NovelToon NovelToon

Galmoners

Part 1

**Perkenalan

Tak ada kata sengaja di dunia ini. semua sudah di atur oleh rencana sang kuasa.**

Di sebuah kafe ternama di kawasan dago, Mahda Adijaya bersama dengan ketiga sahabatnya sedang menikmati keindahan alam kota Bandung sambil berbincang masalah penerimaan murid baru yang kampus mereka adakan.

Karena, Mahda dan sahabatnya anggota Badan Eksekutif Mahasiswa atau disingkat BEM. Membuat mereka terjebak di kafe ini, karena harus menunggu anggota lain untuk membicarakan masalah lusa.

Sebelumnya, Mahda akan memperkenalkan kalian kepada tiga sahabatnya. Sahabat yang Mahda miliki sejak ia duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Tapi jika dengan Kiki dia bersahabat sejak kecil sama halnya dengan Fresa dan Fanisa. Mereka bersama bukan tanpa alasan, tapi memang karena mereka memiliki satu alasan yang sama. Sama-sama menyukai dunia kepenulisan, Drama Korea, Film dan bahkan terakhir percintaan mereka. Nah, sekarang kita perkenalan sahabat Mahda dulum

Yang pertama, Fresa Aditya. Gadis cantik yang pendiam, judes, dan tomboy. Walaupun sikap Fresa seperti itu, kadang dia bisa menjadi orang paling bijak di antara mereka berempat.

Kedua, Fanisa Wijaya. Gadis cantik yang ramah, mudah terpancing emosi, ceria dan asal jeplos. Namun, dari semua sikap yang Fanisa miliki, ia yang paling peka terhadap sahabat-sahabatnya. Ah, jangan lupakan Fanisa dan Fresa pecinta K-Pop.

Terakhir, Kiki Rahardja. Gadis cantik yang terkenal akan kesopanannya, baik hati, lembut dan kadang ia bisa menjadi kakak yang baik untuk yang lain. Ya, bisa dikatakan Kiki lebih tua dari mereka beberapa bulan. Gadis cantik ini sangat suka serial Riverdale. Bukan hanya Kiki, tapi Fresa juga sangat menyukai serial yang menegangkan ini.

Walaupun banyak perbedaan yang mereka miliki, tidak jadi penghambat dalam hubungan persahabatan mereka. Apalagi ada hal yang sama dari mereka. Yaitu, mereka sangat mencintai dunia kepenulisan. Tak hanya itu saja mereka juga berprestasi di bidangnya masing-masing. Membanggakan? Pasti. Karena bagi mereka kecantikan bukanlah hal terpenting di dunia kejam ini. Tidak memiliki otak dan kreativitas, kalian akan terbuang. Itulah hidup.

Kini, Mahda dan sahabatnya sedang asik berbincang apapun sambil menunggu kedatangan anggota BEM lain. Sampai...

"Kalau tau lama mending gak usah datang! Mending kita have fun dari pada nunggu keempat cowok nyebelin itu!"kata Mahda kesal. Selain ceria, ramah, dan ngeselin. Mahda juga terkenal sebagai orang yang tidak sabaran. Ya, seperti sekarang ini. Sudah setengah jam mereka menunggu, tidak ada tanda-tanda kedatangan BEM yang lain. Jika Mahda bisa menghancurkan kafe ini, dia akan hancurkan sekarang. Sayangnya Mahda tidak bisa melakukan itu, kasian nanti orang tuanya membayar segala keributan yang dia lakukan. Tidak mau lah Mahda. Karena sejauh ini, Mahda dan yang lainnya terbilang sangat mandiri. Tidak sekalipun mereka meminta uang jajan, karena mereka juga dapat penghasilan sendiri dari kegiatan kepenulisannya. Walau tidak sebanyak penghasilan orang tua mereka. Mereka cukup bangga akan hal itu.

"Setuju. Dari pada nunggu gak jelas lebih baik gue nonton drakor. Apalagi BTS baru come back cuy!"balas Fanisa antusias.

"Yes, dan gue suka Rap monster, sama Jin. Ah! V juga"kata Fresa sambil bertopang dagu.

"Setuju! Jin di MV terbaru ini, lebih ganteng bang---"

"Sorry girls! Tadi ada insiden."potong cowok tampan yang diikuti oleh ketiga sahabatnya.

"It's okay, kalian bisa duduk lalu pesan,"kata Kiki ramah membuat cowok tersebut langsung duduk di tempat yang kosong, begitupun dengan ketiga sahabatnya.

Cowok yang memotong ucapan Fanisa adalah Fano Malik. Cowok tampan, ketua dari geng FEGA. Ya, geng anak-anak tampan, bad boy, and smart? Kenapa smart? Ya, memang mereka memiliki kecerdasan masing-masing. Bahkan mereka sering beradu kecerdasan dengan geng Mahda.

"Aduh Mahda makin cantik aja deh, udah move on belum? Kalau udah akang siap mengantri."celetuk cowok tampan, putih, dan tengil. Dia Evan Laksono, ketua futsal di Starlight University.

"Lu ngelindur? Sadar woi!"balas Mahda ketus

"Gue yakin, kalian bakal jadian dalam waktu dekat ini! Dan Fresa, apakah ada waktu setelah acara ini?"tanya pria tampan, berkacamata dan manis. Dia Gibran Pahlevi. Wakil ketua BEM yang terkenal dengan tingkahnya yang selalu mengganggu Fresa. Sialnya lagi, Gibran ini anak dari sahabat karib orang tua Fresa. Makanya jika Fresa kemanapun, pasti orang tuanya akan bertanya pada Gibran. Apalagi sejak Fresa putus, keluarganya jadi lebih over kepada Fresa.

"Ada,"balas Fresa ketus.

"Really? Tapi nyokap lu bilang, gue harus bawa lu pergi setelah ini. Menyusul kedua orang tua kita yang sedang berbincang penting,"kata Gibran menyeringai.

"Kalau tau jawabannya gak usah tanya, bodoh!"balas Fresa sengit

"Udah deh jangan adu mulut lebih baik kita bahas buat kegiatan besok"kata pria tampan yang duduk di sebelah Evan. Dia Arkan Hutama, pria bijaksana, tegas, dan baik hati ini adalah ketua BEM kebanggaan Starlight University. Gagasan yang di keluarkannya selalu saja membuat Starlight lebih baik dari masa sebelumnya.

"I know pak ketu,"balas Evan. Membuat yang lain mulai fokus.

"Jadi gini, kita di beri dua hari untuk perkenalan, dan sisanya kampus akan mengadakan camping seperti biasa. So, diantara kalian semua ada yang ingin memberi masukan untuk acara ini?"tanya Arkan

"Kalau perkenalan sekolah itu wajib, gimana kalau kita main game?"tanya Fanisa.

"Game? Can you explain?"tanya Arkan.

"Jadi gini, kita gunakan semua lantai yang ada di kampus. Pertama, mereka harus cari pin yang kita sembunyikan. Kedua, mereka harus memecahkan semua teka teki yang akan di berikan setiap post. Terakhir, tim terbaik akan mendapat hadiah. Gimana?"tanya Fanisa.

"Boleh. Setelah itu apa?"tanya Fano

"Emm... Gimana kalau geng gue tampil? Ya, sekalian memperkenalkan kepada mereka jika Starlight juga punya band ternama,"balas Mahda.

"Lu ngelakuin ini bukan karena mau cari brondong kan?"tanya Fresa horor.

"Yes."

"What?!"

Ucapan Mahda dan Evan bersamaan membuat keduanya menarik perhatian pengunjung lain.

"Ish! Malu-maluin aja kalian,"kata Kiki.

"Okeyy, boleh lah kalian tampil. Jangan pakai pakaian terbuka!"ancam Arkan.

"Ya kali,"balas Fresa ketus.

Melihat Fresa yang bad mood membuat Mahda tahu jika sahabatnya masih trauma kejadian beberapa bulan lalu. Wajar si menurut Mahda. Saat Fresa mau memulai lagi berhububgan dengan lawan jenis malah dapatnya yang brengsek. Jadi sangat maklum jika Fresa rada takut atau mungkin dia masih menyimpan perasaannya pada seseorang di masa lalunya.

"Percaya deh Fre, ini terakhir kita tampil. Gue janji."ucap Mahda. Memang terakhir karena kan mereka akan segera wisuda nantinya.

"Guys jangan bicarakan di sini,"kata Kiki saat melihat keempat cowok menatap mereka penuh perhatian.

"Okey, kita perjelas aja ya. Hari pertama perkenalan kampus, kedua game dan Galmoners tampil. Sisanya camping. Ada yang mau di bicarakan lagi?"tanya Fanisa.

