INI KARYA KEDUA KU YAA GAIS 🥺
MOHON DUKUNGANNYA 🙏🙏
PLAGIAT MENJAUH!
MURNI PEMIKIRAN SENDIRI
...o0o...
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...
TAPI SEBELUM MEMBACA, AKU MINTA KALIAN UNTUK LIKE DAN VOTE DULU YA...
KASIH AUTHOR BINTANG LIMA, BAGI YANG BELUM.
SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.
...o0o...
ADHISTI JELITA NIRMALA
Wanita berkebangsaan Indonesia, yang baru berusia 22 tahun. Dia terkenal dengan wajah manis yang selalu membingkai wajahnya.
Seperti yang kalian lihat Jelita memiliki paras yang memukau, dengan tubuh yang sangat proporsional. Tak sedikit pria yang mengajaknya untuk berkencan.
Jelita–nama panggilannya, merupakan seorang yatim piatu sejak ia lahir di dunia ini. Beruntung saat usianya menginjak 4 tahun Jelita di adopsi oleh keluarga paling kaya di Indonesia.
Keluarga Adinata, adalah keluarga yang mengadopsi Jelita dan membawa gadis malang itu ke mansion milik mereka.
Keluarga Adinata, hanya memiliki satu orang anak laki-laki yang memiliki perbedaan umur 10 tahun dengan Jelita, Bara–namanya.
Maksudnya hati mengadopsi Jelita adalah untuk memberikan teman bermain Bara karena sang istri yang tidak bisa hamil lagi. Namun apa daya, Bara–kakak angkat Jelita malah tertarik dengan adik angkatnya.
Dan mereka pun di nikah kan. Karena perbuatan Bara yang semakin hari, semakin intens dengan Jelita.
Kedua orang tua angkat Jelita, tentu saat mengerti kedua sifat anaknya itu. Bara yang dingin dan juga cuek namun sangat agresif sekali, lalu Jelita yang penurut.
Mereka takut jika tidak di nikahkan akan terjadi sesuatu yang tak mengenakan hati mereka.
Bara Leonardo Adinata
Pria berumur 32 tahun ini merupakan CEO muda paling berpengaruh di seluruh Asia. Dia sangat terkenal dengan kecerdikannya dan keampuhannya untuk meluluhkan musuh.
Namun selain itu, Bara–nama panggilannya merupakan seseorang yang terkenal sangat tampan dan berwibawa. Meskipun ia dingin dan terkesan acuh tak acuh dengan lingkungannya, itu semakin membuat para wanita terjatuh akan pesonanya.
Tapi tak ada yang tahu mengenai fakta jika Bara sudah menikah dengan Office Girl yang sekaligus adik angkatnya.
Bahkan sudah memiliki seorang anak....
Kenapa Bara merahasiakan itu semua ? Kenapa Bara tidak mengatakan kepada orang tuannya jika anak angkat mereka bekerja sebagai office girl di kantor ?
Ikuti terus kisah ini....
...o0o...
Derai keringat membasahi pelipis wajah wanita cantik itu. Rasa sakit ini benar-benar luar biasa, seperti tulang-tulang tubuhnya di patahkan secara bersamaan.
Matanya melihat ke arah samping, di sana ada seorang pria dengan kemeja hitam dan jam tangan mahal memperhatikannya dengan tanpa minat.
Ia mengepalkan tangannya melihat wajah pria brengsek itu. Pria yang setiap hari pem***per**k**osanya dan membuatnya menjadi ibu hari ini.
"Terus nyonya, kepalanya sudah terlihat..." ucap dokter wanita itu.
Jelita mengejan sembari memejamkan matanya erat, ini benar-benar sangat sakit.
"Hosh....hosh.....hosh....."
Sekali lagi Jelita mengejan dengan keras, kedua tangan terkepal dengan kuat menahan rasa sakit yang di deritanya.
Dilihat dari jendela kamarnya ini hujan tengah turun sangat deras. Di kamarnya? Iya, Jelita tidak ingin melahirkan di rumah sakit. Jadi Bara membawa dokter beserta beberapa perawat ke mansion milik keluarga Adinata.
Dimana Jelita melahirkan tak masalah baginya, asal anaknya lahir dengan selamat. Meskipun nyawa Jelita sebagi taruhannya.
Ctarrr.....
