkan Candy masih gadis bau kencur. Ia tidak pernah berfikir untuk jatuh cinta ataupun menikah muda. Tetapi kini, di usia dua puluh tahun, ia sudah menjadi seorang ibu muda. Seorang istri dari CEO H&W Group, Rean Ezza Hadi Wijaya.
Beruntungnya Ezza selalu membimbing Candy yang masih labil. Ezza benar-benar berubah menjadi sosok yang penyanyang, lembut dan bertanggung jawab pada istri kecilnya.
Ketulusan hati Ezza berbalas cinta dan kasih sayang dari Candy. Meski rentang usia mereka lumayan jauh, tetapi Ezza selalu mampu mengimbangi Candy. Mereka pun saling melengkapi satu sama lain. Tetapi sayangnya sikap Ibu Ezza berbeda.
Saat ada Ezza, Nyonya Hadi memperlakukan Candy dengan sangat baik, tetapi saat Ezza tidak ada perlakuan ibu mertuanya berubah. Hal itu terus berlangsung tanpa sepengetahuan Ezza. Sampai suatu saat Ezza menemukan Candy terisak di dalam kamarnya. Kebetulan siang itu ia pulang karena ada berkas yang teringgal.
Hiks ... hiks ... hiks ....
"Ibuk, Candy tidak kuat ... "
Hiks ... hiks ... hiks ...
Tanpa berpikir panjang, Ezza langsung masuk kamar dan memeluk istri tercinta, ia membelai lembut kepala Candy. Ezza takut terjadi apa-apa padanya. Apalagi ia paham, usia istrinya sangat muda, harusnya ia masih mengenyam pendidikan bukan menjadi ibu rumah tangga seperti saat ini.
“Ada apa sayang? Apa ada yang menyakitimu, hmm.”
Candy membungkam, sampai Daffin yang berusia dua setengah tahun masuk ke dalam kamar.
"Pa-pa ..."
"Hai jagoan ayah, sini sayang," ucap Ezza lembut pada putranya.
Setelah nyaman berada dipangkuan ayahnya, Daffin mengucapkan kata-kata yang sulit ia percaya.
“Ne-nek abis mukul mama, yah.”
“A-apa!!”
Direngkuhnya tubuh putra kecilnya lalu ia pun memanggil pengasuh Daffin untuk memberikan keterangannya. Serentetan pertanyaan meluncur dari Ezza pada pengasuh Daffin.
"Cepat ceritakan apa yang membuat istriku menangis!" titah Ezza pada pengasuh Daffin.
Setelah mendengar semuanya, ia pun kaget. Tetapi ia tidak boleh menyakiti ibu atau istrinya. Ahirnya Ezza memilih jalan tengah, ia memutuskan untuk pindah dari rumah kedua orangtuanya.
.
.
Singkat cerita ...
Tanpa pikir panjang, Ezza dan keluarga kecilnya pindah ke rumah yang ia beli khusus beberapa tahun lalu. Meski awalnya ayahnya melarang, tetapi Ezza berhasil meyakinkan ayahnya.
Sejak melihat cucu pertamanya lahir, Nyonya Hadi semakin membenci Candy dan cucunya. Terlebih sekarang Candy malah mengajak Ezza pergi. Bukannya memperbaiki keadaan, rasa benci di hati Nyonya Hadi semakin menjadi.
Terbesit rasa untuk memisahkan Ezza dengan istrinya itu. Sampai ahirnya cara licik ia gunakan untuk menyingkirkan Candy dari Ezza.
.
.
Sebelumnya Nyonya Hadi meminta maaf pada Candy untuk semua kelakuannya selama ini, lalu ia sengaja mengajak Candy pergi mengunjungi salah satu teman sosialitanya.
"Candy, sebagai menantu yang baik, kamu ikut ibu sekarang."
"Kemana Bu? Mas Ezza melarangku keluar rumah."
"Sudah ikut saja!"
"Ta-tapi ..."
"Gak ada tapi-tapian, pokoknya kamu harus ikut."
Meski batinnya menolak, demi membahagiakan ibu mertuanya ia pun menyetujuinya.
Dengan alasan ingin memperkenalkan menantu pada teman-temannya Candy pun ikut ibu mertuanya itu.
Sampai di sana, ia pun menjalankan rencananya.
"Kenalkan ini menantuku yang aku ceritakan waktu itu."
Lalu Candy pun mulai berbaur dengan teman ibu mertuanya. Tapi setelah ia meminum minuman yang disuguhkan tuan rumah, ia pun pingsan.