"Gak deh Fan, lagi pula kalau camping urusan senior dan para alumni."balas Arkan.

"Ouhhh ya, siapin hati yang masih gagal move on. Karena mantan kalian akan ikut andil tampil nanti,"kata Evan sambil menunjukkan chatnya dengan ketua BEM sebelumnya, Alex. Atau bisa dikatakan cowok tersebut adalah mantan Mahda.

"Sorry doi gue udah move on, tau kalau doi lu"balas Gibran meledek.

"Udah deh kalian! Move on atau belum bukan urusan kalian. So, jangan ikut campur!"kata Kiki menegaskan semua yang ada di sana.

"Maafin temen-temen gue ya ki, mereka suka jail,"ucap Arkan.

"Hemmm...."balas Kiki malas.

"Okeyy pak ketu, setelah ini apalagi? Apa anggota yang lain sudah di kabari?"tanya Fresa.

"Anak-anak sedang mempersiapkan semuanya di kampus. Bisa kita ke kampus aja? Biar lebih enak pembagian timnya,"kata Arkan.

"Boleh deh, lagian kalau di sini kesannya rasis banget."kata Fanisa

"Setuju, kalian bawa kendaraan?"tanya Fano

"Fanisa bawa mobil dan cukup untuk kita berempat. Kalau lu mau modus kasih tumpangan jangan ke kita. Yuk girls,"balas Fresa dingin.

"See? My girl selalu mempesona"kata Gibran menyusul Mahda dan sahabatnya, Sedangkan ketiga orang yang lain? Hanya bisa mendengus kesal melihat tingkah laku Gibran.

"Okeyy, Fanisa. Hati-hati bawa mobilnya. Jangan teringat mantan. Nanti kesayangan gue kenapa-kenapa,"kata Gibran mengingatkan.

"I know. Lagi pula gue sama dia udah pisah daerah. So, jangan bahas mantan-mantan kami oke? Karena itu mengganggu."balas Fanisa ketus.

Fresa memutar matanya saat ia melihat Gibran sudah duduk di motor sportnya.

"Sudah puas liatin sahabat kecilnya?"tanya Fanisa meledek

"Apaansi!"balas Fresa ketus

Membuat ketiga gadis cantik di sana tertawa. Ya, mereka sangat tahu jika Fresa sempat menyukai teman kecilnya itu. Namun, ya gitu. Fresa takut jika dia jujur dengan perasaan semua akan berubah. Dan alasan Fresa berpacaran karena ia ingin lepas dari Gibran namun tidak bisa. Dan terjadilah insiden yang membuat Fresa trauma. Nah itulah alasannya kenapa Mahda berkata jika Fresa masih terjebak dengan masa lalunya. Karena sosok Gibran sangat sulit di tolak oleh Fresa.

Jika Fresa trauma dengan cowok, maka Mahda kebalikannya. Ketua Galmoners itu memang sulit untuk move on tapi dia tidak menjaga jarak dengan laki-laki seperti halnya Fresa. Lain dengan Fanisa, putus secara baik-baik membuat Fanisa berteman dengan mantanya. Bahkan jarak jauh tidak menyurut keduanya untuk saling bertegur sapa, sampai akhirnya Fanisa memutuskan menjauh saat mantannya memiliki kekasih. Berbeda dari ketiga sahabatnya, Kiki yang ditinggal tunangan kekasihnya, harus bisa berpikir positif atas semua yang terjadi pada mereka. Dan Kiki beruntung jika mereka sudah beda negara, jadi dia bisa menata hatinya tanpa harus teringat masa lalunya.

Kini, keempat gadis cantik tersebut memasuki kawasan kampus mereka. Teman-teman yang lain sudah menunggu mereka dengan tenang, bahkan sepertinya memang mereka tidak mau memulai sebelum kedatangan mereka. Terlihat dari papan tulis yang masih bersih.

"Sorry, tadi ada yang bilang gue gak boleh ngebut jadi you know guys,"kata Fanisa.

"It's okay Fan. Kita langsung aja ya."kata anak BEM yang lain.

Mereka pun langsung menjelaskan apa yang tadi mereka bahas di kafe. Bahkan Mahda dan sahabatnya juga meminta maaf tidak mengikut sertakan mereka dalam perbincangan, karena pada dasarnya memang itu keinginan dari Mahda yang awalnya enggan ke sekolah. Setelah mendengar jawaban maaf dari teman-temannya. Arkan selaku ketua BEM langsung membagikan lembar kertas yang berisi nama kelompok untuk lusa.

Mahda dan sahabatnya tertawa saat melihat nama kelompok yang ada di kertas yang mereka pegang.

"Are you kidding me?! Lu buat gue satu kelompok sama...."

"Ini udah keputusan final tadi. So, terima aja"potong cowok yang sangat Fresa benci, Bian. Cowok brengsek yang hampir melecehkan Fresa saat ia selesai tampil beruntung ada Gibran saat itu, jika tidak?! Fresa tidak tau apa jadinya dia. Awalnya Fresa memang salah mempermainkan Bian dan memutuskannya begitu saja. Tapi semua itu ia lakukan karena keluarganya tidak menyukai Bian dan terbukti dengan sikap brengseknya.

"Sudahlah sayang, ada aku di kelompok kamu. Ouh ya, Ar! Gue sama Fresa izin ya. Mau on the way. Duluan semuanya"pamit Gibran.

Lepas kepergian Fresa dan Gibran. Mahda dan yang lain bisa melihat tatapan kebencian dari Bian kepada Fresa. Kalau Mahda punya kekuatan macem kantun Marvel pasti akan dia musnahkan Bian saat ini juga. Wajar bukan lelaki brengsek sepertinya musnah dari bumi ini. Apalagi keluarganya yang sama menyebalkannya.

"Kalau lu berniat nyakitin Fresa, gue gak segan hancurin muka lu detik ini juga."ancam Fanisa. Fanisa akan membalasnya dengan cara yang luar biasa kalau sampai terjadi.

"Lu gak bisa sentuh gue Fanisa Wijaya"balas Bian sinis.

Melihat suasana panas, Arkan langsung mengambil alih dan mulai meminta teman-temannya yang lain untuk melanjutkan tugas mereka. Sedangkan Mahda dan kawan-kawannya sudah meninggalkan pelataran kampus. Inilah alasan kenapa Mahda tidak mau ke kampus, bukan karena dia akan ketemu Alex tapi Bian lah masalahnya. Makanya tadi Mahda minta Arkan dan sahabatnya ke kafe lebih dulu. Biar kalau otaknya panas dia sudah tahu skema apa yang akan mereka lakukan selama masa pengenalan mahasiswa nantinya.

"Pokoknya kita harus jagain Fresa! Gue bersumpah kalau Fresa kenapa-kenapa, si Arkan akan dapat balasannya"kata Kiki. Fanisa dan Mahda mengangguk paham. Mereka yakin hari berat akan menyambut mereka. Dan mereka tidak akan membiarkan orang lain menyakiti salah satu dari mereka, termasuk Bian. Karena mereka sudah seperti saudara. Saling mendukung dan melindungi satu sama lain.

❤️❤️❤️

Hello guys, aku akan jelaskan apa yang kurang di part sebelumnya!!!

Galmoners!

Group yang terbentuk saat Mahda dan kawan-kawan duduk di bangku kelas 10 SMA. Kenapa si kok bisa kepikiran buat nama ini? Alasannya, karena mereka gagal move on dari mantan atau mantan gebetan.

Sebenarnya Mahda dan yang lain bersahabat sejak kecil, Misalnya Fresa dan Fanisa bertemu saat kecil. Lalu Mahda dan Kiki. Setelahmya mereka bertemu di bangku sekolah SMA atau SMP Mahda lupa. Yang pasti Persahabatan mereka juga baik-baik saja sampai saat ini. Entahlah di kemudian hari. Nah, sekarang waktunya menjelaskan siapa si Galmoners itu. Perhatikan baik-baik.

Mahda Adijaya

Cewek blak-blakan, ceria, kadang gak tau malu, galak sama Evan, orang yang paling susah move on tapi gak tau kalau besok. Ramah, setia kawan, gampang panik dan takut dengan sosok Faza Aditya. Ah! Jangan lupa Mahda juga menyukai hal yang berbau sastra. Biasa di panggil Da, atau Mah.

Fresa Aditya.