Bunyi gledek terdengar begitu kencang yang pastinya akan mengagetkan siapapun yang mendengarnya. Bersamaan dengan suara petir tadi, keluarlah bayi mungil tak berdaya dari dalam rahim Jelita.
"Hahhh!!!!" teriak Jelita untuk yang terkahir kalinya sebelum bayi itu diangkat oleh dokter.
Oek....oek...oek....
Tubuh Jelita yang masih gemetar, mengalihkan pandangannya saat sang dokter memberikan bayi mungil itu pada Bara.
Melihat anaknya telah keluar, segera Bara mengambil alih anaknya dari dokter dan tersenyum lebar melihat wajah sang anak yang begitu mirip dengannya.
"Selamat tuan, nyonya. Bayi anda laki-laki...." ucap dokter wanita itu riang. Begitu pula dengan para perawat yang berdecak kagum melihat wajah tampan sang anak.
Tangisan bayi itu masih terdengar sangat kencang, tangan Jelita yang masih bergetar, ia arahkan ke kedua telinganya bermaksud menutup telinganya agar tidak mendengar suara tangisan bayinya.
Melihat Jelita yang tak suka dengan kehadiran sang anak membuat Bara menggeram kesal.
"Keluar!" titahnya pada sang dokter dan juga para perawat itu.
Dokter dan para perawat itu saling berpandangan dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Tu–tuan, bayinya belum di mandikan..." ucap salah seorang perawat.
"Keluar!" titah Bara lagi kali ini dengan nada suara yang sangat dingin.
Mau tak mau dokter beserta perawat itu keluar dari kamar Jelita, hingga menyisakan Bara, Jelita, dan sang bayi.
Bara yang sedang menggendong anak mereka segera berjalan menuju Jelita yang tergeletak lemas dengan kedua tangan menutupi telinganya.
"Selamat ulang tahun sayang, ini aku berikan kado istimewa untukmu," ucap Bara sembari mengangkat bayi mungil tak berdosa yang masih berlumuran dengan darah. Agar jelita dapat melihat anak tampan mereka.
Namun respon Jelita malah membuatnya tersulut emosi, dengan sekuat tenaga Bara meredam kembali emosinya, ia tak ingin marah di hadapan anaknya.
Dada wanita itu tampak bergerak naik-turun karena kelelahan mengejan. Hampir 8 jam ia bertaruh nyawa untuk melahirkan anak itu sampai ke dunia ini.
"JAUHKAN ANAK HARAM ITU DARIKU!!! AKU TIDAK MAU MELIHAT WAJAH ANAK HARAM ITU!!!" teriak Jelita dengan kekuatan yang masih tersisa.
Bara mengangkat kedua bahunya, sepertinya katanya ia tak akan marah di depan sang anak. Pria yang sudah resmi menyandang gelar sebagai ayah itu berjalan mendekati Jelita dan mengecup lama kening sang wanita.
Cup....
"Selamat ulang tahun Mama Jelita..."
...o0o...
GIMANA ? SERU GAK CHAPTER HARI INI ?
YUK LANGSUNG NEXT KE CHAPTER SELANJUTNYA....
TAPI SEBELUMNYA JANGAN LUPA MASUKKAN CERITA INI KE FAVORIT YA...
BANTU AUTHOR VOTE+KOMEN+LIKE.
SUPAYA AKU LEBIH SEMANGAT NULISNYA 🥰
TERIMA KASIH SEMUANYA
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...
TAPI SEBELUM MEMBACA, AKU MINTA KALIAN UNTUK LIKE DAN VOTE DULU YA...
KASIH AUTHOR BINTANG LIMA, BAGI YANG BELUM.
SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.
...o0o...
"Hmm....shh....kak Bara jangan gitu, Jelita geli.." gadis itu tak dapat menahan lenguhan saat seseorang yang sedang memangku dirinya tengah meniup belakang telinganya.
Jelita, gadis 23 tahun itu duduk ya tenang menikmati sarapannya karena ulah "kakak angkatnya" yang selalu saja "menggoda" Jelita saat kedua orang tua angkatnya sedang tidak ada di rumah.
Sedangkan Bara, laki-laki berusia 33 tahun itu tersenyum senang saat bisa mendengar kembali suara merdu sang adik angkat yang sudah lama tak ia dengar.
