NovelToon NovelToon

Lihat Aku Sekali Saja

Bab. 01.Mahkota Terenggut

Didalam kamar tanpa pencahayaan. Wanita terkulai lemas dengan kepala berat. Sangat sulit baginya untuk membuka mata. Rasa mulai kembali dirasakan, setelah beberapa kali tadi memuntahkan isi dalam perutnya sebelum dibawa seseorang masuk kedalam kamar.

"Awww," pekik wanita itu seketika merasakan tubuhnya ditindih oleh benda seperti sebuah tubuh manusia.

'"Ssst ini sangat panas. Honey tolong menjauh," desis sesosok misterius itu yang masih menindih wanita yang terkulai lemas.

Dengan keadaan ruangan gelap gulita sangat sulit mengetahui siapa diri keduanya masing-masing.

"Lepas," lirih wanita itu dengan suara hampir tak kedengaran. "Kau mau apa?" wanita itu berusaha melepaskan diri disisa kesadarannya, tetapi sayangnya tenaga serta kesadarannya hampir menghilang.

Cup cup cup

Seluruh wajah wanita itu dalam sekejap habis dilahap dengan bibir yang begitu kenyal. "Lepas," wanita itu berusaha melepaskan diri tetapi sayangnya tidak membuahkan hasil.

"Tenanglah honey," bisik pria itu dengan suara serak sembari mengigit halus daun telinganya. "Honey kau wangi sekali, hmmm apa kau mengganti parfum? aku suka aroma ini," mendengar kicauan itu membuat wanita yang berada dalam kungkungan merinding. Sedangkan pria itu semakin tidak tahan.

"Aaah," suara itu begitu merdu di telinga sang pria. Sehingga jari-jemari kekar itu menyelusuri setiap jengkal body seperti biola itu. Sampai di bagian tersembunyi. "Aaah jangan sentuh," lirih tak berdaya sang wanita. Merasakan benda kenyal bermain di p***** yang selama ini ia jaga dan rawat.

Sekuat apapun ia menolak tetapi tubuhnya menginginkan hal itu bahkan lebih dari itu. Apakah mungkin karena pengaruh alkohol dosis tinggi yang tanpa sengaja ia minum? atau tepatnya lagi dipaksakan oleh seseorang.

Pria misterius menghentikan aktivitasnya sejenak karena ingin melepaskan pakaian yang masih melekat dan kini tanpa sehelai benang. Sungguh gelora keperkasaannya sudah diambang batas kesabaran dan ingin segera dimuntahkan.

Kini pria misterius dan wanita tak berdaya tanpa sehelai benang.

Deg

Merasakan ada ganjalan keras serta bergerak-gerak membuat sang wanita ngeri. Ingin sekali ia membukakan mata tetapi sangat berat sekali. Dunia serasa berputar-putar yang dirasakannya. Sungguh perasaan pening ini sangat menyiksa, tetapi karena disuguhkan dengan kenikmatan yang baru pertama ini dirasakannya membuat penawaran rasa pening itu.

Cup

Kembali benda kenyal serta tebal basah itu melahap di bagian tersembunyi.

"Eeghm," kedua kaki jenjang itu menjepit kepala dibawah sana. Mulut menolak tetapi tubuh menerima, itulah yang terjadi kepada wanita itu.

Tidak lama ia bergelinjang dengan tubuh bergetar. Sesuatu dibawah sana meledak.

"Hangat honey," bisik pria misterius sembari tersenyum tanpa dilihat oleh sang wanita yang ia anggap kekasihnya. "Bersiaplah," pria misterius itu menghujam tanpa aba-aba karena ia pikir akan lolos begitu saja, tetapi ia salah karena ada penghalang.

"Awww sakit," pekiknya tertahan sembari meremas seprei.

"Sempit," seketika senyuman menyungging indah di bibir sang pria misterius. Ia bersorak mendapatkan kekasihnya masih perawan.

Sejujurnya dari awal sebelum masuk kedalam kamar ia berusaha menahan tidak melakukannya hal dosa itu kepada sang kekasih. Tetapi setelah tubuhnya didorong sehingga menimpa tubuh seseorang yang ia kira kekasihnya membuat gelora itu semakin sulit dikendalikan, apalagi mencium aroma tubuh itu membuatnya mendesis.