Cewek introvert, misterius, ketus, dingin, gak suka bersosialisasi, anti cowok! Gak anti si cuma dia agak jaga jarak gitu, tapi dia suka cowok berkacamata. Fresa juga setia kawan, paling benci kalau sahabatnya di hina. Pecinta musik EDM. pecinta sastra, drakor dan serial barat terutama yang berhubungan dengan Marvel or DC. Fresa juga suka sepakbola terutama Chelsea. Dia juga sahabat kecil dari Gibran dan Fanisa. Dan selalu suka nyimpan masalahnya sendiri dan jika Fresa di mode ini dia harus di paksa! Gadis imut ini biasa di panggil Eca oleh Fanisa dan Gibran, nah karena panggilan tersebut Kiki dan Mahda mengikuti.

Fanisa Wijaya.

Si cewek ramah, kadang ketus, anti cowok brengsek, peka, ceria, pecinta sastra, drakor dan serial barat. Fanisa juga terkenal sebagai gadis yang sangat toleran terhadap sesama tapi kalau udah ada yang nyakitin sahabatnya, jangan harap mendapatkan toleransi dari Fanisa. Karena tidak akan terjadi. Ah! Jangan lupa jika dia juga sahabat Fresa sejak baby, sama seperti Gibran. Fanisa bisa di panggil Fan oleh teman-temannya. Tenang Fan itu bukan kipas angin ya gengs!

Kiki Rahardja.

Cewek cantik, bijaksana, kalem, ramah, lembut, tapi diam-diam menghanyutkan! Kenapa? Karena dia pecinta cogan-cogan. Ah! Ia juga suka dengan pria berkacamata. Beruntung saat Gibran pakai kacamata palsunya dia tidak jatuh cinta, karena ada yang lebih tampan dari Gibran, Arkan. Kiki belum cinta kok dengan ketos mungkin nanti? Who knows? Kiki juga suka sastra, serial barat. Seperti yang sedang ia waiting saat ini, Riverdale. Kiki adalah nama panggilannya karena tidak ada nama lain, kalau panggil nama keluarganya itu tyduck sopan.

Faza Aditya.

Dokter muda yang tampan, dingin, ketus, tidak suka di bantah, dan selalu melindungi adiknya dari apapun. Selain menjadi dokter, Faza juga membantu ortunya menangani perusahaan. Dan ada yang menarik dari pria dewasa di cerita ini. Dia masih JOMBLO! Karena menurut Faza menjaga adiknya lebih penting dari pada dia mengurusi wanita. Bagi Faza, jika memang berjodoh pasti datang dengan sendirinya. Kalau gak datang? Ya tunggu, kali aja besok ada. Sama halnya dengan sang adik, Faza juga menyukai hal berbau sastra, namun dia tidak suka sesuatu bergenre romance ia lebih suka thriller and action.

Okey! Masuk ke FEGA!

Fano Malik

Cowok dingin, bad boy, ketus dan pastinya dia pencinta sepakbola dan basket. Fano dan sahabatnya memang tidak pernah dekat dengan cewek lain. Karena Fano lebih senang mendekati Fanisa Wijaya. Cewek yang ia taksir diam-diam. Ya, Fano harap Fanisa bisa membuka hati untuknya. So, kalian harus bantu Fano untuk pdkt dengan Fanisa. Ah! Cowok ganteng ini biasa di panggil Fan, No atau Ano. Tapi keseringan dia di panggil No oleh sahabat-sahabatnya.

Evan Laksono

Cowok tengil, ceria, blak-blakan, kadang ketus dan sangat tergila-gila dengan Mahda Adijaya. Mungkin bagi kalian Evan dan yang lain bodoh karena bertahan demi seseorang yang tidak melihat ke arahnya. Tapi, bagi Evan dan teman-temannya, setia itu nomer satu. Kalau masa mudanya gak setia, bagaimana masa tua? Evan ingin seperti papanya yang hanya mencintai mamanya tanpa ada sangkut-pautnya dengan mantan. Nah, karena alasan itulah Evan bertahan dengan yayang Mahdanya. Dan cowok imut ini biasa di panggil Van, beda V dan F dengan Fanisa. Tapi berbeda lah ya.

Gibran Pahlevi

(Gibran versi kacamata yaa)

Cowok tengil, tampan, kadang kalau marah nyeremin. Sahabat kecil Fanisa dan Fresa. Ia juga mencintai Fresa sejak kecil. Perpisahannya dengan Fresa sewaktu duduk di bangku SMP membuat ia sadar, jika tidak ada Fresa hidupnya hampa. Seperti sayur tanpa garam. Kini, Gibran kembali ke sisi Fresa, menjadi sahabat terbaik untuknya dan selalu melindungi Fresa. Apalagi sejak kejadian---ah! Lupakan kita kudu move on. Gibran sangat suka dengan group sepakbola Chelsea. Bahkan saking ngefansnya kamar Gibran penuh dengan hal berbau Chelsea. Ya, tipikal cowok kalau sudah fanatik terhadap suatu hal. Ia juga suka musik EDM dan lagu yang lebih ia suka, lagu yang di cover oleh Fresa. Ah! Gibran itu Marvel addict. Selain Chelsea memenuhi kamarnya, miniatur Marvel juga ikut meramaikan. Bahkan cowok tampan itu memiliki lemari khusus untuk barang-barang ke sayangannya. Ia juga biasa di panggil dengan Bran, Ban, atau Gi. Jadi jangan bingung lagi jika salah satu sahabatnya memanggil seperti itu.

Arkan Hutama.

Ini dia ketos Starlight SHS. Cowok tegas, bijaksana, dingin, berkacamata, tampan dan pastinya dia diam-diam suka dengan Kiki. By the way. Diam-diam sukanya Arkan bukan kaya yang di sinetron ya. Dia lebih rapi alias main cantik. Jika semua sahabatnya menunjukkan langsung maka Arkan kebalikannya. Dia lebih senang jika hal romantis yang ia lakukan hanya di ketahui dirinya, sang pencipta dan orang yang ia romantis kan. Arkan juga gak suka basa-basi ia lebih senang dengan tindakan langsung. Anjayyyy Arkan club cung! Cowok yang berkacamata ini biasa di panggil Ar, atau Kan. Jadi kalian akan menemukan panggilan tersebut nantinya.

# Bian

Pria brengsek yang paling di benci Galmoners. Gak perlu ngomong banyak karena yang di diri Bian gak penting. Anjay! Intinya dia tuh tipe cowok yang harus cewek hindari.

Alex

Mantan Mahda yang sama menyebalkan dengan Bian. Memutuskan hubungan tanpa kejelasan adalah hal yang tidak masuk akal tapi yang lebih gak masuk akal lagi, mutusin alasannya fokus belajar eh malah pacaran sama orang lain. Mainstream banget tuh alasan. Ini bukan pengalaman author. Tapi pengalaman temen sekelas author. Bahkan author sampai ngukuk rasanya ingin mengumpat cowok itu.

Hayooo perempuan ini siapa?? Cantik kan wkwkwk

 

❤️❤️❤️

PENGUMUMAN, AKU ADA REVISI CERITA INI YA. CUMA UBAH BEBERAPA ISI PART AJA SUPAYA MASUK AKAL. TERIMA KASIH YANG MAU BACA CERITA KU. JANGAN LUPA FOLLOW IG @SWEETCHOCOPINK YA ATAU KUNJUNGI W.A.T.T.P.A.D DAN D.R.E.A.M.E DENGAN NAMA PENA YANG SAMA. KARENA AKU MENULIS DI SANA JUGA. TERIMA KASIH LUV 💗💗 JANGAN LUPA BACAKARYA- KARYA KU YANG LAINNYA. HAPPY READING

Part 2

Masa Orientasi Mahasiswa (MOM)

Masa terindah dalam sekolah adalah masa dimana kamu menemukan sahabat yang membuat kamu bahagia hidup di dunia.Dan kamu bisa memilikinya sampai akhir hayatmu.

****

Suasana Starlight University, terlihat begitu ramai. Mahasiswa dan Mahasiswi dengan pakaian stylist ala anak muda jaman sekarang, mulai memenuhi area sekolah. Mereka semua datang bukan untuk demo, kunjungan, atau cari jodoh. Melainkan mereka sedang menjalankan suatu program sekolah yang yang dinamakan Masa Orientasi Mahasiswa atau di singkat MOM. Sebenarnya kita bisa saja menyebutnya OSPEK. Tapikan ingin yang berbeda gitu, jadilah mereka menyebutnya MOM.

Starlight University ini, terletak di Bandung. Pemilik dari Starlight University adalah Stevano, Karena Stevano telah tiada, maka kepemilikan Starlight ini, jatuh kepada Marcelle Ar-Rasyid. Nah si setahu Mahda, Marcelle ini sangat cerdas sekali bahkan dia sudah mendapatkan kelar tertinggi dalam sejarah dunia pendidikan. Segala macam gelar kampus dan sertifikasi dia miliki Andai saja dia jomblo, pasti Mahda sudah lakukan pendekatan. Sayangnya, dia sudah menetapkan jodohnya sejak kecil.