Ya, hari ini adalah yang sudah ia tunggu-tunggu. Kedua orang tua kandung Bara sedang ada perjalanan bisnis keluar negeri. Jadi ia bisa berbuat apapun yang ia suka kepada gadis kecilnya itu. Hadiah ulang tahun yang di berikan oleh kedua orang tuannya saat Bara menginjak usia 10 tahun.
Flashback on...
Tiup lilinnya tiup lilinnya
Tiup lilin ya sekarang juga
Sekarang juga....
Sekarang juga....
Anak-anak komplek perumahan yang di tinggali oleh Bara datang berbondong-bondong ke acara ulang tahun laki-laki tampan yang menginjak usia 14 tahun.
Tentu mereka datang bukan tanpa sebab. Orang tua Bara mengadakan pesta ulang tahun anak tunggal mereka dengan sangat mewah di pekarangan rumah mewah lantai 4 mereka.
Tak hanya mengundang anak dari rekan kerja mereka saja, tapi orang juga mengundang anak-anak komplek yang seumuran dengan Bara.
"Nah, ayo sayang, tiup lilinnya," ucap Fara ibu Bara dengan semangat.
"Satu, dua, tiga..." aba-aba kedua orang tua Bara dengan semangat.
Bara memutar bola matanya malas, selalu saja seperti ini. Setiap ulang tahunnya, Fara–ibu Bara, dan Doddy–Ayah Bara selalu mengadakan pesta ulang tahun yang megah untuknya.
Jika beberapa tahun belakangan ia masih bisa menerima acara seperti ini dengan sedikit senyum. Tapi tidak dengan sekarang.
Bara sudah kelas 2 SMP, ia malu jika mengadakan pesta seperti ini.
Apalagi mata tajam Bara menangkap beberapa orang teman sekelasnya yang sedang berbisik-bisik dengan menghadap kearahnya. Bara sangat yakin jika mereka pasti sedang membicarakannya.
Brakkk...
Bara mendorong kue ulang tahunnya dengan kesal. Ia menatap kedua orangtuanya dengan nyalang.
"Bara sudah besar! Bara bukan anak kecil lagi! Bara gak suka pesta ulang tahun!"
Dada remaja laki-laki itu bergerak naik-turun karena emosi. Tangannya terkepal erat, tanpa sadar ia mengeluarkan air matanya.
"BARA MALU!!!!" teriaknya kencang, setelah puas ia berlari masuk kearah kamarnya meninggalkan kedua orangtuanya yang masih mematung, mencerna apa yang terjadi baru saja.
"Papa, mama...." seorang anak kecil yang tingginya hanya selutut Doddy menarik ujung dress yang saat ini Fara kenakan.
Tersadar dari lamunan mereka, Fara dan Daddy segera menundukkan kepalanya mereka untuk melihat seorang bocah perempuan yang sudah resmi menjadi anak angkat mereka sejak beberapa jam yang lalu.
"Ah iya sayang," jawab Fara tersenyum tipis. Ia mengangkat bocah perempuan itu dan menggendongnya.
"Kamu handle dulu acaranya. Biar aku ke atas dulu nemuin Bara sama Jelita. Aku mau nenangin dia sekalian kasih kenal Jelita sama Bara," bisik Fara di telinga suaminya.
Setelah suaminya setuju dengan idenya, Fara langsung segera berlari kecil menaiki anak tangga rumahnya.
Ia berjalan menuju lantai tiga rumahnya dengan sesekali menjawab pertanyaan Jelita yang tak henti-hentinya bicara.
Maklum saja, diumur 4 tahun, seorang anak memiliki rasa pengetahuan yang tinggi.
"Wah, ini kamar siapa Ma ? Ada Superman..." decak kagum Jelita ucapakan saat berdiri di depan pintu bercat putih dengan poster Hero favorit Bara di depan pintu.
Fara tersenyum sembari mengelus puncak kepala anak angkatnya itu sayang. "Jelita dengerin Mama ya..."
Jelita menganggukkan kepalanya cepat, dengan mata bulatnya yang sesekali berkedip beberapa kali.
"Ini kamar kakak Bara, kakaknya Jelita. Mulai sekarang Jelita harus baik sama kak Bara, harus menuruti semua keinginannya kak Bara tanpa terkecuali, apapun itu Jelita harus nurut."
Sekali lagi Jelita menganggukkan kepalanya pada sang ibu.