Kedua kaki jenjang kini bertumpu dikedua bahu kekar.

Cup

Benda kenyal tebal kembali membungkam mulut serta jari-jemari kekar tetapi lembut berpusat di bulatan ranum berwarna merah muda.

"Awww sakit," rasa perih, sakit itulah yang ia rasakan di selangkangannya. Seketika bulir bening itu bergulir membasahi kedua pipinya.

Lama-kelamaan rasa perih, sakit luar biasa kini sebaliknya yang ia rasakan. Bahkan tidak bisa terlupakan.

Hentakan, pacuan yang awalnya ritme rendah kini berubah ritme tinggi. Dengan nafas memburu ia menunggak seperti berkuda yang ingin segera mencapai garis finis.

"Aaah...." keduanya bersuara melepaskan lahar panas.

Akhirnya malam panas tak terduga itu mereka lalui. Tentunya dengan penolakan atau keterpaksaan sang wanita, tetapi karena alkohol dosis tinggi ia tidak bisa berbuat dan hanya bisa pasrah. Bahkan sekarang ia sudah tidak sadarkan diri alias terlelap begitu saja, tanpa tau siapa pria misterius yang merenggut mahkota yang selama ini ia jaga mati-matian.Tetapi dalam sekejap hancur berkeping-keping.

Sedangkan sang pria misterius selama ini kategori anak bersikap baik dan jauh dari pergaulan bebas, bahkan ini pertama kalinya ia menyentuh seorang wanita. Karena pengaruh obat perangsang dosis tinggi yang sengaja dijebak oleh seseorang mengakibatkan ia tidak bisa berpikir jernih karena itu benar-benar menyiksa.

******

"Dasar wanita murahan?" teriak seorang wanita paruh baya sembari menghentakkan selimut yang menutupi tubuh polos itu.

Mendengar suara teriakan bahkan menyentuh tubuhnya membuat wanita itu berusaha membukakan kedua kelopak mata yang begitu berat.

"Bangun kau ja****," lagi-lagi suara itu menganggu gendang telinganya.

Wanita itu berhasil membukakan mata. Utama yang dilihatnya adalah ruangan dimana ia terbaring. Seketika memori ingatan tentang apa yang terjadi tadi malam membuatnya bungkam.

Ia belum sepenuhnya percaya dengan ingatannya tadi malam. Ia menadahkan kepalanya kebawah dan tampaklah tubuhnya tanpa sehelai benang dan terdapat banyak stempel di bagian leher sampai dada.

"Aaakk," teriaknya sembari mendekap tubuh polos itu disertai tangisan, ia sangat yakin jika mahkota yang selama ini ia jaga mati-matian dalam sekejap direnggut oleh orang yang tidak dikenal.

"Pura-pura menyesal? dasar ja****. Kau membuat aib keluarga," suara itu sangat menghujam.

"Ma-mama," lirih Asilla yang biasa dipanggil Sila. Sungguh ia tidak percaya jika dipergoki oleh sang Mama.

"Jangan panggil aku Mama, kau membuat kami malu. Pria itu menceritakan kepada kami bahwa kau yang menjual dirimu sendiri, dasar anak kurang aja*,"

Plak plak

Dua kali tamparan melayang dikedua belah pipi Asilla.

"Tidak Mama itu semua tidak benar hiks hiks," tangis Asilla sembari memohon di kaki kedua orang tuanya.

"Segera bersihkan dirimu dan segera berkemas agar orang lain tidak ada yang mengetahui perihal ini. Apa kau ingin karir Adikmu hancur karena masalah menjijikan yang kau perbuat," kata pria paruh baya yang baru saja masuk kedalam kamar hotel, bisa dipastikan itu adalah Papa Asilla.

"Ini bukan kemauan Sila Pa, Ma. Sila dijebak hiks hiks," jerit tangis Asilla berlutut di lantai, tanpa dipedulikan oleh kedua orang tuanya.