Kembali ke Mahda dan kawan-kawannya. Kini, Mereka tengah berkumpul. Sambil memperhatikan semua orang sudah bersiap dengan aktivitas mereka hari ini. Ah, rasanya Mahda akan melakukan suatu hal yanh luar biasa.

"Pagi adik-adik!!!" teriak Mahda membuat ketiga sahabat Mahda dan yang lain langsung menatap panggung horor. Mereka belum prepare atau bicara apapun tapi Mahda? Langsung naik ke panggung dengan tampang polosnya?! Astaga!

Benarkan? Mahda melakukan hal yang sangat luar biasa. Dia tidak peduli anak-anak yang di bawah panggung menatapnya dengan bingung. Yang pasti Mahda akan menghibur semuanya hari ini. Tidak terkecuali satupun.

"Pacar gue makin hari makin cantik aja. Jika KUA dekat dari sini gue tarik tuh anak." tutur Evan sambil menatap Mahda yang sangat energik di atas panggung.

"Eh buaya darat! Enak aja lu kata. Gue sama yang lain gak bakal ikhlas kalau Mahda sama lu! Lu gak lupakan kita ini musuhan? Dan jangan gunain gencatan senjata ini sebagai kesempatan buat kalian modus. Awas aja!" omel Fanisa.

Musuh? Benar si. Dalam beberapa hal mereka sangat terbilang musuh. Apalagi sejak mereka memasuki kampus. Beh. Kubu Mahda dan Evan selalu saja cekcok apapun. Makanya sampai detik ini mereka sulit bersatu. Padahal ya, ini adalah detik-detik di mana meraka akan lulus nantinya. Yang seharusnya memberikan sebuah memori terindah di sisa usia mereka di sini.

"Aduh Fanisa yang cantik ngalahin Raisa. Jangan galak-galak dong. Nanti kalau akang makin cinta gimana?" tanya Fano. Membuat Fresa menatap cowok itu bingung. Pasalnya sejak kapan balok es bisa secair ini? Gini ya, Fano itu makhluk yang kalau bicara satu kata atau dua kata atau bahkan hanya hem saja. Tapi sekarang? Wah, Luar biasa ya. Mungkin karena masa bakti mereka di kampus akan habis, mereka mulai menunjukkan taringnya. Biasanya nih Fanisa selalu di buat kesal setengah mati olehnya. Tapi sekarang? Lebih dibuat kesal. Fanisa takut Fano dan yang lain tengah melancarkan aksi modusnya untuk menjebak mereka dalam kisah percintaan yang membuat Fanisa malas membahasnya.

"Eh! Balok es! Lu kesambet?" tanya Fresa ketus. Pasalnya wanita itu sangat tahu bagaimana tabiat Fano selama ini.

"Ya akang kesambet. Kesambet cintanya eneng Fresa," balas Gibran membuat Fresa melempar buku yang sedang ia pegang. Untung Gibran sigap jadi ia langsung menangkap buku tersebut. Nah, ini yang Fresa tidak sukai Gibran selalu saja bisa mengganggunya setiap saat apalagi sejak dia putus.

"Aduh pagi-pagi udah modus aja sama bekasan gue." celetuk lelaki dengan name tag--Bian.

"Yeh orang gila! Mantan sebulan aja belagu," kata Fanisa sinis. Ya benar adanya Fresa dan Bian berpacaran hanya sebulan. Karena ada suatu insiden yang membuat mereka semua sangat benci kepada lelaki di depannya. Lelaki yang katanya akan menjaga Fresa dan berjanji layaknya pria pada umumnya malah seorang ******** kelas kakap yang bersembunyi di tampang menyebalkannya.

"Sialan! Jaga mulut lu ya!" kata Bian geram.

"Yeh! Lu sokap? Mulut-mulut gue ya terserah gue," balas Fanisa.

"Bian... Bian... Gue heran sama lu. Ini yang gagal move on itu lu apa Fresa? Tapi kayanya bukan Fresa deh, toh dia biasa aja. Tapi lebih ke lu yang gagal move on," kata Evan mengejek.

"Nah! Bener banget Van. Ini kutu emang gak bisa move on dari mantannya. Kasian banget ya?" ledek Fanisa.

"Eh, Mulut mercon! emang lu udah move on?" tanya Bian sengit.

"Kepo dah lo," balas Fanisa dan Fresa bersamaan.

"Gengs! Udah ya, lebih baik kita susul Mahda. Kalian gak mau kan dia malu-maluin di sana?" tanya Kiki.

"Biarin aja dia di sana. Dia lagi galau gegara doi makin mesra sama pacarnya," balas Fanisa menyindir Alex.

"Lu nyindir gue?" tanya Alex, mantan sekaligus sahabat karib Bian.

"Gak! Nyindir orang yang tidak berperikemanusiaan dan perikeadilan," balas Fanisa ketus.

Ya, Alex sama seperti Bian, namun masih brengsek kan Bian. Jika Bian hampir melecehkan Fresa maka lain halnya dengan Alex. Dia memutuskan Mahda tiba-tiba tanpa alasan jelas. Jadi, kalian paham kan kenapa Bian hanya satu bulan saja menjalin hubungan dengan Fresa? Itulah alasannya. Hukum pidana bagi Bian adalah sia-sia. Karena lelaki itu bisa keluar kapan saja. Wajar anak pemerintah. Apapun yang merena lakukan bisa terkabulkan dengan mudah. Fresa dan keluarganya bisa saja menghancurkan mereka. Tapi, Fresa tidak mau menambah masalah dengan lelaki itu. Biarkan saja nant Tuhan yang akan balas semuanya.

"Wihhh ada mantan. Hello, mantan! Apa kabarnya hari ini?" tanya Mahda yang tiba-tiba bergabung. Emang dasar Mahda yang ceria jadi siapapun akan dia sapa termasuk mantannya.

"Gue mah baik. Emang lu!" balas Alex sinis.

Mahda mengernyit bingung, namun melihat wajah sahabat-sahabatnya ia langsung paham jika Alex memancing amarah sahabatnya.

"Yeh gembel! Gue juga baik. Ya, gue doain aja lu cepat putus sama cabe-cabean." celetuk Mahda.

Niatnya mau menjaga jarak malah bertemu dengan mantannya. Sialan emang! Mahda benci sekali dengan makhluk di depannya. Makhluk yang sangat tidak berperikemanusiaan! Masa memutuskannya tanpa alasan, lalu tiba-tiba sudah gaet perempuan lain. Gila kali ya dia.

"Mendoakan hal buruk bertanda belum move on." celetuk Bian.

"Yehhh si brengsek ada di sini! Eh gue kasih tau ya, move on atau belum itu urusan kita dan lu jadi cowok jangan sok kegantengan! Ingat karma berlaku brayy," kata Mahda.

Melihat suasana mulai menegang, Arkan langsung mengambil tindakan sebelum sahabatnya ikut andil membela orang yang mereka cintai.

"Stop guys! Ingat tujuan kita di sini, jangan sampai acara ini hancur karena ego kalian." kata Arkan tegas.

"Benar kata Arkan, untuk saat ini kita samping kan masalah hati. Sekarang, waktunya kita sambut murid baru. So, forget it!" kata Kiki membuat Arkan tersenyum.

Mahda dan yang lain menghela nafas kasar saat bos besar sudah memerintah. Mereka mulai menaiki panggung mengikuti bos besar yang lebih dulu menaiki panggung.

"Pagi adik-adik!" teriak Arkan.

"Pagi kakak ganteng." koor anak cewek membuat Mahda dan kawan-kawannya tertawa.

"***** ganteng." celetuk Mahda membuat gadis cantik itu di tatap tajam oleh Arkan.

"Ya, dia lumayan lah ya. Apalagi kalau lagi pakai kacamata gini," kata Kiki membuat Mahda dan yang lain menatap Kiki serius.

"Lu pac---"

"Gak lah!" potong Kiki saat tahu ke arah mana pembicaraan Fanisa.

"Ya kalaupun lu pacaran kita mah dukung aja. Asal jangan pria brengsek," ucap Fresa. Karena dia tidak mau sahabatnya merasakan apa yang ia rasakan.

"Baiklah adik-adik. Sebelumnya kami ucapkan selamat kepada kalian karena bisa melewati ujian dengan baik dan juga selamat datang di rumah baru kalian, Starlight University," tutur Arkan dan di sambut dengan tepuk tangan meriah.