"Ingat ya sayang, Mama sama Papa bawa kamu kesini itu hanya untuk menemani kak Bara, jadi Jelita harus buat kak Bara senang. Jangan sampai kak Bara gak suka sama Jelita." Fara menatap dalam mata Jelita, ia sungguh berharap banyak pada gadis kecil ini.
"Sekarang Jelita masuk dan hibur kak Bara, bilang sama dia kalo kak Bara di tungguin Mama sama Papa di bawa. Kalo sampai gagal Mama bakal balikin Jelita ke panti asuhan lagi! Mau balik kesana ?" ancamnya.
Tentu saja Jelita menggelengkan kepalanya cepat. Balik ke panti asuhan, lalu harus tidur berdesak-desakan, dan makan dengan tidak layak lagi. Siapa yang mau ?
Ia sudah suka di sini, rumahnya sangat luas, ada banyak bunga. Dan yang paling penting ada kolam berenang.
Jelita sangat suka air!
"Gak mau Ma! Jelita bakal bawa kak Bara ke bawah!" janjinya.
Fara tersenyum lebar, ia mengelus puncak kepala Jelita sayang. Setelah menurunkan Jelita dari gendongan, ia segera membuka pelan pintu kamar milik Bara itu.
Dengan sedikit kasar, ia mendorong tubuh mungil anak angkatnya untuk masuk ke dalam kamar dan menutup pintu itu kencang.
Brakk...
Mendengar suara pintu miliknya, Bara yang sedang asik bermain ponsel di atas ranjang miliknya, langsung mengalihkan perhatiannya pada sumber suara.
Ia mengerutkan dahinya bingung melihat seorang bocah perempuan yang masuk ke dalam kamarnya.
Dari yang Bara lihat bocah itu terlihat emh....sangat menggemaskan ?
Dress berwarna merah muda yang mengembang pada bagian bawahnya di padukan dengan sepatu kets berwarna putih. Oh, jangan lupakan bando Mickey mouse yang menghiasi kepalanya.
"Cantik sekali, pipinya kenapa warna merah begitu ? Alergi kah ?" batin Bara.
Sementara Fara yang di tatap begitu intens oleh Bara seketika gemetar karena takut dengan mata elang milik kakaknya itu.
Bara melangkahkan kakinya mendekati Jelita, lalu berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya dengan gadis kecil itu.
Tangan Bara terangkat menyentuh pipi Jelita yang kemerah-merahan akibat suhu yang panas.
Lembut. Satu kata yang Bara sebut dalam hati saat menyentuh pipi tembem adiknya.
"Kakak, ayo turun kebawah," ajak Jelita sembari mengedipkan matanya beberapa kali.
Sekuat tenaga Bara menahan senyumnya saat melihat mata bulat gadis itu. Apalagi suara lembut gadis itu rasanya Bara ingin mmhh– memeluknya dengan sangat erat.
Tersadar, Bara mengalihkan pandangannya dari sang adik angkat, lalu menampar pipinya pelan untuk menyadarkan lamunan kotornya.
"Gila Bar! Jangan jadi pedofil!"
"Kamu siapa ?" tanya Bara saat sudah berhasil mengenyahkan pikiran kotornya.
"Aku adik kak Bara, tadi siang baru di jemput Mama di panti," jawabnya lembut. Tangan mungil Jelita menggenggam erat tangan kanan Bara. Menarik sekuat tenaga untuk menuju pintu. "Ayo kak kita ke bawah, kak Bara ulang tahun. Ayo kak ke bawah..." rengeknya.
Sedangkan Bara masih terpaku dengan tangan halus yang menyentuh tangannya. Seperti terasa ada aliran listrik aneh yang menyengat tubuhnya.
"Kakak gak mau!" jawab Bara menggoda Jelita, ia menarik kembali tangannya sehingga tubuh Jelita kini hanya beberapa centi jaraknya dengan Bara.
Mendengar itu sontak mata Jelita berkaca-kaca, ia jadi teringat omongan ibu angkatnya yang mengancam akan mengembalikannya ke panti.
Beberapa detik kemudian tangis Jelita pecah, ia menangis teringat tersiksanya ia di pantai. Sungguh Jelita tak ingin kembali ke sana.
Sementara Bara melototkan matanya terkejut, ia tak menyangka bocah ini akan menangis. Dan entah mengapa mendengar suara tangisan Jelita membuat hatinya sakit.
Segera Bara membawa Jelita kedalam pelukannya. Ia mengusap lembut punggung kecil adiknya itu.