"Cepat!" Tidak ada gunanya lagi kau menangis Sila. Nangis darah sekalipun tidak akan mengembalikan semuanya, apa didikan kami selama ini sedikitpun tidak kau hargai?" kata tajam menghujam Mama Mira.

Setelah menyudutkan Asilla. Farhan dan Mira keluar kamar begitu saja tanpa memperdulikan Asilla. Bahkan keduanya menyungging senyuman kebahagiaan.

Didalam kamar mandi. Kini dipenuhi oleh bunyi gemercik jatuhan air dari shower disertai isak tangis Asilla.

Sungguh wanita berparas cantik ini merasa hancur berkeping-keping. Sudah terjatuh bukannya kedua orang tuanya merangkul dan menanyakan bagaimana semuanya ini bisa terjadi, tetapi mereka malah menyalahkannya. Bahkan mempercayai penuh pria yang telah menidurinya.

"Hiks hiks hiks....Aku sudah kotor, aku sudah kotor. Aaakk...." Teriak Asilla sembari menjambak rambut panjang itu.

Entah sudah berapa lama ia berada dalam kamar mandi. Rasanya enggan untuk keluar dari kamar mandi.

"Siapa orang yang tega menjebak diriku? dasar apa mereka tega melakukan itu?. " Aku kotor, aku wanita kotor hiks hiks hiks," tangisan itu sungguh menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya, kecuali kedua orang tuanya.

...******...

Bab. 02. Tanpa Tujuan

Didalam kamar Presidential hotel. Tampak kedua paruh baya, dengan wajah sulit diartikan. Bagaimana tidak mereka mendapati putra satu-satu serta penerus perusahaan "JANUAR GRUP" sedang tidur bersama seorang wanita yang tidak lain kekasihnya sendiri.

Hiks hiks hiks

Tangis histeris seorang wanita dipojok sana membuat Farres maupun Lyodra tergugu-gugu.

"Iyo bangun," teriak Farres dengan suara mengelengar.

Humm

"Bangun Iyo," timpal Lyodra tidak kalah tingginya.

Filio berusaha membuka kelopak matanya. Dan seketika wajah kedua orang tuanya menantang menyambut bangun pagi.

"Daddy, Mommy," Gumam Filio sontak kaget dengan kedatangan kedua orang tuanya. Dan seketika ia mendengar isak tangis seorang wanita dipojok sana, yang tidak lain adalah kekasihnya. "Sinta," seru Filio menyadari jika wanita itu adalah Asinta kekasihnya.

"Mommy kecewa kepadamu Iyo," kata Lyodra sembari terisak tanpa memandang Filio.

"Kami akan tunggu diluar, segera temui kami!" Ujar Farres seperti bentakan dengan pandangan sendu.

Tentu saja sikap dan raut wajah kecewa, marah dan sebagainya kedua orang tuanya membuat Filio sesak. Filio tau kemarahan Daddy dan Mommy atas perbuatan tak terpuji ini.

Hiks hiks hiks

Mendengar isak tangis membuat Filio tersadar dari lamunannya. Lalu ia bangkit menghampiri sang kekasih.

"Honey aku minta maaf," ujar Filio berjongkok merengkuh Sinta membawa kedalam pelukannya.

"Kamu jahat honey, kamu tega melakukan itu," lirih Asinta disertai isakan.

"Semuanya terjadi begitu saja, bukankah sebelum masuk kedalam kamar ini aku sudah menyuruhmu pergi? tetapi, ah sudahlah semuanya sudah terjadi," ujar Filio.

"Semudah itu kamu berkata honey? masa depanku sudah hancur honey," tangis Asinta dalam pelukan Filio.

"Aku, aku akan bertanggung jawab honey," kata Filio dengan nada tercekat.

Seketika bola matanya menangkap bercak noda darah di seprei, ya Filio tau jika itu adalah darah kesucian dari sang kekasih. Walaupun ia terpengaruh dari obat perangsang tetapi ia dapat merasakannya tadi malam.

"Kamu akan menikahiku?" tanya Asinta melepaskan pelukan itu lalu menatap wajah Filio intens.

"Iya aku akan menikahimu," jawab Filio dengan dada sesak.