"Okey, terima kasih atas tepuk tangannya. Nama kakak Arkan Hutama. Ketua BEM di Starlight tercinta ini. Dan kakak juga wakil ketua basket," kata Arkan.

"Hello semuanya! Nama kakak Gibran Pahlevi. Wakil ketua BEM dan kakak juga wakil ketua futsal. Ah satu lagi, pacar kakak. Fresa Aditya." tunjuk Gibran ke arah Fresa yang sedang menatapnya tajam.

"Cieee.. patah hati ya. Nama kakak Fanisa Wijaya. Sekretaris dan ketua jurnalis," kata Fanisa.

"Aduh adik-adik jangan patah hati ya, masih banyak kakak tampan di sini yang jomblo kok. By the way. Nama kakak, Kiki Rahardja. Bendahara dan ketua modern dance," ucap Kiki.

"Nama kakak Fano malik. Ketua basket," ucap Fano singkat.

"Nama gue Bian. Senior di sini dan gue anggota basket." tutur Bian. Dalam hati Mahda dan kawan-kawan mereka malah menertawakan lelaki yang harusnya lulus setahun lalu malah stuck di sini. Dasar anak manja.

"Sama kaya Bian. Kakak senior di sini dan sebelumnya jabatan kakak ketua BEM dan sekarang masih menjabat ketua basket." jelas Alex. Sama aja dengan makhluk satu ini, mungkin karena orang tuanya satu kubu kali ya. Jadi gitu.

"Nama kakak Fresa Aditya, anggota BEM, dan jurnalis," ucap Fresa malas.

Sebelum Gibran memulai modusnya, Fresa langsung menginjak kaki Gibran. Beruntung cowok itu di sampingnya tadi, jadi ia bisa melakukan kekerasan padanya.

"Jangan envy sama mereka ya. Nama kakak Mahda Adijaya. Ketua dari band sekolah," ucap Mahda.

"Hello fans! Nama kakak Evan Laksono. Ketua futsal dan pacar dari Mahda," ucap Evan.

"Yeh? Lu gila?" tanya Mahda tajam.

"Ya aku gila! Gila karena kamu cantik." tutur Evan membuat anak-anak berkoar "cie".

Perkenalan terus berlanjut kepada anak-anak BEM dan ekstrakulikuler lainnya. Hingga akhirnya mereka masuk ke acara inti.

"Baiklah karena sudah selesai semuanya. Sebelumnya kakak akan kasih tau apa yang kalian lakukan seminggu ini. Hari pertama perkenalan kampus. Hari kedua, game dan hiburan. Terakhir camping sekaligus penutup acara." Jelas Arkan.

"Seperti yang sudah Arkan katakan tadi, sekarang kakak akan membacakan nama kelompok dan pembimbing kalian. Harap di dengarkan baik-baik." kata Kiki.

Selama pembacaan nama kelompok, Mahda sering kali curi-curi pandang ke arah Alex. Membuat Fresa yang berdiri di sampingnya mendengus kesal.

"Ada ya, orang udah di sakitin masih aja baik," celetuk Fresa.

"Gue cuma masih mau nunggu alasan dia mutusin gue Ca. Gue bodoh banget ya?" tanya Mahda sendu.

"No and yes," balas Fresa ambigu.

"Ish! Eca mah nyebelin!" kata Mahda merajuk.

Fyi, Eca adalah panggilan untuk Fresa dari ketiga sahabatnya.

"Sorry deh," balas Fresa acuh tak acuh.

Setelah Kiki selesai membacakan daftar kelompok, anggota BEM lainnya mulai gabung dengan kelompok mereka termasuk Galmoners dan FEGA.

*****

Fresa Aditya, tengah berjalan sendiri di lorong kampusnya. Ia meninggalkan kelompoknya di bawah bimbingan Gibran dan Bian. Berada di sekitar mereka membuat kepala Fresa pening. Apalagi jika harus mendengar ocehan dari si brengsek. Rasanya ingin sekali menyumpal mulutnya detik itu juga.

"Well... Well... Well... Ada sahabatnya kuman di sini," kata cewek gembel dengan pakaian ketatnya. Kenapa Fresa bilang gembel? karena wanita itu adalah wanita pengganggu yang dia kenal.

"Eh? Biji cabe!" celetuk Fresa.

"Jaga ucapan lu ya!" bentak cewek di depan Fresa.

"Ya gua jaga. Saking jaganya gue gak bakal nikung orang!" kata Fresa tajam.

Fresa melihat perubahan wajah wanita yang sekelas dengan Bian dan Alex itu, hanya bisa tersenyum sinis. Dasar perusak hubungan orang!

Baru saja Fresa ingin kembali, bahunya di tarik sehingga dirinya berbenturan dengan tembok di sampingnya. Wanita ini mau cari masalah dengannya.

"Merasa kalah heh?" tanya Fresa sinis.

Entah kapan cewek gila dihadapan Fresa mengambil benda tajam karena saat ini dia tengah merasakan sakit di sekitar telapak tangannya. Akibat wanita gila ini.

"Puas?" tanya Fresa tajam sambil meringis menahan sakit di telapk tangannya.

Sial! kalau kaya gini pasti yang lain akan menanyakan banyak hal. Fresa membantin. Ia rasanya ingin menjambak rambut wanita itu tapi entah kenapa dia jadi ingin duduk sekarang akibat ngilu yang dia rasakan.

"Sangat! Bye sahabat kuman!" ucap cewek gila.

Fresa mengumpat saat tangan kanannya sudah di penuhi darah. Tidak perlu menunggu lama, dia langsung menghubungi ketiga sahabatnya dan setelah itu ia terduduk lesu di lantai. Sumpah Fresa sangat benci saat dia selemah ini.

****

Mahda, Fanisa dan Kiki langsung berlari kencang saat mendapati voice chat dari Fresa. Mereka tahu pasti ada hal buruk yang terjadi dengan Fresa. Makanya mereka berlari meninggalkan tempat masing-masing dengan berpamitan ke toilet.

"Mahda, lu ke UKS. Gue ambil alat kebersihan dan Fanisa lu susul Fresa!" perintah Kiki. Membuat mereka langsung berpencar. Buat apa alat kebersihan? Ya pastinya membersikan sesuatu yang akan mereka temukan.

"Fresa!" teriak Fanisa berlari secepat kilat. Tenang guys mereka perempuan yang sukanya pakai sneekers dibandingkan heels kaya anak jaman sekarang.

"Hai, Fan! Gak ada yang curiga kan?" tanya Fresa membuat Fanisa terdiam kaku.

"Ah! Sepertinya tidak." lanjut Fresa karena sahabatnya hanya diam tidak mau menjawab pertanyaannya.

Fanisa diam karena dia horor menatap darah yang ada di tangan Fresa. Ia bersumpah akan membalas siapapun yang melukai Fresa. Apalagi membuatnya sangat lemah seperti sekarang ini.

"Fresa!" teriak Kiki dan Mahda.

Mereka berjalan mendekati Fresa dengan barang bawaannya. mereka yakin, ini tidak cukup untuk di balut. Apalagi pecahan kaca tersebut masih nyangkut di tangan Fresa membuat mereka menatap ngeri.

"Terpaksa kita har-----"

"Fresa?!"

Teriakan yang sangat mereka hafal membuat mereka menegang. Bahkan keempat gadis cantik tersebut tidak berani memutar tubuhnya.

"Sudah kakak duga! Kalian minggir!"usir kakak laki-laki Fresa, Faza.

Faza Aditya, pria tampan yang juga dokter ini langsung mengobati adiknya. Ia sudah menduga jika ada hal buruk dengan adiknya dan benar saja. Firasatnya tidak pernah salah perihal adiknya.

"Siapa pelakunya?" tanya Faza sambil menjahit luka adiknya. Beruntung sekali di dalam tasnya selalunada alat-alat seperti ini. Kalau tidak pasti kampus akan heboh dengan kedatangan Faza yang nantinya menggendong Fresa keluar dari kampus. Secara Faza juga di sini memiliki fans. Wajar jika Fresa malas berdekatan dengan kakaknya.

"Tadi aku jatuh kak," balas Fresa berbohong.

"Baiklah jika kamu mau kakak yang turun tangan. Jangan harap kakak akan melepaskan orang itu!" ucap Faza.

"Stop kak! Aku capek kalau kakak kaya gini, aku juga mau kaya anak yang lain. Please, beri aku kesempatan aku akan balas dia." kata Fresa.

"Baiklah, kakak kasih kamu waktu seminggu ini, lepas itu jangan harap orang itu lepas dari genggaman kakak!" kata Faza.

