NovelToon NovelToon

Barisan Para Mantan

Akhir penantian dan awal hidup baru

"Kamu harus datang ya....janji sama aku" dengan suara lembut dan genggaman kedua tangan Bimo di tangan kiri Ima. juga dengan wajah memelas memohon, jangan harap wajahnya lucu, manis dan menggemaskan. wajah Bimo terlihat menakutkan untuk Ima. ya walaupun tetep tampan.

Ya, bagaimana tak menakutkan sedangkan di tangan kanan Ima memegang kartu undangan pernikahan Bimo dengan entah siapa. padahal baru seminggu yang lalu mereka putus.

Saat ini adalah momen paling aneh untuk Ima. mantan pacar rasa pacar, maklum baru seminggu putus memberikan undangan pernikahannya dan meminta untuk hadir di acara pernikahannya.

"Bimo, Lo luar biasa. luar biasa jahat ma gw" dengan intonasi yang mirip-mirip mba cinta di AADC. Ima mengembangkan senyum manis dan melepaskan tangannya dari genggaman kedua tangan Bimo. "tapi pasti gw datang kok" dikedipkan mata kirinya dan melenggang pergi meninggalkan Bimo menuju singgasana kubikel tempat kerjanya.

Dengan anggun Ima mendudukkan tubuhnya di singgasananya karena tahu Bimo masih melihatnya dari tempat ia berdiri.

'Ima, kamu harus kuat. satu tumbang seribu berdiri.' ia menyemangati diri sendiri. 'tapi apa yang berdiri' cengengesan keluar dari mulut Ima.

"kenapa lo, ma" Dara, tetangga kubikel Ima melirik dengan kerutan di dahi "ketawa sendiri, stress ya Bimo mo nikah" tudingnya.

"iya stress" dengan nada sok imut dan gaya dimirip-miripin anggota cherrybelle, kedua tangan Ima di dagu. "kenapa tiap tahun harus aku yang buat rencana tahunan, semesteran, bulanan, mingguan mpe harian" di tambahkan kerlingan kedua mata.

Dara menujukan wajah terkejut menjurus syok.

"duh, ma. gw ke kamar mandi dulu ya. kebelet" dengan langkah seribu dara meninggalkan Ima dengan senyum kemenangan. ya, kemenangan Ima mengusir dan menjawab tuding dara.

Beginilah nasib pacaran dengan sesama rekan kerja, semua orang dikantor tahu. Bahkan dijadikan tontonan gratis penghilang stress. Sebenarnya Dara bukan teman yang senang diatas penderitaan temannya, tapi jiwa kepo tak bisa dibendung bukan. Rekan kerja di Sekolah swasta ini tidaklah banyak, hanya ada 30 orang, atau bisa juga disebut guru, pengajar atau pendidik. Yap, Ima berkerja di Sekolah swasta yang lumayan bonafit. Dan Dara merupakan rekan tim satu kelas Ima jadi tentu saja mereka sangat akrab, sampai tahu titik kelemahan masing-masing. Tentu saja dengan kelemahan itu Ima bisa mengusir Dara pergi untuk sementara waktu.

'akhirnya terbang juga tuh burung dara' dengan helaan nafas dan sedikit merenggangkan tangan. diputarnya kursi singgasananya dengan tangan yang masih direnggangkan.

'cih... si bemo masih aja lihatin mulu. kerja sono' runtuknya saat ekor matanya masih bisa melihat Bimo berdiri ditempat yang sama saat memberikan undangan pernikahannya.

'ngarepin apaan sih masih liatin gw, maunya gw nangis-nangis sedih gitu lo kasih undangan nikah. itu gak mungkin terjadi bemo'

"Semangat buat rancangan kerja semua" dengan suara imut Ima mencoba memberikan semangat kepada rekan-rekan kerja di dalam kantor pengajar Sekolah. Dan riuh semua yang ada didalam kantor menjawab

"Ayo, mba Ima kita semangat" balasan paling semangat juga dari Bu Henny, pendidik senior. "Ayo, yang lain juga mulai buat, makin cepat selesai biar liburnya makin panjang" keriuhan bertambah setelah motivasi dari senior meluncur keluar dari mulut beliau.

Bimo melangkahkan kakinya dengan lesu menuju kubibel tempat kerjanya. Ima pun tersenyum menang.