"Ya, baiklah kakak akan turun. Berhentilah menangis!" tangis Jelita berhenti seketika.
Gadis kecil itu melonggarkan pelukannya dan menatap Bara dengan mata berairnya. "Beneran kak ?" tanyanya dengan masih sesegukan.
Cup...
Bara tidak tahan untuk tidak mengecup singkat bibir mungil itu. Dan sialnya lagi bibir itu terasa sangat manis.
"Ayo kita kebawah!" ajak Bara sembari menggendong bocah itu.
Diam-diam Bara tersentuh menyeringai saat menuruni anak tangga. "Main baruku, miliki! Hanya milikku!"
Flashback off...
"Ih kak Bara!" ucap Jelita untuk yang sekian kalinya. "Aku suruh lepas, kenapa jadi senyum-senyum sendiri sih!"
Mendengar suara adiknya yang sudah naik oktaf, Bara tersadar dari lamunannya. Ia tadi sempat teringat hari pertama pertemuannya dengan mainnya ini.
"Kak Bara lepas! Jelita harus berangkat kuliah! Nanti telat!" Jelita menggerakkan tubuhnya brutal di atas pangkuan Bara.
Sementara Bara menahan mati-matian untuk tidak mengeluarkan suara aneh saat tahu jika senjatanya sudah berdiri dengan kokohnya.
"Sial Jelita!" pekiknya menahan nikmat.
Namun Jelita hanya berontak beberapa detik saja, ia terdiam saat merasakan ada benda keras yang menusuk pada tubuhnya.
Jelita tidak tahu ini apa, tadi jantung bocah itu berdetak dengan kencang.
Dengan lancangnya ia menggerakkan lagi pinggulnya untuk merasakan benda keras itu, dan entah mengapa Jelita juga merasakan nikmat seperti yang Bara rasakan.
"Ya, sudah sana berdiri. Nanti terlambat loh!" ucap Bara.
Mendengar itu Jelita sebenarnya tak rela, tapi mau bagaimana lagi. Gadis cantik itu segera berdiri dari pangkuan Bara dan menyalami kakaknya.
"Nanti pulang kuliah, kakak jemput Jelita ya..."
Bara menganggukkan kepalanya singkat. Ia melihat punggung adiknya yang semakin lama semakin menjauh.
Saat Jelita sudah tak terlihat lagi, segera Bara bangkit menuju kamar mandi di dekat dapur.
"Sabar Bar, tunggu Jelita umur 23 tahun. Setelah gadis itu lulus kuliah, aku pastikan Jelita akan menjadi milikku!" batinnya.
...o0o...
KITA MULAI UP LAGI YA...
UDAH GAK AKAN BOLONG-BOLONG LAGI.
OH YA... AKU MAU KASIH TAHU.
JADI CERITA INI BERBAU DEWASA YA JADI KALIAN KALAU BELUM CUKUP UMUR, SILAHKAN SKIP SAJA 😊 👍
GIFT DAN VOTE KAK, BIAR RATU MAKIN SEMANGAT...
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...
TAPI SEBELUM MEMBACA, AKU MINTA KALIAN UNTUK LIKE DAN VOTE DULU YA...
KASIH AUTHOR BINTANG LIMA, BAGI YANG BELUM.
SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.
...o0o...
Jelita dengan fokus mencatat setiap kata yang dikeluarkan oleh dosen yang saat ini sedang menerangkan mata kuliah pada pagi hari ini. Meskipun saat ini adalah jam mata kuliah terakhir, Jelita masih terlihat semangat.
"Jadi gitu ya nak, manusia yang belum mengenal tulisan itu di sebut dengan manusia pra sejarah. Pada masa ini terjadi pada tahun—"
Berbeda dengan teman Jelita yang berada pada barisan depan dan beberapa yang duduk di belakang bangku Jelita yang menghiraukan guru tersebut dan memilih untuk bergosip.
Sesekali Jelita menengokkan kepalanya ke belakang melihat bagaimana asiknya teman-temannya itu bergosip.
"Sumpah deh, gue tadi denger sendiri katanya Clarissa di keluarkan dari sekolah."
"Ha serius ? Kok bisa sih ?" tanya seorang gadis di samping Jelita.
"Hust, jangan bilang-bilang ya." Mereka menganggukkan kepalanya cepat, untuk menjawab pertanyaan temennya itu. "Katanya dia hamil," bisiknya dengan pelan.