Mahda dan kedua sahabatnya menahan nafas selama mendengar perbincangan Fresa dan kakaknya. Faza adalah orang yang paling menyeramkan, jadi mereka lebih baik tidak ikut campur saat Faza berbicara. Karena bertemu dengan Faza sama halnya dengan bertemu malaikat maut.

"Kembali ke ruang kelas kalian! Biar petugas kebersihan yang membereskan." perintah Faza.

Di saat Galmoners meninggalkan TKP, Faza sudah menyeringai di tempatnya. Ia bahkan langsung meminta anak buahnya untuk mengambil rekaman cctv. Adiknya memang bisa menyelesaikan sendiri, tapi Faza akan membalasnya berkali-kali lipat.

*****

Ternyata, di saat Galmoners sibuk dengan Fresa tadi, acara pengenalan selesai, bahkan tinggal anak BEM yang sedang mempersiapkan diri untuk esok.

"Syukurlah Ca. Kalau sampai lu ketemu Gibran, gue gak tau dia bakal ngapain lu nantinya," kata Fanisa.

"Kenapa sama gue? Dan apa yang bakal gue lakuin?" tanya Gibran tiba-tiba.

"Kepo lu kambing!" celetuk Fresa mengalihkan keterkejutan mereka.

"Kalian perginya lama banget ada apa?" tanya Arkan serius.

"Tadi di panggil dosen," balas mereka kompak.

"Widih! Sudah tyduck diragukan jika Galmoners selalu kompak!" kata Evan.

"Hahaha.. lucu!" balas Fresa.

"Dia gak lucu Ca! Tapi lebay, dan saking lebaynya, ingin gue musnahkan dia!" balas Mahda ketus.

"Kalau lu musnahin gue tar lu kangen lagi." celetuk Evan.

"Hahaha kangen? Sama lu?! Najis!" balas Mahda ketus.

"Tangan lu kenapa Ca?!" tanya Gibran dengan nada dinginnya.

"Lu tau gak ? Fresa jatuh gegara liat ghost!" balas Fanisa antusias.

"Lu kira gue ****! Fresa gak takut sama yang begitu!" omel Gibran. Membuat Fanisa mengumpat dalam hati. Gibran menyebalkan!

"Gak usah ngomel berapa bro?" tanya Fano dingin.

"Diem No! Tangan lu kenapa?!" tanya Gibran sengit.

"Cuma jatuh tadi." balas Fresa lembut, membuat emosi Gibran menghilang seketika.

"Anjay jinak!" ledek anggota BEM yang lain.

"Emang gue binatang buas!" umpat Gibran.

"Lu bukan binatang buas Gib! Tapi lu buaya darat," balas Fanisa membuat yang lain terbahak.

Mereka bersyukur hari pertama berjalan dengan lancar. Tanpa mereka sadari ada masalah yang terjadi hari esok. Dan semoga saja Galmoners bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik.

❤️❤️❤️

Part 3

Masa Orientasi Mahasiswa (MOM) 1.2

 

 

Memberikan kesempatan untuk orang lain adalah hal tersulit. Namun kita harus melakukannya demi memberikan kepercayaan diri padanya.

 

 

*****

 

 

Mentari pagi mulai bersinar, burung-burung mulai berkicau menandakan bahwa hari baru sudah datang. Di salah satu rumah mewah, sosok gadis cantik sedang asik menikmati sarapannya. Sesekali ikut obrolan keluarganya. Hal yang jarang dia lakukan karena kesibukan masing-masing. Dan biasanya gadis cantik itu akan berlama-lama di kediamannya, guna melepaskan rindu akan kedua orang tuanya yang sibuk melalang buana.

 

 

Tapi, takdir berkata lain. Suara ponsel gadis cantik tersebut menarik perhatian yang lain. Saat keluarganya ingin bertanya. Gadis cantik itu langsung pamit ke sekolah tanpa menjelaskan apapun. Padahal hari masih pagi untuk sekedar berangkat ke kampus. Bahkan ajakan untuk di antar, dia tolak mentah-mentah karena memilih berangkat dengan kendaraan online. Dan gadis cantik itu tidak curiga dengan pesan yang ia terima, dia tidak peduli masih pagi dan sepi ketika dia memasuki kawasan kampusnya. Yang penting ia harus menemui yang lain, Karena dia yakin mereka sudah menunggu kedatangannya.

 

 

Baru saja ia ingin memasuki aula, pukulan di tengkuknya membuat gadis cantik tersebut jatuh pingsan. Dua sosok yang melihat tindakan mereka tersenyum senang. Mereka sangat puas rencananya berhasil dengan lancar jaya. Tidak mau ada yang curiga, langsung saja mereka membawa tubuh gadis cantik tersebut ke sebuah gudang yang tidak pernah di kunjungi oleh orang lain. Gudang yang sangat terasingkan dari bangunan megah Starlight. Bayangkan saja Starlight termasuk universitas yang sangat lengkap bahkan jenjang pendidikan di mulai dari Taman Kanak-kanak sampai University. Jadi menemukan gadis cantik itu sudah di pastikan sangat amat sulit. Karena gudang ini benar-benar tidak pernah di datangi, kecuali saat adanya sidak kampus oleh pemilik. Sayangnya saja, pemilik kampus belum berkunjung. Kalau dia tahu ada insiden seperti ini pasti jajaran kampus akan jadi sasaran empuknya.

 

 

Kini, kedua sosok itu mengikat gadis tersebut di kursi yang ada di sana. Suasana pengap membuat siapapun akan sulit bertahan di sana. Apalagi, hanya ada satu fentilasi yang ada. Dengan senyuman kebahagiaan kedua sosok tersebut langsung pergi meninggalkan lokasi akhirnya mereka bisa membalas gadis cantik itu, karena biasanya dia selalu di lindungi oleh teman-temannya.

 

 

**

 

 

Sama halnya seperti hari kemarin, Starlight sudah di penuhi oleh anggota baru mereka. Anak-anak BEM sudah sibuk menyiapkan diri untuk kegiatan hari ini. Termasuk Galmoners yang akan tampil beberapa jam lagi.

 

 

"Gengs! Dapat kabar gak dari Fresa? Ini udah jam sembilan loh. Dan dia udah ngaret dua jam!" Kata Mahda panik.

 

 

"Gak tau ni, handphonenya mati. Apa perlu gue tanyain nyokapnya?" Tanya Fanisa khawatir. Karena tidak biasa Fresa mematikan ponselnya.

 

 

"Tanyain aja deh Fan, gue takut si Fresa sakit gegara luka kemarin. Apalagi liat tangannya di jahit gitu buat gue ngeri. Yang lebih ngeri, dari mana Faza tahu semua itu ya?" Tanya Mahda panjang lebar. Sampai dia teringat sosok Faza yang tiba-tiba muncul tanpa di undang. Macam jelangkung aja gitu. Tiba-tiba muncul tiba-tiba pergi.

 

 

Kiki tersenyum kikuk. "Sebenarnya gue yang kasih tahu kak Faza. Habis dia tiba-tiba nelpon gue, karena panik ya gue langsung asal ceplos." Jelas Kiki sambil mengelus lehernya. Takut kena semprot oleh yang lain.

 

 

"Gils! Acting lu kemarin sangat bagus! Cocok banget jadi artis," balas Fanisa sinis.

 

 

"Sorry deh,"tutur Kiki menyesal.

 

 

Di saat Fanisa berbicara dengan ibunya Fresa, Mahda dan Kiki mencoba mengirim pesan atau apapun yang bisa mereka lakukan Sampai....

 

 

"Gawat!" Teriak Fanisa membuat mereka menarik perhatian geng FEGA.

 

 

"Gawat kenapa?" Tanya Gibran yang tiba-tiba bergabung dengan mereka. Karena tahu kekasihnya belum bergabung dengan kekasihnya.

 

 

"Gak kenapa-kenapa, cuma nyokapnya gak bisa di hubungi," balas Fanisa dengan senyum lebarnya.

 

 

"Sialan! Gue kira ada hal buruk yang terjadi dengan Fresa!" Kata Kiki yang tadi sempat panik.

 

 

"Ouhhh.. kalian cari Fresa? Dia tadi kirim sms pagi-pagi. Katanya gak bisa datang karena urusan keluarga. Mungkin itu juga alasan kenapa nyokap Fresa gak jawab telpon kalian." Jelas Gibran.

 

 

"Ouh.. Like that. Kalau gitu kita langsung aja tampil. Toh kalau Fresa ada di juga gak bakal bisa tampil," tutur Mahda.