Senyum kemenangan terbit di bibir Nyonya Hadi. Ia pun segera menjalankan aksinya, ia sengaja menjebak Candy seolah-olah berhubungan badan dengan seorang lelaki. Kegiatan itu, berhasil direkam lalu dikirim langsung ke ponsel Ezza dengan nomer yang tidak di kenal.
Jebakan Nyonya Lily berhasil sempurna tanpa sepengetahuan Candy.
"Rasakan menantu si-alan, sebentar lagi anakku akan membuangmu!" ucap Nyoya Hadi penuh kemenangan.
Setelah melakukan semua itu dengan bersih, dan Candy sudah siuman, Nyonya Lily bersikap biasa dan mengajak Candy pulang.
Ia pun menunggu hasil pekerjaan itu dengan tenang di rumahnya. Di satu sisi Ezza tampak menahan amarah dan bersiap menghukum Candy di rumah nanti.
Bagaimana bisa, istri yang sangat ia cintai bermain kotor dibelakangnya. Apa kasih sayang dan cinta darinya tidak cukup. Ezza benar-benar tidak habis pikir akan kelakuan istrinya itu.
Seketika Ezza dibakar cemburu luar biasa. Ia geram karena cinta pertamanya sekaligus istri yang amat ia hormati melakukan hal keji seperti itu.
“Dasar wanita murah-an, beraninya kamu mempermainkan cintaku seperti ini.”
Tangannya mengepal erat, matanya memancarkan kemarahan, dan kini seolah-olah darah di tubuhnya sudah mendidih.
Ezza meluapkan kekesalannya pada berkas-berkas di meja kerjanya. Seketika rasa sakit menjalar di menusuk jantungnya. Konsentrasi kerja Ezza terbelah sampai ahirnya ia pun memilih untuk segera pulang.
Sementara itu efek obat tidur itu nyatanya sedikit meninggalkan efek pusing, Candy pun meminum obat untuk meredakan hal itu. Sampai ia tidak menyadari ketika suaminya pulang.
Ketika Ezza pulang ke rumah, melihat istrinya amarahnya tidak terbendung lagi dan ia pun langsung menghadiahkan sesuatu untuk istri tercinta.
PLAKKK!!!
Perih, panas dan keterkejutan menjadi satu. Candy tidak menyangka suaminya menjadi ringan tangan. Apa ada yang menyakiti perasaanya, sehingga ia menjadi tempat pelampiasan amarah suaminya itu, batin Candy.
Tatapan tajam dari Ezza nyatanya mampu membuat Candy ketakutan. Ia tidak pernah melihat kemarahan sebesar ini pada suaminya.
“Dasar wanita ja**** beraninya kau menghianatiku, hah!!!”
Di raihnya rambut Candy dan ditariknya kuat-kuat.
“Aa-ampun masss ... sa-sakit!!” rintih Candy.
“Apa cinta dan kasih sayang dariku tidak berarti selama ini buatmu, hah!!”
Bukannya mereda, Ezza semakin membabi buta menyiksa Candy. Semua luapan amarah ia berikan pada Candy tanpa meminta keterangan dari istrinya. Tentu saja hal itu membuat Candy terisak.
"Aa-ampun masss ... hiks ... hiks ... hiks ..."
Belum lagi rasa perih di wajah dan tubuhnya, tetapi perkataan dari suaminya yang mengatakan wanita ja**** membuatnya frustasi. Ia bahkan tidak memperdulikan sudut bibirnya yang berdarah dan luka lebam di keningnya.
Pengasuh Daffin sempat mendengar keributan di kamar majikannya. Karena takut hal itu mempengaruhi perkembangan Daffin, dengan cepat pengasuhnya membawanya pergi menjauh.
Setelah puasa menyiksa istrinya, Ezza pergi ke kamar mandi, ia mengguyur tubuhnya dengan air shower.
"Apa yang sudah aku lakukan pada istriku?" jerit batin Ezza.
Ia pun menyesali perbuatannya, tetapi mungkin itu sudah terlambat. Candy sudah ketakutan luar biasa. Bahkan ia masih duduk di tempat yang sama.
.
.
Beberapa bulan kemudian...
Sejak saat itu Ezza menjadi dingin pada istrinya. Bahkan perlakuannya berubah total, dia sering melampiaskan segala amarahnya pada istrinya itu tetapi setelah amarahnya padam, ia pun meminta dirinya dilayani sebagai suami.
Setelah puas menyiksa istrinya, Ezza tidur dengan nyamannya. Di sisi lain, batin Candy semakin terluka. Ia benar-benar frustasi, dipandanginya wajah suaminya yang sudah menemaninya beberapa tahun ini.