Memulai mimpi baru

Stress makannya bakso,

sedih makannya bakso,

galau makannya bakso,

pusing makannya bakso,

seneng makannya bakso,

ngumpul makannya bakso,

pokoknya semua masalah aku tumpahkan aja ma bakso plus sambal hingga warna kuahnya berubah lebih cerah daripada gincunya maklambe

Ima dengan semangat empat lima mengunyah bakso dari mangkuk keduanya. Dara disampingnya memasang wajah perpaduan jijik ma ngeri

"Ma, itu kuah ngeri banget warnanya... gak sakit perut tuh"

"dah dua mangkok Ma, lo laper apa doyan"

"gw ditraktirkan ini makan baksonya"

"gw bungkus 1 ya buat di kamar, kali aja maleman gw laper lagi"

"nambah es teler enak kayaknya Ma. semangkok berdua nyok"

Dara sibuk dengan ocehannya sendiri dengan sesekali menyenggol sikut Ima dengan sikutnya. Sedangkan orang yang diajak bicara malah sibuk dengan mangkok bakso beserta pelengkapnya, sambal dan saos juga kecap.

plakk

Dara memukul pundak Ima agak keras, ia keki diacuhkan Ima. Perasaan kekinya berpadu dengan kesal dan hasilnya ringanlah tangan Dara. Tapi Ima yang dipukul tetap santai hanya menolehkan kepalanya menghadap Dara

"ngapa lo..."

"KDRT ini. Bisa gw tuntut ye.." masih asyik mengunyah bakso di mulutnya sambil mengelap ceceran kuah yang jatuh akibat kelakuan Dara.

"KDRT ... kapan kita berumah tangga coba"

"jangan berubah belok lo ma gw mentang-mentang ditinggal kawin"

"kalau mau belok jangan ma gw"

Dara ngedumel dengan memindahkan bangku plastik milik kang bakso langganan mereka beserta rekan kerja di sekolah, agak menjauh dari Ima.

"otak lo konslet" Ima melempar tissu toilet yang biasanya ada diatas meja kang bakso untuk pelanggan, tentu saja tissu itu sudah bekas lap bekas Ia membersihkan tumpahkan kuah tadi.

"KDRT, kekerasan dalam riwayat pertemanan"

"kan lo temen gw, bukan musuh gw kan"

"walaupun gw suka buah jeruk tapi gw gak doyan jeruk. masih doyan gw ma laki"

"masih banyak ikan di lautan, hilang satu... mancing lagi yang lain"

Ima meraba pundak kirinya yang dipukul Dara.

"Tenaga badak mukulnya sakit banget ya"

"Penuh dendam nih..."

"Kayaknya bahu gw kecengklak deh..romannya besok gak bisa ngetik bikin rencana kerja"

Wajah Dara berubah pucat, di genggamannya tangan kanan Ima

"Maafin gw Ma"

"Sumpah gak sengaja"

"kalo sakit diurut yuk"

Dara begitu takut dengan gurauan Ima, yang terdengar seperti ancaman. Bagaimana bukan ancaman, membuat rencana kerja merupakan mimpi buruk untuk Dara. Bukan karena Ia bodoh, tapi setiap Ia membuat rencana kerja tidak akan pernah selesai, pasti terdapat coretan revisi dari Bu Popon selaku kepala seksi perencanaan ajaran di Sekolah tempat mereka bekerja. Sebelum rencana kerja itu selesai pasti sudah habis waktu liburan, karena membuat rencana kerja dilakukan pada saat liburan semester genap. Sudah tidak akan selesai, dapat kata-kata 'kiasan' yang 'manis' hingga membuat Dara stress menjelang depresi. Bukankah lebih baik Ima yang membuat, karena mereka satu tim dikelas yang sama. Ima bukan lihai membuat rencana kerja, tapi malas. Saking malasnya dia punya banyak cara yang diluar pikiran orang lain. Malasnya Ima malah memperpendek waktu pembuatan rencana kerja. Dan Dara pun jadi senang karena bisa sedikit membantu setelah diberikan saran oleh Ima. Dan yang paling menyenangkan adalah dengan mentraktir makan sambil jalan-jalan untuk membalas kebaikannya.