 

 

"Bener juga! Ya udah kuy kita hibur dede emes!"kata Fanisa.

 

 

Tidak perlu menunggu lama, mereka langsung naik ke atas panggung. Walau dengan perasaan yang tidak enak, mereka ada di atas panggung mencoba menghibur semampu mereka. Semoga benar Fresa ada urusan.

 

 

"Pagi adik-adik!" Sapa Mahda.

 

 

"Pagi kak!"

 

 

"Dari pada bosen, mending ikut kakak nyanyi. Ada yang tau lagu Havana gak?" Tanya Mahda

 

 

"Tau kak! Yang di cover sama Manu Rios!" Celetuk salah satu anak baru. Aish. Mereka tahunya cowok ganteng saja. Padahal penyanyi asli Havana adalah wanita cantik--Camila Cabelo. Kiki melihat Fanisa antusias, langsung mengambil alih sebelum Fanisa beraksi lebih yang mengakibatkan mereka malu nantinya.

 

 

"Baiklah adik-adik, kita nyanyi sama-sama ya!" Kata Kiki kepada semuanya.

 

 

1... 2.. 3...

 

 

Mereka pun bernyanyi bersama. Sedangkan FEGA dan yang lain sudah berpencar untuk menyembunyikan pin BEM mereka. Mereka semua berharap hari kedua ini, berjalan dengan lancar seperti hari kemarin. Karena setelah hari ini usai mereka akan menyiapkan persiapan untuk camping dan pastinya akan sangat memakan waktu banyak, sebab mereka juga harus menelaah lagi lokasi dan cuaca esok hari.

 

 

**

 

 

Tepat setelah Galmoners selesai menyanyikan lagu. Arkan dan Gibran langsung naik ke atas panggung. Menggantikan mereka. Supaya Galmoners beristirahat atau minum demi menghilangkan dahaga akibat menghibur mereka semua.

 

 

"Hello adik-adik! Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya. Hari ini kita akan bermain game! Apa gamenya? Pertama, kalian harus cari pin BEM yang kami sembunyikan di beberapa tempat. Dan kedua, kalian harus benar menjawab soal yang akan kalian terima di setiap pos. Jika kalian semua bisa menjawab dengan baik, kami akan memberikan sebuah hadiah untuk kelompok mana saja yang bisa menjawab dengan baik. Jadi, kalian semua harus kompak dan semangat! Siap untuk kegiatan hari in?!" Ucap Gibran menyemangati adik-adiknya. Karena dia tahu ini adalah awal dari perjalanan mereka sesungguhnya. Setelah kuliah pasti ada yang bekerja atau membangun usaha. Untuk itulah Gibran mau selama di kampus mereka bukan hanya menikmati waktu masa muda, tapi juga bagaimana mereka bisa menempatkan diri hingga tidak terbawa arus. Seperti halnya dia dan yang lain. Masih muda bisa menempatlan diri dengan sebaik mungkin. Karena jika bukan kita yang memulainya siapa lagi? Hidup kita yang rancang kita yang atur. Tinggal bagaimana kita memproses semuanya dan kearah mana semuanya akan berlabuh. Karena semua adalah hasil akhir nanti adalah hasil dari buah usaha yang kita kerjakan.

 

 

"Siap kak!" Koor semuanya.

 

 

"Sepertinya mereka sangat siap, kalau begitu kita langsung saja memulai acara ini. So, have fun guys!" Kata Arkan.

 

 

Karena Galmoners dan FEGA bukan penjaga pos, mereka langsung melangkahkan kaki menuju aula. Ya, mereka akan menyiapkan beberapa hadiah untuk kelompok yang bisa menjalankan tugas mereka dengan baik.

 

 

"Guys! Gue kok ngerasa aneh ya. Okey awalnya kita sempet panik karena Fresa gak hadir. Tapi kok gue ngerasa Fresa ada di sekitar kita. Tapi, ya you know," ucap Fanisa. Entah kenapa firasatnya sangat buruk, apalagi seumur hidupnya dia selalu bersama Fresa jadi sangat aneh jika sahabatnya itu tidak ada kabar seperti sekarang. Sekali pun Fresa izin masuk kampus pasti menyampaikan padanya bukan Gibran! Kenala Fanisa baru menyadarinya sekarang. Pasti dugaan firasaatnya benar.

 

 

"Gue gak tau apa perasaan gue aja, tapi gue ngerasa panik. Bahkan saat kita nyanyi tadi gue kepikiran Fresa," kata Kiki khawatir.

 

 

"Makanya jangan pakai perasaan, dasar cewek," cibir Evan.

 

 

"Yehh si kambing! Emang lu di ajak!" Balas Fanisa ketus.

 

 

"Nah! Karena gue gak di ajak, jadi gue langsung nimbrung," kata Evan.

 

 

Tidak mau menanggapi Evan, Mahda dan sahabatnya lebih baik fokus membungkus hadiah yang ada di hadapan mereka. Toh, ucapan Evan juga bukan ucapan bermutu, jadi tidak perlu mereka balas.

 

 

**

 

 

Di sebuah rumah sakit ternama, sosok tampan yang tengah duduk di bangku singgasananya sedang gelisah. Entah kenapa dia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Bahkan saat dirinya memeriksa pasien, ia selalu teringat adiknya.

 

 

"Woii! Kenapa lu?!" Bentak seseorang.

 

 

"Bisa kah anda ketuk pintu?!" Bentak Faza balik.

 

 

"Maaf dokter, tadi saya sudah mengetuk pintu anda tapi anda tidak membalas. Jadi saya berinisiatif untuk masuk ke ruangan dokter. Kali saja anda mati di tempat, siapa yang tahu?" balas sosok cantik di depan Faza.

 

 

"Gue gak ada urusan sama lu, jadi gua mau pergi!" Kata Faza dingin

 

 

"Gak nanya,"balasnya. Membuat Faza ingin sekali melemparnya ke Pluto!

 

 

Di saat Faza keluar dari ruangannya, sosok cantik tersebut tersenyum bahagia. Akhirnya mereka bertemu kembali setelah perpisahan yang lama. Dan ia tidak peduli dengan Faza yang mengusirnya untuk tidak mengikuti kemana langkah kakinya. Yang penting dia harus berdekatan dengan Faza mulai saat ini. Wanita itu sangat merindukan Faza. Terlihat dengan jelas dari bola matanya.

 

 

**

 

 

"Akhirnya selesai juga, karena saran Fresa kerjaan kita jadi numpuk. Menyebalkan!"dengus Evan. Saat mereka semua menyelesaikan acara bungkus hadiah.

 

 

"Lu parah banget dah sebagai saudara seangkatan! Kalau Fresa hadir juga dia gak bakal nyusahin kita. Apalagi Fresa itu orang yang mandiri!" Balas Mahda ketus.

 

 

"Ya ayang beb, maafkan aku ya sayang. Maklum lagi PMS," balas Evan asal.

 

 

"Akhirnya seorang Evan mengakui kalau dia wanita. Luar biasa!" Ucap Fanisa sambil bertepuk tangan.

 

 

"Eh bocah! Lu gak tau PMS apa?!" Tanya Evan sengit.

 

 

"Tau! itu premenstrual syndrome atau bisa di bilang masa datang bulannya perempuan! Dasar bodoh!" Umpat Mahda.

 

 

"Bukan! Lu ke ipaan banget dah! PMS itu artinya Pedih Menjadi selingkuhan bodoh! Dasar gak ke kinian!" Balas Evan sengit.

 

 

Arkan dan yang lain, hanya bisa tersenyum sinis melihat tingkah memalukan sahabat mereka. Seandainya, nyawa Evan banyak mungkin cowok itu sudah habis dengan mereka.

 

 

"Hahaha... Gue yakin kalau ada Fresa lu bakal di bully! Selingkuhan? Sejak kapan Mahda mau sama lu? Mahda aja masih setia sama mantannya. Kasian banget hidup lu Van! Gue ikut prihatin," kata Fanisa sambil menepuk pundak Evan membuat Fano yang melihat mendengus di tempatnya. Bisa-bisanya Fanisa melakukan itu! Dia saja tidak pernah di sentuh bahunya oleh Fanisa. Menyebalkan!

 

 

"Udah deh Van, kalau mau nyebar virus jangan ke kita-kita. Kesel gue liat lu lagi lebay kaya gini," kata Gibran. Sambil mengecek ponselnya, karena Fresa tidak juga kunjung membalas pesannya. Padahal biasanya dia akan membalas dengan jawaban ketus atau pun yang lain.

 

 

"Alah iri bilang aja bos, secara gue ini orang yang paling banyak punya fans!" Balas Evan menyindir. Tentu saja Evan kan sangat terkenal dengan mulutnya yang terlalu ramah.