"Mas, sampai kapanpun aku tetap mencintaimu, meskipun kamu membenciku, hiks.."
Setiap hari, setiap malam batin Candy tersiksa.
Meski perlakukan Ezza tidak sama, tetapi ia tetap melakukan semua perintaan suaminya. Kebiasaan Ezza bersamanya juga berubah total. Candy hanya dianggap sebagai pemuas nafsunya saja, tetapi fisik dan hatinya juga terluka akan perkataan pedas suaminya.
Ezza benar-benar sudah terhasut oleh rencana yang sudah disusun rapi ibunya. Meski Candy tau tetapi ia juga tidak bisa mengatakan hal itu karena ia tidak mempunyai bukti. Sedangkan di sana, Nyonya Hadi bahagia di atas perderitaan anak dan menantunya.
"Tuhan, jika memang suamiku salah paham padaku, semoga suatu hari nanti engkau membukakan hatinya kembali seperti dulu. Sama seperti saat aku mengenalnya. Aamiin."
...~BERSAMBUNG~...
.
.
Assalamualaikum semuanya, maaf karena ini NOVEL Kontes update nunggu feedback dari editor ya.. mohon maaf buat yang nunggu lama🙏
.
.
..."JANGAN LUPA KOMEN, LIKE dan TEKAN ❤"...
...Terimakasih...
Selama beberapa bulan kemudian perlakuan Ezza tak kunjung membaik, ia bahkan sering pulang malam dan lebih suka menghabiskan waktu bersama sahabatnya ketimbang bersama keluarga kecilnya.
"Mas dari mana kok baru pulang?" tanya Candy hawatir setelah memergoki suaminya baru pulang ketika penunjuk waktu di angka dua belas.
"Darimana aku pergi, kamu gak perlu tau."
Meski tertatih, Ezza menolak bantuan dari Candy.
Bukan hanya itu, Ezza bahkan tak memberinya kabar, sedang apa dan berada dimana, Candy tak pernah tau.
Seperti malam itu kebetulan Tuan Hadi menyambangi kediaman Ezza.
Ting ... Tong ...
Bunyi bel pintu berbunyi nyaring, Candy yang sedang bermain di ruang tengah bersama Daffin segera berlari kecil untuk membuka pintu.
"Papa ..."
"Kakek ..." seru Daffin yang ternyata mengekor di belakang Candy.
"Hai cucu kakek."
Setelah bersalaman dan mencium punggung tangan mertuanya kini mereka sudah berpindah ke ruang tamu. Begitu pula dengan Daffin yang sudah berada dalam gendongan mertuanya.
Tuan Hadi menatap ke sekelilingnya, " Loh, Ezza mana?"
"Mas Ezza belum pulang Pa," ucap Candy sambil menunduk.
Ia bahkan lupa dengan bekas memar di sudut bibirnya. Tapi mata jeli Tuan Hadi sudah lebih dulu menatapnya.
"I-itu kenapa bisa luka? apa kamu habis terjatuh?"
"A-anu Pa..."
Candy tak berani menatap ayah mertuanya karena takut. Ia pun hanya berani me-remas-remas ujung bajunya.
"Jatuh kah? atau kenapa?"
"Ja-jatuh pa, tapi sudah aku obati kok," jawab Candy berbohong.
Wajah Candy bahkan terlihat tidak terawat seperti dulu saat mereka tinggal di rumahnya. Ada apa ini, tanya Tuan Hadi dalam hatinya.
Kejadian itu cukup menjadi tanda besar untuk Tuan Hadi, bahkan sampai dua jam ia menunggu kepulangan Ezza, tetapi nyatanya ia tetap tidak pulang ke rumah.
"Sudah jam segini kenapa Ezza belum pulang?"
"Bi-biasanya jam segini mas sudah pulang pa, tetapi entah kenapa malam ini beliau belum pulang."
"Sudah kamu telepon?"
"Sudah tapi tidak diangkat."
"Coba papa yang telepon oke."
Lalu ia pun mulai menghubungi Ezza, tetapi panggilannya tetap tidak dijawab. Tak mau membuat menantunya tersudut ia pun menyusun rencananya sendiri.
Nyonya Hadi yang tau rencananya berhasil, tersenyum puas. Bahkan ia segera menyusun rencana kedua untuk putra kesayangannya.
"Hmm, sekarang tinggal melanjutkan rencana kedua, dan Candy bersiap-siaplah untuk pergi dari kediaman keluarga Hadi Wijaya."
Ia sudah menyiapkan Delima agar ia masuk ke dalam kehidupan Ezza dan menggantikan posisi Candy.
"Nama kamu siapa cantik?"
"Delima nyonya."