"Tetapi saat ini karirku lagi naik daun honey, bagaimana mungkin kita akan menikah sekarang." Kata Asinta.

Perkataan atau seperti penolakan Asinta menampar bagi Filio. Wanita ini malah memikirkan karirnya yang menjadi model, bukankah jika ia sudah menjadi istri seorang raja pebisnis seperti Filio hidupnya sudah terjamin tanpa menguras tenaga karena kekayaan keluarga Januar tidak akan habis 7 turunan.

"Segera bersihkan dirimu. Daddy dan Mommy telah menunggu kita. Nanti kita bahas lagi dan mencari jalan keluarnya," ujar Filio sembari membantu Asinta bangkit dengan selimut melilit di tubuh polosnya.

Di ruang khusus Farres dan Lyodra serta kedua orang tua Asinta sedang menunggu kedatangan Filio dan Asinta, tanpa mengeluarkan suara.

Ceklek

Pintu terbuka

"Duduk kalian," ujar Farres dengan wajah datar.

Filio serta Asinta mengikuti perintah Farres dengan wajah menunduk.

"Mommy memang mendukung hubungan kalian tetapi bukan dengan cara seperti ini. Iyo apa didikan Mommy serta Daddy selama ini tidak berarti sama sekali? kamu memiliki dua Adik perempuan. Seharusnya kamu memberi contoh bagi Adik-Adikmu, sungguh Mommy kecewa kepadamu," ungkap Lyodra dengan wajah sendu.

Sungguh Filio sesak melihat wajah sedih sang Mommy. Tanpa disangka ia telah menorehkan luka kepada kedua orang tuanya.

"Apa rencana kalian?" tanya Farres.

"Aku akan menikahi Asinta tetapi ia menolaknya Dad," jawab Filio.

Lyodra sudah tau apa jawaban dari Asinta.

"Kenapa kamu tidak ingin di nikahi Nak?" tanya Farres ingin menyakini Asinta.

"Karirku saat ini lagi naik daun Om, maka dari itu aku menolak untuk menikah sekarang," jawab Asinta dengan sikap tenangnya.

"Sayang jika kamu hamil bagaimana?" tanya Mira kepada Asinta.

"Tetapi saat ini aku tidak bisa menikah dulu Mama. Karirku adalah segala-galanya," jawab Asinta tanpa disadari jika jawabannya membuat keluarga Januar syok. "Hmmm maksudku bukan begitu, jika impianku sudah tercapai kita akan segera menikah," imbuhnya menyempurnakan atas perkataannya tadi.

"Kamu memilih wanita yang salah sayang," batin Lyodra.

"Bagaimana menurut tuan Farhan?" tanya Farres kepada Papa dari Asinta.

"Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Jujur saja aku pribadi sangat terluka dengan perbuatan mereka. Anak perempuan yang sangat aku sayangi telah berbuat tidak senonoh," jawab Farhan seperti memojokkan Filio atas apa yang telah mereka perbuat.

"Aku minta maaf Om, semua ini diluar kendali. Aku dijebak tanpa sengaja meminum obat perangsang," ungkap Filio menceritakan secara singkat apa yang terjadi.

Deg

Atas cerita Filio membuat Farres maupun Lyodra saling memandang dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Apa kamu tau siapa yang menjebak?" tanya Farres.

"Tidak Dad, kejadiannya begitu cepat.

" Akan Daddy usahakan mencari tau siapa dalang dari semua ini sampai ke akar-akarnya. Bisa saja mereka mencari keuntungan secara pribadi dengan kejadian ini," ujar Farres tidak main-main dengan perkataannya.

Deg

Seketika wajah kedua orang tua dari Asinta berubah memucat, begitu juga dengan Asinta sendiri. Tetapi tidak ada yang menyadari perubahan dari mereka.

Ceklek

"Maaf menganggu," sapa sesosok wanita cantik sembari tersenyum. Walaupun ia berusaha tersenyum tetapi wajah sedih serta sembab sangat terlihat jelas jika benar-benar diperhatikan.

Mendengar kedatangan Asilla membuat keluarga Januar menoleh.

"Lama sekali," semprot Mira.