 

 

"Sok ngartis lu!" Balas Mahda ketus.

 

 

Adu mulut terus terjadi antara Mahda dan Evan. Sampai saat sosok tampan dengan kemeja putih mendatangi mereka dengan raut wajah panik.

 

 

"Fresa mana?!" Bentak sosok tersebut.

 

 

"Kak Faza? Bukannya kakak sama yang lain lagi ada urusan?" Tanya Gibran bingung.

 

 

"Urusan apa?! Orang dari tadi gue di rumah sakit, terus tuh bocah berangkat ngampus pagi buta. Gue pikir emang kalian ada rapat, tapi pas gue liat Gibran berangkat agak siang dari adik gue. Gue jadi mikir nih, pasti ada hal hang terjadi pada Fresa karena sedari tadi perasaan gue gak enak. Mana tuh bocah?!" Balas Faza sengit.

 

 

"Emmm.. sebenarnya dari tadi pagi, kita gak liat Fresa kak. Terus kata Gibran dia dapat pesan dari Fresa kalau dia tidak bisa hadir hari ini, jad--"

 

 

"Sial!!! Kalian ini sahabatnya bukan si?! Kemarin Fresa luka karena belain sahabatnya dan sekarang?! Astaga!" Ucap Faza emosi. Bagaimana tidak? Jelas-jelas adiknya datang lebih pagi dan dia tidak mau di antar olehnya. Sedangkan jawaban mereka, sangat sesuai dengan firasatnya sedari tadi.

 

 

"Kak Faza sabar dulu. Gibran bisa liat pesan yang dikirim Fresa?"tanya Kiki.

 

 

Gibran langsung menunjukkan pesan yang ia dapatkan pagi hari. Semua orang pun ikut melihatnya termasuk Faza.

 

 

"Ini bukan ketikan Fresa,"balas Faza lirih.

 

 

Mendengar jawaban Faza, membuat Galmoners dan FEGA langsung berlari keluar aula. Tidak perlu memerintahkan yang lain, karena mereka langsung berpencar mencari keberadaan Fresa sesuai dengan apa yang ada di kepala mereka. Begitupun dengan Faza.

 

 

***

 

 

Gibran terus mencari keberadaan Fresa, bahkan lelaki itu sudah berada di daerah yang sangat jarang di lewati oleh siapa pun. Melihat ke sana ke mari, apakah ada yang mencurigakan. Ternyata tidak. Gibran terus berjalan, sampai ia menginjak sesuatu. Sesuatu yang membuat jantung Gibran berdebar kencang.

 

 

"Gantungan tas Fresa?" Gumam Gibran.

 

 

Baru saja mau pergi, suara benda terjatuh membuat Gibran menghentikan langkahnya. Gibran berlari ke arah pintu yang beberapa meter dari tempatnya berdiri, dan menempelkan telinganya di pintu tersebut. Tidak salah lagi, ada orang di dalam! Terdengar dari suara gesekan-gesekan benda yang ia dengar secara lirih. Tidak mau menunggu lama, dan firasatnya juga semakin tidak enak. Gibran langsung mendobrak pintu tersebut. Betapa kagetnya Dia saat melihat apa yang ada di hadapannya.

 

 

"Fresa!!!"

 

 

Gibran langsung membuka ikatan tali yang mengikat Fresa, bahkan melihat bekas luka di tengkuk Fresa menjelaskan jika Fresa di pukul dari belakang. Apalagi wajah pucat pasi Fresa membuat emosinya meningkat sampai ke ubun-ubun.

 

 

"Fresa! Do you hear me?"tanya Gibran saat ia sudah melepaskan plester dari mulut Fresa. Dan membiarkan gadis di depannya menikmati kebebasannya dari ikatan tali tersebut.

 

 

"Sesak," balas Fresa lirih. Tanpa Fresa sadari air matanya sudah mengalir tanpa bisa di cegah. Bayangkan saja saat dia membuka mata, dadanya rasanya sangat sesak saat melihat di mana dia berada. Di tambah lagi sirkulasi di sini sangat menyesakkan, membuat Fresa menendang apapun yang ada di sekitarnya. Dan dia beruntung, Gibran mendengarnya. Fresa merasa bahagia saat Gibran muncul, Fresa bahagia sekali sampai tidak sadar menangis. Sekuat-kuatnya perempuan, dia pasti lemah juga. Bahkan air mata yang dia keluarkan bukan hanya sebagai kelemahan. Melainkan bisa sebagai rasa syukur yang di rasakannya.

 

 

Melihat Fresa menangis, emosi Gibran semakin memuncak. Ia menghubungi yang lain untuk bertemu di UKS dan tanpa banyak bicara, Gibran langsung menggendong tubuh Fresa. Hingga Gibran tidak sadar jika ada dua sosok yang bersembunyi di balik pilar dengan tersenyum bahagia. Rencana mereka berhasil. Mereka tinggal melakukan permainan selanjutnya.

 

 

**

 

 

Mahda dan yang lain tengah cemas melihat kondisi Fresa yang pucat tadi. Ia tidak menyangka hal buruk terjadi dengan Fresa kembali. Bahkan kejadian kemarin saja mereka belum tahu pelakunya, sekarang masalah baru lagi?! Sial!

 

 

"Apa maksud ucapan Faza tadi?!" Bentak Gibran kepada Fanisa.

 

 

"Santai Gi! Gue tau lu khawatir tapi gak usah bentak Fanisa!" Omel Fano.

 

 

"Diam lu No! Gue gak lagi bicara sama lu!" Bentak Gibran.

 

 

"Stop guys! Kami emang salah karena bohong, tapi ada saatnya semua yang terjadi sama sahabat gue, gak perlu lu ketahui. Gue tau lu itu seperti apa Gibran, jadi wajar jika kami melakukan ini. Intinya, kemarin Fresa di serang dan sampai detik ini Fresa tidak mau memberi tahu siapa yang nyerang dia. Puas?" Tanya Kiki membuat semuanya terdiam.

 

 

Gibran terduduk lesu. Mereka semua sama seperti Gibran, khawatir. Tapi...

 

 

"Fresa dengarkan kakak!"

 

 

Bentakan Faza membuat Gibran dan yang lain langsung masuk ke dalam UKS.

 

 

"Dengarkan kakak?! For what?! Kakak gak pernah kasih aku kesempatan untuk menyelesaikan masalah aku sendiri! Kakak egois!" Balas Fresa marah.

 

 

"Kakak gak peduli kamu bilang apa. Keputusan kakak sudah bulat, besok kita ke Jerman. Dan kakak tidak menerima penolakan, kecuali jika kamu menyebut siapa pelaku tersebut" pancing Faza.

 

 

"Aku tau kakak seperti apa, aku akan ke Jerman!" Putus Fresa membuat Mahda dan yang lain terdiam kaku. Mereka tidak sanggup jika harus berpisah dengan Fresa. Mereka...

 

 

"Fresa hiks... Jangan pergi," kata Mahda.

 

 

"Ya Ca! Jangan pergi, apa jadinya Galmoners kalau gak ada lu? Ah Eca mah!" Balas Fanisa menangis.

 

 

"Tau ih Eca! Masa mau pergi ke Jerman, nanti kalau lu pergi yang bakal ledekin kita-kita siapa? Terus yang bakal bully Mahda siapa hiksss..."

 

 

"Yaa Ca. Gue ikhlas di Bully sama lu, yang penting jangan pergi. Hikssssss.."

 

 

"Tau Ca, kalau lu di Jerman sepi gak ada kita-kita" tambah Fanisa.

 

 

"Kan bisa video call" balas Fresa lirih.

 

 

"Ah! Gak seru. Hikss... Lebih seru tuh aslinya. Apaan cuma liat gambar doang, mana kita tahu di sana lu kenapa-kenapa" balas Mahda.

 

 

Mahda dan yang lain tidak mau persahabatan mereka harus terpisah jarak dan waktu. Mereka belum siap untuk itu. Sampai...

.

.

.

.

 

 

Plakkkkkk....

 

 

Suara tamparan terdengar begitu nyaring. Semua pandangan langsung menatap sosok cantik tersebut, sedangkan Fresa? Dia bahagia melihat kakaknya di tampar. Karena Fresa bahagia malaikat pelindungnya kembali.

 

 

❤️❤️❤️

 

 

Di tampar guys kak Fazanya. Semoga di sadar ya 🤭🤭 Jangan lupa follow ig aku ya @sweetchocopink. Terima kasih 💗 dan jangan lupa baca cerita - cerita ku yang lainnyaa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!