"Nama yang cantik secantik orangnya, apa kamu sudah menikah?"
"Belum nyonya, memangnya kenapa ya?"
"Mau jadi menantu saya enggak?"
"Ha-ah saya?"
"Ya kamu, memangnya siapa lagi?"
"Mau banget nyonya."
"Untuk semua tanggungan hidup keluargamu biar aku yang urus."
"Wah terimakasih banyak nyonya."
Delima memang salah satu karyawan di salon langganan Nyonya Hadi. Karena ceritanya yang selalu menyayat hati, maka timbullah rencana licik yang kedua. Ia pun akan membuat Delima mendapat simpati dari Ezza dan membuat mereka bersama.
🍃Satu minggu kemudian.
Dengan sejuta pesona, Delima dengan mudah masuk ke dalam kehidupan Ezza. Bagai obat penyembuh, Ezza langsung menerima kehadirannya tanpa curiga sedikitpun.
Bahkan mereka sering chat mesra hampir setiap hari.
"Hai sayang, jangan lupa makan ya..."
"Iya sayangku yang bawel ..." balas Ezza tak kalah genit.
"Bawel-bawel gini ngangenin kan, buktinya setiap malam minta di temenin."
"Iya dong sayang, abis service kamu ... ah mantaps.. ups..."
Ezza pun makin terbuai akan belit cinta Delima. Entah ia memakai pe-let jenis apa, buktinya dengan mudah ia masuk ke dalam kehidupan Ezza.
Kedekatan mereka setiap hari semakin bertambah, sayangnya ia melupakan Candy dan Daffin keluarga kecilnya.
Tak jarang dengan alasan party dengan rekan bisnisnya ia tak pulang ke rumah. Padahal Ezza sedang asyik di Club bersama Delima.
"Sayang kamu nakal ih ..." jerit Delima ketika tangan Ezza mulai nakal.
"Tapi kamu suka kan?" Kegenitan Ezza mulai menjadi.
Ezza pun mulai beraksi karena pengaruh minuman yang dituangkan Delima saat di Club dan Delima sangat menikmati sentuhan nakal Ezza. Tak jarang Delima menggelinjang ketika tangan Ezza terlalu nakal.
Sedangkan Candy masih mondar-mandir di ruang tamu, menunggu suaminya pulang.
"Mas kamu dimana sih?"
"Cepetan pulang, pasti papa akan segera tau kalau kamu sering bertingkah seperti ini."
"Semoga tidak terjadi apa-apa denganmu ya mas... Aamiin."
Penunjuk waktu sudah menunjukkan angka dua belas. Kedua jarum jam bahkan sudah saling me-nindih karena kedinginan.
Suara mobil terdengar dari arah luar. Dengan raut bahagia ia pun menyambut suaminya yang ber-aroma alcohol.
"Alhamdulilah mas, kamu sudah pulang."
"Hmm, ya aku sudah pulang, ayo tidur."
"Ayo mas," ucap Candy senang.
Begitulah hari-hari Ezza setiap beberapa bulan terahir ini. Meski begitu Candy tetap bertahan dan menyembunyikan hal ini dari ayah mertuanya.
🍃Beberapa minggu kemudian.
Ezza mengajak Delima untuk mengunjungi kegiatan sekolah Daffin. Itu pun karena Candy yang meminta Ezza datang, karena peraturan sekolah mewajibkan kedua wali murid datang dalam acara tersebut.
Tapi jantung Candy berhenti berdetak ketika melihat Ezza datang dengan seorang wanita bertubuh seksi ke sekolah. Tak mau terlihat sedih di depan putranya, Candy seolah mengabaikan wanita yang bersama Ezza.
"Mommy ... itu Daddy ..." teriak Daffin ketika melihat ayahnya datang.
"Iya sayang, itu Daddy datang."
"Tapi sama siapa Moms?"
Beberapa saat kemudian, Ezza menghampiri Candy dan Daffin.
"Hai jagoan ayah, apa sudah dimulai acaranya?"
"Belum Daddy, oh ya ini siapa?"
"Ini teman Daddy, kenalan dulu sama tante Delima ya."
"Hai anak ganteng, salam kenal dari tante, kamu namanya siapa?"
"Hai aku Daffin tante, senang bertemu dengan tante."
"Terimakasih sayang."
"Lalu ini istriku, Candy..."
"Oh ini ya, salam kenal dari Delima."
"Salam kenal kak, aku Candy."
Setelah berbasa basi sebentar, lalu ketiga orang dewasa itu duduk berdekatan. Sedangkan Daffin dipangku oleh ayahnya.