"Maaf Ma, tadi Sila sulit mencari ruangan ini," jawab Asilla dengan wajah menunduk.

"Dia adalah Asilla Adiknya Sinta, selama ini tinggal di Eropa." Ujar Farhan memperkenalkan putri sulung mereka.

"Pantas saja selama ini kami tidak pernah melihatnya. Hmmm tetapi wajah mereka sama sekali tidak ada kemiripan ya? padahal sesama perempuan. Fiona dan Fredella saja mirip," kata Lyodra membandingkan wajah Asinta dengan Asilla.

Mendengar perkataan Lyodra membuat Farhan, Mira serta Asinta membuat mereka ciut dan sulit mencari jawaban yang tepat.

"Hmmm wajah Asilla mirip dengan mendiang Neneknya jeng," timpal Mira dapat ide brilian.

"Oh," balas Lyodra ber oh ria. "Kamu sangat cantik Sila," sanjung Lyodra sembari tersenyum.

Tanpa ada yang tau tangan seseorang terkepal erat mendengar pujian dari Lyodra. Siapa lagi jika bukan Asinta. Bagaimana tidak iri, selama menjalani hubungan dengan Filio, sekalipun ia tidak pernah mendapat sanjungan dari Mommy kekasihnya itu, tetapi sekali melihat Asilla langsung di sanjung.

Sedangkan kedua orang tua dari Asilla dan Asinta menatap tajam menghujam kearah Asinta.

"Terima kasih Tante," jawab Asilla disertai senyuman.

"Senyuman itu seperti tidak asing bagiku," batin Lyodra.

"Baiklah aku harap perundingan kita usai. Kita tidak bisa menikahkan mereka karena dari salah satu pihak yang bersangkutan menolak untuk menikah saat ini. Kita tidak bisa memaksakan." Ujar Farres. "Untuk kedepannya aku tidak ingin kalian mengulangi apa yang telah kalian perbuat," imbuhnya kembali.

"Jika begitu kami permisi Tuan Farres," kata Farhan ingin segera menghilang dari tempat itu sebelum ada yang mencurigai.

"Honey aku akan pulang," kata Asinta kepada kekasihnya Filio.

"Baiklah," balas singkat Filio tetapi tatapannya kepada Asilla yang sedari tadi menunduk.

"Pegang ini," kata Asinta menyerahkan semua barang kepunyaan kepada Asilla. "Om, Tante kami permisi duluan," pamit Asinta seramah mungkin.

Tanpa banyak kata Asilla membawa semua barang milik sang Kakak. Sehingga ia tertinggal, sedangkan kedua orang tua serta Asinta sudah keluar duluan.

"Om, Tante dan," sesaat Asilla memandang Filio yang juga sedang menatapnya. "Tuan, saya permisi. Senang berkenalan dengan Om, Tante dan tuan," kata Asilla ramah dan tidak lupa tersenyum.

"Senyuman itu," batin Filio.

"Iya Sila, hati-hati," jawab Lyodra dan diangguki oleh Farres. Sedangkan Filio tanpa berkata.

Asilla mengangguk mendapat peringatan dari Lyodra.

"Menantu idaman setiap mertua," gumam Lyodra sembari memandangi punggung Asilla yang mulai menghilang.

...******...

Bab. 03. Selalu Salah

Byurr

"Bangun putri tidur," teriak Mira sembari menyiram wajah Asilla yang masih terlelap.

"Mama, cukup Ma," lirih Asilla langsung terbangun merasakan air dingin membasahi seluruh wajahnya.

"Dasar pemalas," sengitnya.

"Sila sakit Ma," jawab Asilla merasakan seluruh tubuhnya sakit.

"Alasan kamu saja, cepat bersiap dan berberes. 1 jam lagi Kakakmu ada pemotretan di kota B," kata Mira memberitahukan.

"Untuk hari ini Sila mohon tidak bisa ikut Ma. Sila benar-benar sakit," lirih Asilla seperti memohon.

"Enak saja, kemana Kakakmu pergi kamu harus ikut. Apa kamu lupa pengorbanan Kakakmu terhadap dirimu? kamu harus membalasnya Sila, walaupun tidak sebanding dengan pengorbanannya," ungkap Mira dengan nafas turun naik.