" Bakso hari ini gw yang bayar"

" mau es teler juga gak"

langkah baru lagi dan lagi

kasian kamu dompet.. semakin tipis saja

Dara mengelus-elus dompet merah muda bergambar kucing tanpa mulut dengan pita putih dan baju ungu muda. Dengan kasih sayang dan penuh kelembutan di belai dompetnya tentu saja dengan wajah sedih mengenaskan. Ia terpaksa harus mengeluarkan uang simpanannya untuk membayar makan siang yang kesorean Ima dan dirinya. Padahal masih seminggu lagi rekening tabunganya bertambah dari hasil keringat jerih payahnya walaupun hanya sedikit melakukan hal yang seharusnya ia kerjakan. Mayoritas pekerjaan nya banyak dilakukan oleh Ima, bukan karena Ima baik hati dan tidak sombong juga tidak rajin menabung. Tapi karena Ima geregetan melihat pekerjaan Dara yang lelet menurunya. Ima dengan segala kemalasannya bisa mendapatkan ide diluar akal teman-teman lainnya termasuk dirinya. menghemat waktu dan tenaga. Namun membuat Dara rendah diri

hah... kertas merahku berubah warna

masih gerutu Dara dalam perjalanan pulang menuju kosannya. Digoyang-goyangkan badan dan kepalanya seperti anak kecil yang sedang merajuk kepada orang tua nya.

"WOY...." teriakan Ima menggelegar diantara keriuhan jalanan

" jangan goyang-goyang ngapa" di pelankan kecepatan motor yang dikendarai oleh nya dan perlahan berhenti di bahu jalan dengan lampu sen yang menyala

" kalau mau mati sendiri aja, jangan ngajak-ngajak"

" gw belum kawin.... dah ditinggal kawin... belum juga gw perlihatkan betapa bisa move on nya gw dan glowing gw setelah ditinggal... harus bisa bikin mantan menyesal meninggalkan gw"

entah sejak kapan Ima sudah turun dari motor setelah mematikan mesin dan memarkirkan motor dengan Dara masih ada diatas motor. Ima berkacak pinggang dengan wajah serius, sedangkan Dara dengan wajah bingung

'gila, Ima kuat amet markirin motor ada gw nya'

'bisa dibanting ini kalau dia ngamuk' wajah Dara berubah pias

"kenapa lo kayak cacing kepanasan, goyang-goyang dibonceng" Ima masih dalam mode serius marah

"itu... tadi..."

'ayo cepet pikir... otak ayo'

"APA!!" naik satu oktaf suara Ima

'aduh mati gw'

Dara kejang

"ada binatang yang masuk baju"

Ima refleks memukuli seluruh badan Dara

"Mana, dimana"

tujuan Ima untuk mengusir binatang yang masuk kedalam baju Dara tapi yang dirasakan Dara malah seperti badannya dianiaya

'aduh...apes amat gw... malah dipukulin Ima'

Dara hanya bisa meratapi kesialannya akibat ualahnya sendiri

'dah bokek, dipukulin lagi'

Dara mengoleskan minyak urut dilengannya setelah membersihkan badannya. Setiap hari selesai kembali dari tempat kerja pasti Dara akan membersihkan badannya. Tetapi hari ini karena ulahnya dia menambahkan rutinitas sehari-harinya dengan mengoleskan minyak urut. Ada beberapa bagian lengannya yang terlihat memar kebiruan. sepertinya gerak refleks Ima memang dahsyat. kekuatan Ima seperti tubuhnya. Ima mempunyai tinggi diatas rata-rata, dibandingkan dengan rekan kerja wanita di kantor lantai 1 Sekolah swasta mereka. Tinggi 170cm bisa membuat leher Dara sakit setiap hari bila berbincang sambil berjalan dengan Ima. Dara yang hanya 155cm merasa seperti melihat raksasa.

"Ra, ini ada minyak tawon mau dibantu olesin ke punggung gak" Ima tiba-tiba masuk kamar tanpa permisi dan menyodorkan botol minyak di muka Dara.

Dara tak menjawab hanya membalikkan badannya dan membuka kaosnya. Menunjukkan punggungnya yang dibeberapa tempat terlihat memar kecil.

"Maaf ya Ra..."

"refleks tangannya"

Ima membalur punggung Dara dengan lembut dan hati-hati karena Ima merasa bersalah kepada Dara.

"Iya, gak pa pa"

"tapi Lo baik-baik aja kan Ma"

"tangan gw gak kenapa-napa. punggung Lo malah memar"

"bukan ini maksudnya" tunjuk Dara ke punggungnya sendiri

" Lo baik-baik aja soal Bimo" dengan nada canggung Dara mamberanikan diri bertanya

Ima menghela nafasnya pelan

" Gw baik-baik aja sekarang kok"

"gw ma Bimo gak jodoh"

"Doain biar gw bisa ketemu jodoh yang baik ya"

Dara bangkit dan memeluk Ima dengan erat

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!