Selama acara berlangsung Daffin lebih banyak dekat dengan Delima. Hal itu semakin membuat Ezza yakin untuk menjadikan Delima istrinya.
Apalagi ia juga dekat dengan anak kecil, hal itu semakin membuat Ezza jatuh cinta dengan Delima. Terlebih ia selalu ada dan memberikan saran terbaik untuk Ezza disaat ia terpuruk.
Sepulang dari acara tersebut, tanpa berpikir panjang Ezza pun men-talak Candy.
"Sudah cukup lama aku bertahan, kini aku ingin kita ber-cerai."
"M-mas!! Apa yang kamu ucap barusan?"
"Aku men-talak mu Candy Salsabila."
Deg ... ucapan Ezza kali ini sangat menyayat hatinya. Candy mengira ia masih bisa mempertahankan bahtera rumah tangganya, tetapi kenyataan berkata lain.
"Atas dasar apa mas menginginkan hal yang paling dibenci Allah?"
"Aku sudah tidak mencintaimu lagi."
"Tapi kita masih bisa mencobanya sekali lagi kan mas? mencoba memperbaiki ikatan janji suci kita berdua."
"Sekali aku bilang tidak ya tidak."
"Jadi mas tetap menginginkan kita berpisah?"
"Ya, jika itu lebih baik untuk kita."
Bukannya mendapatkan kejelasan ia justru mendapatkan luka lebih dalam dari ini.
🍃Selang beberapa minggu.
Ezza pun melamar Delima dengan bersama ibundanya. Tentu saja ayahnya tidak bisa datang, karena ia sedang dalam urusan bisnis di luar negeri. Hal itu dimanfaatkan dengan sempurna oleh ibu mertuanya.
"Sebaiknya kalian segera menikah, bukankah melakukan niat baik itu harus disegerakan?"
"Iya Bu, minggu depan kita menikah."
"Benarkah mas?"
"Iya, kita akan menikah minggu depan."
"Terimakasih mas."
Bahkan pernikahan mereka terjadi tanpa sepengetahuan Candy dan Tuan Hadi. Meski hanya menikah secara agama, tetapi rasa sayang Ezza lebih besar padanya ketimbang pada istri sahnya.
Latar belakang Delima yang kesusahan semakin membuat Ezza berniat untuk membantunya dan itulah salah satu alasan kenapa ia harus segera menikahi Delima.
Setelah menikah, dengan bangganya Ezza memperkenalkan Delima pada Candy.
"Sayang, nanti kalau Candy berbuat ulah atau menyakitimu katakan saja padaku."
"Bener itu Del, mama juga ada buat bela kamu kok, ketimbang sama anak si-alan itu mending mama sama kamu," ucap Nyonya Hadi dengan bangganya.
"Iya mas, iya ma, percaya sama aku deh, yakin ga ada apa-apa nanti."
Beberapa saat kemudian dengan pakaian lengkap pengantin, Ezza membawa Delima serta ibunya ke rumah.
Mendengar suaminya pulang, Candy bersiap-siap menyambutnya. Ia pun sudah menyiapkan minuman kesukaan suaminya.
PRANG ...!!!!
Belum sempat Candy melangkah pergi. Minuman di dalam nampan-nya pun terjatuh tatkala melihat suaminya memakai pakaian pengantin bersama wanita lain.
"Si-siapa dia mas?" tanya Candy bergetar.
"Kenalkan ini menantu baru Ibuk, sekaligus istri sah Ezza yang kedua."
Tiba-tiba saja, ibu mertuanya muncul dari belakang pengantin. Sedangkan Delima masih bergelayut manja di dengan Ezza.
Bukannya marah, Ezza malah mencium kening istri keduanya di depan Candy.
"Ya Tuhan, cobaan apalagi ini?"
Candy yang tak pernah menyangka dirinya akan mendapati cobaan seperti ini semakin tersiksa.
Belum lagi Ezza langsung mengenalkan Daffin pada ibu barunya.
"Hai sayang, baru pulang ya, oh ya kenalin ini mama baru Daffin."
Daffin yang masih ingat betul siapa yang bersama ayahnya itu pun menjauh pergi dan memeluk ibunya dengan erat.
Bak disayat sembilu, hati Candy terasa tercabik-cabik seketika. Tetapi perkataan Ezza adalah titah baginya, apapun keputusan dirinya, ia tidak bisa protes.
...🌹Bersambung🌹...
.
.
...Semoga suka dengan part ini kak, jangan lupa LIKE, KOMEN dan FAVORIT YA, bila masih ada VOTE yang tak terpakai boleh lah diberikan untuk Candy biar semakin kuat menghadapi ujian hidupnya....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!