"Baik Ma," tanpa membantah lagi Asilla berusaha bangkit dan melangkah menuju kamar mandi.

Di lokasi pemotretan

Sebelum melakukan pemotretan Asinta di make-up.

"Sila pijitin kaki gue dong," pinta Asinta seperti bentakan.

"Tapi Sila masih kerjakan ini Kak," jawab Asilla.

"Lo berani membantah? biar gue telpon Mama baru tau rasa," ancam Asinta dengan mata melotot.

"Baik Kak," jawab Asilla langsung memijit kedua kaki Asinta tanpa membantah lagi.

"Kayak orang tidak makan satu hari saja, letoi tak ada tenaga. Awas," omel Asinta karena pijitan itu tidak ada rasanya.

Seketika tubuh Asilla tersungkur oleh tendangan kaki Asinta. "Pergi sana, lanjutkan kerja lo yang tidak penting itu. Banyak bermimpi, lo kira menjadi seorang desainer itu abal-abal?" omel serta gerutu Asinta.

Sembari menunggu Asinta pemotretan. Asilla mencoret pensil di kertas yang selalu dibawanya. Asilla ingin sekali menjadi seorang desainer fashion atau perancang busana, tetapi tabungannya belum cukup untuk membuka usaha itu.

Sedangkan kedua orang tuanya tidak mau tau. Mereka hanya memikirkan putri sulungnya Asinta. Asilla memang lulusan desainer fashion dari negara Eropa, itu semua karena ia mendapat beasiswa.

Dari kecil sampai dewasa, Asilla tidak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya, layaknya orang tua pada umumnya.

"Semoga aja bulan depan aku bisa menggapai cita-citaku, sepertinya tabunganku lebih dari cukup," gumam Asilla sembari membayangkan usaha didepan mata.

Setelah usai pemotretan mereka segera kembali pulang ke kota A.

******

Keesokan hari

"Sila, Sila!" Teriak Asinta yang berada di ruang bersantai.

"Iya Kak," jawab Asilla sembari berlari dengan tergopoh-gopoh.

"Lelet," gerutu Asinta dengan tatapan tidak sukanya.

"Maaf Kak tadi Sila lagi menjemur pakaian," jelas Asilla sembari mengusap peluh di wajahnya.

"Kasian sekali. Lo tidak ubahnya seperti pembantu kayak anak tiri saja," sindir tajam Asinta.

Mendengar perkataan Asinta tentu saja membuat Asilla sesak. Apa yang dikatakan sang Kakak persis yang telah ia alami. Padahal ia adalah anak kandung dari Farhan dan Mira seperti yang ia ketahui.

"Apa lo sudah masak?" tanya Asinta dengan kedua kaki bertumpu di atas meja sofa, benar-benar tidak mencerminkan sikap sopan.

"Sudah Kak. Kita hanya sedang menunggu Papa dan Mama turun," jawab Asilla. "Kalau begitu Sila akan menata makanan dulu," kata Asilla lalu berlalu menuju dapur.

Di meja dapur

Semua hidangan masakan olahan tangan Asilla telah tertata di atas meja makan.

"Siang Pa, Ma," sapa Asilla dengan ramah.

"Kakak kamu mana?" bukannya menjawab tetapi sang Mama balik bertanya.

"Di ruang televisi Ma," jawab Asilla sembari menuangkan air putih dalam gelas.

"Sayang, Sinta sayang," panggil Mira dengan kasih sayang.

Asilla terdiam sembari menunduk. Bahkan selama hidupnya ia tidak pernah mendengar kedua orang tuanya memanggilnya dengan panggilan yang biasa mereka gunakan ketika memanggil Asinta.

"Iya Ma," sahut Asinta dari ruang televisi.

Kini mereka mulai menikmati hidangan masakan Asinta. Selama 1 minggu ini Asilla yang mengurus pekerjaan rumah, jika tidak mengikuti sang Kakak pemotretan. Dari mencuci kain, membersihkan rumah, memasak dan lain sebagainya. Sebelum Asilla datang mereka mempekerjakan ART, tetapi sudah diberhentikan karena ada Asilla. Sungguh nasib wanita cantik ini begitu miris, tetapi selama ini ia tidak pernah terlihat menyedihkan atau lemah dihadapan orang-orang. Sehingga tidak ada yang menyadari jika wanita cantik serta cerdas ini hidupnya begitu miris.