Mata Jelita membulat mendengar itu, sedangkan teman-temannya Jelita yang lain menutup mulut mereka terkejut mengetahui fakta itu.
Jelita berusaha sekuat mungkin untuk melanjutkan tulisan tangannya. Tapi kini antensinya sudah beralih pada ketiga orang temannya yang sedang bergosip itu.
Tanpa di sengaja, Jelita melebarkan telinganya untuk mendengarkan pembicaraan mereka.
"Gak mungkin deh Rin! Clarissa itu ibunya guru ngaji loh. Gak mungkin dia melenceng. Gue dengar-dengar ia juga sebelum masuk SMP dia sempat pesantren dulu," jawab Nisa, teman sebangku Jelita.
"Lah itu buktinya. Gue dengar sendiri pake telinga gue, dia di keluarkan dari sekolah!" ngotot Rinda, ia kesal kenapa teman-teman tak mempercayainya.
"Dan kalian tahu apa ?" tanya Rinda lagi yang di jawab gelengan kepala pelan oleh Nisa dan juga Salsa. "Katanya yang ngehamilin kakak kandungnya sendiri loh..."
Uhuk...
Uhuk...
Tanpa sadar Jelita terbatuk-batuk dengan keras, hingga kini semua sorot mata menatap kearahnya.
"Jelita, kamu kenapa nak ?" tanya dosen paruh baya itu dengan nada khawatir.
Jelita menggigit bibir bawahnya malu, lalu tersenyum kikuk ke arah dosen bertubuh tambun itu. "Maaf Bu, saya tersedak. Silahkan di lanjut lagi bu," jawabnya.
"Sana minum dulu!" titahnya itu lalu melanjutkan materi yang ia bahas.
Segera Jelita meminum bekal airnya lalu berlahan ia membalikkan tubuhnya kearah teman-teman yang sedang bergosip itu.
"Gila lo Ta! Hampir aja kita ketahuan gak nyatet!" ucap Salsa sengit.
Jelita menyegir dengan wajah tak berdosanya. Kini matanya menatap Rinda dengan intens. "Memang bener ya Rin, kalo Clarissa di hamil anak kandungnya sendiri ?"
"Gue berani sumpah! Gue denger sendiri pengakuan Clarissa di ruang dosen pembimbingnya."
"Ih gue jadi ngeri deh! Gak mau lagi gue pake baju-baju seksi kalo di rumah. Bisa-bisa nanti kakak gue malah anuin gue karena terangsang," Nisa bergedik ngeri membayangkan itu.
Sementara Rinda dan juga Salsa setuju dengan ucapan Nisa. "Bener banget Nis! Jangan sampai terjadi yang enggak-enggak. Jadi kesalahan Clarissa sebagai pembelajaran!"
"Lo juga Ta, harus hati-hati kalo di rumah. Secara kan orang tua lo jarang di rumah. Kerjaannya ada di Singapura, lo cuma berdua sama abang lo, jadi gue harap lo bisa jaga diri," peringat Nisa pada teman sebangkunya itu. "Harus ngerti batasan-batasan yang memang gak boleh di sentuh!"
Glek...
Jelita menelan salivanya susah payah, ia hanya menganggukkan kepalanya untuk menjawab wejangan sahabatnya itu.
"Sudah beberapa kali kak Bara cium aku, tapi aku rasa itu hanya biasa saja, tidak lebih. Semoga saja begitu...."
...o0o...
"Eh itu supir gue jemput, gue duluan ya Ta. Lo gak papa kan sendirian ? Apa mau gue temenin dulu, nunggu supir lo jemput ?" tanyanya Rinda.
Di Halte ini hanya ada mereka berdua, karena Salsa dan juga Nisa sudah pulang sejak setengah jam yang lalu.
Jadilah hanya Jelita dan Rinda yang kini sedang menunggu jemputan di Halte.
"Gak usah Rin, kamu pulang aja. Sebentar lagi jemputan aku dateng," jawabnya dengan senyum kecil.
Rinda menganggukkan kepalanya mengerti lalu segera berpamitan dan masuk ke dalam mobil. Saat mobil Rinda sudah berjalan, tak lama datang mobil hitam yang tampak begitu mahal berhenti di depan Halte.
"Akhirnya..." batin Jelita senang.
Segera ia menaiki mobil milik kakaknya itu dengan senyum sumringah.