"Sayang nanti malam calon mertuamu mengundang kita makan malam di Mansion megahnya. Hmmm kamu harus tampil cantik dan tidak lupa untuk bersikap manis, hmmm jangan mau kalah, disini banyak yang bermuka dua." Sindir Mira.

"Ingat Sinta tujuan utama kita, jangan membuang berlian yang sudah digenggaman. Perusahaan Papa mengalami kerugian besar, bisa-bisa kita jadi gelandangan," ujar Farhan dengan serius atas ucapannya.

Asilla mengangkat wajahnya setelah mendengar perkataan sang Papa. Selama ini ia tidak tau bagaimana hubungan Asinta dengan Filio. Dari perkataan secara tidak langsung dari Farhan, Asilla dapat mencerna setiap makna perkataan itu.

"Iya Pa aku mengerti," jawab Asinta.

"Dan kamu Sila, apa rencanamu? jangan kamu harap ada lelaki lain yang akan menerima wanita yang sudah ternodai seperti dirimu," kata Mira tanpa perasaan, sangat tega menyudutkan putrinya sendiri.

"Besok Sila akan memulai seperti apa yang Sila cita-citakan Ma. Sila sudah mendapatkan sebuah ruko kecil," ungkap Sila dengan mata mengembun. Perkataan sang Mama melukai hatinya.

"Baguslah jika kamu ada pekerjaan karena kita perlu makan, tetapi jangan mengabaikan pekerjaan rumah," kata Mira sembari meneguk air putih.

"Iya Ma," jawab Asilla patuh.

"Tunggakan Papa di bank dengan nominal besar, kamu harus membantu sebagai anak. Papa dan Mama sudah menghabiskan biaya banyak untuk menyekolahkan kamu, jadi saatnya kamu balas." Ujar Farhan.

Asilla sesak mendengarkan perkataan itu. Bukankah dari sekolah menengah pertama sampai kuliah ia mendapatkan beasiswa. Sama sekali sepeserpun kedua orang tuanya mengeluarkan uang untuk membantu sampai ia mendapatkan gelar. Bahkan untuk uang jajan dan kebutuhan pribadi Asilla harus bisa memutar otak mencari recehan. Dulu ketika SMP-SMA ia membuka jasa les serta guru privat untuk anak-anak TK sampai SD. Sedangkan menempuh pendidikan di Eropa selama 4 tahun. Untuk mendapatkan receh Asilla menjadi karyawan ship siang di perusahaan desainer fashion, sehingga dari sana ia banyak mendapat pengetahuan.

Sungguh Asilla adalah wanita mandiri. Beda dengan sang Kakak Asinta, ia adalah wanita manja serta angkuh dan sombong. Berkat poster tubuh serta bisa bergaya ia berhasil di kontrak sebuah agensi menjadi model papan atas. Setahun ini menjalani hubungan dengan putra satu-satunya penerus JANUAR GRUP yaitu Filio Ar Januar.

"Iya Pa, Sila mengerti. Papa jangan banyak pikiran bahkan setres, Sila akan berusaha keras." Jawab Asilla serta menasehati sang Papa. Asilla bisa melihat beban berat yang dipikul oleh Farhan.

"Papa perlu bukti bukan ucapan," ujar Farhan seperti memandang rendah dengan kemampuan Asilla.

"Dengar itu," timpal Mira. "Ikuti jejak Kakakmu yang cantik serta model terkenal," imbuhnya memuji putri tertuanya Asinta.

"Iya Pa, Ma. Maaf jika Sila belum bisa membahagiakan dan membalas budi Papa dan Mama," kata Asilla dengan mata berkaca-kaca.

Hmmm

"Jangan banyak berharap deh Pa, Ma." kata Asinta dengan wajah sinisnya.

"Kenapa aku selalu salah di mata kalian?" batin Asilla dengan wajah sendunya.

...******...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!