"Senang banget kayaknya nih," ucap Bara yang juga ikut tersenyum saat melihat wajah sang adik.
Mobil kini telah melaju meninggalkan halaman sekolah luas milik sang adik. Tak henti-hentinya Bara tersenyum saat mendengar celotehan sang adik yang menceritakan kesehariannya di sekolah.
"Jadi gitu kak, kesel banget deh sama Gita! Udah berapa kali dia copy tugas aku terus!" Jelita mengerucutkan bibirnya kesal.
Kini mereka sudah sampai di pekarangan rumah milik keluarga Adinata. Setelah mematikan mesin, segera Bara melepaskan sabuk pengaman dan mendekati wajah sang adik.
Cup...
Bara mengecup bibir Jelita singkat yang sedang mengerucut itu. Setelahnya ia kembali pada posisinya dan memakai kembali sabuk pengamannya.
"Ih kakak!!" Jelita memukul pelan beberapa kali lengan kiri Bara. Ia berusaha mati-matian untuk tetap tenang meskipun jantungnya kini berdebar dengan sangat kencang.
Semetara Bara hanya tertawa kecil, "udah sana kamu masuk, kakak mau ke kantor Papa dulu. Ada meeting!" ucap Bara lembut.
Jelita menganggukkan kepalanya, lalu melepaskan sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil. Namun saat ia akan keluar, lengannya di tahan oleh Bara.
"Ini buat kamu, di buka di kamar!" ucap Bara yang hanya di angguki oleh Jelita.
Ia masih syok saat Bara mengecup singkat bibirnya. Setelah Bara sudah keluar dari pekarangan rumah, sontak Jelita langsung menjerit sekeras-kerasnya, jantung wanita itu berdegup kencang.
Meskipun ia sering di cium begitu oleh Bara, tapi mengapa yang ini rasanya berbeda. Apalagi saat tadi ia mendengar kabar bahwa Clarissa yang di hamil oleh kakaknya sendiri.
Jelita langsung merinding seketika.
Tak mau berlarut dalam pikirannya, Jelita langsung masuk kedalam rumah untuk memasuki kamarnya, sesekali ia menyapa ramah para maid yang sedang bekerja.
Ceklek....
Ia memasuki kamarnya yang serba pink, yang telah di desain sendiri oleh kakaknya itu. Melempar tas ranselnya ke atas sofa. Dan membuka sepatu secara kasar.
Jelita membuka paper bag yang di berikan oleh Bara. Tangannya mengambil surat dengan amplop berwarna pink dan membukanya.
Untuk adikku tercinta,
Besok adalah hari ulangtahun mu
yang ke–23 tahun.
Karena besok hari weekend
jadi kakak ingin mengajak Jelita
berlibur ke Bali.
Ini kakak belikan Jelita
baju untuk berenang.
Semoga kami suka ya sayang
Oh ya, hari ini kakak gak pulang
Jadi besok pagi kakak mau kamu
sudah bangun yang bersiap untuk ke Bali
Kak Bara.
Mata Jelita berbinar membaca surat dari kakaknya itu. Ah.... kakaknya itu benar-benar memang sangat perhatian kepada Jelita.
Orang tua angkat Jelita memang bekerja di Singapura, dan hanya sesekali pulang ke Indonesia.
Tapi Jelita sama sekali tidak merasa kekurangan kasih sayang, karena ada Bara yang selalu memberikan perhatian lebih kepadanya.
"Ah, kak Bara selalu saja ingat ulang tahun aku. Padahal aku aja lupa ulang tahun kak Bara.." ucap terkekeh geli.
Jelita mengeluarkan sebuah box berwarna merah dari dalam paper bag itu dan membukanya perlahan.
Ia membuka kotak itu dengan senyum lebar, namun saat melihat isinya sontak Jelita menganga tak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Sebuah b**kini ?," pekiknya terkejut.
Untuk apa Bara membelikannya bikini ?!?!?!
...o0o...
GIMANA ? SERU GAK CHAPTER HARI INI ?
YUK LANGSUNG NEXT KE CHAPTER SELANJUTNYA....
TAPI SEBELUMNYA JANGAN LUPA MASUKKAN CERITA INI KE FAVORIT YA...
BANTU AUTHOR VOTE+KOMEN+LIKE.
SUPAYA AKU LEBIH SEMANGAT NULISNYA 🥰
TERIMA KASIH SEMUANYA
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!